PEMBELAJARAN IPA DI SD
Nama : NURHASANAH
NIM : 856836916
Mata Kuliah : Pembelajaran IPA di SD
Kode Mata Kuliah : PDGK 4202
Tutor : SAFITRI AGUSTINA, M.Pd
Ada tiga kemampuan penting yang dicapai anak pada masa sensori motor yaitu :
1) Kemampuan mengontrol secara internal, yaitu terbentuknya control dari dalam
pikirannya terhadap dunia nyata. Dengan kata lain, sampai dengan usia dua tahun
anak mengalami pergantian persepsi dari motor murni ke arah gambaran yang
berupa simbol (lambing).
2) Perkembangan konsep kenyataan. Pada akhir tahap ini anak akan menyadari
bahwa dunia nyata ini ada dan tetap ada, sehingga anak akan mengetahui bahwa
suatu benda itu ada.
3) Perkembangan pengertian beberapa sebab akibat.
b. Tahap Preoperasional
Hal-hal yang terjadi pada tahap usia ini adalah :
1) Dari segi perkembangan bahasa tahap ini merupakan tahap yang sangat
menakjubkan. Dimulai dari anak yang baru bias mengatakan satu dua patah kata
sehingga menjadi anak yang dapat menyusun suatu kalimat. Selain itu pada tahap
ini terjadi perkembangan mental yang luar biasa pula. Tahap ini disebut sebagai
tahapan preoperasional karena anak tidak akan memiliki kemampuan berpikir
yang operasional sampai anak mencapai usia tujuh tahun dan kadang-kadang
disebut sebgai tahapan intuisi, karena dipengaruhi oleh persepsi dan egosentrisme
yang berpperan penting dalam cara berpikir anak. Tahap egosentrisme adalah
bahwa anak memandang sesuatu dari sudut pandang dirinya sndiri. S
2) Selain itu pada tahap ini anak juga dikelabui oleh beberapa pengamatan mereka.
mereka belum memahami tentang benda yang bentuknya berbeda namun
substansi atau materinya sama, sehingga piaget menamakannya sebagai
konservasi substansi (materi). Pada usia ini juga anak belum mampu memahami
bahwa benda yang ditebarkan ke arah yang luas, jumlah benda tersebut tidak
bertambah. Keterbatasan lain pada anak usia ini adalah belum bias membuat
urutan berseri. Satu lagi keterbatasan nya dalah anak berfikir satu-satu secara
berpasangan.
2) Pada usia ini anak telah menyadari bahwa jumlah atau volume suatu benda tidak
akan berubah apabila tidak terjadi penambahan maupun pengurangan, selain
perubahan-perubahan bentuk ataupun perubahan aturan. Demikian juga hal yang
terjadi pada konservasi yang lainnya.
3) Kemampuan lain yang dimiliki anak usia ini adalah kemampuan anak untuk
menyadari tentang (hal yang dapat dibalik) dan identitas). Reversibilitas dicirikan
bahwa setiap operasi ada satu operasi lain yang sebaliknya.
4) Pada tahapan ini anak pula sudah dapat melakukan pengelompokan atau
penggolongan benda atau kejadian, membuat order (urutan), dan memecahkan
persoalan angka. Pengelompokan suatu benda atau kejadian berdasarkan pada
persamaan dan perbedaan yang dimiliki oleh benda atau kejadian tersebut. Proses
penggolongan meliputi penggolongan ciri-ciri kelompok kecil menjadi kelompok
yang lebih besar.
5) Keterbatasan lain yang dimiliki anak pada masa ini adalah kenyataan bahwa
perbuatan ataupun percobaan yang dilakukan pada usia ini masih bersifat coba-
coba atau masih jarang yang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya.
Anak usia ini secara mental belum dapat mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan yang beragam untuk memecahkan suatu masalah. Mereka juga
masih belum mampu mempergunakan ketentuan-ketentuan logis pada benda atau
kejadian yang tidak nyata atau tidak tampak.
