Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL KE-1

PEMBELAJARAN IPA DI SD

Nama : NURHASANAH
NIM : 856836916
Mata Kuliah : Pembelajaran IPA di SD
Kode Mata Kuliah : PDGK 4202
Tutor : SAFITRI AGUSTINA, M.Pd

Soal dan Jawaban.


1. Jelaskan tentang tahapan perkembangan mental anak menurut Piaget
Jawab :
Menurut Piaget ada 4 tahapan perkembangan mental anak secara berurutan. Setiap anak
ditandai dengan tingkah laku tetentu serta jalan pikiran dan pemecahan masalah tertentu
pula. Adapun tahapan perkembangan mental anak tersebut meliputi :
a. Tahap Sensori motor.
Pada tahap ini untuk kisaran anak berusia 18 bulan sampai 2 tahun. Salah satu ciri
khusus yang anak pada masa ini adalah penguasaan yang disebut dengan konsep
objek, suatu pengertian bahwa benda atau objek itu ada dan merupakan kekhasan dari
pada benda tersebut, dan akan tetap ada walaupun benda tersebut tidak tampak
ataupun tidak dapat dipegang/ diraba oleh anak. Pada tahap ini tidak ada bahasa ada
permulaan simbolisasi. Piaget beranggapan bahwa represntasi internal dari benda atau
kejadian dihasilkan melalui imitasi. Pikiran diartikan sebagai aktivitas internal,
dimulai ketika anak dapat melakukan kegiatan nyata. Pada tahap awal proses nini
meliputi aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan objek atau kejadian di mana
anak tersebut ada. Selanjutnya anak akan dapat menirukan tanpa kehadiran benda
atau kejadian yang dimaksud. Peniruan (imitasi) internal merupakan penampilan yang
berupa symbol dari aspek lingkungannya. Hal ini dianggap awal dari bahasa karena
pada akhirnya kata-kata akan muncul untuk menggantikan kegiatan-kegiatan yang
nyata atau imitasi yang merupakan perwakilannya.

Ada tiga kemampuan penting yang dicapai anak pada masa sensori motor yaitu :
1) Kemampuan mengontrol secara internal, yaitu terbentuknya control dari dalam
pikirannya terhadap dunia nyata. Dengan kata lain, sampai dengan usia dua tahun
anak mengalami pergantian persepsi dari motor murni ke arah gambaran yang
berupa simbol (lambing).
2) Perkembangan konsep kenyataan. Pada akhir tahap ini anak akan menyadari
bahwa dunia nyata ini ada dan tetap ada, sehingga anak akan mengetahui bahwa
suatu benda itu ada.
3) Perkembangan pengertian beberapa sebab akibat.

b. Tahap Preoperasional
Hal-hal yang terjadi pada tahap usia ini adalah :
1) Dari segi perkembangan bahasa tahap ini merupakan tahap yang sangat
menakjubkan. Dimulai dari anak yang baru bias mengatakan satu dua patah kata
sehingga menjadi anak yang dapat menyusun suatu kalimat. Selain itu pada tahap
ini terjadi perkembangan mental yang luar biasa pula. Tahap ini disebut sebagai
tahapan preoperasional karena anak tidak akan memiliki kemampuan berpikir
yang operasional sampai anak mencapai usia tujuh tahun dan kadang-kadang
disebut sebgai tahapan intuisi, karena dipengaruhi oleh persepsi dan egosentrisme
yang berpperan penting dalam cara berpikir anak. Tahap egosentrisme adalah
bahwa anak memandang sesuatu dari sudut pandang dirinya sndiri. S

2) Selain itu pada tahap ini anak juga dikelabui oleh beberapa pengamatan mereka.
mereka belum memahami tentang benda yang bentuknya berbeda namun
substansi atau materinya sama, sehingga piaget menamakannya sebagai
konservasi substansi (materi). Pada usia ini juga anak belum mampu memahami
bahwa benda yang ditebarkan ke arah yang luas, jumlah benda tersebut tidak
bertambah. Keterbatasan lain pada anak usia ini adalah belum bias membuat
urutan berseri. Satu lagi keterbatasan nya dalah anak berfikir satu-satu secara
berpasangan.

