BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa teori belajar Bruner itu ?
2. Bagaimana prinsip-prinsip teori belajar dari Bruner ?
3. Bagaimanakah model pengembangan kurikulum menurut teori belajar dari
Bruner ?
4. Apa pendekatan model belajar dari Bruner ?
5. Bagaimana penerapan discovery learning menurut Bruner ?
6. Bagaimana teori instruksi Bruner ?
7. Bagaimana penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar ?
D. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui biografi Bruner.
2. Mengetahui prinsip-prinsip teori belajar dari Bruner.
3. Mengetahui model pengembangan kurikulum menurut teori belajar dari
Bruner.
4. Mengetahui pendekatan model belajar dari Bruner.
5. Mengetahui penerapan discovery learning menurut Bruner.
6. Mengetahui teori instruksi Bruner.
3
E. Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Pendidikan IPA SD. Serta dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi
pembaca mengenai teori belajar dari Bruner.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pertama,
pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, prosedur
pemecahan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. Kedua, isi
atau kajian teori dan pembahasan. Ketiga, penutup yang berisi kesimpulan dan
saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka.
4
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
yang diperlukan. Proses ini akan lebih baik bila mendapat bimbingan dari
guru. Tahap selanjutnya adalah rnenguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan atau informasi yang telah diterima, agar dapat bermanfaat
untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-
hari.
Bruner menyebut pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan
kognitif sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada
dua prinsip yaitu pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada
model-model tentang kenyataan yang dibangunnya dan model-model
semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian
model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang bersangkutan. (Ratna,
2006)
oleh Bruner ini ialah semacam educated guess yang kerap kali
digunakan oleh para ilmuwan, artis, dan orang-orang kreatif lainnya.
4. Motivasi
Motivasi adalah kondisi khusus untuk belajar. Motivasi merupakan
yang dapat mempengaruhi individu variabel penting, khususnya selama
proses pembelajaran yang dapat membantu mendorong kemauan
belajar siswa. Karenanya, Bruner percaya bahwa hampir semua anak
mempunyai masa-masa pertumbuhan akan "keinginan untuk belajar".
Reinforcement dan reward dari dalam mungkin penting untuk
meningkatkan perbuatan tertentu atau untuk membuat mereka yakin
hingga mau mengulangi apa yang sudah dipelajari. Bruner menekankan
pentingnya motivasi intrinsik dibandingkan dengan motivasi eksternal.
Contoh motivasi intrinsik adalah rasa ingin tahu anak. Bahwa dunia ini
akan dapat dikenal dan dikuasai anak dengan menggunakan kesadaran
"ingin tahu". Motivasi lain yang dapat membawa kita pada dunia ini
adalah dengan memiliki berbagai kompetensi. Anak-anak menjadi
tertarik untuk mempelajari hal-hal yang mereka anggap biasa dan telah
dikuasai. Satu hal yang tidak mungkin adalah memotivasi anak agar
menguasai sesuatu yang mereka tidak biasa dan tidak kuasai.
3. Penyajian Simbolik
Bahasa adalah dasar penyajian simbolik. Penyajian simbolik ini
dibuktikan oleh kemampuan seseorang untuk memikirkan proposisi
dibandingkan objek, memberikan struktur hierarkis pada konsep-konsep
dan untuk memikirkan alternatif yang mungkin dalam suatu cara
kombinatunal. Pada tahap ini anak mungkin dapat menerangkan cara
bekerjanya neraca atau timbangan. Salah satu penyebab kegagalan guru
dalam menyajikan materi pelajaran adalah karena guru tidak berusaha
untuk memahami siswa dengan baik, atau model penyajian guru tidak
sesuai dengan tingkat pengalaman dan pengetahuan anak. Akibatnya,
anak tidak dapat menangkap pesan pembelajaran yang ingin
disampaikan guru.
Sebagai ilustrasi dari ketiga cara penyajian ini, Bruner memberikan
suatu contoh tentang pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil hanya
dapat bertindak berdasarkan prinsip-prinsip timbangan dan menunjukkan
hal itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat
lebih jauh ke bawah, ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih
tua dapat menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model
atau dengan suatu gambaran. Bayangan timbangan itu dapat diperinci
seperti terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan dapat
dijelaskan dengan menggunakan bahasa, tanpa pertolongan gambar atau
dapat pula dijelaskan secara matematik dengan menggunakan Hukum
Newton tentang momen. (Ratna, 2006)
batas-batas tertentu harus diketahui dan sampai berapa jauh tujuan itu
telah tercapai pun harus diketahui.
2. Penstrukturan Pengetahuan untuk Pemahaman Optimal
Stuktur suatu domain pengetahuan mempunyai tiga ciri dan setiap cirri
itu mempengaruhi kemampuan siswa untuk menguasainya. Ketiga cirri
itu ialah cara penyajian, ekonomi, dan kuasa. Cara penyajian, ekonomi,
dan kuasa berbeda bila dihubungkan dengan usia, gaya, para siswa, dan
macam bidang studi. Kita sudah mengetahui bahwa ada tiga cara
penyajian, yaitu cara enaktif, ikonik, dan simbolis serta contoh-contoh
untuk setiap cara penyajian itu. Banyak studi yang mempunyai berbagai
alternative cara penyajian. Ekonomi dalam penyajian dihubungkan
sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses
untuk mencapai pemahaman. Lebih ekonomis untuk merangkum
hubungan antara volume dan tekanan gas dengan rumus PV = C
misalnya, daripada menyajikan dalam bentuk tabel. Akan tetapi,
ekonomi makin meningkat dengan menggunakan diagram atau gambar
jika akan menyajikan cara menghasilkan gula dari tebu misalnya dari
pada disajikan dengan uraian. Dan kuasa, suatu penyajian dapat juga
diterangkan sebagai kemampuan penyajian itu untuk menghubung-
hubungkan hal-hal yang kelihatannya sangat terpisah-pisah.
3. Perincian Urutan-urutan Penyajian Materi Pelajaran Secara Optimal
Dengan mengajar, siswa dibimbing melalui urutan pernyataan suatu
masalah atau sekumpulan pengetahuan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menerima, mengubah, dan mentransfer apa
yang telah dipelajarinya. Jadi, urutan pelajaran dalam suatu domain
pengetahuan mempengaruhi kesulitan yang dihadapi siswa dalam
mencapai penguasaan. Tidak ada urutan yang khas bagi semua siswa.
Menurut Bruner perkembangan intelektual bergerak dari penyajian
enaktif melalui penyajian ekonik ke penyajian simbolis. Oleh karena
itu, urutan optimum materi pelajaran juga mengikuti arah yang sama.
16
F. Ciri Khas Teori Bruner dan Perbedaannya dengan Teori yang Lain
Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain
yaitu tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri.
Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-
penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum
spiral kurikulum”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk
memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke
yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu
saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang
lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari
suatu ilmu pengetahuan secara utuh.
Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara
menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk
konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan
perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa
menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep
yang lama melalui pembelajaran penemuan.
dikeluar lari
kan uap
air dan
gas
karbon
dioksida
5. Apakah yang kamu Menemukan pola Waktu istirahat,
temukan dalam (3) dan dalam satu seri jumlah
(4) pengamatan pernapasan
lebih sedikit
dari pada
sesudah berlari
di tempat
6. Dapat kamu ramalkan Meramalkan
bagaimana pernapasan
seseorang yang baru saja
ikut pertandingan
berlari? Bagaimana
gambar grafiknya?
Mengapa kamu Menarik Untuk
menghitung pernapasan kesimpulan menghindari
seseorang selama salah hitung
beberapa menit, dan beberapa
mengapa tidak selama respons yang
satu menit saja? lain
8. Gas apakah yang kita Merumuskan Oksigen dan
perlukan dari udara hipotesis beberapa
untuk pernapasan respons lain
9. Zat apakah yang kita Merumuskan Uap air dan gas
keluarkan waktu hipotesis karbon
pernapasan? dioksida, dan
beberapa
21
respons lain
Merencanakan
1 Bagaimana kamu Merencanakan
percobaan membuktikan bahwa percobaan
secara uap air yang kamu
kelompok keluarkan waktu
pernapasan?
11. Bagaimana kamu Merencanakan
membuktikan bahwa gas percobaan
karbon dioksida yang
keluar waktu pernapasan
Melakukan 12. Lakukan kedua Menggunakan
percobaan percobaan itu alat/bahan.
secara Mencatat hasil
kelompok pengamatan
13. Buatlah laporan dari Menyusun
percobaan yang akan laporan
kamu lakukan
Sesudah kerja
14. Diskusikan hasil Mendiskusikan
kelompok percobaan kelompokmu hasil percobaan
selesai dengan hasil kelompok
lain
15. Setelah melakukan Mengajukan
kegiatan ini, ada di pertanyaan
antaramu yang akan
bertanya?
16. Waktu tawaran perang Menerapkan Mereka tidak
yang diangkut dengan konsep memperoleh
gerbong kereta api tiba oksigen dari
di suatu stasiun, ternyata udara gerbong
sebagian dari mereka itu tertutup, jadi
sudah lemas, dan ada mereka tidak
pula yang sudah tewas. dapat bernapas.
Menurutmu, apakah Ada beberapa
22
BELAJAR PENEMUAN
Contoh 2
CAHAYA
Apakah yang Dilakukan suatu Prisma terhadap Cahaya?
Contoh 3
RANCANGAN RPP MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang penulis lakukan di SD
Negeri 2 Bayah Barat tentang pembelajaran IPA dengan konsep gaya magnet
penulis menyusun rancangan RPP yang akan digunakan oleh penulis dalam
melakukan kegiatan pembelajaran. Berikut ini rancangan RPP yang penulis
gunakan sebagai berikut:
1. Tahap pendahuluan
Pada tahapan ini penulis melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Mengkondisikan siswa pada situasi belajar yang lebih baik, kegiatannnya
berupa:
24
1. Penulis memberikan penilaian dengan alat tes berupa tes uraian singkat
2. Memberikan umpan balik dengan cara tugas sederhana
3. Ucapan terima kasih dan salam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Bruner mempunyai ciri khas dari pada teori belajar yang lain yaitu
tentang ”Discovery Learning” yaitu belajar dengan menemukan konsep
sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut
pengulangan-pengulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut
”kurikulum spiral (a Spiral Curriculum)”. Secara singkat, kurikulum spiral
menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari
yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah
diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi
baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah
mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh. Menurut Bruner cara
27
B. Saran
Sebagai calon pendidik kita dituntut untuk mengenal dan memahami
teori-teori belajar untuk mengembangkan metode pengajaran. Dengan begitu
pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa dan terus-menerus melekat dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
DAFTAR
27 PUSTAKA