Anda di halaman 1dari 12

https://tujuhkoto.wordpress.

com/2010/06/21/teori-belajar-menurut-jerome-bruner/

TEORI BELAJAR MENURUT JEROME BRUNER


Dipublikasi pada Juni 21, 2010 oleh tujuhkoto

Jerome Bruner secara ekstensif telah menulis tentang


proses pemikiran manusia dan bagaimana cara pemikiran tersebut muncul – dan
bagaimana cara yang seharusnya dialami oleh kemunculan tersebut – selama proses
instruksi berjalan. Tulisan-tulisannya tentang dunia pendidikan menunjukkan
kecendrungan filisofis Piaget dan merupakan harta karun yang penuh dengan
gagasan.meskipun pembuktian eksperimental yang ada di masing-masing gagasan tidak
memiliki tekanan yang cukup dibandingkan dengan yang biasa terjadi dalam dalam
teori-teori kognitif lainnya.Teori belajar dari perkembangan psikologi pendidikan
dengan tiga aliran (teori behavioristik, teori kognitif dan teori humanistik) yaitu: teori
belajar dari psikologi behavioristik, yang berpendapat tingkah laku manusia
dikendalikan ganjaran (reward) dan penguatan (reinforcement) dari lingkungan.
Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-
reaksi behavior dengan slimulasi, teori belajar dari psikologi kognitif yang beranggapan
bahwa tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi, jadi kaum kognitif berpandangan
tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada pemahaman (insight) terhadap
hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi, teori telajar dari psikologi
humanistik menekankan pada bagaimana individu dipengaruhi dan dibimbing pribadi
yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri atau dengan
kata lain pandangan ini berusaha untuk memahami prilaku seseorang dari sudut
perilaku( behaver). Bukan dari pengamat (observer).
Teori belajar Bruner dikenal dengan tiga tahapan belajarnya
yaitu, enaktif, ikonik dan simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada waktu
mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat
menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya,
yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya.

A. Riwayat Singkat Jerome Bruner


Jerome Bruner lahir di New York tahun l915. Pada usia dua tahun ia menderita penyakit
katarak dan harus dioperasi. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 12 tahun yang
menyebabkan ia harus pindah ke rumah familinya dan kerap kali putus sekolah dan
pindah-pindah sekolah. Meskipun demikian prestasinya cukup baik ketika masuk Duke
University Durham, New York City ia memperoleh gelar B.A pada tahun 1937 dan
memperoleh Ph.D dari Harvard University tahun 1941. Bruner juga seorang profesor
psikologi di Harvard University 1952-1972 dan di Oxford University 1972-1980. la
menghabiskan waktunya di New York University School of Law dan New School For
Social Research di New York City. Lebih 45 tahun Bruner menekuni psikologi kognitif
sebagai suatu alternatif teori behavioristik dalam psikologi sejak pertengahan abad 20.
Pendekatan kognitif Bruner menjadikan reformasi pendidikan di Amerika Serikat dan
juga di Inggris. Selain sebagai psikolog, ia juga termasuk Dewan Penasehat Presiden
bidang sains pada masa Pesiden Jhon F. Kennedy dan Jhonson serta banyak menerima
penghargaan dan kehormatan termasuk International Baldan Prize, medali emas CIBA
untuk riset dari Asosiasi Psikologi Amerika. Bruner juga seorang penulis produktif.
Dantara karya tulisnya antara lain:
1. Acts of Meaning (Harvard University Press, l99l)
2. The Culture of Education (Harvard University press, 1996)
3. The Process of Education (Harvard University press. 1960)
4. Toward a Theory of Instruction (Harvard Univenity press, 1966)
5. Beyond the Information Given; Studies in the Psychology of
Knowing (Norton, 1973)
6. Child’s Talk: Learning to Use Language (Norton, 1983)
7. Actual Minds, Possible Worlds (Harvard, University press, 1986)
Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Harvard University di Amerika Serikat dan
dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972,
dan memainkan peranan penting dalam Structur Projek Madison di Amerika Serikat. 
Setelah itu, beliau menjadi seorang profesor Psikologi di Oxford University di Inggris.
Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar
kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian
banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam
mempelajarai manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan
pencipta informasi. Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif,
yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi
dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai
konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan
orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang
dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.

Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran
kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon. Tidak seperti model berajar behavioristik yang mempelajari proses belajar
hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu
bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar
kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar
merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori  kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan
lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat
kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang
diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan
terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-
pengalaman sebelumnya.

Bruner ternyata tidak mengambangkan suatu teori belajar yang sistematis. Yang
penting baginya ialah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan dan
mentransformasikan informasi secara aktif, dan inilah menurut bruner inti dari belajar.
Oleh karena itu Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan
manusia dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang dilakukannya sesudah
memperoleh informasi yang diskrit itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan
kemampuan padanya.

Jerome Bruner (1915), seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar
kognitif, yang menjabat sebagai direktur pusat untuk studi kognitif di Harvard
University. Teori Bruner tidak mengembangkan suatu teori bulat tentang belajar
sebagaimana yang dilakukan oleh Robert M. Gagne. Refleksinya berkisar pada manusia
pengolah aktif terhadap informasi yang diterimanya untuk memperoleh Pemahaman.

Yang menjadi ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas, untuk itu menurut Bruner,
murid mengorganisir bahan yang dipelajari dalam suatu bentuk akhir. Teori ini
disebutnya dengan discovery learning, atau dengan kata lain bagaimana cara orang
memilih mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif, dan inilah
menurut Bruner inti dari belajar. Menurut Bruner dalam proses belajar ada tiga tahap,
yaitu:
1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau
pengalaman baru dimana dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah
informasi yang berfungsi sebagai penambahan pengetahuan yang lama,
memperluas dan memperdalam dan kemungkinan informasi yang baru
bertentangan dengan informasi yang lama.
2. Tahap tansformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang
mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, yaitu informasi harus dianalisis
dan ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konsetual
agar dapat digunakan dalam hal lebih luas.
3. Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada
tahap ke dua benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga diketahui
mana-mana pengetahuan yang diperoleh dan transformasi dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat
stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi
peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan.
Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk
mengemukakan pada Pendewasaan intelektual atau pertumbuhan kognitif dirinya
sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.

B. Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner

1. Empat Tema tentang Pendidikan


Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu
karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat,
bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu
dengan yang lain.
Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri
atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat
mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi,
teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui
langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan
kesimpulan yang benar atau tidak.
Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara
yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

2. Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama
adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan
dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi
dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi
juga dalam diri orang itu sendiri.

Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan


menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang
diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner ini
mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya.
Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan membentuk suatu
struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu
atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.
Bruner menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:

1. Perkembangan intelektul ditandai dengan adanya kemajuan dalam


menanggapi suatu rangsangan.
2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem
penyimpanan informasi secara realis
3. Perkembangan intelekual meliputi perkembangan kemampuan berbicara
pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang
apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan
dengan kepercayaan pada diri sendiri.
4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan
anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya
5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif karena bahasa merupakan alat
komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada
diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu
konsep ke pada oraag lain.
6. Perkembaagan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan
beberapa alternatif secara simultan. memilih tindakan yang tepat, dapat
memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi

3. Belajar sebagai Proses Kognitif

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi
informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.

Informasi baru merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki


seseorang atau informasi itu dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan
dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi
pengetahuan seseorang memperlakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru.
Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan
cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.

Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk
menyatakan kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah
yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner. Ketiga cara itu
ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.
Kajian Bruner menekankan perkembangan kognitif. Ia menekankan cara-cara manusia
berinteraksi dalam alam sekitar dan menggambarkan pengalaman secara mendalam.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif juga melalui tiga tahapan yang ditentukan
cara melihat lingkungan, yaitu enaktif (0-2 tahun), ikonik (2-4 tahun), dan simbolik (5-
7 tahun).