3) Keterbatasan – keterbatasan konsep tersebut membatasi anak pada tahapan ini


dari pengertian-pengertian bentuk, ukuran, waktu dan jumlah. Sehingga pada
akhirnya nanti anak akan mulai mencapai kemampuan untuk mengubah semua
sebagian operasi mental tersebut. Dikatakan bahwa perubahan tidak terjadi secara
mencolok tetapi ada fase transisi.

c. Tahap Operasional Konkret


Hal-hal yang terjadi pada tahapan ini antara lain :
1) Tahapan ini berawal pada anak usia 6-7 tahun dan berakhir pada usia 11 tahun.
Usia ini merupakan usia di mana anak-anak menempuh pelajaran di SD.
Dikatakan operasional konkret karena pada tahap ini ditandai dengan adanya
ketentuan-ketentuan atau aturan yang telah diikuti. Operasi yang mendasari
pemikirannya berdasarkan pada yang konkret atau nyata yaitu dapat dilihat,
diraba atau di rasa dari suatu benda atau kejadian sehingga tahapan ini disebut
dengan operasional konkret.

2) Pada usia ini anak telah menyadari bahwa jumlah atau volume suatu benda tidak
akan berubah apabila tidak terjadi penambahan maupun pengurangan, selain
perubahan-perubahan bentuk ataupun perubahan aturan. Demikian juga hal yang
terjadi pada konservasi yang lainnya.

3) Kemampuan lain yang dimiliki anak usia ini adalah kemampuan anak untuk
menyadari tentang (hal yang dapat dibalik) dan identitas). Reversibilitas dicirikan
bahwa setiap operasi ada satu operasi lain yang sebaliknya.

4) Pada tahapan ini anak pula sudah dapat melakukan pengelompokan atau
penggolongan benda atau kejadian, membuat order (urutan), dan memecahkan
persoalan angka. Pengelompokan suatu benda atau kejadian berdasarkan pada
persamaan dan perbedaan yang dimiliki oleh benda atau kejadian tersebut. Proses
penggolongan meliputi penggolongan ciri-ciri kelompok kecil menjadi kelompok
yang lebih besar.

5) Keterbatasan lain yang dimiliki anak pada masa ini adalah kenyataan bahwa
perbuatan ataupun percobaan yang dilakukan pada usia ini masih bersifat coba-
coba atau masih jarang yang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya.
Anak usia ini secara mental belum dapat mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan yang beragam untuk memecahkan suatu masalah. Mereka juga
masih belum mampu mempergunakan ketentuan-ketentuan logis pada benda atau
kejadian yang tidak nyata atau tidak tampak.

d. Tahap Formal Operasional


Hal-hal yang terjadi pada usia tahapan formal operasional antara lain :
1) Tahap ini berakhir pada usia 14 atau 15 tahun sebelum memasuki masa dewasa.
Tahapan ini dikatakan sebagai tahap akhir dari suatu perkembangan atau struktur
berfikir. Anak usia ini telah dapat melakukan operasi secara logis tetapi masih
mempunyai pengalaman terbatas. Mereka berhubungan dengan masalah-masalah
yang bersifat hipotesis dan cara berfikir mereka mungkin telah termasuk suatu set
yang formal dari ketentuan-ketentuan secara logis. Secara mental dan sistematik
mereka dapat meneliti faktor-faktor yang beragam dan tidak lama lagi tergantung
untuk melakukan manipulasi terhadap benda.
2) Secara mental anak mampu memanipulasi segala kemungkinan-kemungkinan
yang dapat menggiring anak pada suatu kesimpulan. Anak mampu membuat
percobaan secara mental dan mempertimbangkan implikasi dari hasil yang
diperoleh untuk mengambil tindakan selanjutnya.
2. Jelaskan pula tentang model pembelajaran penemuan (discovery learning) yang disusun
oleh Bruner !
Jawab :
Bruner beranggapan bahwa teori belajar merupakan kegiatan pengolahan informasi.
Kegiatan pengolahan informasi meliputi pembentukan kategori-kategori. Diantara
kategori-kategori tersebut ada kemungkinan saling berhubungan yang disebut dengan
koading. Teori pembelajaran Bruner disebut sebagai teori belajar penemuan (discovery
learning).

Bruner menyusun suatu model belajar yang disebut dengan penemuan (discovery
learning). Bruner beranggapan bahwa model belajar penemuan sesuai dengan hakiki
manusia yang mempunyai sifat untuk selalu ingin mencari ilmu pengetahuan secara aktif,
memecahkan masalah dan informasi yang diperolehnya, serta akhirnya mendapatkan
pengetahuan yang bermakna.

Discovery learning dipandang sebagai suatu belajar yang terjadi apabila seorang siswa
tidak diberikan dengan konsep atau teori, melainkan siswa sendiri yang harus mengelola
dan melakukan penemuan sehingga dapat menemukan konsep atau teori itu. Hal ini
mensyaratkan siswa untuk menemukan hubungan-hubungan diantara informasi yang ada.

Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan mempunyai kelebihan kelebihan


antara lain ; pengetahuan yang diperoleh akan bertahan lama atau dengan kata lain akan
lama untuk diingatnya dan akan lebih mudah untuk diingat disbanding dengan cara
belajar lainnya.

Ada 3 ciri utama pembelajaran discovery learning antara lain;


1) Keterlibatan siswa dalam proses belajar
2) Peran guru adalah sebagai seorang penunjuk (guide) dan pengarah bagi siswanya
yang mencari informasi. Jadi guru bukan sebagai penyampai informasi.
3) Dalam proses pembelajaran menggunakan barang-barang nyata.

Ada 2 model pembelajaran penemuan yaitu :


1) Model pembelajaran penemuan murni.
Merupakan modelpenemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan. Dalam praktiknya
guru tidak memberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa terhadap
material, melainkan memberikan petunjuk tentang keselamatan dan pemeliharaan
terhadap alat atau material yang dipakai
2) Model pembelajaran penemuan terarah sedikit.
Model pembelajaran ini sedikit berbeda dengan pembelajaran penemuan murni. Guru
sedikit lebih banyak berperan disbanding dengan pembelajaran penemuan murni. Di
sini guru menginginkan seluruh siswa melakukan kegiatan yang sama atau hamper
sama.

Banyaknya bantuan dan bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya tidak
membatasi kebebasan siswa untuk melakukan penemuan sendiri. Tetapi hal tersebut
ditentukan oleh tujuan pembelajaran dan waktu yang tersedia.

3. Berikan contoh penerapan model Bruner dalam pembelajaran IPA kelas III, IV, V dan VI
(pilih satu kelas)
Jawab :

Contoh pembelajaran IPA SD berdasarkan Model Bruner.


Kelas : III SD
Tujuan Umum :
Siswa mengenal bagian-bagian tumbuhan dan mampu mengelompokkan tumbuhan
berdasarkan ciri-ciri dan kegunaannya dengan pengamatan dan penafsiran.
Topik : Tumbuhan mempunyai bagian-bagian tertentu.
Cara Pelaksanaan :
a. Ambilah suatu tanaman yang lengkap, terdiri dari akar, batang, daun, dan bunga.
b. Berilah kesempatan kepada siswa untuk mengamati, kemudian berilah pertanyaan
seperti berikut :
Menurut kalian, bagaimana akar dapat berfungsi bagi tumbuhan ?
c. Terima seluruh ide atau tanggapan siswa. Berilah kesempatan kepada siswa
mengajukan dan menguji idenya sendiri.
d. Berilah pertanyaan yang lain untuk menanyakan bagian tumbuhan yang lainnya.

4. Berikan contoh penerapan pendekatan yang tepat untuk IPA yang sesuai, dari kelas 1
sampai dengan kelas 6 ! (pilih salah satu).
Jawab :
Contoh penerapan pendekatan yang tepat untuk IPA.

Kelas :I
Semester : 1 (Ganjil)

Standar Kompetensi :
Kemampuan memahami bagian-bagian anggota tubuh serta kegunaannya, kebutuhan dan
cara perwatannya, serta mampu memelihara lingkungan agar tetap sehat.