Bruner menyusun suatu model belajar yang disebut dengan penemuan (discovery
learning). Bruner beranggapan bahwa model belajar penemuan sesuai dengan hakiki
manusia yang mempunyai sifat untuk selalu ingin mencari ilmu pengetahuan secara aktif,
memecahkan masalah dan informasi yang diperolehnya, serta akhirnya mendapatkan
pengetahuan yang bermakna.
Discovery learning dipandang sebagai suatu belajar yang terjadi apabila seorang siswa
tidak diberikan dengan konsep atau teori, melainkan siswa sendiri yang harus mengelola
dan melakukan penemuan sehingga dapat menemukan konsep atau teori itu. Hal ini
mensyaratkan siswa untuk menemukan hubungan-hubungan diantara informasi yang ada.
Banyaknya bantuan dan bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya tidak
membatasi kebebasan siswa untuk melakukan penemuan sendiri. Tetapi hal tersebut
ditentukan oleh tujuan pembelajaran dan waktu yang tersedia.
3. Berikan contoh penerapan model Bruner dalam pembelajaran IPA kelas III, IV, V dan VI
(pilih satu kelas)
Jawab :
4. Berikan contoh penerapan pendekatan yang tepat untuk IPA yang sesuai, dari kelas 1
sampai dengan kelas 6 ! (pilih salah satu).
Jawab :
Contoh penerapan pendekatan yang tepat untuk IPA.
Kelas :I
Semester : 1 (Ganjil)
Standar Kompetensi :
Kemampuan memahami bagian-bagian anggota tubuh serta kegunaannya, kebutuhan dan
cara perwatannya, serta mampu memelihara lingkungan agar tetap sehat.
Kompetensi Dasar :
1) Peserta didik mampu mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya serta
menunjukkan cara perawatannya.
2) Peserta didik mampu menjelaskan secara sederhana kebutuhan tubuh agar tumbuh
sehat dan kuat (makanan, air, pakaian, udara, lingkungan, sehat) serta menerapkan
kebiasaan hidup sehat.
3) Membandingkan lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat serta menceritakan
perlunya merawat tanaman, hewan peliharaan dan lingkungan sekitar.
Evaluasi :
Evaluasi formatif untuk memperbaiki program pembelajaran dan memantapkan
pemahaman. Dilakukan evaluasi sumatif untuk menilai pemahaman. Evaluasi dilakukan
dengan tes untuk pengertian yang disampaikan.
Terkait dalam pembelajaran IPA perlu diperhatikan bahwa contoh yang disajikan bukan
resep mutlak yang harus diikuti namun cenderung merupakan salah satu alternatif untuk
dijadikan pemicu dalam mengembangkan pembelajaran yang lebih baik. Pendekatan
yang diharapkan oleh kurikulum yang berlaku sekarang adalah pendekatan yang
memberikan pengalaman belajar langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sehingga pada kurikulum IPA secara eksplisit
seharusnya diajarkan secara ikuiri ilmiah (scientific inquiri) untuk menumbuhkan
kemampuan berfikir (aspek kognitif), bekerja dan bersikap ilmiah (aspek psikomotor dan
sikap) serta keterampilan berkomunikasi. Sehingga ada beberapa alternatif pendekatan
yang dapat kita pilih agar mampu menciptakan Susana belajar yang bermakan dan terkait
dengan pembelajaran IPA antara lain adalah pendekatan lingkungan, pendekatan sains
lingkungan-teknologi-masyarakat, pendekatan konseptual, pendekatan factual,
pendekatan nilai, pendekatan inquiri, dan pendekatan sejarah. Beberapa pendekatan
tersebut dapat kita pilih dan kita gunakan dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan dan
pembelajaran, kurikuli, kemampuan siswa, psikologi belajar dan sumber daya.
NURHASANAH