1. Tahap enaktif (0-2 tahun), seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam


upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami
dunia sekitarnya, anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui
gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya.
2. Tahap ikonik (2-4 tahun), seseorang memahami objek-objek atau dunianya
melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami
dunia sekitarnya, anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komperasi)
3. Tahap simbolik (5-7 tahun), seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau
gagasan-gagasan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar
melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol.
Semakin matang seseorang dalam proses pemikirannya, semakin dominan
sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi sistem enaktif
dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan
salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ekonik dalam proses
belajar.
Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini
seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau
kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui
respon-respon motorik. Misalnya seseorang anak yang enaktif mengetahui bagaimana
mengendarai sepeda.

Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh
sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan
sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga tidak menyatakan konsep
kesegitigaan.

Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan


oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan dari pada
objek-objek,  memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara kombinatorial.

Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan timbangan.
Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip” timbangan dan
menunjukkan hal itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk
dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua
dapat menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran.
”Bayangan” timbangan itu dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran.
Akhirnya suatu timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa
pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan menggunakan
Hukum Newton tentang momen.

Belajar Penemuan
Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner
yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap
bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner
menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman
dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan
konsep dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa
kebaikan. Diantaranya adalah:
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Asumsi umum tentang teori belajar kognitif: a. Bahwa pembelajaran baru berasal dari
proses pembelajaran sebelumnya. b. Belajar melibatkan adanya proses informasi
(active learning). c. Pemaknaan berdasarkan hubungan. d. Proses kegiatan belajar
mengajar menitikberatkan pada hubungan dan strategi.
Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori
perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model  kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan  hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.  Dari
ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.  Ausubel
menekankan pada apsek pengelolaan (Advance Organizer) yang memiliki pengaruh
utama terhadap belajar.  Menurut Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk
penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman belajar. Bruner bekerja
pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas 
bagaimana peserta didik  memperoleh informasi dari lingkungan.  Bruner
mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual,
yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu
sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran
harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan
perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan
yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral
dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai
Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara
belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan
hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan
(discovery learning).
Bruner mempreskripsikan pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar
siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk
menemukan pengetahuan dan kemampuan yang khas baginya. Sedangkan Ausubel
mempreskripsikan agar siswa dapat mengembangkan stuasi belajar, memilih dan
menstrukturkan isi, serta menginformasikannya dalam bentuk sajian pembelajaran
yang terorganisasi dari umum menuju kepada yang rinci dalam satu satuan bahasan
yang bermakna.

Teori pembelajaran Burner mementingkan pembelajaran melalui penemuan bebas


(Free discovery learning) atau penemuan yang dibimbing, atau latihan penemuan.
Bruner mementingkan aspek-aspek berikut dalam teori pembelajarannya yaitu; cara
manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan pengalamannya,  perkembangan
mental manusia dan pemikiran semasa proses pembelajaran, pemikiran secara logika,
penggunaan istilah untuk memahami susunan struktur pengetahuan, pemikiran analisis
dan intuitif, pembelajaran induktif untuk menguasai konsep/kategori, dan pemikiran
metakognitif. Teori-teori tersebut dapat diaplikasikan dalam 10 cara sebagai berikut:
1. Pembelajaran penemuan
2. Pembelajaran melalui metode induktif
3. Memberi contoh-contoh yarg berkaitan dan tidak berkaitan dengan konsep
4. Membantu siswa melihat hubungan antar konsep
5. Membiasakan siswa membuat pemikiran intuitif
6. Melibatkan siswa
7. Pengajaran untuk pelajar tahap rendah
8. Menggunakan alat bantu mengajar
9. Pembelajaran melalui kajian luar
10. Mengajar mengikuti kemampuan siswa
Teori Bruner mempunyai ciri khas dari pada teori belajar yang lain yaitu tentang
”discovery”, yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena
teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang
berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”. Secara singkat, kurikulum
spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang
sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu
saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih
kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu
pengetahuan secara utuh.
Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur
konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-
benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran
didasarkan kepada merangsang siswa  menemukan konsep yang baru dengan
menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan

Langkah-langkah discovery learning
1. Siswa dihadapkan pada problem-problem yang menimbulkan suatu perasaan
gagal di dalam dirinya lni dimulai proses inquiry
2. Siswa mulai menyelidiki problem itu secara individual
3. Siswa berusaha memecahkan problem dengan menggunakan pengetahuan
yang sebelumnya
4. Siswa menunjukkan pengertian dari generalisasi itu
5. Siswa menyatakan konsepnya atau prinsip-prinsip dimana generalilisasi itu
didasarkan.

C. Penerapan Teori Kognitif Bruner dalam Dunia Pendidikan


Pada bagian ini akan dibahas bagaimana menerapkan belajar penemuan pada siswa,
ditinjau dari segi metode, tujuan serta peranan guru khususnya dalam dunia
pendidikan.
1. Metode dan Tujuan
Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring. Tujuan belajar
bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sepenuhnya ialah
untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan
intelektual siswa dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan
mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar
penemuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bruner dalam bukunya Toward a
Theory of Instruction yang diambil dari buku Teori-Teori Belajar tulisan Ratna Wilis
Dahar, Bruner mengatakan:
We teach a subject not to produce litle living libraries on the subject, but rather to get a
student to think mathematically for him self, to consider matters as an historian does,
to take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not aproduct.
Jadi kalau kita mengajar sains misalnya, kita bukan akan menghasilkan perpustakaan-
perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat anak-anak kita
berfikir secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses perolehan
pengetahuan. Mengetahui itu adalah suatu proses, bukan suatu produk.

2. Peranan Guru
Langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam belajar penemuan adalah:

1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat


pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa
untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang
sudah dikenal siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatau yang
berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik dengan pengalaman siswa.
Akibatnya timbulah masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan
itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para siswa untuk
menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis dan mencoba
menemukan konsep atau prinsip yang mendasari masalah itu.
3. Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif
adalah melaui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan
(learning by doing). Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal.
Pengetahuan disajikan melalui gambar-gambar yang mewakili suatu konsep.
Simbolik adalah menggunakan kata-kata atau bahasa-bahasa.
4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru
hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru
hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang
akan dipelajari, tetapi hendaknya memberikan saran-saran bila diperlukan.
Sebagai seorang tutor, guru hendaknya memberikan umpan balik pada waktu
yang tepat.
5. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.
Secara garis besar belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-
generalisasi dengan menemukan sendiri konsep-konsep itu. Di lapangan,
penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang konsep dasar,
dan kemampuan untuk menerapkan konsep itu ke dalam situsi baru dan
situasi kehidupan nyata sehari-hari pada siswa.
Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses pembelajaran.
Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah.
Penilaian hasil belajar meliputi tentang konsep dasar dan penerapannya pada situasi
yang baru.

3. Langkah-langkah pembelajaran discovery learning menurut Bruner


Bruner mengajukan beberapa langkah-langkah pembelajaran, yaitu:

1. Menentukan tujuan pembelajaran


2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar dan sebagainya)
3. Memilih materi pelajaran
4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh kegeneralisasi)
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana kepada yang kompleks,
dari yang konkrit kepada yang abstrak, atau dari tahap enaktik, ikonik sampai
kepada tahap simbolik melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Dasamping itu ada beberapa saran-saran tambahan yang berdasarkan
pendekatan discovery learning terhadap pengajaran.
1. Mendorong memberikan “dugaan sementara” dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan
2. Menggunakan berbagai alat peraga dan permainan
3. Guru harus mendorong siswa untuk memuaskan keingintahuan jika mereka
ingin mengembangkan pikirannya atau ide-ide yang kadang-kadang tidak
langsung berhubungan dengan mata pelajaran
4. Gunakan sejumlah contoh yang belawanan dengan mata pelajaran yang
berhubungan dengan topik.
5. D. Keistimewaan dan Kelemahan Discovery Learning
Dalam setiap teori pastilah ada keistimeaan dan kelemahan. Begitu juga halnya dengan
teori discovery learning yang cetuskan oleh Jerome Bruner. Ada beberapa
keistimewaan discovery learning itu, antara lain:
& Discovery learning menimbulkan keingintahuan siswa, dapat memotivasi mereka
untuk melanjutkan pekerjaan sampai mereka menemukan jawaban-jawaban.
& Pendekatan ini dapat mengajar keterampilan menyelesaikan masalah secara mandiri
dan mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi dan
tidak hanya menyerap secara sederhana saja

 Hasilnya lebih berakar dari pada cara belajar yang lain.


 Lebih mudah dan cepat ditangkap
 Dapat dimanfaatkan dalam bidang sudi lain atau dalam kehidupan sehari-
hari
 berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan siswa menalar dengan baik
Sedangkan kelemahan teori Discovey Learning Jerome Bruner antara lain:
 Belajar discovery learning belum tentu bisa diaplikasikan karena kondisi dan
sistem yang belum mendukuag penemuan sendiri, sementara secara realistis
murid didominasi hanya menerima dari guru
 Discovery learning belum tentu semua murid mahir untuk menerapkannya
 Discavery learning berbahaya bagi murid yang kurang mahir, sebab
pengetahuan yang ia peroleh tidak akan menambah pengetahuan yang
sempurna tapi baru sebatas coba-coba.
Kesimpulan
Dalam usaha meningkatkan pendidikan pada umumnya Bruner mengemukakan empat
tema, yaitu; struktur, kesiapan, intuisi dan motivasi. Bruner menganggap bahwa belajar
itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu; memperoleh informasi baru, transformasi ilmu
pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangannya
terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental didasarkan pada
dua prinsip, yaitu; pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model
menganai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu mula-mula diadopsi dari
kebudayaan seseorang, dan kemudian model-model itu diadaptasikan pada kegunaan
bagi orang itu.

Pematangan intelektual seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya


ketidakbergantungan respon dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada
bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa- peristiwa menjadi suatu “sistem
simpanan” yang sesuai dengan lingkungan.pertumbuhan itu menyangkut peningkatan
kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain
tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.

Penyajian kemampuan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu; cara enaktif,


ekonik, dan cara simbolik. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi
melalui belajar penemuan (discovery learning). Pengetahuan yang diperoleh melalui
belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar
penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan dan berfikir secara bebas, dan
memilih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan
masalah.
Saran-saran
Sebagai seorang guru ada baiknya menggunakan metode yang variatif dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas. Diantaranya dengan menggunakan teori belajar kognitif
Bruner dengan pendekatan discovery learning.
Dalam menerapkan belajar penemuan, tujuan-tujuan mengajar hendaknya dirumuskan
secara garis besar dan cara-cara yang digunakan para siswa untuk mencapai tujuan
tidak perlu sama. Dalam belajar penemuan guru tidak begitu mengendalikan proses
belajar-mengajar.guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan
pemecahan masalah selain itu guru diminta pula untuk memperhatikan tiga cara
penyajian, yaitu penyajian enaktif, ekonik, dan simbolik. 

Semoga Bermanfaat….. JJJ
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu., dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 1991
Bell Gredler, Margareth E., Belajar dan Membelajarkan. terj. Munandir. Jakarta:
Rajawali. 1991
Budiningsih, Asri., Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2005
Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara. 1995
Seifert, Kelvin., Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan (Manajemen
Mutu Psikologi Pendidikan Para Pendidik). terj. Yusuf Anas. Jogjakarta: IRCiSod. 2008
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
1995
Soemanto, Wasti., Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 1998
Sudjana, Nana., Teori-teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: LP. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. 1991
Uno, Hamzah B., Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Aksara. 2008
Wilis Dahar, Ratna., Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. 1989
Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran. Jakarta: Media Abadi. 2005
Internet:

http://www.semipalar.net/artikel/artikel35.html
http://www.zanariah2.tripod.com/tugasan2A.htm
http://www.geocities.com/masterptvpsikologi/psikologikognitif.pdf

Anda mungkin juga menyukai