Anda di halaman 1dari 23

RANGKUMAN BUKU

SEJARAH PENDIDIKAN DALAM ISLAM


(Penulis: Dr. Muh.Misdar, M.Ag)

BAB 1
PENDAHULUAN
Pada Bab 1, penulis membagi pembahasan dalam enam pokok
pembahasan, yang menjelaskan tentang:
A. Pengertian Sejarah
B. Sejarah Sebagai Ilmu Pengetahuan
C. Sejarah Pendidikan Islam
D. Fondasi Pendidikan Islam
E. Ruang lingkup Sejarah Pendidikan Islam
F. Priodisasi Sejarah Pendidikan Islam.
Ke enam pokok pembahasan tersebut terangkum dalam uraian berikut ini.
A. Pengertian Sejarah
Sebelum menguraikan panjang lebar tentang hakikat dan substansi sejarah
Pendidikan Islam, perlu dijelaskan beberapa istilah yang menunjukan makna
sejarah.
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan istilah sejarah:
1. Tarikh atau Al Tarikh secara bahasa artinya penanggalan. Di dalam
Louis Maluf keduanya mengandung makna yang sama, yaitu sejarah
konotasinya menunjukkan pada suatu peristiwa yang mengandung
sejarah,karena itu setiap peristiwa sejarah seharusnya ada peristiwa
penanggalannya.Peristiwa penanggalan atau disebut juga dengan
peristiwa pencatatan tanggal peristiwa ataau kejadiannya.
2. Sirah dimaknai perjalanan atau riwayat. Istilah ini biasanya
menunjukkan perjalanan kehidupan seseorang yang sangat fenomenal
dalam perjalanan kehidupannya seperti sirah Muhammmad.
3. Sajaratun artinya identik dengan pohon. Secara lisan kata ini mirip
dengan sebutan sejarah dalam Bahasa Indonesia, yang secara harfiah
artinya tidak menunjukkan arti sejarah tetapi menunjukkan suatu
pohon. Tetapi bila dipelajari secara mendalam kata sajaratun
mempunyai kaitan dengan kata sejarah dalam Bahasa Indonesia.
Kaitan itu terletak pada kedekatan makna secara filosofis. Bila dikaji
secara analogis, unsur-unsur yang terdapat dalam sajaratun terdiri dari
batang, dahan, dan ranting serta daun. Makna analogis tersebut serupa
dengan Islam sebagai agama yang terdiri dari pondasi yang meliputi
iman, islam, dan ihsan. Kemudian batang tubuh terdiri dari rukun
iman dan rukun islam, demikian pula dengan cabang-cabang yang ada
dalam agama islam seperti ekonomi, politik, hukum, sastra,
pendidikan, dan unsur cabang lainnya.
4. Silsilah dalam bahasa arab sama sebutannya dengan bahasa
indonesia yang artinya menggambarkan urutan keturunan dalam suatu
keluarga. Hanya saja istilah silsilah jarang diisebut secara khusus yang
menunjukkan artinya sebagai sejarah, tetapi di dalam sejarah itu tentu
terdapat silsilah. Ketika mengurut suatu hierarki asal usul keturunan,
seperti keturunan raja-raja. Dengan demikian, berdasarkan urutan dan
hierarki itu pula istilah silsilah ditemukan berkaitan dengan istilah
sejarah dalam islam.
5. History dalam bahasa inggris, istilah history diterjemahkan dengan
sejarah dalam bahasa Indonesia. Tidak banyak perdebatan tentang
penggunaan istilah ini, karena sebagian besar para ahli sejarah
mengenal bahwa istilah history selalu digunakan untuk
menunjukkan artinya sejarah
B. Sejarah Sebagai Ilmu Pengetahuan
Sebagai sebuah ilmu pengetahuan, sejarah pendidikan Islam mengandung
makna yang menjelaskan peristiwa tentang kehidupan manusia Muslim masa
lampau, terutama sejak islam mulai muncul. Kajian-kajian tentang kehidupan
tersebut tidak hanya memunculkan ilmu sejarah tentang pendidikan, tetapi
berbagai ilmu pengetahuan telah muncul dan semuanya itu sangat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan zaman sekarang.
Sejarah sebagai ilmu pengetahuan memiki beberapa indikator, yaitu:
1. Sejarah memiliki karakteristik keilmuan tersendiri, dan dapat
terintegrasi dengan bebagai cabang ilmu pengetahuan lainnya,
terutama tentang kehidupan manusia. Apalagi ketika istilah sejarah
Islam dimunculkan, semua unsur tentang agama Islam dapat dilacak
dari akar sejarahnya. Maka dari itu, didalam mempelajari Al-Quran
terdapat asbabun nuzul dan asbabul wurud ketika mempelajari hadits.
Kedua hal ini sangat diperlukan ketika mempelajari Al-Quran dan
Hadits karena membicarakan sebab-sebab turunnya Al-Quran dan
munculnya Hadits. Itulah sebabnya tidak berlebihan bilamana sejarah
islam menjadi akar dari segala ilmu pengetahuan tentang Islam.
2. Mengandung unsur peristiwa masa lampau. Ketika berbicara tentang
masa lampau ada 2 hal yang berkenaan dengan sejarah yaitu peristiwa
kejadiannya dan penanggalannya.
3. Berkenaan dengan kehidupan bermasyarakat baik kaitannya dengan
politik, ekonomi dan kehidupan masyarakat yang bersifat sosial,
termasuk di dalamnya aspek pendidikan.
C. Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah sebagai ilmu pengetahuan bersifat universal, objeknya kehidupan
manusia mulai dari yang kecil hingga yang paling besar. Tetapi Sayyid Quttub
memberikan pengertian yang berbeda dalam bukunya Konsepsi Sejarah dalam
Islam ia mengatakan bahwa sejarah bukanlah peristwa-peristiwa, melainkan
tafsiran peristiwa-peristiwa dan pengertian tentang hubungan-hubungan nyata dan
tidak nyata, menyalin seluruh bagian serta memberi dinamisme dalam waktu dan
tempat.
D. Fondasi Pendidikan Islam
Islam sebagai agama mengandung berbagai unsur seperti fondasi sejarah
pendidikan Islam. Dalam proses pembelajarannya terdapat tujuan, materi, metode
dan sebagainya. Semuanya itu bermuara pada pondasi utama, yaitu Al quran dan
sunah Rasul sebagai sumber dan landasan pendidikan Islam. Penjabarannya
terbagi menjadi akidah, ibadah, dan muamalah. Akidah sebagai fondasi, ibadah
sebagai tiang serta muamalah sebagai cabang dan ranting. Implementasi
pendidikan Islam harus berlandaskan kepada tiga fondasi tersebut.
E. Ruang lingkup Sejarah Pendidikan Islam
Ruang lingkup pendidikan Islam pada dasarnya tidak dapat dibatasi oleh
materi atau kurikulum, tidak juga dapat dibatasi tujuan, target, metode, cara
menilai, tempat, waktu dan orang atau bangsa tertentu. Karena ruang lingkup dan
objek kajian pendidikan Islam sangat luas, meliputi seluruh aspek pembelajaran
yang ada dalam Islam. Yang dimaksud dengan konteks sejarah pendidikan Islam
dalam buku ini adalah Sejarah perkembangan pendidikan Islam yang berdasarkan
fakta historis perkembngan Islam. Maka lingkup yang menjadi objek sejarah
pendidikan Islam itu meliputi, lembaga pendidikan dan sistem pendidikan Islam
yang berkembang sejak zaman Rasulullah hingga perkembangan pendidikan
Islam sekarang.
Sejarah pendidikan Islam memiliki lingkup kajian yang sangat universal
sama halnya dengan kajian sejarah pada umumnya. Hanya saja yang menjadikan
sejarah pendidikan Islam lebih universal terletak pada muatan dan nilai
spiritualitas yang ada didalmnya yang mana nilai itu pula dapat membedaka
pendidikan Islam dengan lainnya. Meskipun seya sejarah menggunakan
pendekatan yang sama, yaitu pendekatan faktual historis, tetapi pendidikan Islam
tidak hanya menonjolkan hal yang sama, tetapi memberi nuansa lebih spesifik
terutama tentang nilai-nilai keislaman. Karena itu pendidikan Islam selalu berkait
erat dengan sumber aslinya, yaitu Al quran dan hadits.
F. Priodisasi Sejarah Pendidikan Islam.
Menurut Hasan Langgulung bahwa periodesasi pembinaan Islam dibagi
pada empat pase, yaitu :
1. Periode pertama, terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW dan sahabat.
Dimana pendidikan Islam pada masa itu bersifat original, bertujuan
meneguhkan ajaran ajaran Islam.
2. Periode kedua, ditandai dengan masuknya ilmu ilmu akal, pembinaan
sekolah sekolah (madrasah) dan tumbuh dari pikiran pikiran yang
istimewa. Dengan ciri tersebut peradaban Islam mencuat kepermukaan
mewarnai peradaban dunia. Serta memberikan kontribusi yang sangat
besar terhadap kemajuan dunia barat. Puncak masa ini terjadi pada zaman
Bani Abassiah.
3. Periode ketiga, di tandai dengan terjadinya kebekuan pemikiran Islam,
karena lebih mengutamakan ilmu ilmu nagliyah. Kebekuan institusi
pendidikan dan masukknya pengaruh budaya barat. Fase ini terjadi
diakhir masa kekuasaan Bani Abbasiah sebelum mendapatkan serangan
tentara Mongol tahun 1258 M.
4. Periode keempat, adalah periode pembaharuan pendidikan Islam.
Pendidikan Islam mulai menampakkan perubahan yang sangat besar
terutama dalam sistem pendidikannya. Dalam fase ini seperti ada adobsi
pendidikan barat kedalam sistem pendidikan Islam. Upaya tersebut
berakar dari keprihatinan umat Islam terhadap kemunduran umat Islam
dalam penguasaan ilmu-ilmu yang mutakhir. Dari sikap tersebbut
selanjutnya muncul upaya memasukkan unsur pengetahuan barat ke
dalam pendidikan Islam, termasuk didalamnya pengembangan institusi
pendidikan tradisional.
BAB 2
TRADISI BANGSA ARAB DAN PERTUMBUHAN PENDIDIKAN ISLAM

