Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menunut Piaget, perkembangaan kognitif menupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang dibangun atas struktur biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Bila individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-pembahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat dibagi secara kuantitatif. la menyimpulkan bahwa kekuatan mental atau mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Asimilasi dan akomodasi akan terjadi seseorang terjangkit konflik
kognitif atau suatu ketidaksembangan antara apa yang telah diketahui dengan yang dilihat atau yang dialaminya sekarang. Proses ini akan mempengaruhi struktur kognitif. Menurut piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Sebagai contoh, seorang anak sedang memahami prinsip pengurangan. Ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses pengitegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal- soal pembagian, maka situasi ini disebut proses akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang baru dan spesifik. Teori Belajar Menurut Jerome S. Bruner Sejarah dan Perkembangan Teori Belajar J.S Bruner
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli
psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada Proses Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner
Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah,
bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal itu, antara lain: 1. Perkembangan intelektual anak
Menurut penelitian J. Piaget, perkembangan intelektual anak
dapat dibagi menjadi tiga taraf, yaitu: Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan fisika yang fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah bila bentuknya berubah. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat terbatas.
Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu
“internalized”, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah dialami sebelumnya. Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya.
Sedangkan menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa
menempuh tiga tahap, yaitu: Tahap informasi (tahap penerimaan materi).
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis,
diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual. Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh
mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi. 1. S. Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam belajar mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda kongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap- tahap yang lebih tinggi (sesuai dengan kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika. Penggunaan konsep Bruner dimulai dari cara intuitif keanalisis dari eksplorasi kepenguasaan. Misalnya, jika ingin menunjukkan angka 3 (tiga) supaya menunjukkan sebuah himpunan dengan tiga anggotanya.Contoh himpunan tiga buah mangga. Untuk menanamkan pengertian 3 diberikan 3 contoh himpunan mangga. Tiga mangga sama dengan 3 mangga. Teori Belajar Kognitif Gagne
Menurut Gagne (1977) dalam Winataputra (2008:3-6)
berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh dua hal yakni variabel dari dalam diri individu dan di luar diri individu yang saling berinteraksi. Ini berarti pandangan Gagne bersifat eklektis (perpaduan) dari esensi pandangan behavioristik dan konseptualisme instrumental/kognitif. Strategi kognitif, kemampuan untuk memecahkan masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan belajar, mengingat dan berfikir. Kemampuan memecahkan masalah yang meliputi: strategi menghafal, strategi elaborasi, pengaturan, metakognitif dan strategi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih efisien.
Gagne memerinci proses belajar menjadi delapan jenis,
yakni: 1. Belajar isyarat/signal learning yaitu melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan memahami tanda atau isyarat misalnya berhenti bicara karena mendapat isyarat telunjuk menyilang mulut sebagai tanda tidak boleh ribut, berhenti mengendarai sepeda motor diperempatan jalan pada saat lampu merah menyala. 2. Belajar stimulus respon/stimulus-response learning, terjadi pada diri individu karena ada rangsangan dari luar, misalnya, timbul selera makan karena mencium bau sate, melakukan kegiatan karena ada komando, berlari karena mendengar suara anjing menggonggong di belakang. 3. Belajar rangkaian/chaining learning, terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon (S-R) yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti konsep merah-putih, panas-dingin, ibu- bapak, kaya-miskin. 4. Belajar asosiasi verbal/verbal association learning, terjadi bila individu telah mengetahui sebutan bentuk ia dapat menangkap makna yang bersifat verbal, misalnya perahu itu seperti badan itik atau kereta api tampak seperti kaki seribu atau wajahnya seperti bulan kesiangan. 5. Belajar diskriminasi/discrimination learning, terjadi bila individu berhadapan dengan benda, suasana, atau pengalaman yang luas dan ia mencoba membeda-bedakan hal-hal yang jumlahnya banyak itu misalnya memmembeda-bedakan jenis tumbuhan atas dasar urat daunnya, suku bangsa menurut tempatnya, dan Negara menurut tingkat kemajuannya. 6. Belajar konsep/concept learning, terjadi bila individu berhadapan berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan kedalam suatu pengertian atau makna yang abstrak, misalnya binatang, tumbuhan dan manusia termasuk makhluk hidup, Negara-negara yang maju termasuk developed countries, aturan-aturan yang mengatur hubungan antara Negara termasuk hukum internasional. 7. Belajar aturan /hukum/rule learning, terjadi bila individu menggunakan beberapa rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan menjadi sutu aturan misalnya ditemukan bahwa benda memuai bila dipanaskan, iklim suatu tempat di pengaruhi oleh suatu tempat kedudukan geografis dan astronomi dimuka bumi, harga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. 8. Belajar pemecahan masalah/problem solving learning, terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan misalnya mengapa harga bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk perguruan tinggi menurun. Proses pemecahan masalah selalu bersinergi jamak dan atau sama lain saling berkaitan.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu