Anda di halaman 1dari 5

Teori Belajar Menurut Jean Piaget

Sejarah dan Pekembangan Teori Belajar Menurut


Jean Piaget

Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar


pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar
kognitif lainnya. Menunut Piaget, perkembangaan kognitif
menupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang
dibangun atas struktur biologis perkembangan sistem syaraf.
Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin
komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya. Bila individu berkembang menuju kedewasaan,
akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang
akan menyebabkan adanya perubahan-pembahan kualitatif di
dalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan
kognitif sebagai sesuatu yang dapat dibagi secara kuantitatif. la
menyimpulkan bahwa kekuatan mental atau mental anak yang
berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.

Asimilasi dan akomodasi akan terjadi seseorang terjangkit konflik


kognitif atau suatu ketidaksembangan antara apa yang telah
diketahui dengan yang dilihat atau yang dialaminya sekarang.
Proses ini akan mempengaruhi struktur kognitif. Menurut piaget,
proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi,
akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi
merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru
ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses
akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Sebagai
contoh, seorang anak sedang memahami prinsip pengurangan.
Ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses
pengitegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah
dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah
yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal-
soal pembagian, maka situasi ini disebut proses akomodasi.
Artinya, anak tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau
memakai prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang baru dan
spesifik.
 Teori Belajar Menurut Jerome S. Bruner
 Sejarah dan Perkembangan Teori Belajar J.S
Bruner

Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli


psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah
mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan
agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya
pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan
mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia
belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi
pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa
manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi.
Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar
informasi yang diberikan kepada
 Proses Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner

Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah,


bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif
dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak
dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini
didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang
perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal itu,
antara lain:
1. Perkembangan intelektual anak

Menurut penelitian J. Piaget, perkembangan intelektual anak


dapat dibagi menjadi tiga taraf, yaitu:
 Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra
sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf
ini ia belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara
perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar.
Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan
fisika yang fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah
bila bentuknya berubah. Pada taraf ini kemungkinan untuk
menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat
terbatas.

 Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu


“internalized”, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia
tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan
yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya.
Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat
memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata.
Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak
dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum
pernah dialami sebelumnya.
 Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup
beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi
dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya.

Sedangkan menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa


menempuh tiga tahap, yaitu:
 Tahap informasi (tahap penerimaan materi).

Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh


sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
 Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)

Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis,


diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau
konseptual.
 Tahap evaluasi

Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh


mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang
dihadapi.
1. S. Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatan
dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam belajar
mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai
dengan benda kongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-
tahap yang lebih tinggi (sesuai dengan kemampuan siswa)
konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan
menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam
matematika. Penggunaan konsep Bruner dimulai dari cara
intuitif keanalisis dari eksplorasi kepenguasaan. Misalnya, jika
ingin menunjukkan angka 3 (tiga) supaya menunjukkan sebuah
himpunan dengan tiga anggotanya.Contoh himpunan tiga buah
mangga. Untuk menanamkan pengertian 3 diberikan 3 contoh
himpunan mangga. Tiga mangga sama dengan 3 mangga.
Teori Belajar Kognitif Gagne

Menurut Gagne (1977) dalam Winataputra (2008:3-6)


berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh dua hal yakni
variabel dari dalam diri individu dan di luar diri individu yang
saling berinteraksi. Ini berarti pandangan Gagne bersifat eklektis
(perpaduan) dari esensi pandangan behavioristik dan
konseptualisme instrumental/kognitif.  Strategi kognitif,
kemampuan untuk memecahkan masalah baru dengan jalan
mengatur proses internal masing-masing individu dalam
memperhatikan belajar, mengingat dan berfikir. Kemampuan
memecahkan masalah yang meliputi: strategi menghafal, strategi
elaborasi, pengaturan, metakognitif dan strategi kognitif dapat
dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih efisien.

Gagne memerinci proses belajar menjadi delapan jenis,


yakni:
1. Belajar isyarat/signal learning yaitu melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dengan memahami tanda atau isyarat
misalnya berhenti bicara karena mendapat isyarat telunjuk
menyilang mulut sebagai tanda tidak boleh ribut, berhenti
mengendarai sepeda motor diperempatan jalan pada saat lampu
merah menyala.
2. Belajar stimulus respon/stimulus-response learning, terjadi
pada diri individu karena ada rangsangan dari luar, misalnya,
timbul selera makan karena mencium bau sate, melakukan
kegiatan karena ada komando, berlari karena mendengar suara
anjing menggonggong di belakang.
3. Belajar rangkaian/chaining learning, terjadi melalui
perpaduan berbagai proses stimulus respon (S-R) yang telah
dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku yang segera
atau spontan seperti konsep merah-putih, panas-dingin, ibu-
bapak, kaya-miskin.
4. Belajar asosiasi verbal/verbal association learning, terjadi bila
individu telah mengetahui sebutan bentuk ia dapat menangkap
makna yang bersifat verbal, misalnya perahu itu seperti badan itik
atau kereta api tampak seperti kaki seribu atau wajahnya seperti
bulan kesiangan.
5. Belajar diskriminasi/discrimination learning, terjadi bila
individu berhadapan dengan benda, suasana, atau pengalaman
yang luas dan ia mencoba membeda-bedakan hal-hal yang
jumlahnya banyak itu misalnya memmembeda-bedakan jenis
tumbuhan atas dasar urat daunnya, suku bangsa menurut
tempatnya, dan Negara menurut tingkat kemajuannya.
6. Belajar konsep/concept learning, terjadi bila individu
berhadapan berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan
kedalam suatu pengertian atau makna yang abstrak, misalnya
binatang, tumbuhan dan manusia termasuk makhluk
hidup, Negara-negara yang maju termasuk developed countries,
aturan-aturan yang mengatur hubungan antara Negara termasuk
hukum internasional.
7. Belajar aturan /hukum/rule learning, terjadi bila individu
menggunakan beberapa rangkaian peristiwa atau perangkat data
yang terdahulu atau diberikan sebelumnya dan menerapkannya
atau menarik kesimpulan menjadi sutu aturan misalnya
ditemukan bahwa benda memuai bila dipanaskan, iklim suatu
tempat di pengaruhi oleh suatu tempat kedudukan geografis dan
astronomi dimuka bumi, harga dipengaruhi oleh penawaran dan
permintaan.
8. Belajar pemecahan masalah/problem solving learning, terjadi
bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk
menjawab suatu pertanyaan misalnya mengapa harga bahan bakar
minyak naik, mengapa minat masuk perguruan tinggi menurun.
Proses pemecahan masalah selalu bersinergi jamak dan atau sama
lain saling berkaitan.

Anda mungkin juga menyukai