Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI SUMATERA

A. Pendahuluan
Perjalanan

sejarah

pendidikan

Islam

di

Indonesia

tidak

bisa

mengesampingkan keadaan Islam pada masa kerajaan Islam.Masuk dan


berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis
sangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah
perkembangan awal Islam. Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat
baru. Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan
pendapat baru menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada
abad ke-7 M. Namun yang pasti, hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa
daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam adalah daerah Aceh kemudian
mulai disebarluaskan di daerah lain.
B. Sejarah Islam Di Sumatera
1. Sejarah Islam di Aceh
Masa kerajaan Islam merupakan salah satu dari periodesasi perjalanan
sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini karena lahirnya kerajaan Islam
yang disertai berbagai kebijakan dari penguasanya saat itu sangat mewarnai
sejarah Islam di Indonesia. Terlebih-lebih, agama Islam juga pernah dijadikan
sebagai agama resmi negara kerajaan pada saat itu.
Perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa
mengesampingkan keadaan Islam pada masa kerajaan Islam ini. Di bawah ini
akan dikemukakan beberapa kerajaan Islam di Indonesia,1
2. Kerajaan Islam di Aceh

a. Kerajaan Samudera Pasai


Para ahli sependapat bahwa agama Islam sudah masuk ke
indonesia (khususnya Sumatera) sejak abad ke-7 atau 8 M. Meskipun
1

Enung K Rukiati dkk, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia,
2004), hlm. 29.

Islam sudah masuk pada abad ke-7 atau 8 M tersebut, ternyata dalam
perkembangaannya mengalami proses yang cukup lama, baru bisa
mendirikan sebuah kerajaan Islam.2
Kerajaan ini berdiri pada abad ke-10 M/ 3 H. Raja pertamanya
adalah Al-Malik Ibrahim bin Mahdum, yang kedua bernama Al-Malik al
Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah.
Seorang pengembara dari Maroko yang bernama Ibnu Batutah
pada tahun 1345 M singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan
Malik

Az-Zhahir

pada

perjalanannya

ke

Cina.

Ibnu

Batutah

mengemukakan bahwa sistem pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan


Pasai, yaitu:
1)

Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syariat ialah fiqih


mazhab syafii

2)

Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis taklim dan


halaqah

3)

Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama

4)

Biaya pendidikan agama bersumber dari negara3

b. Kerajaan Periak
Kerajaan Perlak merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di
Indonesia. Sultan Mahdum Alauddin Muhammad Amin yang memerintah
antara tahun 1243-1267 M tercatat sebagai Sultan keenam.
Di Perlak terdapat suatu lembaga pendidikan lainnya berupa
majelis taklim tinggi, yang dihadiri khusus oleh para murid yang alim dan
mendalam ilmunya. Pada majelis taklim ini diajarkan kitab-kitab agama
yang berbobot dan pengetahuan tinggi, seperti kitab Al-Um karangan

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999),

hlm. 28.
3

Zuharini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 136

Imam Syafii. Dengan demikian, pada Kerajaan Perlak ini proses


pendidikan islam telah berjalan dengan baik. 4

c. Kerajaan Aceh Darussalam (1511-1874)


Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamasikan pada tanggal 12
Zulkaedah 916 H (1511 M) menyatakan perang terhadap buta huruf dan
buta ilmu. Hal ini merupakan tempaan sejak berabad-abad yang lalu, yang
berlandaskan pendidikan Islam dan Ilmu Pengetahuan.
Proklamasi Kerajaan Aceh Darussalam tersebut merupakan hasil
peleburan Kerajaan Islam Aceh di belahan Timur. Putra Sultan Abidin
Syamsy Syah diangkat menjadi raja dengan gelar Sultan Alauddin Ali
Mughayat Syah (1507-1522).
Aceh pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan
dengan sarjana-sarjananya yang terkenal di dalam dan di luar negeri
sehingga banyak orang luar yang datang ke Aceh Darussalam untuk
menuntut ilmu. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang
bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, diantaranya
Balai Seutia Hukuma, Balai Seutia Ulama, Balai Jamaah Himpunan
Ulama.5
Adapun jenjang pendidikan yang ada adalah sebagai berikut:
1) Meunasah (Madrasah), terdapat di setiap kampung berfungsi sebagai
sekolah dasar. Materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca
huruf Arab, ilmu agama, akhlak dan sejarah Islam.
2) Rangkang, meruapakan masjid sebagai tempat berbagai aktiviitas
umat termasuk pendidikan. Materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab,
ilmu bumi, sejarah, berhitung, akhlak, fiqih dan lain-lain.

