Dosen Pengampu
Mohamad Iksan, S.Psi.,M.A
Oleh
Rony Ashfasidik
19610002
Pada usia dua tahun ia menderita penyakit katarak dan harus dioperasi. Ayahnya meninggal
ketika ia berusia 12 tahun yang menyebabkan ia harus pindah ke rumah keluarganya dan kerap
kali putus sekolah dan pindah-pindah sekolah.
Meskipun demikian prestasinya cukup baik ketika masuk Duke University Durham, New York
City. Ia memperoleh gelar B.A pada tahun 1937 dan memperoleh Ph.D dari Harvard University
tahun 1941. Bruner juga seorang profesor psikologi di Harvard University 1952-1972 dan di
Oxford University 1972-1980.
la menghabiskan waktunya di New York University School of Law dan New School For Social
Research di New York City. Lebih 45 tahun Bruner menekuni psikologi kognitif sebagai suatu
alternatif teori behavioristik dalam psikologi sejak pertengahan abad 20.
Pendekatan kognitif Bruner menjadikan reformasi pendidikan di Amerika Serikat dan juga di
Inggris. Selain sebagai psikolog, ia juga termasuk Dewan Penasehat Presiden bidang sains pada
masa Pesiden Jhon F. Kennedy dan Jhonson serta banyak menerima penghargaan dan
kehormatan termasuk International Baldan Prize, medali emas CIBA untuk riset dari Asosiasi
Psikologi Amerika.
Bruner juga seorang penulis produktif. Beberapa karya tulisnya antara lain:
Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Harvard University di Amerika Serikat dan dilantik
sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan
peranan penting dalam Struktur Projek Madison di Amerika Serikat. Setelah itu, beliau menjadi
seorang profesor Psikologi di Oxford University di Inggris.
Jerome S. Bruner wafat pada 5 Juni 2016 di New York, Amerika Serikat.
Teori Jerome Bruner: Belajar Penemuan (Discovery Learning )
1. pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model tentang kenyataan yang
dibangunnya.
2. model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian
model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang bersangkutan.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan
oleh caranya melihat lingkungan, yaitu:
1. Pengetahuan yang diperoleh akan bertahan lama dan lebih mudah diingat.
2. Hasil belajar mempunyai efek transfer yang lebih baik, dengan kata lain konsep dan
prinsip yang diperoleh lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru.
3. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, melatih
keterampilan-keterampilan kognitif siswa utuk menemukan dan memecahkan masalah
tanpa pertolongan orang lain.
Bagaimana cara menerapkan belajar penemuan di kelas sehingga diperoleh hasil yang
maksimal, tentu tidak lepas dari peranan guru. Jika kita mengajarkan sains berarti kita ingin
membuat anak kita berpikir secara sistematis, berperan serta dalam proses perolehan
pengetahuan. Peranan guru dalam Belajar Penemuan adalah sebagai berikut.
1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-
masalah yang tepat untuk diselidiki oleh siswa.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah
3. Cara penyajian disesuaikan dengan taraf perkembangan kognitif siswa
4. Bila siswa memecahlan masalahnya di laboratorium atau secara teoritis, hendaknya guru
berperan sebagai pembimbing.
5. Penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar
mengenai suatu bidang studi, dan kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip
dasar itu pada situasi baru.
Kelemahan dari Teori Belajar Penemuan (Free Discovery Learning)
1. Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bilakurang cerdas,
hasilnya kurang efektif.
2. Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurangterpimpin atau
kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dankekaburan atas materi yang dipelajari.
1. Merencanakan pelajaran demikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-
masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi parasiswa untuk
memecahkan masalah.
3. Cara penyajian disesuaikan dengan taraf perkembangan kognitif siswa
4. Bila siswa memecahkan masalahnya di laboratorium atau secara teoritis, hendaknya guru
berperan sebagai pembimbing.
5. Penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar
mengenai suatu bidang studi, dan kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip
dasar itu pada situasi baru.