Kompetensi Dasar :
1) Peserta didik mampu mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya serta
menunjukkan cara perawatannya.
2) Peserta didik mampu menjelaskan secara sederhana kebutuhan tubuh agar tumbuh
sehat dan kuat (makanan, air, pakaian, udara, lingkungan, sehat) serta menerapkan
kebiasaan hidup sehat.
3) Membandingkan lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat serta menceritakan
perlunya merawat tanaman, hewan peliharaan dan lingkungan sekitar.

Pendekatan dan Prosedur


1) Menjelaskan bagian tubuh (panca indera dan anggota badan) memiliki kegunaan
masing-masing.
2) Menunjukkan hasil penelitian tentang ketidak berfungsian salah satu bagian tubuh
berfungsi dengan baik.
3) Menjelaskan bahwa menurut para ahli tentang kebutuhan tubuh agar tumbuh sehat
dan kuat.
4) Memberikan tugas membaca tentang ciri-ciri lingkungan sehat dan tidak sehat.
5) Menjelaskan tentang alas an pentingnya merawat tanaman, hewan peliharaan dan
lingkungan.

Evaluasi :
Evaluasi formatif untuk memperbaiki program pembelajaran dan memantapkan
pemahaman. Dilakukan evaluasi sumatif untuk menilai pemahaman. Evaluasi dilakukan
dengan tes untuk pengertian yang disampaikan.

5. Jelaskan pengertian berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran


IPA ?
Jawab :
Pendekatan merupakan cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian,
sehingga berdampak ibarat seorang memakai kaca mata dengan warna tertentu pada saat
memandang alam sekitar. Pendekatan bersifat aksiomatis yang menyatakan pendirian,
filosofi, dan keyakinan yang berkaitan dengan serangkaian asumsi. Adapun peranan
pendekatan adalah menyesuaikan komponen input, output, produk, dan outcomes
pendidikan dengan bahan kajian yang akan disajikan sehingga pembelajaran menarik,
menyenangkan, menumbuhkan rasa ingin tahu, memberikan penghargaanserta bermakna
bagi hidup dan kehidupan sekarang dan yang akan dating.
Adapun tujuan pendekatan adalah menggiring persepsi dan atau proses pengkajian
dengan suatu termonologi sehingga diperoleh pembentukan prilaku yang diharapkan.
Adapun prinsip pemilihan pendekatan adalah pertimbangan faktor-faktor yang terkait
antara lain adalah tujuan pendidikan dan pembelajaran, kurikulum, kemampuan siswa,
psikologi belajar dan sumber daya.

Terkait dalam pembelajaran IPA perlu diperhatikan bahwa contoh yang disajikan bukan
resep mutlak yang harus diikuti namun cenderung merupakan salah satu alternatif untuk
dijadikan pemicu dalam mengembangkan pembelajaran yang lebih baik. Pendekatan
yang diharapkan oleh kurikulum yang berlaku sekarang adalah pendekatan yang
memberikan pengalaman belajar langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sehingga pada kurikulum IPA secara eksplisit
seharusnya diajarkan secara ikuiri ilmiah (scientific inquiri) untuk menumbuhkan
kemampuan berfikir (aspek kognitif), bekerja dan bersikap ilmiah (aspek psikomotor dan
sikap) serta keterampilan berkomunikasi. Sehingga ada beberapa alternatif pendekatan
yang dapat kita pilih agar mampu menciptakan Susana belajar yang bermakan dan terkait
dengan pembelajaran IPA antara lain adalah pendekatan lingkungan, pendekatan sains
lingkungan-teknologi-masyarakat, pendekatan konseptual, pendekatan factual,
pendekatan nilai, pendekatan inquiri, dan pendekatan sejarah. Beberapa pendekatan
tersebut dapat kita pilih dan kita gunakan dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan dan
pembelajaran, kurikuli, kemampuan siswa, psikologi belajar dan sumber daya.

Bandar Lampung, 27 Oktober 2023


Mahasiswa

NURHASANAH

Anda mungkin juga menyukai