Pada Bab 2, penulis membagi pembahasan dalam Tujuh pokok


pembahasan, yang menjelaskan tentang:
A. Tradisi Bangsa Arab Pra-Islam
B. Kegiatan Tulis menulis pada Permulaan Islam
C. Dasar-dasar Pendidikan Islam
D. Pendidikan Islam Priode Makkah
E. Aktivitas Pendidikan di Kota Makkah
F. Pendidikan Islam Priode Madinah
G. Peranan Pendidikan Islam di Makkah dan Madinah
Ke tujuh pokok pembahasan tersebut terangkum dalam uraian berikut ini :

A. Tradisi Bangsa Arab Pra Islam


Banyak terjadi penyimpangan pada tradisi bangsa Arab, menurut Adnan
Zarzur penyimpangan berakar pada penyimpangan akidah dan keyakinan
beragama. Penyimpangan akidah sebagaimana dimaksudkan itu berakar pula pada
penolakan masyarakat Arab untuk menerima ajakan para nabi termasuk nabi
Muhammad Saw. untuk beriman kepada Allah Swt.
Di dalam Al quran dijelaskan tentang kehinaan kaum wanita Arab akibat
perlakuan masyarakat Arab Quraisy yang masih jahiliyah, yang berakibat pada
kebiasaan negatif seperti membunuh ana wanita, bahkan menguburnya hidup-
hidup. Kasus- kasus penyimpangan tersebut dijelaskan dalam beberapa ayat al
quran, seperti dalam surat At Takwir ayat 8-9. Kerusakan akidah, keyakinan dan
akidah tentang wanita belum dilandasi oleh nilai-nilai Islam, mereka menganggap
wanita seperti barang hiasan, barang dagangan yang dapat diperjualbelikan.
Disamping itu wanita juga dianggap sepeerti barang warisan, akibatnya wanita
dapat diwariskan kepada keluarga dan keturunannya.
B. Kegiatan Tulis Menulis pada Permulaan Islam.
Kegiatan tulis menulis pada masa Arab Jahiliyah sangat sedikitnya
kuantitasnya. Akibatnya muncullah sebutan Ummi yang dikonotasikan dengan
buta huruf.
Secara faktual pada zaman jahiliyah, bangsa Arab sudah mengenal tulis
menulis meskipun jumlah orang yang dianggap ahli dalam bidang tersebut masih
sangat terbatas.Mereka sudah mengetahui betapa tingginya urgensi tulis menulis
dalam kehidupan mereka. Hanya saja mereka belum mengetahui fungsi tulis
menulis secara akurat dan belum memerlukannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari. Masyarakat Arab Jahilyah lebih memerlukan pengetahuan yang bersifat
praktis seperti teknik beternak, mengembara, menunggang kuda dan mengolah
lahan pertanian.
Ketika Islam datang belum banyak orang di kalangan Quraisy yang
mampu membaca dan menulis. Hanya sebagian kecil saja diantaranya adalah Abu
Bajar Ash Shiddiq, Abdullah Bin Amr Bin Ash, Sofyan bin Harb dan beberapa di
kalangan wanita antara lain Hafsah, Ummi Kultsum binti Uqbah, Aisyah binti
Saad dan As Syifak binti Abdullah Al Quraisyiyah. Para sahabat tersebut
dianggap sebagai generasi pertama Islam yang dikenal ahli dalam membaca dan
menulis dan melalui mereka inilah tradisi membaca dan menulis digalakkan
terutama kaitannya dengan pembelajaran Al quran dan Hadits.
C. Dasar Dasar Pendidikan Islam.
Pendidikan Islam pada awal Islam berkaitan erat dengan konsep ketuhanan
dalam Islam. Ajakan Nabi Muhammad Saw untuk beriman kepada Allah Swt
merupakan inti dari pendidikan Islam yang paling urgen.Hal ini menjadi metode
dan sarana dalam mengembangkan ideologi ketuhanan dalam Islam.Akidah
menjadi prinsip dasar pendidikan islam, melalui pondasi ini Islam mulai dapat
memgenalkan tradisi baru bagi perkembangan pendidikan bangsa Arab, yaitu
tradisi melalui membaca dan menulis. Melalui tradisi ini Islama mulai
mengenalkan kepada masyarakat dasar-dasar pendidikan Islam yang terangkum
dalam Al quran.
Turunnya wahyu yang pertama yaitu surat Al Alaq merupakan bukti
konkret bahwa pendidikan Islam brsinergidengan ketauhidan. Di dalam ayat
tersebut menguraikan beberapa prinsip pendidikan dalam Islam, seperti
pendidikan itu harus melalui membaca menelaah. Menelaah dan membaca harus
diiringi dengan nilai-nilai spiritualitas dan dilakukan melalui tulisan. Prinsip inilah
yang diimplementasikan oleh Rasulullah melalui perbuatan, prilaku, perkataan
dan sikap hidup Rasulullah. Rasulullah Saw merupakan pendidik yang pertama
dalam Islam karena beliau selalu ikut serta dalam membentuk perilaku para
sahabat yang pertama masuk Islam.
D. Pendidikan Islam Periode Mekah
Salah satu karakteristik perkembangan pendidikan Islam pada periode
Mekkah erat hubungannya dengan pengajaran Al quran dan Sunah Rasul. Pada
periode ini pendidikan Islam bertujuan menegakkan akidah Islam yang
berdasarkan Al quran dan Sunnah Nabi. Semua permasalahan dan kebutuhan
dikembalikan kepada Nabi Muhammada Saw. Akan tetapi ketika beliau wafat
persoalan umat Isla dikembalikan kepada sumber yaitu Al qurana dan Sunah
rasul. Bilamana persoalan yang muncul dalam masyarakat tidak ditemukan dalam
keduanya maka digunakan ijtihad.
Pendidikan Islam periode Mekkah terikat secara tidak langsung dengan
unsur kebudayaan Islam lainnya. Seperti pelaksanaan pendidikan tidak dapat
dipisahkan dengan sistem politik dan dakwah Islam. Pendidikan, politik dan
dakwah masih menjadi satu kesatuan dalam proses perkembangan Islam dan muri
beerlandaskan Islam secara keseluruhan.
E. Aktivitas Pendidikan di Kota Makkah
Nabi Muhammad Saw melakukan pendidikan Islam secara bertahab dan
bergerak secara evolusif. Beliau memulai aktifitas pendidikan bermula dari
keluarga dekat dan dilakukan secara sembunyi sembunyi, kemudian berlanjut
kepada para sahabat dan dilakukan secara terang terangan. Selanjutnya Rasulullah
Saw dibantu oleh para sahabat dalam menyebarluaskan ajaran Islam membangun
pendidikan Islam bagi penduduk di kota Mekkah maupun di luar kota Mekkah.
E. Pendidikan Islam Periode Madinah
Di Madinah Rasulullah Saw menjadi figur tunggal menduduki posisi
strategis dalam segala aktititas baik politik, dakwah dan pendidikan. Dengan
berlandaskan Al quran dan Piagam Madinah aturan aturan kemasyarakatan dan
agama di Madinah mudah terlaksana.
G. Peranan Pendidikan Islam di Makkah dan Madinah
Nabi Muhammad Saw. membangun masjid dan menambah fungsinya tidak
saja menjadi tempat beribadah tetapi juga menjadi sarana aktifitas sosial dan
politik bahkan menjadi lembaga pendidikan ke dua detelah Darul Arqam di
Mekkah. Sistem pendidikan mencerminkan pendidikan sosial politik dan
kewarganegaraan. Nabi Muhammad Saw mengajarkan kepada sahabat untuk
menggunakan metode langsung yaitu dengan memberi contoh teladanya melalui
kehidupan sehari-hari.
BAB 3
INSTITUSI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DALAM
PENDIDIKAN ISLAM

