Latar Belakang
Masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana
sanad, matan, kritik sanad dan pemahaman hadits tentang fitrah?. Tujuannya
adalah implementasi teori ilmu hadits tentang kritik sanad dan matan yang sudah
dibahas pemakalah sebelumnya.
َ َ ْ َ ّ ْ ُّ ْ َ ُ ُ ُ َ َ َ ْ َ َّ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ َ
)ح دثنا عب دان أخبرن ا عب د الل ِه أخبرن ا ي ونس عن الزه ِر ِي أخب ر ِني1271(
َال َق ال َّ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َّ َ َ ْ َّ
َ الل ُه َع ْن ُه َق ْ َ ُ ْ َ َ َ َ َُ
أب و س لمة بن عب ِد ال رحم ِن أن أب ا هري رة ر ِض ي
ْ ْ َ َ َ ُ ُ َّ َ َّ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ ُ اَّل
ود ِإ ُيول ُد َعلى ال ِفط َر ِة ٍ رس ول الل ِه ص لى الله علي ِه وس لم م ا ِمن مول
3
. Nama judul asli kitab shahih al Bukhari adalah “ al Jami’ as Shahih al Musnad Min Hadits
Rasulullah Shalla Allahu ‘Alaihi Wa Sallam Wa Sunanihi Wa Ayyamihi” Lihat Ibnu Hajar, Ahmad bin
Ali, Hadyu As Sari Muqaddimah Fath al Bari’ (Daar el Fikr, Tanpa Tahun), Hal : 8
4
. https://carihadis.com/?teks= الفطرة+على+يولد
ً ُ ْ ُْ َ َ ّ َف َأ َب َو ُاه ُي َه ّو َدان ه َو ُي َن
ص َرا ِن ِه أ ْو ُي َم ِ ّج َس ا ِن ِه ك َم ا تن َت ُج ال َب ِه َيم ة َب ِه َيم ة َج ْم َع َاء ِ ِ ِ ِ
َ ْ َّ َ َ ُ
ُ ون ِف َيه ا ِم ْن َج ْد َع َاء ث َّم َي ُق َ َه ْل ُتح ُّس
ول أ ُب و ُه َر ْي َرة َر ِض َي الل ُه َع ْن ُه ِفط َرة ِ
5 ُ ّ َ
ْ ُ الد َ َّ
ّ يل ل َخلق الله ذل َك ْ َ ْ اَل َ
َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َّ َّ
ين الق ِيم ِ ِ ِ ِ ِ ِ د ب ت اهيل ع اس الن ر ط ف ي تِ الل ِه
ال
Artinya : Telah menceritakan kepada kami ['Abdan] telah mengabarkan
kepada kami ['Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Yunus] dari [Az
Zuhriy] telah mengabarkan kepada saya [Abu Salamah bin 'Abdurrahman]
bahwa [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] berkata; Telah bersabda Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam: "Tidak ada seorang anak pun yang terlahir kecuali
dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah
yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi
sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan
sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya". Kemudian Abu Hurairah
radliallahu 'anhu berkata, (mengutip firman Allah subhanahu wata'ala QS Ar-
Ruum: 30 yang artinya: ('Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus").
َ َ َ ُّ ) َح َّد َث َنا َآد ُم َح َّد َث َنا ْاب ُن َأبي ذ ْئب َع ْن1296(
الز ْه ِر ّ ِي َع ْن أ ِبي َس ل َمة ْب ِن َع ْب ِد ٍ ِ
َْ َ ُ َّ َّ َ ُّ َّ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ َ ِ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ َّ
ال رحم ِن عن أ ِبي هري رة ر ِض ي الله عن ه ق ال ق ال الن ِبي ص لى الله علي ِه
َ ّ ول ُد َع َلى ْالف ْط َرة َف َأ َب َو ُاه ُي َه ّو َدان ه َأ ْو ُي َن
َ ُ ُ ْ َ ُّ ُ َ َّ َ َ
ص َرا ِن ِه أ ْو ِ ِ ِ ِ ِ ِ ود ي ٍ وس لم ك ل مول
6َ َ ْ َ َ َ ْ ُْ ْ َ َ
ُي َم ِ ّج َسا ِن ِه ك َمث ِل ال َب ِه َيم ِة تن ِت ُج ال َب ِه َيمة َه ْل ت َرى ِف َيها جدعاء
Jalur sanad kedua hadits di atas dapat dilihat pada skema di bawah ini :
5
. Imam al Bukhori, Shohih al Bukhori, ( Daar El Fikr, Tanpa Tahun) Jilid I, Juz II, Hal : 97
6
Loc Cit, Hal : 104
Nabi SAW
Abu Hurairoh RA
Abu Salamah
Az Zuhri
Abdullah Adam
Abdan
Bukhori
Kualitas Hadits
7
. Syarat-syarat hadits shahih ada lima yaitu : 1) Ittishal as Sanad [ Masing-masing perawi hadits
menerima hadits dari perawi hadits di atasnya secara talaqqi. Dengan demikian, hadits mursal dan munqati
seperti hadits mu’allaq, mu’dhal, mudallas dan mursal khafi tidak termasuk hadits shahih kerena tidak
bersambung sanadnya]. 2) al‘adalah fi al Ruwat [ini adalah salah satu unsur penting diterimanya sebuah
riwayat. Al ‘adalah merupakan kemampuan yang mendorong perawi hadits kepada ketaqwaan, sehingga yang
bersangkutan menghindari kemaksiatan, dusta dan sesuatu yang merusak kewibawaan (al muru’ah). 3) al
Dhabt, [ perawi hadits kuat hafalannya dan sesuai dengan kitab yang ditulisnya. 4) ‘adam asy syudzudz
[Hadits yang disampaikan perawi yang tsiqoh tidak berbeda dengan hadits yang disampaikan perawi yang
lebih tsiqoh. 5) ‘adam al i‘ilal [ hadits yang disampaikan perawi tidak terdapat cacat atau terlepas dari sifat
cacat yang tersembunyi yang dapat merusak ke-shahihan-nya]. Lihat As Syaharzawiri, Abu ‘Amr Utsman bin
Abdurrahman, Ulum al Hadits Li Ibni Shalah, ( Daar El Fikr, Bairut, Libanon, Th. 1986) Tahqiq wa Syarh
Nuruddin ‘Atar Hal : 12-13.
syaratnya tidak terpenuhi maka hadits tersebut adalah hadits dha’if.8 Atau dengan
kata lain, hadits yang memenuhi syarat-syarat hadits shahih adalah hadits maqbul,
sedangkan yang tidak memenuhi salah satu dari syarat-syaratnya adalah hadits
mardud.9
Kritik Sanad
Terdapat dua kriteria isnad hadits dikatakan shahih atau maqbul, yaitu
‘adil dan dhabit. Yang dimaksud dengan ‘adil ialah perawi tersebut muslim, balig,
berakal sehat, bersih dari sebab-sebab kefasikan dan sesuatu yang merusak
8
. Abu Bakar,Umar Aiman, at Ta’sis Fi Fanni Dirasat al Asanid (Maktabah Al Ma’arif, Riyadh,
Tanpa Tahun) Hal : 19.
9
. al Idbili, Shalahuddin bin Ahmad, Manhaj Naqd al Matni ‘Inda ‘Ulama al Hadits an Nabawi
(Daar al Afaq al Jadidah, Bairut, Libanon, Tanpa Tahun) hal : 9
10
. As Syaharzawiri, Abu ‘Amr Utsman bin Abdurrahman, Ulum al Hadits Li Ibni Shalah, ( Daar
El Fikr, Bairut, Libanon, Th. 1986) Tahqiq wa Syarh Nuruddin ‘Atar Hal : 17. Nama lengkap Imam Bukhari
adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al Mughiroh bin Bardizbah al Bukhari al Ju’fi.
Sedangkan nama lengkan Imam Muslim adalah Abul Husain Muslim bin al Hajjaj bin Muslim al Qusyairi al
Naisaburi.
11
. Loc Cit, Hal : 18
12
. al ‘Utsaimin, Muhammad bin Sholih, Syarh al Arbain an Nawaiyah (Muassasah al Syaikh
Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, Saudi Arabia, Cet : V, Thn : 1436 H) hal : 26
kewibawaan (muru’ah), sedangkan dhabit yaitu perawi hadits hafalannya kuat,
terhindar dari kesalahan, keraguan dan kelalaian. Perawi hadits dikatakan ‘adil
dengan pernyataan ulama al Jarh wa at Ta’dil yang telah dituangkan dalam kitab-
kitabnya atau karena perawi tersebut sudah dikenal kejujuran dan keadilannya
serta keistiqomahannya, seperti Malik bin Anas, Sufyan al Tsauri, Sufyan bin
‘Uyainah, al Auza’i, al Laits bin Sa’ad dan sebagainya. Keadilan mereka tidak
perlu menanyakan kepada ulama al Jarh wa at Ta’dil. 13
a. Abu Hurairah.
Abu Hurairah adalah sahabat Nabi SAW, nama aslinya Abdurrahman bin
Shakr Ad Dausi. Nama ini paling masyhur untuk menunjukan nama aslinya dan
nama bapaknya. Imam Nawawi mengatakan nama ini adalah yang paling shahih
di antara nama-nama asli lainnya. 14 Ibnu Ishaq mengatakan pada zaman jahiliyah
Abu Hurairah bernama Abdu Syamsi bin Shakhr, lalu setelah masuk Islam diganti
oleh Rasulullah SAW dengan Abdurrahman dan dijuluki Abu Hurairah
(bapak/pemilik kucing) karena kecintaanya pada kucing.15
13
. At Tahhan, Mahmud, Ushul at Takhrij wa Dirasat al Asanid (Maktabah al Ma’arif, Riyadh,
Cet. III, Thn. 1996) Hal : 140-141
14
. Al ‘Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar, al Ishabah Fi Tamyiz As Shahabah (Daar El Kutub Al
‘Ilmiyah, Bairut, Libanon, Cet : I, Thn : 1995) Juz : IV, Hal : 267.
15
. Loc. Cit : Juz VII, Hal : 349
16
. Loc. Cit, Hal : 354
17
. al Maliki, ‘Alwi ‘Abbas dan an Nuri, Hasan Sulaiman, Ibanatul Ahkam Syarh Bulug al
Maram (Daar al Tsaqafah al Islamiyah, Tanpa Tahun) Juz I, Hal : 31
darinya, antara lain Ibnu ‘Abbas, Ibnu Umar, Jabir, Anas dan Watsilah bin al
Asqa’. Berdasarkan penuturan al Khalifah, ia wafat pada tahun 57 H, menurut al
haitsam bin Ady pada tahun 58 H, sedangkan menurut al Waqidi pada tahun 59 H
dalam usia 78 tahun dan dimakamkan di Kota Madinah.18
Dalam kaidah umum ilmu hadits bahwa seluruh sahabat adalah adil, 19
maka dari itu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dapat diterima.
b. Abu Salamah
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah bin ‘Abd al-Rahman bin ‘Auf al-
Zuhri. Ia termasuk salah seorang tabi’in yang menetap dan meninggal di Madinah
pada tahun 94 H. Guru Abu Salamah diantaranya adalah Abu Hurairah, Ibrahim
bin ‘Abdullâh bin Qaridl, Abu al-Radad, Abu Sufyân bin Sa’id bin Mughirah,
Usamah bin Zaid bin Haritsah, Abu Hurairah, dan lain-lain. Sedangkan Murid
Abu Salamah antara lain adalah Ibrahim bin ‘Ablah Syamr bin Yaqdlan, Ibrahim
Sa’ad bin Ibrahim, Ismail bin Umayyah, Muhammad bin Muslim bin Syihab al-
Zuhri, dan lain-lain.
. Ibnu Al Atsir, Usdul Ghabah Fi Ma’rifat As Shahabah (Daar Ibnu Hazm, Cet. I, Thn : 2012)
18
Hal : 1412
19
. Semua sahabat Nabi saw yakni orang Islam yang pernah bergaul atau melihat Nabi dan
meninggal dalam keadaan Islam dinilai bersifat adil berdasarkan kesepakatan jumhur ulama dan ahli sunnah
wal jama’ah. Argumen yang mendasari sifat adilnya para sahabat Nabi adalah dalil-dalil al- Qur’an, hadits
Nabi, dan ijma’ ulama. Lihat Nuruddin ‘Atar, Manahij al Muhadditsin al ‘Ammah fi al Riwayah wa al
Tashnif (at Taibah al Dimasyqiyah, Cet. I, Thn. 2008) Hal : 54
20
. Istilah tsiqah digunakan untuk menyatakan gabungan dua kriteria, yaitu kapasitas moral
(‘âdil/keadilan) dan kapasitas intelektual (dhâbith/kuat hafalan) dari periwayat hadits, sehingga memiliki
tingkatan keterpercayaan yang dapat diterima dan dijadikan hujjah oleh ulama.
21
. Al ‘Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar, Tahzib At Tahzib (Mu’assasah Ar Risalah, Mesir, Th.
1995) Juz : IV, Hal : 531-532
c. Az Zuhri
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaid Allâh bin
bin ‘Abd Allâh bin Syihâb bin ‘Abdillâh bin al-Hârith bin Zuhrah bin Kilâb bin
Murrah al-Quraisyi al-Zuhri al-Madani. Ia adalah salah seorang Imam dan ulama
Hijaz dan Syam. Ia meninggal pada tahun 124 H. Gurunya antara lain adalah
‘Abdullâh bin ‘Umar bin al-Khaththâb, ‘Abdullâh bin Ja’far, Rabî’ah bin ‘Abbâd,
al-Mismar bin Makhramah, Anas, Jâbir, ‘Abdullâh bin ‘Âmir bin Rabî’ah, Abû al-
Thufail, dan lain-lain. Muridnya di antaranya adalah ‘Athâ` bin Abi Rabâh, Abu
al-Zubair al- Makki, ‘Umar bin ‘Abd al-‘Azîz, ‘Amr bin Dînar, al-Auza’i, Shâlih
bin Kaisân, Yunus bin Yazid, Ma’mar, al-Zubaidi, dan lain-lain.
Nama lengkapnya adalah Yûnus bin Yazîd bin Abi al-Najjâd. Ia juga
dikenal dengan Ibn Musykân bin Abi al-Najjâd. Gurunya antara lain adalah Abu
‘Ali bin Yazid, al-Zuhri, Nâfi’ (maula Ibn ‘Umar), Hisyâm bin ‘Urwah,
‘Ikrimah, ‘Umârah bin Ghaziyyah, dan lain- lain. Muridnya antara lain Jarîr,
‘Amr bin al-Hârits, ‘Anbasah bin Khâlid bin Yazid, (‘Abdullah) Ibn al-Mubarak,
al-Laits, al-Auza’i, Sulaiman bin Bilâl, dan lain-lain.
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Abd al-Rahmân ‘Abd Allâh bin al-
Mubârak bin Wâdhih al-Handlali al-Tamimi al-Marwazi. Gurunya antara lain
Sulaimân al-Taimi, Humaid al-Thawîl, Ismâ’îl bin Abi Khâlid, Yahya bin Sa’îd
al-Anshâri, Sa’ad bin Sa’îd al-Anshâri, Ibrâhim bin Abi ‘Ablah, Khaldah Khâlid
Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allâh bin Utsmân bin Jabalah bin Abi
Rawwâd al-Azdi al-‘Ataki, yang kemudian diberi gelar ‘Abdân. Ia meninggal
pada tahun 221 H. Gurunya antara lain ayahnya yang bernama Abu Hamzah al-
Sukari, Yazîd bin Zurai’, Ibn al-Mubârak, Jarîr bin ‘Abd al-Hamîd, Syu’bah,
. Kitab Siyar A’lam an Nubala (al Maktabah As Syamilah) Juz. VIII, hal. 408
26
Hammâd bin Zaid, Isâ bin ‘Ubaid, Muslim bin Khâlid al-Zanji, dan lain- lain
Muridnya antara lain al-Bukhari, Muhammad bin ‘Abd Allâh bin Quhzâdz,
Ahmad bin Muhammad bin Syibawaih, Muhammad bin ‘Ali bin al-Hasan, dan
lain-lain
Kritik Matan
Para ulama hadits menyaratkan validitas matan hadits dengan dua kriteria,
yaitu : Pertama matan hadits tidak janggal (syadz). maksudnya adalah hadits yang
diriwayatkan dengan isnad yang shahih tidak bertentangan dengan hadits yang
diriwayatkan dengan isnad yang lebih shahih dan lebih terpercaya. Apabila hadits
dengan isnad yang shahih bertentangan dengan hadits yang isnadnya lebih shahih
maka hadits tersebut isnadnya shahih dan matannya janggal. Hadits tersebut
masuk dalam kategori hadits dha’if, meskipun sanadnya shahih. Sedangkan hadits
yang isnadnya lebih shahih disebut isnadnya shahih dan matanya mahfuz, maka
hadits tersebut adalah hadits shahih.
Dalam pengertian yang sederhana kata fithrah dimaknai suci dan potensi.
Secara etimologi, kata fithrah berasal dari bahasa arab, artinya naluri, pembawaan
(khilqah), islam, permulaan (bada’ah), inkar dan menerima atau iman dan kufur,
perjanjian di alam kandungan dan sesuatu yang diputarbalikan oleh Allah SWT di
dalam hati manusia.29 Di antara makna-makna tersebut yang paling masyhur
28
. al Idbili, ibid, Hal. 32-33
29
. Al ‘Aini, Umdatul Qari Syarah Shahih Bukhari (Daar al Kutub al ‘Ilmiyah, Bairut, Libanon,
Cet. I, Th. 2001) Juz. 8, hal : 259
adalah Islam.30 Menurut Imam Bukhari fithrah adalah Islam sebagaimana tersebut
dalam ayat al Qur’an surat arrum ayat 30 yaitu Islam.31 Quraisy Shihab dalam
Wawasan Al Qur’an menjelaskan istilah fitrah diambil dari akar kata al-fithr yang
berarti belahan. Dari makna ini lahir makna-makna lain, antara lain pencipta atau
kejadian.32
Dalam gramatika bahasa Arab, sumber kata fithrah wazannya fi’lah, yang
artinya al-ibtida’, yaitu menciptakan sesuatu tanpa contoh. Fi’lah dan fithrah
adalah bentuk masdar (infinitif) yang menunjukkan arti keadaan. Demikian pula
menurut Ibnu Katsir dan Ibn al-Qayyim karena fithr artinya menciptakan, maka
fitrah berarti keadaan yang dihasilkan dari penciptaan itu. lafadz fithrah tidak
pernah dikemukakan dalam al-Quran dalam konteksnya selain dengan manusia.33
30
. Al Asqalani, Ahmad bin Hajar, Fathul Bari Syarh Shahih al Bukhari ( al Maktabah as
Salafiyah, Riyadh, Tanpa Tahun) Kitab al Janaiz, Juz. III, Hal : 248
31
. Ibid, Kitab Tafsir Juz VIII, Hal. 512
32
. M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‘an (Bandung: Mizan, 1996), cet. ke-1, hlm. 283
33
. Murtadha Muthahhari, Fitrah (Jakarta: Paramadina, 1989), cet. ke-1, hlm. 6- 17
34
. Ibid. hlm. 17-20
At Thayibi menjelaskan bahwa huruf min yang bermakna istighraqiyah
(penyerapan) apabila berada dalam struktur kalimat negatif bermakna umum,
berarti semua manusia lahir atas perintah dan fithrah menunjukan salah satu dari
kategori perintah tersebut. Maknanya adalah manusia menurut asal penciptaanya
sudah memperoleh petunjuk dan siap menerima agama, orang yang meninggalkan
fithrahnya maka tak terlepas darinya, karena agama akan tetap berada di dalam
jiwanya, kalau pun berubah disebabkan adanya pengaruh manusia dan tradisi. 35
Al Qurtubi dalam al Mufhim menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan hati
manusia disiapkan untuk menerima kebenaran sebagaimana mata dan telinga
tercipta disediakan untuk melihat dan mendengar, selama fithrah masih menerima
kebenaran ia akan menangkap kebenaran, agama Islam adalah agama kebenaran.36
35
. Al ‘Aini, Umdatul Qari Syarah Shahih Bukhari (Daar al Kutub al ‘Ilmiyah, Bairut, Libanon,
Cet. I, Th. 2001) Juz. 8, hal : 256
36
. Al Asqalani, Ahmad bin Hajar, Ibid, Juz. III, Hal : 249