Hasbullah, Op. Cit., hlm. 30


Enung K Rukiati dkk, Op. Cit., hlm.32

3) Dayah, terdapat disetiap ulebalang dan terkadang berpusat di masjid.


Materi yang diajarkan yaitu fiqih, bahasa arab, tauhid, tasawuf/
akhlak, ilmu bumi, sejarah.
4) Dayah Teuku Cik, Materi yang diajarkan yaitu fiqih, tafsir, hadis,
tauhid, akhlak tasawuf, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab,
sejarah dan tata negara, ilmu falaq dan filsafat.6

d. Kerajaan Siak
Sultan pertamanya adalah Abdul Jalil Rahmad Syah yang
memerintah sebagai Sultan Siak I (1723-1746 M). Pada masa kerajaan
Siak II di bawah kekuasaan Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah
(1746-1765 M) adalah zaman panji-panji Islam berkibar di Siak. Islam
diperkirakan masuk ke Siak pada abad ke-12 M.
Demikianlah diantara kerajaan-kerajaan yang berada di Sumatera yang
berasaskan Islam, perlu ditekankan bahwa semua kerajaan tersebut telah
mendukung penyiaran pendidikan Islam, baik di Sumatera maupun di luar
daerah Sumatera.
C. Sejarah Pendidikan Islam Di Sumatera
1. Pendidikan Islam di Minangkabau
Menurut sebagian ahli sejarah, Islam masuk ke Minangkabau kira-kira
tahun 1250 M. Ulama yang termasyhur sampai sekarang sebagai pembawa
Islam ke Minangkabau adalah Syekh Burhanuddin yang dilahirkan di Sintuk
Pariaman tahun 1066 H/ 1646 M dan wafat tahun 1111 H/ 1691 M. Dia
mengajarkan agama Islam dan membuka madrasah (surau) tempat pendidikan
dan pengajaran agama Islam. Menurut Prof. H. Mahmud Yunus, Syekh inilah
yang pertama kali mendirikan madrasah untuk menyiarkan pendidikan dan
pengajaran Islam di Minangkabau dengan sistem yang lebih teratur sesuai

Hasbullah, Op. Cit., hlm. 32

dengan sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang digunakan gurunya,


Syekh Abdul Rauf di Aceh.7
Agama Islam masuk ke Minangkabau melalui dua arah, yaitu:
a. Dari Malaka, melalui Sungai Siak dan Sungai Kampar lalu ke pusat
Minangkabau.
b. Dari Aceh, melalui pesisir barat.
Dengan tersebarnya Islam di Minangkabau, adat setempat yang
berlawanan dengan syara mulai ditinggalkan. Peraturan-peraturan yang
berlaku dalam negeri dinamai Hukum Adat. Dan peraturan-peraturan secara
Islam dinamai Hukum Syara sehingga terkenal pepatah, Adat bersendi
Syara, Syara bersendi kitabullah. Pada setiap desa, diangkat seseorang
sebagai tempat bertanya tentang hukum adat yang dinamai Cermin yang
tiada kabur, pelita yang tiada paham. Adapun yang menetapkan hukum
syara adalah Suluh nan terang. Di Minangkabau terkenal empat sebutan
orang, yaitu: Penghulu (Raja dalam suku), Manti (Menteri), Dubalang (Polisi
dalam suku) dan Malim (Kepala agama).8
Pendidikan Islam di Minangkabau mengalami perkembangan yang
pesat karena banyaknya buku-buku pelajaran agama Islam yang masuk ke
sana. Adapun susunan materi pendidikan Islam di Minangkabau antara lain:
a. Belajar huruf Hijaiyah seperti halnya di Aceh.
b. Pengajian kitab yang terbagi atas tiga tingkatan, yaitu: Nahwu, Saraf, dan
Fiqih, Tauhid, Tafsir.
c. Pengajian ilmu Tasawuf, Mantiq, dan Balaghah.
Sistem pendidikan yang digunakan masih seperti masa-masa awal,
yaitu halaqah dan sistem majelis taklim. Di Minangkabau yang menjadi pusat
pendidikan awal permulaan Islam adalah Surau kemudian dibuat ruang-ruang
berbentuk kelas, dinamakan madrasah.
7

Enung K Rukiati dkk, Op. Cit., hlm.34


Ibid., hlm.35

Sebagaimana telah disebutkan di muka, bahwa Syekh Burhanuddin


adalah orang pertama yang melakukan pendidikan keislaman. Diantara
muridnya yang termasyhur adalah Tuanku Mansiang Nan Tuo di Paninjauan.
Selain itu, ada pula Tuanku di Tanah Rao, dan masih banyak lagi para Tuanku
yang mengajarkan ilmu agama Islam di Minangkabau. Namun, perlu dicatat
bahwa untuk jalannya pendidikan Islam, tiap-tiap negeri mendirikan balai
adat (tempat musyawarah), masjid (tempat beribadah), air tepian (tempat
mandi), dan pasar (tempat berjual-beli).9
Pada tahun 1803, tiga orang anak Minangkabau yang melaksanakan
ibadah haji di Mekah, yaitu seorang dari Pandai Sikat, seorang dari Sumanik
(Tanah Datar) dan seorang lagi dari Piobang, Lima Puluh Koto. Di Mekkah
pada masa itu sedang gencar-gencarnya ajaran Wahabi, maka merea pun
mempelajari ajaran Islam Wahabi itu. Orang Pandai Sikat diberi gelar Haji
Miskin. Dalam mengajarkan ajaran agama Islam, ia menggunakan cara yang
dirasa oleh orang Minangkabau terlalu keras, hingga ia dikeluarkan oleh
penduduk setempat dari daerahnya, lalu ia pindah ke Luhak Limapuluh,
bertempat di masjid Sungai Landir di Air Tabit. Di sana, ia bersungguhsungguh

menjalankan ajaran Islam menurut mazhab Wahabi. Akibatnya

timbullah kerusuhan di dalam negeri sehingga merea sepakat untuk


membunuh Haji Miskin menyebabkan Minangkabau terpech menjadi dua
aliran, yaitu aliran lama yang dipimpin oleh Tuanku Nan Tuo dan Pakih Sagir
yang tetap menghormati adat yang sesuai dengan budaya Islam, dan aliran
baru yang menentang adat, yang pemimpinnya terkenal dengan sebutan
Tuanku Nan Selapan yang digelari orang Harimau Nan Selapan. Tuanku Nan
Selapan ini terdiri dari:
a.
b.
c.
d.

Tuanku di Kubu Sanang;


Tuanku di Ladang Lawas;
Tuanku di Padang Luar;
Tuanku di Galung;

Ibid., hlm.35

e.
f.
g.
h.

Tuaku di Koto Ambalau;


Tuanku di Lubuk Aur;
Tuanku di Bangsah (Tuanku Nan Rinceh);
Tuanku Haji Miskin.
Tokoh yang terkenal dalam perang Paderi adalah Tuanku Imam

Bonjol. Dari segi sejarah pendidikan Islam Malin Basa (Tuanku Imam
Bonjol) sangat berjasa dalam proses penyebaran pendidikan agama Islam
sesuai dengan sistem yang dibawa dari Mekkah. Namun, penjajahan Belanda
di Minangkabau selama 108 tahun, membuat pengajaran agama Islam mundur
sehingga datang pembaharu kedua, ketiga dan seterusnya.
Pada masa sebelum tahun 1900, sistem pendidikan di Minangkabau
dinamai sistem lama. Sistem lama itu dilakukan dengan pengajian Al-Quran
sebagai pendidikan Islam pertama. Sistem ini meliputi cara mengajarkan
huruf Al-Quran (hijaiyah), yaitu dengan cara mengajarkan nama-nama huruf
menurut tertib Qidah Bagdadiyah, kemudian titik huruf, macam-macam baris
dan membaca juz Amma, selanjutnya mushaf Al-Quran. Cara mengajarkan
ibadah bermula dari bersuci, wudhu, lalu shalat. Cara mengajarkan akhlak
melalui cara menceritakan nabi-nabi dan orang shaleh, serta suri teladan dari
guru agamanya. Cara mengajarkan iman, dengan cara mengajarkan keimanan.
Pengajian kitab yang diajarkan bila anak telah mampu membaca Al-Quran,
yaitu dengan mempelajari kitab nahu, sharaf, ilmu fikih, ilmu tafsir dan lainlain.
Adapun sistem baru yang digunakan dalam pendidikan dan pengajaran
di Minangkabau dimulai tahun 1900-1908. Pada tahun 1909-1930, lahirlah
madrasah-madrasah yang menggunakan sistem baru (klasikal). Sekolah yeng
pertama kali menggunakan sistem baru tersebut adalah Sekolah Adabiyah di
Padang yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad pada tahun 1909. 10

10

Ibid.,hlm..37

Di samping madrasah-madrasah yang diperuntukkan bagi anak-anak,


perguruan-perguruan tinggi Islam pun mulai berdiri seperti Sekolah Tinggi
Islam yang didirikan oleh Mahmud Yunus pada tanggal 9 Desember 1940.
Sejak 1945-1959 sekolah-sekolah pemerintah resmi dimasukkan, serta
guru-guru agama pun ditetapkan dan mendapat gaji. Hasil ini didapat
diantaranya karena perjuangan Mahmud Yunus yang pada waktu itu menjabat
sebagai pemeriksa agama pada kantor pengajaran di Minangkabau. Dari
sanalah, pendidikan Islam dikembangkan dari pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi. Di antara para pembaharu pendidikan Islam di Minangkabau
adalah H. Muh. Taib Umar (1874-1920), Syekh H. Abdul Karim Amrullah
(1879-1945), Syekh H. Ibrahim Musa (1884), Syekh Abdullah Ahmad (18781933), Syekh M. Jamil Jambek (1860-1947), Syekh H. Abbas Abdullah
(1883-1957), Zaenuddin Labai el Yunusi (1890-1924).
Merekalah yang berjasa besar terhadap kemajuan pendidikan Islam di
Minangkabau yang sampai sekarang masih terus ditumbuhkembangkan.11
2. Pendidikan Islam di Jambi
Jambi adalah salah satu daerah yang berpegang teguh pada ajaran
Islam. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pesantren/madrasah di Jambi,
seperti berikut:
a. Pesantren/ Madrasah Nurul Iman di Jambi
Pesantren ini didirikan pada tahun 1332 H oleh H. Abdul Samad.
Pada mulanya sistem ini digunakan sama seperti pesantren-pesantren
lainnya, yaitu sistem halaqah. Namun, beberapa tahun kemudian memakai
sistem klasikal, yaitu dalam pelaksanaan pengajarannya menggunakan
ruangan kelas, papan tulis, meja, bangku dan sebagainya.
b. Madrasah Saadatud Darain

11

Ibid.,

Madrasah ini didirikan oleh H. Ahmad Syakur. Sistemnya sama


dengan madrasah Nurul Iman. Murid-muridnya kurang lebih 300 orang
dengan gurunya 20 orang di tahun 1957.
c. Madrasah Nurul Islam
Madrasah ini didirikan oleh Kamas H. Muh. Shaleh. Jumlah
muridnya hampir sama dengan madrasah Saadatud Darain.
d. Madrasah Jauharain
Madrasah ini didirikan pada tahun 1340 H oleh H. Abd. Majid.
Muridnya hampir sama dengan madrasah Nurul Islam
e. Madrasah Asad
Madrasah ini didirikan oleh K. Abd. Kadir pada tahun 1952.
Sistemnya seperti dikemukakan prof. H. Mahmud Yunus, yaitu mengikuti
sistem-sistem madrasah di Minangkabau. Begitu pula, buku-buku yang
dipelajarinya.12
3. Pendidikan Islam Di Aceh
Sejak masuknya Islam ke Aceh sekitar tahun 1290 M, pendidikan
Islam lahir dan tumbuh dengan suburnya, terutama dengan berdirinya
kerajaan Islam di Pasai. Pesantren-pesantren pun dibangun dengan bantuan
pihak pemerintah Islam pada waktu itu. Masa pemerintahan Iskandar Muda,
merupakan zaman keemasan bagi pendidikan Islam sehingga tumbuh namanama ulama yang termasyhur seperti: Syekh Nurudin Ar-Raniri, Syekh
Ahmad Khatib Langin, Syekh Syamsudin As-Sumatrawi, Syekh Hamzah
Fansuri, Syekh Abdur Rauf dan muridnya dan Syekh Burhanuddin yang
kemudian menjadi ulama besar di Minangkabau.
Syekh Abdur Rauf adalah ulama yang menerjemahkan Al-Quran ke
dalam bahasa Melayu. Tafsir Al-Quran iru bernama Tarjamanul Mustafid Bil
Jawi. Ulama-ulama Aceh pun telah mengarang kitab-kitab dengan bahasa
Aceh, seperti: Akhbarul Karim, Bahaya Siribene dan masih banyak lagi. Hal
12

Ibid.,

ihwal tentang pendidikan Islam di Aceh cukup semarak dan maju karena
mendapat dukungan dari pihak pemerintah. Namun, sangat disayangkan,
keadaan yang

damai dalam menjalankan syariat pendidikan Islam

terbengkalai setelah timbulnya kerusuhan-kerusuhan antara kampung yang


satu dan kampung yang lainnya. Pada tahun 1873-1904 terjadi peperangan
Aceh karena ulah para penjajah Belanda terhadap umat Islam yang bermaksud
menghancurkan persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam.
Setelah perang selesai, pendidikan Islam pun berkembang kembali
hingga mengalami berbagai pembaharuan mulai rencana pengajaran sampai
pembagian tingkat atau kelas.13
4. Pendidikan Islam di Sumatera Utara
Pendidikan Islam di Sumatera Utara ditandai oleh tumbuhnya berbagai
pesantren dan madrasah yang cukup qualified dalam mencetak kader penerus
cita-cita bangsa dan agama. Di antara pesantren yang terkenal adalah
pesantren Syekh Hasan Masum di Medan (1916 M), Pesantren Syekh Abdul
Wahab Sungai Lumut, Panai Labuhanbilik (Labuhanbatu), Pesantren/
Madrasah Abdul Hamid Tanjung Balai, Asahan dan Pesantren Syekh
Sulaiman At-Tambusy (Kualuh). Adapuan madrasah yang terkenal adalah
Madrasah Maslurah (1331 H/ 1912 M), Madrasah Aziziyah (1923 M).
Madrasah Lilbanat, dan Maktab Islamiyah Tapanuli Medan (1336 H/ 1918
M).14
Pesantern dan madrasah tersebut sudah mempraktikkan rencana
pengajaran yang tersusun rapi memakai sistem klasikal dan bertingkat bagi
madrasah, mempelajari kitab klasik bagai pesantren dan ilmu pengetahuan
umum bagi madrasah.

13

Ibid.,
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,(Jakarta: Mutiara Sumber Widya,
1992), hlm. 185
14

10

Di samping pesantren dan madrasah, telah berdiri pula Universitas


Islam Sumatera Utara (UISU) yang didirikan di Medan tanggal 7 Januari 1952
M yang mulanya bernama Perguruan Tinggi Islam Indonesia Medan.
Perubahan nama menjadi UISU terjadi pada tahun 1956 M.
5. Pendidikan Islam di Sumatera Selatan (Palembang dan Lampung)
Memasuki tahun 1930-an muncul berbagai lembaga pendidikan Islam
di beberapa wilayah di karesidenan Palembang, terutama di Palembang antara
lain; Madrasah Al-Ilhsan 10 ilir, Madrasah Arabiyah 13 Ulu, Madrasah Nurul
Falah, Madrasah Muhammadiyah, Madrasah Darul Funun dan Madrasah
Mahad Islami Selain dalam format Madrasah, Lembaga pendiidkan Islam di
Palembang juga muncul dalam format sekolah umum ala Belanda yang
akhirnya

disebut

pendidikannya

sekolah

juga

Islam,

menyajikan

artinya

materi

dalam

pelajaran

penyelenggaraan
agama.

