PENDAHULUAN
Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan;
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan
yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Pembelajaran kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh
stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri.
Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk
mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon
terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikologi kognitif memandang
belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat
mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas
belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan
informasi.
Belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang
tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Teori belajar kognitif
memiliki beberapa tokoh yaitu J. Piaget dan Jerome S. Brunner.
Adapun rumusan masalah yang ingin akan dibahas dalam pembuatan makalah ini, yaitu
sebagai berikut:
1
1.3 Tujuan Permasalahan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, yaitu sebagai
berikut:
1) Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah belajar dan pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang
tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Teori kognitif lebih
menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek
rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori
behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang
diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada
dirinya.
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai
model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam
melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Teori
kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan dirinya. Belajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah
laku yang nampak.
Ada beberapa tokoh-tokoh aliran teori kognitivisme diantaranya adalah J. Piaget dan
Jerome S. Brunner.
3
A. Teori Perkembangan Piaget
Peaget yang dikenal seorang tokoh pendidikan dengan karya teori tersohornya
“Advance Organizer”, dan teori “Appersepsi” adalah sorang tokoh yang mampu
mempengaruhi alam pikiran tokoh-tokoh pendidikan lain pada zamannya.
Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi,
akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbang). Prises asimilasi merupakan proses
pengintegrasian atau penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh individu. Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur
kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Sebagai contoh, seorang anak
sudah memahami prinsip pengurangan. Ketika mempelajari prinsip pembagian, maka
terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya
dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika
anak tersebut diberikan soal-soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi.
Artinya, anak tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip-prinsip
pembagian dalam situasi yang baru dan spesifik.
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. Piaget membagi Perkembangan kognitif
menjadi beberapa tahap, yaitu:
Tahap ini yang menonjol adalah kegiatan motorik dan persepsi yang sangat sederhana
secara umum ciri dalam tahapan ini adalah:
4
Melakukan rangsangan melalui sinar dan suara yang datan kedalam dirinya;
Selalu ingin atau segala obyek sehingga meiliki kecendrungan untuk melakukan
perubahan (merubah).
Tahap ini lebih ditandai dengan penggunaan simbol atau bahasa isyarat (tanda).
Tahap ini juga dimulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini memiliki dua
macam tahapan yaitu: preoperasional (umur 2 – 4 tahun), tahap ini akan muali mampu
menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep, yang dimiliki walaupun konsep
itu masih sederhana. Akibatnya anak sering melakukan kesalahan dalam memahami
objek yang dilihat.
Pada tahap ini anak mampu memperoleh pengetahuan atau informasi yang didasarkan
terhadap kesan, makna, konsep yang bersifat abstraks. Tahap ini memiliki beberapa
karakteristik:
Tahap ini diharapkan tidak ada proses trial and eror (coba-coba). Karena coba-
coba cenderung membuat kesalahan, tahap ini anak diasumsikan sudah dapat berfikir
dengan menggunakan model “kemungkinan” dalam melakukan kegiatan tertentu. Anak
dapat menggunakan atau mengaplikasikan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Dengan
kata lain, anak memiliki kemampuan menyelesaikan atau menangani sistem klasifikasi.
Tahap ini ditandai dengan adanya kemampuan anak dalam berpikir abstrak dan logis,
serta memiliki kemampuan menggunakan pola berfikir “kemungkinan”, mampu berpikir
ilmiah dengan pendekatan hipothetico-deductive dan inductive. Tahap ini memiliki ciri
khusus sebagai berikut:
Jerome S. Brunner adalah seorang ahli pendidikan yang setuju dengan teori kognitif, hal
ini didasarkan atas asumsi bahwa pembelajaran adalah proses untuk membangun
kemampuan mengembangkan potensi kognitif yang ada dalam diri siswa.
Perkembangan kualitas kognitif ditandai dengan ciri-ciri umum:
6
rangsangan semakin besar peluang kualitas kognisi diwujudkan. Pembelajaran
merupakan salah satu upaya atau proses untuk melatih dan membimbing siswa
dalam melakukan tanggapan terhadap rangsangan yang datang ke dalam dirinya.
Pembelajaran dilakukan tidak hanya dilakukan secara normatif atau tekstual, tetapi
kontektual.
7
Konsekuensinya guru tidak cukup hanya memiliki kemampuan menguasai materi secara
formal (materi dari buku panduan pokok) tetapi juga harus memiliki kemampuan
menguasai materi secara pengayaan, yaitu materi dari buku sumber lain yang relevan
dan efektif untuk mendukung teori atau konsep yang ada dalam buku panduan pokok.
Perkembangan kognitif seseorang dapat dilakukan dengan cara gaya mengajar yang
dilakukan dengan menggunakan cara kerja dari yang sederhana/kecil kearah yang lebih
rumit atau luas. Dalam istilah Brunner disebut dengan “Kurikulum Spiral”. Konsekuensi
dari adanya implementasi kurikulum spiral adalah harus dilakukan dengan gaya
pembelajaran yang bersifat sosial atau kontektual. Artinya materi pelajaran harus selalu
dikaitkan dengan realitas kehidupan peserta didik.
Karena dengan proses mengkaitkan dengan realitas kehidupan, maka siswa akan lebih
cepat memahami materi pelajaran. Pembelajaran yang lebih mengedepankan
kebebasan merupakan salah satu kunci keberhasilan pembelajaran sosial atau
kontektual.
Pada hakekatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran yang cenderung
melakukan praktek yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik. Meskipun
teori ini memiliki berbagai kelemahan. Teori kognitif juga memiliki kelebihan yang harus
diperhatikan dalam praktek pembelajaran. Aspek positifnya adalah kecerdasan peserta
didik perlu dimulai dari adanya pembentukan kualitas intelektual (kognitif).
Konsekuensinya proses pembelajaran harus lebih memberi ruang yang luas agar siswa
mengembangkan kualitas intelektualnya. Secara umum proses pembelajaran harus
didasarkan atas asumsi umum:
8
peserta didik mampu melaksanakan proses untuk mengembangkan daya analisis
terhadap realitas.
e. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena dengan
mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik.
f. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan
hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui
siswa.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak
selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Teori kognitif lebih
menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek
rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Ada beberapa tokoh teori kognitif. Tokoh-tokoh aliran kognitif tersebut antaranya
adalah:
J. Piaget,
Jerome S. Brunner.
3.2 Saran-saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Elliot, et.al, Educational Psychology: Effective Teaching, Effective learning, The Mc.
Graw Hill Companies, America, 2000.
Gredler, Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan, Terj. Munandir, Rajawali, Jakarta,
Ed. 1, Cet. 1, 1991.
Izzaty, Rita Ika, et. al., Perkembangan Peserta Didik, UNY Press, Yogyakarta, Ed. 1, Cet.
A, 2008.
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
PT. Al Husna Zikra, Jakarta, cet. III, 1995.
Mussen, Paul Henry, Perkembangan dan Kepribadian Anak, Terj. Meitasari Tjandrasa,
Erlangga, Jakarta, Ed.6, 1996.
Papalia, Diane E., et. al., Human Development (Psikologi Perkembangan), Terj. A. K.
Anwar, Kencana, Jakarta, Ed. 9, 2008.
Piaget, Jean, & Barbel Inhelder, Psikologi Anak, Terj. Miftahul Jannah, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, Cet. 1, 2010.
11
12