com/2010/06/21/teori-belajar-menurut-jerome-bruner/
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran
kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon. Tidak seperti model berajar behavioristik yang mempelajari proses belajar
hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu
bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar
kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar
merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan
lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat
kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang
diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan
terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-
pengalaman sebelumnya.
Bruner ternyata tidak mengambangkan suatu teori belajar yang sistematis. Yang
penting baginya ialah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan dan
mentransformasikan informasi secara aktif, dan inilah menurut bruner inti dari belajar.
Oleh karena itu Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan
manusia dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang dilakukannya sesudah
memperoleh informasi yang diskrit itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan
kemampuan padanya.
Jerome Bruner (1915), seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar
kognitif, yang menjabat sebagai direktur pusat untuk studi kognitif di Harvard
University. Teori Bruner tidak mengembangkan suatu teori bulat tentang belajar
sebagaimana yang dilakukan oleh Robert M. Gagne. Refleksinya berkisar pada manusia
pengolah aktif terhadap informasi yang diterimanya untuk memperoleh Pemahaman.
Yang menjadi ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas, untuk itu menurut Bruner,
murid mengorganisir bahan yang dipelajari dalam suatu bentuk akhir. Teori ini
disebutnya dengan discovery learning, atau dengan kata lain bagaimana cara orang
memilih mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif, dan inilah
menurut Bruner inti dari belajar. Menurut Bruner dalam proses belajar ada tiga tahap,
yaitu:
1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau
pengalaman baru dimana dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah
informasi yang berfungsi sebagai penambahan pengetahuan yang lama,
memperluas dan memperdalam dan kemungkinan informasi yang baru
bertentangan dengan informasi yang lama.
2. Tahap tansformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang
mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, yaitu informasi harus dianalisis
dan ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konsetual
agar dapat digunakan dalam hal lebih luas.
3. Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada
tahap ke dua benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga diketahui
mana-mana pengetahuan yang diperoleh dan transformasi dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat
stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi
peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan.
Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk
mengemukakan pada Pendewasaan intelektual atau pertumbuhan kognitif dirinya
sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.
2. Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama
adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan
dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi
dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi
juga dalam diri orang itu sendiri.
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi
informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk
menyatakan kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah
yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner. Ketiga cara itu
ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.
Kajian Bruner menekankan perkembangan kognitif. Ia menekankan cara-cara manusia
berinteraksi dalam alam sekitar dan menggambarkan pengalaman secara mendalam.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif juga melalui tiga tahapan yang ditentukan
cara melihat lingkungan, yaitu enaktif (0-2 tahun), ikonik (2-4 tahun), dan simbolik (5-
7 tahun).
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh
sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan
sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga tidak menyatakan konsep
kesegitigaan.
Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan timbangan.
Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip” timbangan dan
menunjukkan hal itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk
dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua
dapat menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran.
”Bayangan” timbangan itu dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran.
Akhirnya suatu timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa
pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan menggunakan
Hukum Newton tentang momen.
Belajar Penemuan
Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner
yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap
bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner
menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman
dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan
konsep dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa
kebaikan. Diantaranya adalah:
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Asumsi umum tentang teori belajar kognitif: a. Bahwa pembelajaran baru berasal dari
proses pembelajaran sebelumnya. b. Belajar melibatkan adanya proses informasi
(active learning). c. Pemaknaan berdasarkan hubungan. d. Proses kegiatan belajar
mengajar menitikberatkan pada hubungan dan strategi.
Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori
perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari
ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel
menekankan pada apsek pengelolaan (Advance Organizer) yang memiliki pengaruh
utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk
penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman belajar. Bruner bekerja
pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas
bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan. Bruner
mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual,
yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu
sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran
harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan
perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan
yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral
dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai
Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara
belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan
hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan
(discovery learning).
Bruner mempreskripsikan pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar
siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk
menemukan pengetahuan dan kemampuan yang khas baginya. Sedangkan Ausubel
mempreskripsikan agar siswa dapat mengembangkan stuasi belajar, memilih dan
menstrukturkan isi, serta menginformasikannya dalam bentuk sajian pembelajaran
yang terorganisasi dari umum menuju kepada yang rinci dalam satu satuan bahasan
yang bermakna.
Langkah-langkah discovery learning
1. Siswa dihadapkan pada problem-problem yang menimbulkan suatu perasaan
gagal di dalam dirinya lni dimulai proses inquiry
2. Siswa mulai menyelidiki problem itu secara individual
3. Siswa berusaha memecahkan problem dengan menggunakan pengetahuan
yang sebelumnya
4. Siswa menunjukkan pengertian dari generalisasi itu
5. Siswa menyatakan konsepnya atau prinsip-prinsip dimana generalilisasi itu
didasarkan.
2. Peranan Guru
Langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam belajar penemuan adalah:
Semoga Bermanfaat….. JJJ
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu., dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 1991
Bell Gredler, Margareth E., Belajar dan Membelajarkan. terj. Munandir. Jakarta:
Rajawali. 1991
Budiningsih, Asri., Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2005
Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara. 1995
Seifert, Kelvin., Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan (Manajemen
Mutu Psikologi Pendidikan Para Pendidik). terj. Yusuf Anas. Jogjakarta: IRCiSod. 2008
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
1995
Soemanto, Wasti., Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 1998
Sudjana, Nana., Teori-teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: LP. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. 1991
Uno, Hamzah B., Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Aksara. 2008
Wilis Dahar, Ratna., Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. 1989
Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran. Jakarta: Media Abadi. 2005
Internet:
http://www.semipalar.net/artikel/artikel35.html
http://www.zanariah2.tripod.com/tugasan2A.htm
http://www.geocities.com/masterptvpsikologi/psikologikognitif.pdf