Berbagai

pembaharuan dalam berbagai unsur baik dari segi organisasi, administrasi,


kurikulum maupun aspek-aspek yang terdapat dalam system dan lembaga
pendidikan Islam di Palembang dan bersumber pada ide-ide yang dibawa oleh
para alumni pusat-pusat pendidikan Islam di Timur Tengah, adopsi dari sistem
dan lembaga dan lembaga pendidikan Barat yang dibentuk oleh pemerintah
kolonial Belanda. Selain itu bersumber juga dari gerakan pembaharuan
pendidikan pendidikan di Indonesia khususnya dari pulau jawa dan pemikiran
serta aksi pembaharuan social dan keagamaan Islam yang dibawa oleh
organisasi Islam semacam Muhammadiyah dan Al-Irsyad.
Sistem pengajaran di pesantren dan madrasah di Sumatera Selatan
dalam hal pendidikan Islam hampir sama dengan di Jawa, bagitu pula kitab
yang dipelajrainya. Pesantren dan madrasah yang terkenal, seperti: madrasah
Al-Quraniyah, Sekolah Ahliyah Diniyah, Madrasah Nurul Falah dan
Madrasah Darul Funun.

11

Di samping pesantren dan madrasah juga telah berdiri Perguruan Islam


Tinggi Palembang di Sumatera Selatan pada tahun 1957 M.15
D. Sejarah Awal Pertumbuhan Surau
Kata-kata surau dalam pengertian etimologi berasal dari Bahasa
Sanskerta yang berasal dari kata-kata Suro, diartikan sebagai tempat
penyembahan. Berdasarkan pengertian asalnya ini dapat disimpulkan bahwa
pengertian surau pada awalnya adalah: Bangunan kecil tempat untuk
penyembahan arwah nenek moyang. Fungsi surau berdasarkan pengertian di
atas berjalan cukup lama, bahkan diperkirakan sampai islam masuk ke daerah ini.
Masa perkembangan berikutnya, yaitu ketika surau di minangkabau memasuki
tahap Islamisasi, terminologi surau kemudian mengalami perluasan makna
menjadi salah satu tempat peribadatan bagi umat islam sekaligus menjadi salah
satu institusi pendidikan Agama Islam bagi masyarakat Minangkabau.
Aktivitas ibadah dan pendidikan Islam muncul di surau untuk pertama
kalinya ketika Syekh Burhanuddin mengajarkan dan mengembangkan Islam di
Surau Ulakan Pariaman. Tatkala islam masuk, kehadiran surau pertama kali
diperkenalkan oleh syekh Burhanuddin sebagai tempat melaksanakan shalat dan
pendidikan tharekat (suluk), dengan cepat bisa tersosialisasi secara baik dalam
kehidupan masyarakat Minangkabau. Posisi surau kemudian mengalami
perkembangan.

Selain

fungsinya

diatas,

surau

juga

menjadi

tempat

berkumpulnya anak laki-laki yang telah baligh dan persinggahan bagi para
perantau.
Diantara ulama besar minangkabau yang pernah belajar di surau ulakan
adalah tuanku mansiang nan tuo yang mendirikan surau paninjauan dan tuanku
nan kacik yang mendirikan surau di koto gedang. Kemudian ulama minangkabau
ini melalaui surau-surau yang didirikannya, menyebarkan ajaran islam yang
menghasilkan ulama-ulama islam minangkabau yang baru, seperti tuanku nan tuo
15

Enung K Rukiati dkk, Op. Cit., hlm.40

12

di koto tuo. Dari sini kemudian surau berkembang dengan pesat diwilayah
minangkabau
Susunan materi pendidikan Islam di Minagkabau, antara lain sebagai
berikut:
1. Belajar huruf hijaiyyah sebagaimana di Aceh
2. Pengajian kitab yang terbagi atas tiga tingkatan,:
a. Mengaji Nahwu, Saraf, dan Fiqih
b. Mengaji Tauhid
c. Mengaji Tafsir
3. Pengajiian Ilmu Tasawuf
Dikemudian hari baru diketahui sumber kitab-kitab baru yang masuk ke
Minagkabau. Sumber terbanyak adalah dari Mesir dan Singapura. Setelah berdiri
took kitab Syekh Ahmad Khalid Bukit tinggi kitab-kitab tersebut dipesan dari
Mesir. Bahkan, majalah Al Manar yang membawa aliran baru itupun mudah
masuk ke Minagkabau. System pendidikan yang digunakan masih seperti masamasa awal, yaitu system halaqah dan system majelis taklim.
Pada tahun 1911, pendidikan islam di Minagkabau tidak hanya di
Pandang sebagai milik para murid madrasah atau santri, melainkan menjadi
milik masyarakat Minangkabau secara keseluruhan. Hal itu disebabkan lahirnya
majalah pertama di Indonesia yang memuat tentang pendidikan Islam untuk
seluruh lapisan masyarakat yaitu majalah Al Munir. Majalah ini diterbitkan di
Padang oleh Syekh H. Abdulloh Ahmad yang dibantu oleh Syekh Abdul Karim
Amrulloh dan Syekh M. Thaib Umar juz I majalah Al Munir terbit tanggal 1
April 1911M.
Beberapa pokok masalah yang menjadi Objek berita majalah Al Munir
sebagai bahan peendidikan masyarakat luas Minagkabau adalah:
1.

Nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh Islam dengan menyandarkan

2.

seluruh isi ajaran kepada Al Quran dan Hadist.


Ilmu sejati, mengupas masalah keimanan secara bersambung .
Beberapa risalah yang berkaitan dengan
perkembangann

3.

pengetahuan.
13

ilmu

4.

Soal jawab tentang berbagai persoalan agama.


Berita tentang kejadian-kejadian yang ada di dalam dan di luar negeri

5.

teruatam di neagara-negara Islam.


Buah pikiran yang isinnya mengajak para pembaca merenung dengan

6.

menggunakan akal dan pikiranya.


Masalah adab dan akhlak yang bersambung tiap-tiap juz.
Membrantas dongeng-dongeng , khurafat dan segala macam bentuk bidah

7.
8.

dalam agama.16
E. Kesimpulan
Perjalanan sejarah pendidikan islam di Indonesia terjadi karena lahirnya
kerajaan islam di Indonesia yang sangat mewarnai sejarah pendidikan islam di
Indonesia terlebih-lebih agama islam di Indonesia, pengajaran islam serta
penyebaran islam bertambah maju.
Para ahli sependapat bahwa agama Islam sudah masuk ke indonesia
(khususnya Sumatera) sejak abad ke-7 atau 8 M. Pada zaman kerajaan Samudera
Pasai, sistem pendidikan mencakup: materi pendidikan dan pengajaran agama
bidang syariat ialah fiqih mazhab syafii; sistem pendidikannya secara informal
berupa majelis taklim dan halaqah; tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh
agama; biaya pendidikan agama bersumber dari negara.
Demikianlah isi dari makalah kami ini. Dan kami sangat menyadari
bahwa dalam penulisan maupun penyusunan makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun diri para pembaca dimi perbaikan makalah ini
agar menjadi lebih baik lagi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Rukiati, K Enung dan Hikmawati, Fenti. 2006. Sejarah Pendidikan Islam Di


Indonesia. Bandung: Pustaka Setia
16

Ibid, hlm, 69

14

Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo


Persada
Zuharini, dkk. 1997. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara
Sumber Widya
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2033540-sejarah-pendidikan-islamdi-sumatera/#ixzz4OPqy0yDb
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/15/sejarah-pendidikan-islam-diindonesia/

15

Anda mungkin juga menyukai