A. Perkembangan Pendidikan Islam.


Pada masa pemerintahan Bani Umayyah terdapat dua jenis pendidikan
Islam, yaitu:
1. Pendidikan Khusus
Pendidikan yang diselenggarakan di Istana, ditujuakan untuk anak-anak
pembesar negara. Kurikulum yang diajarkan bersifat praktis, guna
memperoleh kecakapan dalam memegang kendali pemerintahan atau
persoalan yang ada kaitannya dengan urusan pemerintahan. Kurikulumnya
ditentukan oleh guru dan orang tua dan otoritas yang dimiliki oleh guru
juga terbatas.
2. Pendidikan Umum
Pendidikan yang ditujukan kepada seluruh masyarakat selain keluarga
kerajaan. Pada sistem pendidikan ini seorang guru lebih leluasa dalam
menjalanka tugasnya.
B. Perkembangan Institusi Pendidikan dalam Islam.
Lembaga pendidikan Islam secara menyeluruh tumbuh dan berkembang
seiring dengan perkembangan Islam antara lain :
1. Masjid.
Masjid tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk beribadah da kegiatan
keagamaan tetapi mulai berfungsi sebagai sarana beribadah dan kegiatan
keagamaan, tetapi mulai berfungsi sebagai sarana pendidikan dan politik Islam.
Pada masa Bani Umayyah Fungsi masjid bertambah selain menjadi tempat
beribadah, pengendalian urusan pemerintahan dan kenegaraan, sekali waktu
masjid berfungsi sebagai tempat pengadilan dan menjatuhkan hukuman terhadap
seorang terdakwa.
Selain itu masjid mempunyai fungsi ilmiah karena menjadi pusat
pendidikan. Dalamm proses pembelajaran disediakan sebuah ruangan di dalam
masjid yang disebut suffah yang menjadi tempat untuk mempelajari ilmu
pengetahuan.
2. Al Kuttab.
Kuttab adalah lembaga lain yang fungsinya hampir sama dengan masjid.
Kuttab adalaha kata jadian dari kataba yang artinya menulis. Dalam pengertian
yang luas Kuttab adalah tempat untuk belajar menulis, tetapi seiring
perkembangannya kuttab juga berfungsi untuk mengajarkan ilmu-ilmu keislaman
lainnya.
Kuttab terdiri dari dua yaitu kuttab komersil dan kuttab sosial, yang
masing-masing ditujukan untuk anak-anak yang mampu dan anak-anak yang
kurang mampu.
Selain sebagai lembaga pendidikan dasar sebagai tempat membaca dan
menulis, kuttab dapat berfungsi sebagai lembaga pendidikan menengah , sekaligus
sebagai tempat mengkaji ilmu-ilmu keislaman. Penentuan peserta lembaga
pendidikan kuttab tidak tergantung pada usia tetapi berdasarkan keluasan dan
kedalaman materi yang diberikan kepada siswa.
3. Istana.
Istana pada masa perkembangan pendidikan Islam mempunyai beberapa
fungsi. Pada satu sisi istana berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan disisi lain
sebagai pusat pendidikan bagi putra putri khalifah dan pembesar istana.
Sebagai sarana pendidikan terdapat berbagai aktifitas ilmiah, karena di
dalam istana didirikan majelis-majelis ilmu pengetahuan. Baik yang bersifat
umum mauapun yang berssifat khusus. Dalam kondisi ini peran seorang khalifah
tidak saja sebagai pembesar istana, tetapi dapat juga berperan sebagai seorang
ilmuwan.
4. Rumah Ulama.
Penggunaan rumah ulama pada zaman Bani Umayyah berbeda dengan
penggunaan rumah ulama pada masa Nabi Saw. Rumah ulama pada masa Bani
Umayyah tidak sekedar sebagai tempat membaca dan menulis, tetapi para ulama
itu sendiri selain mengajarkan membaca dan menulis, mengadakan pengkajian
dan pendalaman terhadap ilmu pengetahuan.Para siswa yang belajar di rumah
ulama biasanya merupakan lulusan dari pendidikan masjid dan kuttab, karena
pengkajian terhadap ilmu pengetahuan yang dimaksudkan itu harus memiliki
dasar-dasar pengetahuan yang cukup.
BAB 4
MADRASAH DAN PENDIDIKAN TINGGI ISLAM.

A. Asal-usul Madrasah sebagai sistem.


Adanya madrasah dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, baik politik,
kondisi, ataupun faktor religius telah menjadi fenomena pengembangan ajaran
agama, baik oleh Islam maupun Yahudi.
Sebagai pendidikan tinggi Islam, madrasahlah yang menjadi pusat
pengkajian Islam pertama, disamping terdapat institusi lain seperti perpustakaan.
Eksistensi madrasah sebagai pusat kajian semakin jelas ketika pada masanya
madrasah menjadi pusat kajian fikih.
Ada dua faktor yang menyebabkan proses pengajaran berpindah dari
masjid ke madrasah:
1. Kondisi masjid yang sudah penuh sesak dengan siswa yang ingin
belajar dan mengkaji ilmu agama, terutama ilmu fiqh dan ilmu kalam.
Disaat yang bersamaan masjid digunakan sebagai tempat ibadah.
2. Peserta yang belajar tidak saja terdiri dari anak-anak tetapi juga para
ilmuwan dan fuqoha, yang dalam pelaksanaan pembelajarannya tidak
mungkin disatukan. Hal inilah yang mendorong pelaksanaan pengkajian
ilmu keislaman diadakan di madrasah.
B. Sistem Pendidikan Madrasah.
Persoalan kurikulum menjadi salah satu isu sensitif pada pembelajaran di
madrasah.Madrasah sebagai pendidikan tinggi identik dengan pengajaran fiqh
artinya pengajaran fiqh lebih dominan diajarkan dalam kurikulum madrasah. Pada
awalnya madrasah tidak mengenal pembatasan kurikulum, karena madrasah
mengajarkan semua ilmu agama dan semua ilmu berdasarkan Al quran. Ilmu-
ilmu yang lain yang menunjang pemahaman Al quran sebagai kurikulum inti,
diimplementasikan dalam pembelajaran tafsir dan hadits.
Sebelum memasuki madrasah, sebagai persiapan untuk mempelajari ilmu-
ilmu lain seperti fiqh seseorang harus mempelajari bahasa Arab. Pembelajaran
bahasa Arab dapat dijadikan sebagai landasan pembelajaran Agama Islam. Cara
belajar bahasa Arab dapat dilakukan secara mandiri kepada guru atau dengan cara
menghadiri halaqah-halaqah seorang ahli bahasa Arab. Fiqh menjadi salah satu
mata pelajaran yang mendapat perhatian lebih pada sistem pendidikan madrasah.
Sedangkan ilmu-ilmu lain berfungsi sebagai prasyarat meneruskan pelajaran
selanjutnya.
C. Pendidikan Madrasah dan Doktrin Fiqh.
Madrasah adalah lembaga pendidikan yang unik. Keunikan sistem
pendidikan madrasah terletak pada dua aspek yaitu:
1. Tereletak pada misi ideologi fiqh, kerena sebagian besar madrasah
berafiliasi pada satu mazhab fiqh, bahkan mungkin dapat dikatakan
madrasah adalah madrasah fiqh.
2. Pendirian madrasah terlepas dari intervensi, kontrol, dan patronase
seorang khalifah, karena sebagian besar dana pendirian madrasah
bersumber dari wakaf bukan dari khalifah, meskipun kenyataannya
pendiriannya itu sendiri terdapat seorang menteri. Pendirian madrasah
sebagian besar didirikan oleh ulama fiqh. Oleh sebab itu, setiap madrasah
berafiliasi pada aliran fiqh ulama yang mendirikannya.
D. Karakteristik Pembelajaran di Madrasah.
Karakteristik pembelajaran di madrasah diantaranya:
1. Dari sistem pendidikan, lembaga pendidikan madarasah adalah lembaga
pendidikan fiqh. Artinya ketika berbicara madrasah maka
kontekstualisasi kurikulum, ideologi pendidikan adalah penanaman
ortodoksi fiqh dengan berbagai mazhabnya, lebih dominan daripada
pembelajaran lainnya.
2. Dari segi penamaan seorang guru fiqh berbeda dengan seorang guru
hadits. Seorang guru fiqh disebut mudarris atau fuqaha. Seorang pengajar
fiqh tidak sembarang disebut mudarris, tingkat seorang mudarris sama
dengan sebutan professor. Seoarang mudarris memang seorang yang
sangat ahli dalam bidangnya.
3. Karakteristik seorang mudarris atau professor. Di dalam proses belajar
mengajar seorang mudarris dibantu oleh seorang naib yang berfungsi
sebagai asisten mudarris. Selain Naib, seorang mudarris juga dibantu
oleh seorang muid yang berfungsi sebagai drill master. Dalam tugas
pengajaran seorang muid bertugas untuk mengulangi apa yang
disebutkan dan disampaikan oleh mudarris, dalam suatu pertemuan
belajar, seorang mudarris kadang-kadang dibantu oleh beberapa orang
murid.
E. Pembelajaran Hadits.
Setelah Rasulullah wafat kebutuhan akan referensi hukum Islam selain Al-
Quran sangat mendesak maka hadits menjadi salah satu sumber hukum segera
diselesaikan permasalahannya, menjaga keutuhan, mempertahankan,
menyebarkan, dan membukukannya. Berawal dari situlah muncul halaqah-
halaqah keilmuan, salah satu yang dikaji dari halaqah tersebut adalah hadits.
Halaqah-halaqah tersebut sangat erat hubungannya dengan penyebaran Islam
sebagai perpanjangan cara berdakwah Islam.
Perbedaan mendasar antara halaqah Hadits dan halaqah Fiqh sangat
mencolok pada metode pengajarannya. Sistem pembelajaran halaqah fiqh
mengunakan metode tadris sedangkan dalam halaqah hadits menggunakan
metode imla dan rihlah. Dalam metode tadris strategi yang digunakan para
fuqaha adalah munazarah dan muzakarah, sedangkan dalam metode imla terdapat
al-qiraah dan kitabah, serta strategi sima dalam metode rihlah.
BAB 5
TERJEMAHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
DALAM ISLAM.

A. Sekilas tentang terjemahan dalam Islam.


Gerakan terjemahan menjadi salah satu isu yang fenomenal dalam
perkembangan sejarah intelektual Islam, tidak terkecuali dalam sejarah pendidikan
Islam. Melalui terjemahan selanjutnya muncul gerakan asimilasi dan integrasi
ilmu pengetahuan dalam Islam pada abad pertenghan masehi. Perkembangan Ilmu
Pengetahuan pada saat itu tidak terlepas dari peranan lembaga pendidikan tinggi
Islam, terutama madrasah. Gerakan terjemahan tidak hanya sekedar mengalihkan
bahasa ilmu pengetahuan dan peradaban dari bahasa Yunani dan Persia ke dalam
Islam, tetapi pada fase-fase selanjutnya asimilasi penetahuan juga terjadi pada
lembaga-lembaga pendidikan. Oleh karena itu gerakan terjemahan pada abad
pertengahan masehilebih merupakan gerakan pengalihan ilmu pengetahuan dari
bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab.
Sebagaia akibat dari gerakan terjemahan ini mulai masuknya unsur
peradaban Yunani dan Persia ke dalam Islam. Proses asimilasi peradaban Yunani
ke dalam Islam dapat bersifat langsung dan tidak langsung karena peradaban
Yunani bukan hanya diterjemahkan oleh bangsa Arab saja tetapi juga oleh
bangsa-bangsa lain . Salah satunya adalah peradaban bangsa Helenik yang secara
tidak langsung peradaban Arab mengalami proses asimilasi dengan peradaban
bangsa tersebut.
B. Periodesasi Terjemahan dalam Islam.
Periodesasi Terjemahan dalam Islam teerdiri dari dua fase:
1. Fase pertama Tahun 650-800 M.
Pada fase pertama peradaban Yunani diambil dari tiga bahasa sekaligus,
yaitu bahsa Yunani, Bahasa Syriac, dan bahasa Urdu. Hal ini terjadi
karena sebelum ditransfer ke bahasa Arab, peradaban Yunani sudah
diterjemahkan kedalam tiga bahasa tersebut. Kemungkinan besar di
dalam peradaban tersebut terdapat unsur peradaban lokal yang
diserapkan ke dalam bahasa Arab Islam. Tokoh-tokoh pada fase ini:
Severus Sebokht, Kholid Ibnu Yazid bin Murawiya dan Muhammad bin
Ibrahim Al Farazi.
2. Fase kedua Tahun 800 900 M.
Pada fase kedua dari proses tranmisi pengetahuan dan peradaban Yunani
ke dalam Islam, tampak bahwa peran penguasa atau pemerintah sangat
besar dalam memajukan peradaban suatu bangsa. Pada masa kekuasaan
Bani Abbas pemerintahan Al Makmun menjadi pemerintahan yang
paling revolusioner dalam menerjemahkan peradaban Yunani ke dalam
Islam. Perjalanan tahap kedua proses terjemahan baru baerakhir pada
masa pemerintahan Al Muqtafi.
3. Fase ketiga Tahun Tahun 900 1000 M.
Pada abad ke-9 M pusat pengetahuan telah didirikan di Baghdad.
Sebagian besar terjemahan dilaksanankan setelah tahun 900. Setelah itu
merupakan antiklimaks karya terjemahan setelah beberapa ratus tahun
sesudahnya. Sebaliknya, pada saat itu sebagian besar teks Yunani
meliputi matematika, astronomi, kedokteran telah siap diterjemahkan
antara tahun 900-100M. Setelah tahun itu sudah dapat dipastikan bahwa
tanpa prestasi dan sudah berkurang upaya untuik mempromosikan
terjemahan.
C. Pengaruh Terjemahan Terhadap Kemunculan Ilmuwan Muslim.
Sesuatu yang paling urgen dari kegiatan terjemahan telah memberi
dampak luar biasa terhadap perkembangan intelektualitas masyarakata muslim
antara abad ke-9M hiangga abad ke-12 M. Diantara pengaruh tersebut terbagi
kedalam beberapa periode :
1. Ilmuwan Muslim Periode Pertama pada abad ke-7 8 M
a. Abu Musa Jabir ibn Hayyan e. Abbas Qosim Ibn Firnas
b. Al-Jahiz f. Al-Farghani
c. Al- Fazari. g. Tabit Ibn Qurra
d. Al Hawarizmi h. Ibnu Jarir At-Thabari
2. Ilmuwan-ilmuwan Muslim Gelombang kedua.
a. Al Farabi d. Ar-Razi
b. Al-Kindi e. Al-Biruni
c. Ibnu Sina f. Ibn Haitham.
BAB 6
PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM.

A. Sekilas tentang Pembaruan Pendidikan dalam Islam.


Pembaruan pendidikan Islam dapat ditelusuri melalui perjalanan panjang
sejarah pertumbuhan dan perkembangan Islam. Salah satu unsur yang
menyebabkan terjadinya pembaharuan pendidikan Islam adalah adanya gerakan
pembaharuan tentang sistem pendidikan Islam. Perkembangan pemikiran tentang
pembaharuan pendidikan Islam telah terjadi sejak zaman permulaan Islam hingga
zaman modern. Sebagai contoh perubahan sistem pendidikan Islam dari sistem
kuttab ke sistem pendidikan masjid, lalu beralih lagi ke sistem madrasah dan terus
berkembang hingga muncullah jamiah (pendidikan tinggi Islam).Hal ini
disebabkan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan Islam, selain itu
karena perkembangan zaman, waktu, tempat dan situasi dan kondisi umat Islam.
Gerakan pembaharuan dalam konteks pendidikan Islam adalah munculnya
gerakan perbaiiansisem pendidikan yang disesuaikan dengan sistem pendidikan
kontemporer. Diantara gerakan itu adalah memadukan perkembangan ilmu
pengetahuan modern dengan sistem pendidikan islam, dan memasukkan unsur
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam kurikulum pendidikan
Islam. Dengan harapan sistem pendidikan Islam dapaat bersaing dengan sistem
pendidikan barat. Salah satu contoh upaya tersebut itu ialah munculnya pemikiran
upaya mengadopsi sistem pemikiran barat pada satu sisi, tetapi pada sisi lain tidak
menghilangkan identitas ke-Islamannya.
B. Pembaruan Pendidikan Islam di Timur Tengah.
Dalam kaitannya dengan pengembangan pendidikan dasar, perubahan
besar sistem pendidikan dasar sejak tahun 1964, perubahan tersebut merupakan
hasil kerja sama antara unesco dengan organisasi Arab tentang pendidikan dan
ilmu pengetahuan. Maka sejak tahun 1981 hasil kesepakatan itu dinyatakan bahwa
pendidikan dasar itu wajib dengan masa belajar sembilan tahun. Tetapi sebagian
negara-negara Arab, seperti Jordania, Al-Jazair, Libia, Irak dan Yaman
memberlakukan pendidikan dasar saja yang wajib, tetapi bagi kuwait
memberlakukan semua jenjang pendidikan sebelum perguruan tinggi adalah
wajib, namun ada sebagian negara mewajibkan pendidikan ibtidaiyah (SD) saja.
C. Pendidikan di Indonesia
1. Masuk dan Perkembangan Islam di Indonesia.
Proses Islamisasi wilayah nusantara dalama konteks keIndonesiaan
dihadapkan pada beberapa permasalahan diantaranya tempat asal kedatangan
Islam itu darimana, pembawanya siapa,waktu kedatangannya kapan,diwilayah
mana saja Islam disebarkan pertama kali. Banyak teori yang dikemukakan para
ahli tentang beberapa masalah tersebut antara lain tentang kedatangan Islam yaitu
berasal dari Gujarat, Bengal dan Timur Tengah.
Uka Tjandrasasmita membagi perkembangan Islam menjadi tiga fase:
a. Singgahnya para pedagang Islam di pelabuhan pelabuhan
nusantara, sumbernya adalah berita luar negeri, terutama Cina.
b. Adanya komunitas-komuntas Islam di beberapa daerah kepulauan
di Indonesia, sumbernya selain berita berita asing juga dari makam-
makam Islam,
c. Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Ada enam tahap jalur perkembangan Islam melalui:
a. Perdagangan. d. Pendidikan.
b. Jalur Pernikahan. e. Kesenian.
c. Guru Tasawuf. f. Politik.
2. Pendidikan Islam sebelum kemerdekaan.
Sebelum kedatangan penjajah ke Nusantara, sistem pendidikan di sebagian
besar wilayah Nusantara dilaksanakan secara informal melalui ligkungan keluarga
dan non formal melalui masyarakat. Ada juga pendidikan semi formal hanya
dilakukan di padepokan-padepokan yang dibimbing oleh seorang begawan atau
wiku dengan beberapa cantrik, sebagai asal usul dari sistem pendidikan pesantren
yang ada di Indonesia.
Posisi pesantren pada zaman penjajahan sangat memegang peranan
penting. Pesantren memiliki kurikulum sendiri yang disebut dengan kurikulum
pesantren. Melalui kurikulum ini pesantren menjadi unggul karena tradisi
kesungguhan dan kerajinan yang dimiliki santri dalam menuntut ilmu.
Selain pesantren, Madrasah juga memegang peranan penting terhadap
pendidikan sebelum kemerdekaan. Meskipun dalam keadaan dijajah oleh Belanda
dan diberi batasan dalam perkembangannya.
d. Peran Kementrian Agama dalam Pengembangan Pendidikan Islam.
Implementasi dari tugas-tugas dari salah satu direktorat pembinaan
pendidikan Islam tersebut, maka pada tahun 1946 Kementrian agama mulaia
mengembangkan perannya sebagai pembina pendidikan agama di sekolah,
madrasah dan perguruan tinggi berbasis Islam. Diantara peran tersebut kementrian
agama mengadakan pelatihan terhaap sembilan puluh orang guru agama dan
empat puluh orang guru pesantren. Kemudian mereka diangkat menjadi guru
agama pada tahun 1948. Akibat dari kebijakan itu pemerintah akhirnya
mendirikan sekolah guru da haki Islam di Solo. Pendirian sekolah guru tersebut
pada dasarnya merupakan implementasi dari kebijakan pemerintah untuk
mempercepat pengadaan guru-guru agama yang sangat dibutuhkan di madrasah
maupun sekolah.
Disamping itu Kementrian Agama mendorong pesantren-pesantren
tradisional agar mengikuti jalur pendidikan formal dengan menjadikannya sebuah
madrasah dengan menggunakan sistem klasikal dalam pembelajarannya. Afapun
kurikulum yang digunakan adalah tetap yang dimiliki pesantren dengan
memasukkan mata pelajaran umum disamping mata pelajaran agama. Diharapkan
dari sistem yang demikian itu siswa siswa madrasah tersebut mendapatkan
pelajaran umum seperti halnya siswa-siswa yang ada di sekolah umum.
e. Perkembangan Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia.
Universitas Islam Indonesia (UII) merupakan perguruan tinggi Islam
pertama di Indonesia. UII memiliki beberapa fakultas non agama. Perguruan
tinggi ini dapat menjadi representasi dari perkembangan universitas-universitas
Islam di Indonesia. Pada tahun 1945 Masyumi juga mendirikan Sekolah Tinggi
Islam di Jakarta. Perguruan tinggi Islam dan beberapa fakultas keagamaan mulai
mendapat perhatian Kementrian Agama pada tahun 1950. Pada tanggal 12 agustus
1950, Fakultas Agama di UII dipisahkan dan diambil alih oleh pemerintah. Lalu
pada tanggal 26 September 1951 secar resmi dibuka perguruan tinggi baru dengan
nama Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri ( PTAIN) dibawah pengawasan
Kementrian Agama. Kemudian pada tahun 1957, di Jakarta didirikan pula
Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA). Lalu pada tahun 1960, PTAIN dan ADIA
disatukan menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dengan wewenang
pengawasannya berada di bawah kementrian agama.IAIN terus berkembang pesat,
sehingga sejak tahun 1060 hingga 1973 jumlahnya terus bertambah menjadi
empat belas buah IAIN.
Perkembangan paling mutakhir adalah perubahan status IAIN menjadi
UIN pada mulanya hanya ada 24 buah pada tahun 2004. Perubahan tidak hanya
terjadi pada status kelembagaan, tetapi juga pada penambahan program studi,
yang semula hanya terbatas pada program Studi Agama Islam. Perubahan status
konsekuensinya memunculkan beberapa program studi yang bercirikan umum,
seperti fisika, biologi, matematika, bahkan memunculkan fakultas yang baru,
seperti fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Sosial Politik, dan Fakultas
Kedokteran dengan beberapa program studinya.
Terlepas dari setuju atau tidak setuju tentang perubahan status IAIN
menjadi UIN, karena tidak sedikit masyarakat menyayangkan perubahan
tersebut.Sebagian tokoh-tokoh masyarakat berpendapat perubahan ini akan
berpengaruh terhadap eksistensi kajian-kajian ke-Islaman yang menjadi ciri khas
IAIN, sebagian lagi berpendapat perubahan ini merupakan tuntutan zaman yang
salah satu pemicunya adalah perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
informasi yang berbasiskan Islam sangat dibutuhkan masyarakat.
Karena secara institusi UIN sudah terbentuk, dan sudah banyak yang
merubah IAIN menjadi UIN maka dari itu, seluruh umat Islam harus
mendukungnya secara moral. Dukungan yang paling utama adalah dari
masyarakat IAIN atau UIN itu sendiri. Pemerintah harus dapat menyediakan dana
yang cukup, Pimpinan UIN memberikan pencerahaan kepada segenap civitas
akademika kemana arah kebijakan yang diinginkan. Para karyawan bekerja
semaksimal mungkin dan para dosen tetap fokus pada pembinaan mahasiswa
sesuai dengan kapasitas keilmuwan masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai