Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN

ISLAM

Dosen Pengampu: Drs. H. Abdul Wahab, M.Pd.I

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Disusun oleh:

1. Putri Dwi Astutik 1118152


2. Ainun Najib 1118136

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI

JURUSAN TARBIAH

PROGRAM STUDI PAI

2019
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendahuluan
Filsafat pendidikan dipandang sebagai pembahasan yang sistematis tentang
masalah-masalah pendidikan pada tingkatan filosofis yaitu menyelidiki suatu
persoalan pendidikan hingga direduksi kedalam pokok persoalan metafisika,
epistemologi, etika, logika, estetika maupun dari kombinasi dari semuanya itu.
Dalam pembahasan filsafat pendidikan, persoalan-persoalan tersebut dapat
disederhanakan kedalam ketiga persoalan pokok yaitu :
1. Masalah-masalah pendidikan Islam yang menjadi perhatian metafisika atau
ontologi bahwa dalam penyelenggara pendidikan Islam diperlukan pendirian
mengenai pandangan dunia, manusia atau masyarakat yang bagimanakah
yang diperlukan oleh pendidikan Islam.
2. Pandangan mengenai pengetahuan yang dipelajari oleh epistemologi,antara
lain dalam penyusunan dasar-dasar kurikulum, terutama dalam usahanya
mengenai dan memahami hakikat pengetahuan menurut pandangan Islam.
3. Pandangan mengenai nilai yang dipelajari oleh aksiologi, seperti masalah
etika yang mempelajari tentang kebaikan ditinjau dari kesusilaan, sangat
dekat dengan pendidikan Islam, karena kebaikan budi pekerti manusia
menjadi sasaran utama pendidikan Islam dan karenanya selalu
dipertimbangkan dalam perumusan tujuan pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam?
2. Bagaimana Urgensi Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam?
3. Apa Manfaat Belajar Sejarah Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam?
C. Sejarah Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam
Dalam lintasan sejarah, umat islam pernah mengukir masa keemasan dan
mencapai puncak peradaban dan kemajuan islam. Pendidikan islam dalam teori
dan praktik selalu mengalami perkembangan, hal ini disebabkan karena
pendidikan islam secara teoritik memiliki dasar dan sumber rujukan yang tidak
hanya berasal dari nalar, melainkan juga wahyu. Kombinasi nalar dengan wahyu
ini adalah ideal, karena memadukan antara potensi akal manusia dan tuntunan
firman Allah SWT. Terkait dengan masalah pendidikan. Kombinasi ini menjadi
ciri khas pendidikan islam yang tidak dimiliki oleh konsep pendidikan pada
umumnya yang hanya mengandalkan kekuatan akal dan budaya manusia.
Harusnya dengan keterjalinan antara sumber akal dan wahyu tersebut dapat
menghasilkan konsep dan pemikiran pendidikan islam yang sempurna. Hal itu
dibuktikan secara historis melalui upaya pengembangan konsep dan pemikiran
pendidikan islam yang telah berjalan sejak dahulu dengan banyaknya karya tulis
para ulama tentang pendidikan yang sebagian besar masih bisa diakses hingga
saat ini. Hanya saja teori pendidikan mereka seakan tenggelamkarena masuknya
tema-tema baru yang muncul belakangan ini terutama yang berasal dari referensi
barat, sedemikian rupa sehingga timbul kesan seolah-olah perintis penemuan
keilmuan pendidikan itu seluruhnya dari barat.1
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peradaban
islam selalu dimasukkan dLm topik-topik khusus. Di bukunya histiry of the
arabs, penulisnya philip K. Hitti (2006)mengungkapkan secara rinci mengenai
peradaban islam dalam periodisasi kesejarahannya. Buku yang berjudul pijar
peradaban manusia: denyut harapan revolusi yang disusun oleh franz dahler dan
eka budianta, mengungkapkan zaman keemasan islam sebagai puncak kedua
dalam penggunaan kesadaran rasional yang dicapai oleh kebudayaan islam abad
pertengahan. Selain itu juga diketengahkan sosok –sosok kepribadian tersohor
yang telah menyatukan filsafat yunani dengan ilmu alam, bumi, astrologi,
matematika, kedokteran dan agama (franz dahler dan eka buduanta: 282)

1
Assegat Assegat, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal.1
Buku dimensi kreatif dalam filsafat ilmu yang disusun oleh tiga penulis:
conny R. Semiawan, I made putrawan, dan TH. I. Setiawan, tidak melupakan
kelahiran zaman modern yang diawali oleh perkembangan ilmu pengetahuan
pada permulaan abad ke-14 di benua eropa. Perkembangan ilmu pengetahuan itu
sendiri terkait dengan tiga sumber utamanya, yaitu dunia islam dan
peradabannya (conny R. Semiawan: 21). Demikian pula yang dikemukakan
jerome R. Ravertz dalam bukunya filsafat ilmu: sejarah dan ruang lingkupnya.
Diantara ungkapan dinyatakan bahwa kebudayaan islam paling relevan bagi
ilmu eropa. Sejak abad ke-7 hingga abad ke-10 bahasa arab menjadi bahasa
kaum terpelajar bagi bangsa-bangsa yang terentang dari peria hingag spanyol.
Di baghdad, pada abad ke-9 dilakukan penerjemahan terhadap sumber-sumber
yunani ke bahasa arab,. Lalu pada abad ke-12 karya berbahasa arab
diterjemahkan kedalam bahasa latin, dalam berbagai bidang keilmuan, dan
akhirnya dalam bidang filsafat ilmu (jerome R. Ravertz: 21). Diluar itu
pengembangan ilmu pengetahuan juga ditopang oleh perpustakaan. Keduanya
berjalan seiring.2
Menurut jerome R. Revertz, perpustakaan cordova di spanyol memiliki
500.000 buah buku, pada saat bangsa-bangsa di pyrenia utara paling-paling
hanya mempunyai 5.000 buah buku jerome R. Ravertz: 20) melalui terjemahan
dan karya para ilmuan muslim ini, perkembangan ilmuan eropa mulai
menggeliat. Pengaruh tersebut dinilai sangat besar perannya dalam mendorong
ide-ide yang revolusioner dan bersifat inovatif di eropa. Pengaruh yang mampu
mendobrak pemikiran keliru yang sudah baku, baik yang menyangkut penafsiran
fenomena alam maupun dalam melakuakan penalaran (conny R. Semiawan: 21).
Adapun pendobrak pemikiran dimaksud adalah teori copernicus. 3
Memisahkan nilai-nilai ajaran islam dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah suatu pandangan yang keliru. Apalagi kalau sampai
menganggap bahwa islam hanya sebagai sebuah agama an sich. Lebih nyasar

2
Tafsir Ahmad, Filsafat Pendidikan Islami,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2010), hal 143
3
Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 239-243.
lagi kalau pemahaman ini semakin dipersempit, hingga memberi kesan bahwa
ajaran islam hanya mengakomodasi kepentingan hidup di akhirat, padahal al-
quran dan al-hadis sebagai sumber utama ajaran islam, kandungannya tidak
hanya berisi masalah ibadah semata.4 Demikianpula hanya dengan praktik
pendidikan islam. Prektik pendidikan islam selalu mengalami dinamika dan
pasang surut. Teori perkembangan sejarah menyatakan bahwa hubungan anatra
masa lalu, sekarang, dan akan datang memiliki siklus yang saling bertautan.
Julian marias (filosof spanyol) menyatakan bahwa masa sekarang memuat
pengaruh unsur-unsur masa lampau, termasuk didalamnya adalah masa depan,
unsur-unsur saat ini mempengaruhi perjalanan arah masa depan. Ibn khaldun
menyatakan teori perkembangan sejarah berdasarkan pengamatannya pada
kekuasaan raja-raja arab sejalan dengan pertumbuhan manusia yang mengalami
masa kelahiran, pertumbuhan, dan kematian. Arnold toynbee menyebutkan
bahwa tiap peradaban senantiasa mengalami masa pertumbuhan (rise), puncak
kejayaan (peak), dan kemunduran (decline).tidak asalah kalau ada pepatah
menyatakan bahwa hidup ini ibarat roda sekali di atas, lain kali di bawah. Atau,
betapapun tingginya burung terbang, tentunya akan turun kepermukaan juga.
Namun demikian, teori siklus perkembangan tersebut bisa kita teruskan satu lagi
periode pasca kemunduran, yaitu periode pembaruan dan upaya kebangkitan
kembali untuk mencapai puncak kejayaan. Renaissance yang terjadi di barat
merupakan contoh yang tepat untuk menjelaskan hal ini. 5
1. Periode Pertumbuhan
Masa ini merupakan masa awal pertumbuhan dan persemaian nilai-nilai
ke-islam-an, dimana karakteristik pendidikan islam berpusat pada sumber al-
qur’an dan hadis secara murni. Ketika nabi muhammad SAW. Masih hidup,
praktik pendidikan islam mengikuti tuntunan firman Allah SWT. Dan teladan
beliau. Tujuan pendidikan islam waktu itu adalah untuk membentuk sikap takwa
serta penanaman nilai akhlak mulia. Pada saat ini, pendidikan islam belum
terwujud dalam bentuk konsep dan pemikiran yang tertuang dalam karya tulis

4
Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),, hal. 246.
5
Assegat Assegat, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal.3-4
atau disiplin ilmu secara spesifik, namun praktik pendidikan yang dilakukan oleh
nabi muhammad Saw. Baik keluarga maupun masyarakat, menunjukkan nilai-
nilai dan prinsip-prinsip pendidikan yang terus menerus menjadi sumber
inspirasi untuk dipelajari.
Setelah wafatnya nabi muhammad SAW., tampuk kepemimpinan umat
dipegang oleh khulafa’ al-rasyidin. Abu bakar (632-634 M) merupakan halifa
pertama yang melakukan konsolidasi kekuasaan terhadap semenanjung arabia
hingga masuk ke irak dan syria. Khalifah ke dua, umar bin al-khattab (634-644
M) melanjutkan perkembangan islam sampai ke mesopotamia, mesir, syria,
palestina, dan sebagian besar wilayah persia, tabristan, azerbaijan, armenia, serta
beberapa bagian wilayah turki. Usman bin Affan (644-656 M), merupakan
khalifah ke tiga dengan latar belakang pedagang kaya dan termasuk diantara
mereka yang pertama kali masuk islam. Ali bin abi talib (656-661 M),
keponakan dan menantu nabi muhammad Saw., merupakan khalifah ke empat
yang populer dengan ketakwaan, keluasan pengetahuan, keberanian, dan
kedekatannya dengan nabi muhammad saw. 6
2. Periode Kejayaan
Masa pertumbuhan diatas menuai hasilnya terutama pada masa khalifah
abbasiyah yang merupakan masa kedua, yaitu peride kejayaan. Pada masa ini
islam mengalami masa keemasan (golden ages). Dubidang keilmuan, ilmu-ilmu
ke-islam-an yang bersumber dari wahyu tumbuh menjadi disiplin ilmu-ilmu
agama yang sangat rinci sehingga menjadi ilmu-ilmu cabang dan raningna.
Munculnya ilmu-ilmu al-Quran, ilmu-ilmu hadis, hukum islam, teologi, tasawuf,
dan lain-lain, benar-benar menandai bangkitnya ilmu pengetahuan dikalangan
umat islam. Pada masa keemasan ini banyak bermunculan para tokoh dan
cendekiawan muslim yang produktif dalam keilmuan. Dapat disebutkan
sebagian kecil dari tokoh yang kajiannya terkait langsung dengan pendidikan
adalah ibnu miskawaih dan al-ghazali. 7

6
Assegat Assegat, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal 4-5
7
Rahman ,Fauzi dan Miftahuddin, Memurnikan Pemahaman Islam,(Yogyakata:Titihan Ilahi
Pres,1993), hal 53.
Menurut ibnu miskawaih, syariat agama merupakan faktor penentu bagi
lurusnya karakter manusia, karena rujukan utamanya adalah al-qur’an dan
hadis.Dalam bidang astronomi, umat islam dahulu telah berhasil memadukan
tradisi bangsa india, persia, timur dekat kuno khususnya yunani, menjadi sebuah
sintesis yang mengukur babak baru dalam sejarah astronomi sejak abad ke-8 dan
seterusnya. Di bidang kelembagaan, lembaga pendidikan yang ada pad periode
kemajuan ini juga bersifat integral, artinya tidak hanya mengembangkan ilmu-
ilmu agama saja melainkan menyatu dengan ilmu-ilmu umum yang kita sebut
sekarang dengan ilmu modern. Kegemilangan masa abbasiyah mulai menurun
seiring dengan munculnya konflik politik, perebutan kekuasaan, gaya hidup
mewah para penguasa, dan krisis ekonomi umat, sehingga memperlemah
kemajuan yang telah dicapai selama kurang lebig 5 abad sebelumnya.
3. Periode Kemunduran
Masa kemunduran terjadi setelah jatuhnya kekuasaan abbasiyah akibat
berbagai faktor yang saling berkaitan. Diantaranya adalah:
a. Persaingan antar bangsa
b. Kemerosotan ekonomi
c. Konflik sosial-keagamaan
d. Ancaman dari luar8
4. Periode Pembaruan
Pembaruan pemikiran pendidikan islam sebenarnya telah dilakukan para
ulama dan cendekiawan muslim terdahulu, tanpa dibatasi oleh periode terdahulu,
tanpa dibatasi oleh periode tertentu. Bila dicermati, kondisi umat dan negara-
negara islam saat ini masih dilanda oleh ketegangan politik, masalah
kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan dibidang sains dan teknologi,
sekteranianisme, serta ketergantungan dengan negara asing, maka gerakan
pembaruan ini harus dilakukan secara intensif.

D. Urgensi Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam

8
Assegat Assegat, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 12-16.
Para ahli telah menyoroti dunia pendidikan yang berkembang pada saat ini
baik dalam pendidikan Islam pada khususnya maupun pendidikan pada
umumnya, bahwa pelaksanakan pendidikan tersebut kurang bertolak dari atau
belum dibangun oleh landasan filosofis yang kokoh, sehingga berimplikasi pada
kekaburan dan ketidakjelasan arah dan jalannya pelaksanakan pendidikan itu
sendiri. Abdurrahman (1995) misalnya, mengemukan bahwa pelaksanakan
pendidikan agama Islam selama ini berjalan melalui cara didaktis-metodis
seperti halnya pengajaran umum, dan lebih didasarkan pada basis pedagogis
umum yang berasa dari filsafat pendidikan model barat, sehingga lebih
menekankan pada transmisi pengatahuan agama.” Untuk menemukan pedagogis
Islam diperlukan lebih dahulu rumusan filsafat pendidikan Islam yang kokoh.
Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia, dan seluruh
proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan. Atau meminjam terma
Lodge (1947) bahwa “Life is education and education is life”. Sebagai persoalan hidup
maka pendidikan dalam pengembangan konsep-konsepnya perlu menggunakan sistem
pemikiran filsafat tersebut di atas menyangkut metafisika, epistemologi, aksiologi dan
logika, karena problema yang ada dalam lapangan pendidikan juga berada dalam
lapangan filsafat tersebut. Karena itu hubungan antara filsafat dan pendidikan adalah
sangat erat. Sistem pemikiran filsafat tersebut jika dikaitkan dengan pendidikan,
maka sebagai berikut:
1. Dalam lapangan metafisika, antara lain diperlukan adanya pendirian
mengenai pandangan dunia yang bagaimanakah yang diperlukan dalam
pelaksanaan pendidikan.9
2. Dalam lapangan epistemology, antara lain diperlukan dalam
penyusunan dasar-dasar kurikulum. Kurikulum yang biasa diartikan sebagai
serangkaian kegiatan atau sarana untuk mencapai tujuan pendidikan,
diibaratkan sebagai jalan raya yang perlu dilewati oleh peserta didik dalam
usaha mengenal dan memahami pengetahuan. 10

9
Mustansyir Rizal dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Celeban Timur: Pustaka Pelajar,2002),hal.10.
10
Surajiyo, Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya Di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),
hal.152.
E. Manfaat Belajar Sejarah Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam
1. Membuka pemahaman seorang muslim terhadap keyakinan nya
pada Islam.ketika seorang muslim mempelajari sejarah filsafat pendidikan
Islam seorang muslim telah memperkuat tauhidnya ,bahwa segala sesuatu
bahkan pengetahuan itu milik ALLAH SWT.Kesadaran akan tauhid adalah
bagian dari pengetahuan yang ALLAH SWT ciptakan dalam diri setiap
manusia pada sifat fitrohnya. Dalam Al-Qur’an difirmankan ,”Allah
menyatakan tiada tuhan selain dia,demikian pula para malaikat dan orang-
orang yang berilmu”(3:18).Keesaan ALLAH SWT(tauhid) tidaklah untuk
menjadi argumentasi filosofis melainkan penegasan bahwa manusia memang
mengakuinya.Dalam surah yang lain Al-Qur’an menyatakan pula,Katakanlah
,Dilah Allah Yang Maha Esa,Allahlah yang kekal satu satunya tempat
bergantung,Ia tiada beranak dan tiada pula diperanakan,Tiada sesuatupun
yang setara dengan-Nya.(112:1-4).Bahwa ALLAH SWT itu melebihi
kualitas dan sifat semua mahluk ciptaan-Nya. 11
2. Membuka jalan manusia untuk bersyukur kepada ALLAH SWT atas
nikmat akal yang telah diberikannya. Akal adalah salah satu nikmat yang
terbesar diberikan oleh ALLAH SWT kepada hambanya,karena nilai
seseorang didunia ini dimata orang lain adalah tergantung pada akal yang
dimilikinya.Jika ia memiliki akal yang baik,cerdas dan sempurna maka
nilainya akan semakin tinggi namun jika ia memiliki akal yang lemah maka
dirinya akan semakin lemah.Seseorang menjadi mulia tidaklain disebabkan
memiliki akal yang kuat dan sehat. Seseorang menjadi hina dan lemah
disebabkan akal yang milikinya lemah.Akal bisa menjadi kuat dan baik
dengan berbagai pengalaman yang dilalui dengan mempelajari sejarah
perkembangan Filsafat Pendidikan Islam akan menjadikan kita menuntut
ilmu dan mendidik jiwa dengan baik,sesuatu yang paling baik bagi orang
yang berakal lemah adalah diam.Akan tetapi diam sebenarnya juga butuh
kepada akal pikiran .Kalau begini sebagai seorang muslim kita harus belajar

11
M.Ayoub,Mahmoud,Islam Antara Keyakinan dan Praktik Ritual,(Yogyakarta:AK GROUP
Yogyakarta, 2004), hal 9.
dan berfikir untuk menjadi hidup yang lebih baik sesuai dengan ajaran ajaran
Islam. 12

PENUTUPAN
A. Kesimpulan

Terkait dengnan perkembangan pemikiran umumnya dan perkembangan


islam khususnya, dapat dikemukakan periodisasi sebagai berikut: 1) periode
pertumbuhan (rise) yang terjadi pada awal kemunculan islam sejak lahirnya nabi
muhammad SAW. Sampai akhir masa umayah; 2) periode kemajuan (peak) yang
berlangsung pada masa khilafah abbasiyah; dan 3) periode kemunduran (decline)
yang terjadi setelah jatuhnya kota baghdad oleh tentara tartar pada 1258 M; serta 4)
periode pembaruan yang berkembang secara intensifsejak abad ke-18 M..
Sistem pemikiran filsafat tersebut jika dikaitkan dengan pendidikan, maka lapangan
metafisika, diperlukan adanya pendirian mengenai pandangan dunia yang
bagaimanakah yang diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan. Dalam lapangan
epistemology, diperlukan dalam penyusunan dasar-dasar kurikulum. Dalam
lapangan aksiologi, yakni mempelajari nilai-nilai, juga sangat dekat dengan
pendidikan, yang selalu dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan,
karena dunia nilai (etika dan estetika) juga menjadi dasar pendidikan, yang selalu
dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan.
Sejarah Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam bila dipelajari akan
memberikan manfaat menambah keyakinan bahwa seleruh alam semesta yang
dikaji manusia dalam mencari hakikat kebenaran secara mendalam dan mendasar
dengan akal yang rasional hanyalah milik ALLAH SWT.Membuka jalan untuk
bersyukur atas nikmat berupa akal yang diberikan ALLAH SWT kpada kita semua.

12
AL-Qorni,Aidh,Cahaya Zaman,(Jakarta:Gema Insani,2006), hal 83-84.
DAFTAR PUSTAKA

Assegat Assegat, Filsafat Pendidikan Islam, : Raja Grafindo Persada, 2011,

Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013

Mustansyir Rizal Dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Celeban Timur: Pustaka
Pelajar,2002,
Surajiyo, Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya Di Indonesia, Jakarta: Bumi
Aksara, 2007,
AL-Qorni,Aidh.2006, Cahaya Zaman.Jakarta:Gema Insani

M.Ayoub.2004.Islam Antara Keyakinan dan Praktik Ritual.Yogyakarta:AK


GROUP Yogyakarta.

Tafsir,Ahmad.2010.Filsafat Pendidikan Islami.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Rahman,Fauzi dan Miftahuddin.1993.Memurnikan Pemahaman


Islam.Yogyakarta:Titihan Ilahi Pres.

Anda mungkin juga menyukai