Anda di halaman 1dari 17

TEORI BELAJAR DALAM

PEMBELAJARAN IPA SD
DISUSUN OLEH:
WIWIK WIJIASTUTI
ESTI SUHARYATI
DINDA PERMATA YANTI
Kegiatan Belajar 1

Teori PIAGET
Teori piaget berasal dari seorang yang bernama Jean Piaget. Teori yang barawal dari tentang hewan dengan struktur tubuh
dan struktur mental sampai pada tentang perkembangan mental dan pikiran anak-anak secara bertahap. Tahapan yang ada
di teori Piaget diantaranya:

1. Tahapan Sensori Motor

Kemampuan anak mengenali sesuatu yang baru untuk menciptakan sesuatu pengetahuan bagi anak dalam mengenali
yang dialaminya

Tiga kemampuan penting yang dicapai anak pada masa sensori motor ini, yaitu:
1. Kemampuan mengontrol secara internal, yaitu terbentuknya kontrol dari dalam pikiran terhadap dunia nyata
2. Perkembangan konsep kenyataan
3. Perkembangan pengertian beberapa sebab dan akibat.
2. Tahap Pre-operasional

Perkembangan Bahasa, anak yang baru bisa mengatakan satu atau dua patah kata hingga menjadi anak
yang dapat menyusun suatu kalimat dan terjadinya perkembangan mental. Pada tahap ini juga disebut tahap
intuisi karena anak tidak memiliki kemampuan berpikir yang operasional sampai anak usia tujuh tahun.
Intuisi dipengaruhi oleh persepsi dan egosentrisme yang berperan penting dalam cara berpikir anak

3. Tahap Konkret Operasional


Pada tahap ini anak akan mengalami perubahan dari pemikirann yang kurang logis ke pemikiran yang
lebih logis. Adanya ketentuan atau aturan yang telah diikuti dan pemikiran berdasarkan pada yang konkret
atau nyata; dapat dilihat, diraba, atau dirasa dari suatu benda atau kejadian.

4. Tahap Formal Operasional


Pada tahap ini anak berusia sekitar sebelas tahun, anak pada usia ini akan berfikir logis berdasarkan
masalah yang bersifat hipotesis, sehingga anak akan dapat menemukan kesimpulannya.
Penerapan teori PIAGET dalam pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran yang diterapkan untuk pelajaran IPA menggunakan percobaan-percobaan nyata. Guru harus
mengingat bahwa anak menangkap dan menerjemahkan sesuatu secara berbeda. Implikasi yang perlu
diperhatikan bahwa hanya kegiatan fisik yang dapat diterima anak, tidak cukup menjamin perkembangan
intelektual anak yang bersangkutan. Ide yang dikemukakan oleh anak harus selalu dipakai. Dengan
memberikan kesempatan kepada anak untuk menilai sumber ide-idenya akan memberikan mereka untuk
menilai proses pemecahan masalah.
Kegiatan Belajar 2

Model Belajar BRUNER dan penerapannya


Teori bruner meliputi pembentukan kategori-kategori(konsep) yang dihasilkan melalui pengabstrakan dari kesamaan
kejadian dan pengalaman. Kategori tersebut merupakan pengelompokkan benda-benda atau kejadian yang sama, apabila
dua buah objek di masukan ke dalam kategori yang sama jika dipandang dari beberapa segi.

Kategori mempunyai spesifiksi karakteristik antara lain:


1. Atribut yang dimiliki oleh suatu objek
2. Cara penentuan atribut yang ada atau penggabungan
3. Pentingnya ragam atribut
4. Batas bagi penerima nilai (value) dari attribute tersebut.

Menurut Eisler dan Eisler (1993), Bruner merupakan salah satu psikologi yang paling berhasil menerapkan prinsip-prinsip
yangdikembangkan oleh Piaget
Teori Bruner terdapat tiga tahap penampilan mental,yaitu:
1. Penampilan mental enaktip : tahap ini sejajar dengan tahap sensori motor
2. Tahap ikonik : penampilan mental anak dipengarui oleh persepsinya yang bersifat egosentris dan tidak stabil. Tahap ini
sejajar dengan tahapan pre-operasional
3. Tahap simbolik : pengembangan keterampilan berbahasa dan kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-
kata dan idenya. Tahap ini sejajar dengan tahap operasi logis (formal).

Model belajar Bruner disebut sebagai model belajar penemuan (discovery learning). Model ini terjadi apabila siswa tidak
diberikan dengan konsep atau teori elainkan siswa sendiri yang harus mengelola dan melakukan penemuan sehingga dapat
menemukan konsep atau teori itu.
Penerapan model belajar BRUNER dalam pembelajaran IPA di SD
Sesuai dengan teori belajar penemuan, tujuan pembelajaran penemuan ini bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan
saja melainkan untuk memberikan motivasi kepada siswa, melatih kemampuan berfikir intelektual, dan merangsang
keingintahuan siswa.

Tiga ciri utama pembelajaran penemuan:


1. Keterlibatan siswa dalam proses belajar
2. Peran guru sebagai seorang petunjuk (guide) dan pengaruh bagi siswa yang mencari informasi
3. Umumnya dalam proses pembelajaran digunakan brang-barang yang nyata
Kegiatan Belajar 3

Teori Belajar GAGNE dan Penerapannya


Menurut Gagne, belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya
cukup cepat, dn perubahan tersebit bersifat tetap, sehinga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulangkali setiap
menghadapi situasi yang baru.

Model ini disebut dengan model pemrosesan informasi (information processing model), proses belajar dianggap sebagai
transformasi input menjadi output seperti yang lazim terlihat pada sebuah computer.
Level belajar menurut Robert M. Gagne
Hasil belajar menurut Robert M. Gagne
Menurut Gagne, terdapat lima macam hasil belajar yaitu:
1. Informasi verbal : informasi yang diperoleh dari kata yang diucapkan orang, membaca, menonton tv, mendengarkn
radio dan sebagainya
2. Keterampilan-keterampilan intelektual : terungkap dar pertanyaan yang dimulai dengan istilah bagaimana
3. Strategi kognitif : kemampuan internal yang terorganisasi (pengendalian tingkah laku pelajar itu sendiri dalam
mengendalikan lingkungannya.
4. Sikap-sikap :pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi tingkah laku terhadap benda, kejadian, atau
makhluk hidup
5. Keterampilan-keterampilan : keterampilan motoric tidak hanya mencakup kegiatan fisik, tetapi juga keiatan motoric
yang digabungkan dengan keterampilan intelektual
Penerapan teori GAGNE dalam pembelajaran IPA di SD
Delapan langkah yang sering disebut kejadian-kejadian instruksional, meliputi:
1. Mengaktifkan motivasi
2. Memberi tahu pelajar tentang tujuan belajar
3. Menarahkan perhatian
4. Merangsang ingatan
5. Meneydiakan bimbingan belajar
6. Meningkatkan retensi
7. Membantu transfer belajar
8. A. mengeluarkan perbuatan
B. memeberi umpan balik
Teori Belajar AUSUBEL dan Penerapannya Kegiatan Belajar 4

Terdapat dua dimensi, yaitu:


1. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan
2. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah
ada.

Kedua dimensi tersebut tidak menunjukkan dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu kontinum. Kontinum
mendatar dari kiri ke kanan memperlihatkan berkurangnya belajar penerimaan dan bertambahnya belajar penemuan.
Sedangkan arah kontinum vertical yaitu dari bawah ke atas, menunjukkan berkurangnya belajar hapalan dan bertambahnya
belajar bermakna.
Belajar bermakna
Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pad konsep-konsep relevan yang
terdapat pada struktur kognitif seseorang.
Dalam belajar bermakna, diasimilasikan pada subsume-subsume relevan yang telah ada dalam struktur
kognitif seseorang. Berkembang atau tidaknya subsume tersebut sangat tergantung pada pengalaman
seseorang.

Dari gambar disamping, subsume A lebih berkembang


dari subsume yang lainnya.
Subsumer tersebut dating dari pembentukan konsep
dimana anak-anak memperoleh konsep dari hasil
penemuan yang menyangkut pembentukn hipotesis dan
pengujian hipotesis maupun pembentukan generalisasi
hal yang khusus
Menerapkan teori AUSUBEL dalam pelajaran IPA SD
Ausubel dalam bukunya Educational Psychology: A Cognitive View, menyatakan bahwa faktor yang paling
penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa.
Menurut David P. Ausubel pengajaran secara verbal adalah lebih efisien dari segi waktu yang diperlukan
untuk menyajikan pelajaran dan menjanjikan bahw pebelajar dapat mempelajari materi pembelajaran dalam
jumlah yang lebih banyak. Belajar secara verbal lebih efektif untuk diberikan dikelas-kelas bawah, sedangkan
untuk kelas tinggi pengajaran verbal dapat mengurangkan keefektifannya.

Contoh pada pembelajaran IPA, guru kelas II SD menyuruh siswa melengkapi lembar kerja yang berisikan
kata-kata baru dengan dibantu oleh kamus untuk mencari definisi dari kata-kata baru tersebut dan kemudian
menuliskan ke dalam lembar kerja atau guru kelas III menugaskan siswa untuk membaca satu bab dari sebuah
buku IPA dan kemudian menjawab pertanyaan yang ada dalam buku yang dibacanya.
Diferensiasi Progresif dan Rekonsiliasi Integratif
Menurut Ausubel, Diferensiasi Progresif merupakan model belajar yang berlangsung dari yang umum ke yang
khusus. Dalam hal ini guru dalam mengajar terlebih dahulu mengajar konsep umum kemudian secara perlahan
menuju konsep yang lebih sederhana

Rekonsiliasi Integratif merupakan model belajar yang mengajarkan konsep-konsep atau gagasan perlu
diintergrasikan dan disesuaikan dengan konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain, guru mampu
menunjukkan kepada siswa bagaimana konsep dan prinsip saling berkaitan.

Peta konsep memeperlihatkan bagaimana konsep-konsep saling dikaitkan. Peta konsep adalah dua konsep yang
dihubungkan oleh satu kata penghubung membentuk suatu preposisi. Dan belajar bermakna lebih mudah dikaitkan
pada peta konsep.

Peta konsep memiliki ciri-ciri:


1. Pemetaan konsep
2. Peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dan suatu disiplin
3. Memiliki puncak konsep yang dibawahnya terdapat konsep yang lebih khusus dan sampai pemberian contoh
4. Memuat hierarki konsep dan konsep yang tidak membentuk hierarki
Terimakasih atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai