Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM


PADA MASA KEJAYAAN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah

: Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu

: Muchamad Fauzan , M.Pd.

Disusun oleh :
Ikhsan Setia Pujiono

202109387

Furoiah

202109388

Maulidah

202109389

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk berbudaya. Sebagai bagian dari alam
semesta, manusia dengan segala potensinya dituntut untuk mampu mengelola
alam semesta menjadi alam budaya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
hidup manusia. Tuntutan ini pada akhirnya menjadikan manusia mampu
melahirkan kebudayaan yang besar. Untuk mencapai kebudayaan yang maju,
suatu bangsa menerima warisan budaya dari generasi lama; membuang
kebudayaan lama dan menggantikannya dengan yang baru; atau dengan
mentransfer kebudayaan bangsa lain.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pendidikan adalah lembaga yang
paling efektif. Pendidikan mempunyai peranan dalam merubah dan memindahkan
nilai-nilai kebudayaan pada setiap individu dalam masyarakat dan mengolah
kebudayaan tersebut menjadi sikap mental, tingkah laku, bahkan menjadi
kepribadian.
Mengkaji sejarah pendidikan Islam pada masa kejayaan merupakan salah
satu bentuk hal yang bisa membuat kita termotivasi dalam memajukan
pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Kita dapat mengetahui tentang kejayaan
umat Islam dalam pendidikan sebagai cerminan bahwa umat Islam juga pernah
mengalami kejayaan dalam bidang pendidikan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan disajikan tentang kontak umat
Islam dengan filsafat Yunani sebagai awal perkembangan pendidikan Islam, faktor
penyebab kejayaan pendidikan Islam, perkembangan lembaga pendidikan Islam,
sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan, serta tokoh-tokoh yang memiliki
kontribusi besar dalam kejayaan pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah


sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan
masalahnya sebagai berikut.
1. Bagaimana kontak umat Islam dengan filsafat Yunani?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan kemajuan pendidikan Islam?
3. Bagaimana awal perkembangan lembaga pendidikan Islam masa kejayaan?
4. Bagaimana sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan?
5. Siapa saja tokoh-tokoh umat Islam yang mempunyai kontribusi besar dalam
kemajuan pendidikan Islam?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur dari
buku-buku yang membahas tentang bahasan terkait.
D. Sitematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis ke dalam 3 bagian meliputi:
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Metode Pemecahan Masalah
D. Sistematika Penulisan Makalah

BAB II

PEMBAHASAN
A. Kontak Umat Islam dengan Filsafat Yunani
B. Faktor Penyebab Kejayaan Pendidikan Islam
C. Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Masa Kejayaan
D. Sistem Pendidikan Islam Masa Kejayaan
E. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Masa Kejayaan

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

BAB II
PEMBAHASAN
MASA KEJAYAAN PENDIDIKAN ISLAM
A. Kontak Umat Islam dengan Filsafat Yunani
Transmisi keilmuan non-Islam yang dilakukan oleh umat Islam pada masa
kejayaan sebagian besar berupa pemikiran warisan Yunani. Adapun pemikiran
warisan Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab bukan hanya literaturliteratur di masa Yunani kuno, tetapi juga literatur-literatur di masa sesudahnya.
Ketertarikan umat Islam terhadap kebudayaan Yunani dilanjutkan dengan
penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab. Ketertarikan umat Islam
akan warisan Yunani semakin besar setelah terjadi kontak yang makin dekat
dengan warisan Yunani. Semenjak al-Manshur naik tahta, umat Islam semakin
hari semakin terbawa oleh pengaruh peradaban Yunani.
Keluarga Barmak yang berasal dari Balkh, pusat Ilmu pengetahuan dan
filsafat Yunani di Persia, mempunyai pengaruh dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan filsafat Yunani di Baghdad. Di samping sebagai wazir, mereka
juga menjadi pendidik dari anak-anak khalifah. Kehadiran ilmuwan-ilmuwan dan
dokter-dokter dari Persia mempertebal rasa ketertarikan umat Islam terhadap ilmu
pengetahuan dan filsafat Yunani. Untuk mentransfer karya-karya Yunani ke dalam
Islam, al-Manshur lebih berminat kepada filsafat dan ilmu pengetahuan dan
memberikan dukungan besar serta perlindungan bagi kegiatan penerjemahan.
Pengoperan budaya warisan Yunani yang telah dirintis al-Manshur dilanjutkan
oleh khalifah al-Rasyid. Ketika berkuasa, ia mendirikan sebuah rumah sakit.
Pembangunan rumah sakit ini akhirnya mempengaruhi umat Islam untuk belajar
ilmu kedokteran.

Ketika al-Makmun berkuasa, ia selangkah lebuh maju dari ayahnya


dengan mendirikan Bait al-Hikmah, suatu lembaga dan perpustakaan rasional
untuk kegiatan penelitian dan penerjemahan pada 830 M. Lembaga ini dijadikan
sebagai basis pengumpulan manuskrip-manuskrip Yunani dan pusat penerjemahan
buku-buku sains dari Yunani.1
Hunain bin Ishaq, seorang Kristen Nestorian dari Hirah, telah
menerjemahkan karya-karya Yunani untuk Khalifah al-Makmun. Buku-buku yang
diterjemahkan oleh Hunain adalah hampir semua karya Galen. Dari karya
Aristoteles, Hunain menerjemahkan Categories, Phisics, Magna Moralia, dan
Hermeneutics. Dari karya Plato, ia menerjemahkan Republic, Timeus, dan Laws.
Dari karya Hippocrates, ia menerjemahkan Aphorisme; dari karya Diascorides ia
menerjemahkan Materia Medica.
Selain Baghdad, Mesir juga merupakan pusat kajian keilmuan. Sebelum
abad ke-9 M, Ibn Tulun membangun sebuah rumah sakit. Seperti halnya di
Baghdad, rumah sakit ini bukan hanya berfungsi sebagai pusat pengobatan, tetapi
juga sebagai lembaga pengkajian dan penelitian serta pengembangan ilmu
medicine.
Dinasti Fatimiyyah juga memiliki penghargaan yang sangat tinggi
terhadap

pendidikan

Islam.

Penguasa-penguasa

sangat

memperhatikan

pelaksanaan pendidikan dengan berusaha melengkapi fasilitas kegiatan keilmuan.


Mereka berusaha keras untuk mengadakan koleksi manuskrip-manuskrip dan
mendirikan perpustakaan yang diberi nama Dar al-Ilm. Pada 1005 M, Khalifah
al-Hakim mendirikan sebuah lembaga penelitian sekaligus perguruan tinggi yang
diberi nama Dar al-Hikmah. Selain itu, al-Hakim juga membangun gedung
observatorium di puncak di balik Kairo.2
B. Faktor Penyebab Kejayaan Pendidikan Islam
Masa kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya
kebudayaan Islam yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga
1
2

Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm.26-31
Ibid, hlm.32-34

pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai


pusat kebudayaan Islam. Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam
membentuk pola kehidupan, budaya dan menghasilkan pembentukan dan
perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum muslimin. Masa dulu
pendidikan hanya sebagai jawaban terhadap rintangan dan pola budaya yang
berkembang dari bangsa yang baru memeluk agama Islam. Tapi sekarang terus
merupakan jawaban tiap tantangan kemajuan budaya Islam itu sendiri yang
berjalan pesat.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kebudayan, yaitu Faktor Intern dan
Faktor Ekstern. Faktor Intern adalah faktor yang dibawa dari ajaran Islam itu
sendiri sedangkan Faktor Ekstern adalah faktor yang dibawa dari luar ajaran
Islam. Tetapi sebenarnya pengaruh dari luar tersebut, hanyalah berupa sekedar
sebagai rangsangan atau tantangan saja, agar potensi pembawaan dari ajaran Islam
itu sendiri bisa berkembang. Yang paling menentukan adalah jiwa dan semangat
kaum muslimin, terutama para ahlinya dalam penghayatan dan pengamalan ajaran
Islam.3
C. Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Masa Kejayaan
Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal
sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sebenarnya telah
berkembang lembaga-lembaga pendidikan islam yang bersifat nonformal.
Diantara pendidikan Islam yang bersifat nonformal tersebut adalah
1. Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar
Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis
atau tempat belajar menulis. Sebelum datangnya islam kutab telah ada di negeri
arab, walaupun belum banyak dikenal, diantara penduduk mekkah yang mulamula belajar huruf arab ialah Sufyan Ibnu Umayah Ibnu Abdu Syams dan Abu
3

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), hlm.88-89

Qhais Ibnu Abdi Manaf Ibnu Zuhro Ibnu Kilat. Keduanya mempelajarinya di
negeri Hira.
Sewaktu agama Islam diturunkan Allah sudah ada diantara sahabat yang
pandai menulis dan membaca. Kemudian tulis baca itu mendapat tempat dan
dorongan yang kuat dalam Islam, sehingga berkembang sangat luas dalam
kalangan

umat

Islam. Ayat Al-Quran yang

pertama

diturunkan telah

memerintahkan untuk membaca dan memberikan gambaran bahwa membaca dan


menulis merupakan sarana utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam
pandangan Islam.
2. Pendidikan rendah di istana
Timbulnya pendidikan rendah di istana untuk anak-anak para pejabat
adalah berdasarkan pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan
anak didik agar mampu menyiapkan tugas-tugasnya kelak setelah ia dewasa. Atas
pemikiran tersebut Khalifah dan keluarganya serta para pembesar istana lainnya
berusaha menyiapkan agar anak-anaknya sejak kecil sudah diperkenalkan dengan
lingkungan dan tugas-tugas yang akan diembannya nanti.
Pendidikan anak-anak di istana berbeda dangan pendidikan anak-anak di
kutab pada umumnya. Di istana para orang tua murid (para pejabat istana) adalah
yang membuat rencana pelajaran tersebut selaras dengan anaknya dan tujuan yang
dikehendaki oleh orang tuanya.
Contoh dari rencana pelajaran dan petunjuk-petunjuk yang dikemukakan
oleh para pembesar istana kepada pendidik anak-anaknya agar dijadikan pedoman
sebagai berikut ;

Berkata Amru Ibnu Utbah kepada pendidik putranya ; Kerjamu yang


pertama untuk memperbaiki putra-putriku ialah memperbaiki dirimu
sendiri karena mata mereka selalu tertuju kepadamu.

Harun Al-Rasyid telah mengajukan rencana pelajaran bagi putranya (AlAmin) dengan mengatakan sebagai berikut ; Hai Ahmar sesungguhnya

Amirul Muminin telah memberikan kepadamu buah hatinya, maka


jadikanlah tanganmu terbuka kepadanya dan ketaatannya kepadamu
wajib.
3. Toko-toko kitab
Pada permulaannya masa Daulah Bani Abasiyah dimana ilmu pengetahuan
dan kebudayaan Islam sudah tumbuh dan berkembang dan diikuti oleh penulisan
kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, maka berdirilah toko-toko
kitab. Pada mulanya toko-toko kitab tersebut berfungsi sebagai tempat berjual beli
kitab yang telah ditulis dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa itu. Dengan demikian toko-toko kitab tersebut telah
berkembang fungsinya bukan hanya sebagai tempat berjual-beli kitab saja, tetapi
juga merupakan tempat berkumpulnya para ulama, pujangga dan ahli-ahli ilmu
pengetahuan lainnya untuk berdiskusi, berdebat dan bertukar pikiran dalam
berbagai masalah ilmiah.
4. Rumah-rumah para ulama ahli ilmu pengetahuan
Walaupun sebenarnya rumah bukanlah tempat yang baik untuk tempat
memberikan pelajaran namun pada zaman kejayaan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayan Islam, banyak juga rumah-rumah para ulama dan
para ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Diantara rumah para ulama terkenal yang menjadi tempat memberikan
pelajaran adalah rumah Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ali Ibnu Muhammad Al-Fasihi,
Yakub Ibnu Killis, Wazir Khalifah Al-Aziz Billah Al-Fatimy dan lainnya. Dan
Ahmad Syalabi mengemukakan bahwa, dipergunakannya rumah-rumah tersebut
adalah karena terpaksa dalam keadaan darurat. Contoh rumah Al-Ghazali berhenti
mengajar karena ingin menjalankan kehidupan sufi.
5. Majelis

Dengan majelis atau salon kesusasteraan, dimaksudkan adalah suatu


majelis khusus yang diadakan oleh khalifah-khalifah untuk membahas dalam
berbagai macam ilmu pengetahuan. Majelis ini dimulai pada masa khalifah AlRasyidin yang biasa memberikan fatwa dan musyawarah serta diskusi dengan
para sahabat untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada masa itu. Pada masa
Harun Al-Rasyid (170-193H) majelis sastra ini mengalami kemajuan yang luar
biasa karena khalifah sendiri adalah ahli ilmu pengatahuan dan juga cerdas
sehingga khalifah aktif didalamnya. Disamping itu dunia Islam juga diwarnai
dengan perkembangan dan negara aman tenang dan dalam zaman pembangunan.
6. Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal Badwi)
Sejak berkembang kuatnya Islam dan bahasa arab digunakan sebagai
bahasa pengantar., maka bahasa arab cenderung kehilangan keasliannya.
Disamping itu di badiah berdiri ribat-ribat atau zawiyah yang merupakan pusat
kegiatan dari ahli sufi . Disanalah para sufi mengembangkan metode khusus
dalam mencapi marifat, suatu tingkat ilmu pengetahuan yang paling tinggi
tingkatannya.
7. Rumah sakit
Pada zaman jayanya perkembangan kebudayaan Islam, dalam rangka
menyebarkan kesejahteraan di kalangan umat Islam, maka banyak didirikannya
rumah sakit oleh khalifah dan para pembesar-pembesar negara. Rumah sakit
bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat, tetapi juga menjadi tempat
mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan
Mereka mengadakan penelitian, percobaan dalam bidang kedokteran dan obatobatan.
8. Perpustakaan

Pada zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, buku


mempunyai nilai yang sangat tinggi. Buku digunakan sebagai sumber informasi,
berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikembangkan oleh para
ahlinya. Disamping itu perkembangan perpustakaan yang bersifat umum yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau wakaf dari ulama sarjana di Baitul Baghdad
yang didirikan oleh khalifah Harun Al-Rasyid adalah merupakan suatu contoh dari
perpustakaan Islam yang lengkap yang berisi ilmu-ilmu agama Islam dan berbagai
macam ilmu pengetahuan.
9. Masjid
Masjid dalam dunia Islam sepanjang sejarahnya tetap memegang peranan
yang pokok, disamping fungsinya sebagai tempat berkomunikasi dengan Tuhan
juga sebagai tempat lembaga pendidikan dan

tempat berkumpulnya umat

muslim.4
D. Sistem Pendidikan Islam Masa Kejayaan
Timbulnya lembaga pendidikan formal dalam bentuk sekolah adalah
merupakan pengembangan semata-mata dari sistem pengajaran dan pendidikan
yang telah berlangsung di masjid-masjid yang sejak awal telah berkembang dan
telah dilengkapi dengan sarana-sarana untuk memperlancar pendidikan dan
pengajaran didalamnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah diluar masjid adalah

Khalaqah-khalaqah (lingkaran) untuk mengajarkan berbagai macam ilmu


pengetahuan yang didalamnya juga terjadi diskusi dan perdebatan yang
ramai, sering satu sama lain saling mengganggu disamping mengganggu
orang yang beribadah ke masjid.

Dengan berkembang luasnya ilmu pengetahuan baik mengenai agama


maupun umum maka semakin banyak diperlukannya khalaqah (lingkaran-

Ibid, hlm.89-99

10

lingkaran pengajaran) yang tidak mungkin keseluruhan tertampung dalam


ruang masjid.
Di samping itu ada terdapat faktor-faktor lainnya, yang mendorong bagi
para penguasa dan pemegang pemerintahan pada masa itu untuk mendirikan
sekolah-sekolah sebagai bangunan-bangunan yang terpisah dari masjid. Antara
lain adalah :
a. Pada masa bangsa Turki mulai berpengaruh dalam pemerintahan
Abbasiyah, dan untuk mempertahankan kedudukan mereka dalam
pemerintahan, mereka berusaha untuk menarik hati kaum muslimin pada
umumnya, dengan jalan memperhatikan pendidikan dan pengajaran bagi
rakyat umum.
b. Mereka mendirikan sekolah-sekolah tersebut, di samping dengan harapan
untuk mendapatkan simpati dari rakyat umumnya, juga berharap mendapat
ampunan dan pahala dari Tuhan.
c. Para pembesar pada masa itu dengan kekuasaannya, telah berhasil
mengumpulkan harta kekayaan yang banyak. Mereka khawatir kalau
nantinya kekayaan tersebut tidak bisa diwariskan kepada anak-anaknya,
karena diambil sultan.
d. Di

samping

itu,

didirikannya

madrasah-madrasah

tersebut

ada

hubungannya dengan usaha mempertahankan dan mengembangkan aliran


keagamaan dari para pembesar Negara yang bersangkutan.
Walau

bagaimanapun

motivasinya

namun

jelas

bahwa

dengan

berkembangnya madrasah-madrasah kaum muslimin telah mendapat kesempatan


yang luas untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.5
Adapun sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan meliputi :
1. Kurikulum

Ibid, hlm.99-102

11

Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau


dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya sekedar rencana
pelajaran, tetapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di
sekolah.
Kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam pada mulanya berkisar pada
bidang studi tertentu. Namun seiring perkembangan sosial dan cultural, materi
kurikulum semakin luas. Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi
kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al-Quran dan agama, membaca, menulis,
dan berenang. Sedangkan untuk anak-anak amir dan penguasa, kurikulum tingat
rendah sedikit berbeda. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya
pengajaran khitabah, ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, disamping
ilmu-ilmu pokok seperti al-Quran, syair, dan fiqih. Setelah usai menempuh
pendidikan rendah, siswa bebas memilih bidang studi yang ingin ia dalami di
tingkat tinggi.
Ilmu-ilmu agama mendominasi kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan
formal, seperti masjid, dengan al-Quran sebagai intinya. Ilmu-ilmu agama harus
dikuasai agar dapat memahami dan menjelaskan secara terperinci makna al-Quran
yang berfungsi sebagai fokus pengajaran.
2. Metode Pengajaran
Dalam proses belajar mengajar, metode pengajaran merupakan salah satu
aspek pengajaran yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan
dari seorang guru kepada para pelajar. Metode pengajaran yang dipakai dapat
dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu lisan, hafalan, dan tulisan. Metode
lisan bisa berupa dikte, ceramah, qiraah, dan diskusi. Metode menghafal
merupakan ciri umum dalam sistem pendidikan Islam pada masa ini. Untuk dapat
menghafal suatu pelajara, murid-murid harus membaca berulang-ulang sehingga
pelajaran melekat di benak mereka. Sedangkan metode tulisan adalah pengkopian
karya-karya ulama.
3. Rihlah Ilmiyah

12

Salah satu ciri yang paling menarik dalam pendidikan Islam di masa itu
adalah sistem Rihlah Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk
mencari ilmu.6
E. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Masa Kejayaan
Dalam bidang filsafat, tampillah al-Kindi sebagai perintis intelektual
Islam. Dia dikenal sebagai failasuf al-Arab (filosof bangsa Arab) disamping
sebagai filosof Muslim pertama. Dia dikenal sebagai seorang penulis danlam
filsafat dan ilmu pengetahuan.
Filsafat menemui momentumnya yang baru, setelah muncul al-Farabi
dalam pentas intelektualisme Islam. Dia penerus tradisi intelektual al-Kindi, tetapi
dengan kompetensi, kreativitas, kebebasan berpikir, dan tingkat sofistikasi yang
lebih tinggi. Al-Farabi termasyhur namanya dalam bidang logika dan sebagai juru
bicara Plato dan Aristoteles pada masanya.
Lebih dari satu abad setelah al-Farabi, muncullah Ibnu Sina. Di tangannya
filsafat Islam mencapai puncaknya dan dialah yang terbesar di antara sekalian
pemikir yang menuliskan karya filsafatnya dalam bahasa Arab. Ibn Sina adalah
penulis Muslim yang luar biasa produktif. Banyak sekali karangannya, tetapi yang
paling terkenal adalah al-Syifa, suatu karya ensiklopedis tentang fisika,
metafisika, dan matematika yang terdiri dari 18 jilid.
Akan tetapi, dibandingkan dengan Ibn Rusyd, Ibn Rusyd lebih dikenal di
Eropa dari pada semuanya. Di Barat dia dikenal dengan Averroes. Dia seorang
yang memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa. Dibidang kedokteran,
kontribusi Ibn Rusyd tidak bisa dianggap kecil. Ia sendiri telah terjun pada profesi
dokter. Sumbangannya dalam bidang medis adalah karyanya yang berjudul alKulliyat fi al-Tibb, yang memuat pembahasan tentang penyakit cacar dan tentang
retina. Tetapi, dia lebih dikenal sebagai seorang filosof.

Hanun Asrohah, Op.Cit, hlm.71-87

13

Di bidang kedokteran terukir nama al-Razi (865-925 M). Dia dikenal


sebagai ahli dokter Muslim terbesar, paling orisinal, dan terbanyak tulisannya. Dia
telah mengarang buku tentang penyakit cacar dan campak (al-Judari wa alHasbah). Karyanya yang terpenting adalah al-Hawi yang terdiri dari 20 jilid
membahas berbagai cabang ilmu kedokteran. Ibn Sina juga menyumbangkan
karyanya bagi kebesaran dunia medical Islam.
Di bidang Kimia, sumbangan dan orisinal karya Muslim jauh lebih besar.
Jabir Ibn Hayyan terkenal sebagai bapak Kimia. Tokoh lainnya adalah Abu Bakr
Muhammad bin Zakariyah al-Razi.
Dalam bidang Fisika, Abu Raihan Muhammad al-Baituni (973-1048 M)
sebelum Galileo telah mengemukakan teori tentang bumi berputar pada porosnya.
Sedangkan di bidang Matematika, Islam memiliki sejumlah ahli matematika. Yang
paling terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-850 M). ia
menulis buku-buku mengenai ilmu hitung dan aljabar Hisab al-Jabrwa alMuqabalah (Kalkulasi Integral dan Persamaan) merupakan karyanya yang
tergolong besar. Ahli Matematika terkemuka lainnya adalah Ghiyat al-Din alKasyani. Bukunya al-Risalat al-Muhitiyyah merupakan karya besar mengenai
ilmu hitung. Ahli matematika lainnya adalah Umar Khayam yang pada karyanya
menjelaskan tentang pemecahan geometri dan aljabar, tentang persamaan tingkat
kedua, dan klasifikasi persamaan.
Umat Islam juga berhasil mengembangkan astronomi. Di bidang ini
muncul sederetan nama ahli astronomi, seperti Ibrahim al-Fazari, Ali bin Isa alAsturlabi, al-Khawarizmi, Umar Khayyam, al-Zarqali, dan yang lainnya. 7
Demikian tokoh-tokoh yang memiliki kontribusi besar dalam kejayaan
pendidikan umat Islam. Bukan hanya kemajuan ilmu-ilmu di atas yang telah
dicapai umat Islam, masih banyak lagi kemajuan sains lain yang juga telah dicapai
umat Islam.

Ibid, hlm.34-40

14

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kejayaan umat Islam di bidang pendidikan tidak lepas dari pengaruh
pemikiran

warisan

Yunani

yang

mana

pemikiran-pemikiran

tersebut

diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, lalu dipelajari oleh umat Islam. Kontak
umat Islam dengan filsafat Yunani sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dalam dunia Islam.
Masa kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya
kebudayaan Islam. Ada dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor Intern dan
faktor Ekstern.
Lembaga pendidikan Islam ada yang bersifat formal dan ada yang bersifat
nonformal. Pendidikan Islam yang bersifat formal memiliki sistem antara lain
kurikulum, metode pengajaran, dan Rihlah Ilmiyah. Pada masa kejayaan ini
terdapat banyak tokoh yang mempunyai kontribusi besar dalam kemajuan
pendidikan Islam.
Demikianlah dunia Islam di masa jayanya, yang dihiasi dengan berbagai
unsur budaya dan ilmu pengetahuan yang beraneka ragam dapat diibaratkan
sebagai taman yang indah penuh dengan berbagai macam tanaman dengan buah
dan bunga yang beraneka warna, dilengkapi dengan berbagai sarana rekreasi yang
mengasyikkan.

15

DAFTAR PUSTAKA
Asrohah, Hanun . 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Zuhairini. 1997. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai