Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

“Ayat Al – Quran tentang Manusia”


Dosen Pembimbing: Jamalul Akbar, Lc., MA

Disusun oleh:
Hesty Hyldania Azizah (21801011008)
Wildaninaila (21801011262)
Alifatus Zulfi (21801011167)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020
Abstrak
Di dalam Al-Quran ada 3 sebutan untuk manusia yaitu: Al-Basyar, An-Nas dan Al-Insan,
ketiganya mempunyai karekteristik sendiri-sendiri. Dan juga dijelaskan tentang ulah-ulah
manusia sehingga Allah menurunkan adzab bagj mereka sebagai peringatan atas kelalaian
mereka terhadap ajaran-ajaran Al-Quran. Di sisi lain menjelaskan asal penciptaan manusia
adalah dari tanah yang dibentuk sesempurna mungkin, dan dikaruniai sebuah akal sehingga
manusia dapat memanfaatkan dunia seisinya ini dengan baik. Akan tetapi, meskipun manusia
di karuniai akal sebagai pembeda dari makhluk lain, ia juga lupa akan jati dirinya dan
acapkali yang dominan dalam dirinya adalah sifat hewani. Akan tetapi bukan berarti karena
manusia disebut lemah tidak mampu melakukan syari'at-syari'at yang telah ditetapkan Allah
dalam ayat-ayat muhkamatnya, sehingga dengan seenaknya menganggap semua adalah
dispensasi bagi manusia. Dan Allah pun lebih tahu syari'at yang bagaimana kadar manusia
bisa mengembannya. Dan apabila seorang manusia merasa berat akan syari'at yang ditetapkan
Allah maka sesungguhnya itu adalah bisikan hawa nafsunya. Makhluk yang paling angkuh
dan banyak membantah adalah manusia. Karena memang manusia diberi keistimewaan
dalam berkilah dan berdebat. Ketika manusia memfungsikan kemampuan berargumentasinya
dalam kebaikan maka, manusia pun bisa melampaui tingkat malaikat akan tetapi ketika
sebaliknya, hawa nafsunya mendorong untuk mengikuti godaan setan. Maka tempat baginya
adalah dasar yang paling dalam dan berkumpul dengan bermacam-macam binatang. Karena
disanalah mereka dapat berbuat tanpa norma dan tanpa dikendalikan oleh rasio maupun
kemauan yang positif. Dan manusia yang selalu ingkar dan gemar melakukan dosa, tempat
yang cocok baginya adalah neraka.

Kata Kunci: Manusia, Al-Quran, Tafsir Tarbawi


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dibumi, yang diciptakan oleh Allah
SWT dari tanah, dari lumpur hitam1 yang diberi bentuk, dari tanah kering seperti
embikar, kemudian disempurnakan oleh-Nya dan ditiupkan pada-Nya ruh dari-Nya. Lalu
seluruh malaikat pun bersujud kepada manusia kecuali iblis.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia karena diangkat
sebagai khalifah Allah yang bertugas untuk memakmurkan bumi atas dasar ketakwaan.
Manusia yang terdiri dari tubuh, akal, dan ruh, juga mempunyai asal-usul yang
diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun, dan beberapa surat lain serta dalam
beberapa hadis. Kemudian, Al-Qur’an menginformasikan bahwa ada dua macam proses
penciptaan manusia yaitu penciptaan secara primordial, yaitu berkaitan dengan
penciptaan manusia pertama yakni Adam as, dan penciptaan seluruh manusia sebagai
generasi Adam as.
Manusia diciptakan Allah SWT berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah,
alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang
memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia
yang telah diberikan Allah Swt.
Kita sebagai mahasiswa harus mengetahui bagaimana asal-usul manusia yang
telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadist, kemudian dapat kita aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara menghubungkannya dengan jenis ilmu yang lain.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana tafsir ayat tentang manusia?
 QS. Al-Baqarah ayat 62;
 QS. Al-Mukminun ayat 12-17;
 QS. Ar-Rum ayat 30;
 QS. Al-Alaq ayat 1-19

1. Sayyid Salamah As-Saqqa, Menguak Rahasia Kehidupan, Kematian, Ruh dan Jasad, (Jakarta: Cendekia,
2006) hlm. 13
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 62

‫إملن ٱللمذيِلن لءاَلمدنوااَ لوٱللمذيِلن لهاَددوااَ لوٱلنل ص ل‬


‫صلرصى لوٱل ص ل‬
‫صبمـمـيلن لملن لءاَلملن مبٱِللم لوٱلليللومم ٱلللءاَمخمر لولعمملل‬
‫ف لعللليمهلم لولل هدلم يِللحلزدنولن‬‫صلمححاَ فلللهدلم أللجدرهدلم معنلد لرببمهلم لولل لخلو ف‬ ‫صل‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima
pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.2

Dalam ayat yang telah dikemukakan diatas secara umum membahas tentang
kebutuhan manusia tentang adanya Tuhan yang merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar dalam kehidupan manusia.3 Berawal dari ketidakberdayaan manusia dalam
menghadapi berbagai peristiwa dan bencana yang ada dimuka bumi, manusia percaya
bahwa dibalik semua bencana itu ada Yang Maha Gaib yang Menggerakkan semuanya.
Ini menunjukkan jika manusia merupakan makhluk yang beragama dan kebutuhan
tersebut telah dijelaskan dalam Al-Quran agar mereka tidak salah jalan.
Lalu apakah Islam merupakan agama dalam arti formal atau agama dalam arti
substan untuk sebuah sikap pasrah pada aturan Tuhan? Dalam hal ini, Islam bisa
diartikan keduanya. Karena ketika secara formal atau nyata seseorang tidak diketahui
menganut Islam, tetapi ia diketahui beragama tauhid dan tidak menyekutukan Tuhan
serta selalu melakukan kebenaran dan berbuat adil, bisa memungkinkan jika secara
substan ia merupakan seorang muslim.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa sejak awal diciptakan, manusia telah membawa
potensi beragama yang lurus dan dipahami ulama sebagai tauhid, dimana juga bisa
dipahami jika fitrah merupakan bagian dari khalq (penciptaan) Allah. Jika dipahami lagi,
kata la pada ayat tersebut berarti bahwa sesorang tidak dapat menghindari fitrahnya.

2. https://tafsirweb.com/372-quran-surat-al-baqarah-ayat-62.html diakses pada 11 Maret 2020 pukul


16.00
3 Gojali, Nanang, Drs., M.Ag., Tafsir dan Hadits Tentang Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2013) hal. 46
Dalam ayat ini, fitrah keagamaan akan melekat pada diri manusia selamanya,
walaupun diakui atau tidak. Ada beberapa ayat yang mengecam, bahkan mengancam,
orang-orang Yahudi yang durhaka. Tentu saja ancaman dapat menimbulkan rasa takut.
Melalui ayat ini, ayat 62 dalam Surat al-Baqarah, Allah tidak hanya mengancam namun
juga memberi jalan keluar sekaligus ketenangan kepada mereka yang bermaksud
memperbaiki diri.
Ini sejalan dengan kemurahan Allah yang selalu membuka pintu bagi hamba-
hamba-Nya yang insaf. Kepada mereka disampaikan bahwa jalan bagi mereka (juga
umat lain) untuk meraih rida Allah tidak lain kecuali iman kepada Allah dan hari
Kemudahan serta beramal saleh.
Karena itu, ditegaskannya bahwa: Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
yakni yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad SAW., orang-orang Yahudi yang
mengaku beriman kepada Nabi Musa AS., dan orang-orang Nasrani yang mengaku
beriman kepada Isa AS., dan orang-orang Shabi’in, kaum musyrik atau penganut agama
dan kepercayaan lain, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada
Allah dan Hari Kemudian, sebagaimana dan sesuai dengan segala unsur keimanan yang
diajarkan Allah melalui para nabi. Serta beramal saleh, yakni yang bermanfaat dan sesuai
dengan nilai-nilai yang ditetapkan Allah.
Maka untuk mereka pahala amal-amal saleh yang tercurah di dunia ini dan
tersimpan hingga di akhirat nanti di sisi Tuhan Pemelihara dan Pembimbing mereka.
Serta atas kemurahan-Nya, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka menyangkut sesuatu
apa pun yang akan datang, dan tidak pula mereka bersedih hati menyangkut sesuatu yang
telah terjadi.
Faidah dari ayat ini yang bisa kita petik:
 Allah tidak pernah mendzolimi hamba-hambaNya
 Buah yang ranum dari beriman kepada Allah dan hari akhirat.

 Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat dan beriman kepada para Nabi,
tidak ada bedanya di sisi Allah. Semua akan diberikan pahala yang besar.

 Betapa besarnya pahala orang yang beriman dan beramal shaleh.

 Kalau kita memburukkan suatu kaum, maka kita harus memuji orang-orang yang baik
dari kaum tersebut.
B. Tafsir QS. Al-Mukminun ayat 12-17

(١٢) ٍ ‫لوللقللد لخلللقلناَ اَ ل مللنلساَلن مملن دسصلللنة بملن مطلينن‬


‫ثدلم لجلعلللناَهد ند ل‬
١٣)) ‫طفلةح مفيِ قللراَنر لممكينن‬
‫ضلغةل مع ل‬
(١٤) َ‫ظاَحماَ فللكلسلولنا‬ ‫ضلغةح فللخلللقلناَ اَللدم ل‬‫طفلةل لعللقلةح فللخلللقلناَ اَلللعللقلةل دم ل‬‫ثدلم لخلللقلناَ اَلنن ل‬
‫اد أللحلسدن اَلللخاَلممقيلن‬ ‫ك ل‬ ‫ظاَلم لللححماَ ثدلم أللنلشأللناَهد لخللحقاَ آلخلر فلتللباَلر ل‬ ‫اَللمع ل‬
‫ثدلم إمنلدكلم بللعلد لذلم ل‬
(١٥) ‫ك لللميبدتولن‬

(١٦) ‫ثدلم إمنلدكلم يِللولم اَللقملياَلممة تدلبلعدثولن‬


Artinya: 12. Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah. 13. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). 14. Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu
sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah,
Pencipta yang paling baik. 15. Kemudian setelah itu, sesungguhnya kamu pasti mati.
16. Kemudian, sesungguhnya kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari
Kiamat. 17. Dan sungguh, Kami telah menciptakan tujuh (lapis) langit di atas kamu,
dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).4
Pengertian yang pertama ini mempunyai dua pendapat. Pertama kata insan pada
ayat tersebut berarti Adam a.s. dan dikatakan sulalah karena ia berasal dari tanah. 5 Kedua
menyatakan bahwa ( sulalah min thin ) menunjukan sperma laki-laki dan ovum wanita.
Keduanya berasal dari makanan dan makanan berasal dari tanah. Dari kedua pendapat
diatas menunjukan pada asal manusia ( setelah adam ) keduanya berasal dari tanah, adam
berasal dari tanah sedangkan sperma ( pertama ) berasal dari adam dan sperma
merupakan sari dari makanan sedangkan makanan berasal dari tanah.

4. http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-muminun-ayat-12-22.html diakses pada 11 Maret 2020


pukul 16.30

5. Muhammad Izzuddin Taufiq., Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi (Ayat-ayat tentang penciptaan
manusia), (Solo: Penerbit Tiga Serangkai, 2006) hal 20
Apalah yang akan dibanggakan manusia di dunia ini, padahal asal kejadiannya
hanya dari tanah. Dia makan dari sayur-sayuran, buah-buahan, padi, jagung dan
sebagainya, dan segala makanan itu tumbuh dan mengambil sari dari tanah. Datang hujan
menyuburkan padi, menghijaukan daun-daunan dan mekarlah bunga, bergayutlah buah.
Dan jika kemarau datang layu semua.
Didalam segala makanan itu ada segala macam -macam saringan yang
ditakdirkan Tuhan atas alam, disana ada zat besi, zat putih telur, vitamin, kalori, hormon
dan sebagainya . Dengan makanan itu teraturlah jalan darahnya, dan tidak dapat hidup
kalau bukan dari zat bumi tempat dia dilahirkan itu . Dalam tubuh yang sihat,
mengalirlah darah, berpusat pada jantung dan dari jantung, mengalirlah darah itu ke
seluruh tubuh. Dalam darah itu terdapat zat yang akan menjadi mani. Setetes mani
terdapat beribu-ribu bahkan bermilliun "tampang" yang akan dijadikan manusia , yang
tersimpan dalam shulbi laki-laki dan taroib perempuan.
Dengan kehendak Ilahi bertemulah zat tampang dari laki-laki yang rupanya
sebagai cacing yang sangat kecil, berpadu satu dengan zat mani pada perempuan yang
merupakan telur yang sangat kecil. Perpaduan keduanya itu yang dinamai Nutfah. Kian
lama kian besarlah nutfah itu, dalam empat puluh hari. Dan dalam masa 40 hari mani
yang telah berpadu, beransur menjadi darah segumpal. Untuk melihat contoh peralihan
beransur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur ayam yang sedang dierami
induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, di dalam rahim
bunda kandung, itulah "qaraarin makiin", tempat yang terjamin terpelihara.
Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu itu dia pun bertukar rupa
menjadi segumpal darah. Ketika Ibu telah hamil dalam dua tengah tiga bulan.
Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si Ibu, pendingin , pemarah, berubah-
ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia
beransur kian membeku, membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus
hingga berubah sifatnya menja tulang.Dikelilingi tulang itu masih ada persediaan air
yang kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.Mulanya hanya
sekumpul tulang, tetapi kian sehari telah ada bentuk kepala, kaki dan tangan dan seluruh
tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging.
Penyebutan Rahim dengan istilah qara makin (tempat yang kukuh) setelah
penyebutan nuthfah mengindikasikan makna lain yang sangat dalam. Seandainya Rahim
itu bukan tempat yang kukuh, nuthfah tentu tidak dapat bergantung padanya dan tidak
akan disebut ‘alaqah’. Rahim merupakan tempat yang kukuh sebelum nuthfah
menepatinya. Ketika nuthfah masuk kedalam Rahim, ia dapat bergantung pada dinding
Rahim dan disebut sebagai “alaq“.6

‫ثدلم إمنلدكلم بللعلد لذلم ل‬


‫ك لللميبدتولن‬
Pada ayat 15 ini, kita harus sangat bersyukur kepada Allah. Dari air saringan
tanah menjadi darah dan menjadi mani, dalam tempat terpelihara di rahim Ibu akhirnya
kamu diberi nyawa. Kamu diberi akal, fikiran, tanggapan, ingatan, khayalan (fantasi) dan
diberi tugas oleh Tuhan memikul amanat-Nya di muka bumi ini. Kepintaran manusia
sudah sangat maju, sehingga telah dapat membuat bom Nuklir dan dapat menembus
ruang angkasa dan telah mendarat di bulan. Tetapi ingatlah asal kejadianmu dan ingat
pula akhirnya kamu akan mati. Kita tidak akan lama dalam dunia ini. Sebab itu janganlah
kamu hendak menguasai dunia untuk dirimu seorang. Umur kita terlalu pendek jika
dibanding dengan umur dunia. Daerah kita terlalu sempit jika dibandingkan dengan
luasnya alam. Apa yang tinggal jika kita mati? Adakah harta benda yang kita kumpulkan,
dan pangkat tinggi yang kita capai dan bintang-bintang yang menghias dada akan
menolong kita jika Malaikat Maut datang? Adakah hartabenda ini dibawa ke dalam
kubur? Dan masih berharga semuanya itu kalau waktu itu datang?
Selanjutnya di ayat 16, Allah mengingatkan bahwa setelah hari akhir nanti akan
dibangkitkan lagi. Diwaktu itulah kelak kita akan diminta pertanggung jawaban atas
apapun yang telah dilakukan selama hidup dimuka bumi. Ayatnya berbunyi:

‫ثدلم إمنلدكلم يِللولم اَللقملياَلممة تدلبلعدثولن‬


Artinya: Kemudian itu, kamu sesungguhnya di hari kiamat akan dibangkitkan kembali.
(16)
Pada ayat terakhir untuk memperteguh lagi iman kita kepada Tuhan ditarik
perhatian kita tentang asal-usul kejadian manusia, dari air saringan tanah. Air saringan
tanah jadi darah, darah disaring menjadi mani, mani di simpan di tempat yang
terpelihara, menjadi segumpal darah, membeku menjadi tulang, lalu tulang diselimuti
dengan daging lain kembali Itulah yang bila kita telah cukup waktunya, lalu diberi
nyawa. Dan tumbuh lah akal, dan jadilah insan, yang menjadi Khalifatullah di atas bumi
ini supaya jangan sombong di atas bumi Allah karena ketinggian pengetahuan dan
pendapatan-pendapatan baru semua didapatkan atas seizing Allah. Lalu diperingatkan
juga bahwa selama hidup suatu saat akan mati dan berbangkit kembali. Selain itu Tuhan

6. Muhammad Izzuddin Taufiq., Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi (Ayat-ayat tentang penciptaan
manusia)…… hal 65
sangat menganjurkan kepada setiap mukmin agar selalu menuntut ilmu dan
mengamalkannya, dengan harapan semakin bertambahnya ilmu semakin bertambah juga
imannya. Seperti dalam QS. Fathir: 28

‫عباد ههه ال لعءللماءء‬


‫ن ه‬
‫م ل‬
‫ه ه‬ ‫خ ل‬
‫شى الل ل‬ ‫إ هننما ي ل ل‬
Artinya: "Hanya orang-orang yang berpengetahuan sajalah yang akan sanggup
mencapai rasa insaf dan takut kepada Allah. "
C. Tafsir QS. Ar-Rum ayat 30
‫ك ٱلــبديِدن ٱللقليبــدم لو صللمكــلن‬
‫ق ٱللم ٍ صلذلمــ ل‬
‫س لعللليلهاَ ٍ لل تللبمديِلل لملخلل م‬
‫ت ٱللم ٱللمتىِ فلطللر ٱللناَ ل‬ ‫ك مللبديِمن لحمنيحفاَ ٍ فم ل‬
‫طلر ل‬ ‫فلأ لقملم لولجهل ل‬
‫أللكثللر ٱللناَ م‬
‫س لل يِللعللدمولن‬
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui,”7
Melalui Al-Quran mengakomodasi kebutuhan manusia terhadap Tuhan dan
agama dengan melalui salah satu surat Al-Quran yaitu Ar-Rum ayat 30. Fa-aqim terdiri
atas dua kalimat, fa dan aqim. Fa, artinya “maka” karena berhubungan dengan ayat
sebelumnya yang menjelaskan bahwa petunjuk merupakan hak prerogratif Allah,
siapapun yang telah disesatkan oleh Allah, ia tidak akan menerima pertolongan apapun
kecuali dari Allah. Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Allah.
Dengan arti, jika kita ingin selalu memperoleh pertolongan Allah maka peganglah teguh
ajaran Islam.
Dalam memahami surat Ar-Rum ayat 30 ini, terdapat beberapa pendapat para
mufassir sebagai jalan untuk mempermudah pemahaman terhadap al-Quran sebagai
petunjuk bagi manusia. Adapun beberapa pendapat para mufassir tersebut antara lain:
1. M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah
Dari surat Ar-Rum ayat 30 tersirat perintah kepada Nabi untuk tidak
menghiraukan gangguan kaum musrikin, karena ketika ayat ini turun di Mekkah,
masih cukup banyak gangguan yang terjadi. Makna tersirat yang dipahami dari
redaksi ayat di atas merupakan perintah untuk selalu menghadapkan wajah.
Maksudnya adalah hendaklah Nabi dan umatnya untuk selalu percaya dan yakin akan
kebenaran fitrah dari Tuhan-Nya.8

7. Alquran, 30:30
8. Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Alquran (Tangerang : Lentera Hati, 2007),
hal 52
Fitrah dalam ayat ini dipahami sebagai keyakinan tentang ke-Esa-an Allah
SWT yang telah di tanamkan oleh-Nya dalam diri setiap insan. Pemahaman fitrah
sebagai sesuatu yang ditanamkan kepada setiap insan ga dinyatakan dalam hadis yang
menyampaikan, bahwa semua anak dilahirkan atas dasar fitrah, kemudian kedua
orang tuanya yang menjadikan anak tersebut menganut agama Yahudi, Nasrani dan
Majusi.9
2. Hamka dalam Tafsir al-Azhar
Hamka dalam kitab tafsirnya menjelaskan, bahwa menegakkan wajah kepada
agama yang lurus adalah berjalan tetap di atas jalan agama yang telah disyariatkan
oleh Allah. Agama yang dimaksud adalah agama hanif, yang sama artinya dengan al-
mustaqim, yaitu lurus.Tidak membelok kanan dan ke kiri. Hanif ini pula yang disebut
untuk agama Nabi Ibrahim As, yang fitrahnya juga bertauhid kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Bahkan dijelaskan, bahwa agama yang ditegakkan oleh Nabi Muhammad
adalah agama hanif atau ash-shirathal mustaqim itu. Namun, agama Ibrahim yang
lurus telah diselewengkan atau dibelokkan dari tujuan semula oleh anak cucunya,
Bani Israil dan anak cucu dari keturuan Bani Ismail.10
Dalam persoalan fitrah, Hamka juga memahami bahwa yang telah Allah
fitrahkan kepada manusia adalah fitrah yang tetap terpelihara dalam diri seseorang itu
sendiri. Artinya, fitrah itu merupakan sesuatu yang murni dan berada dalam jiwa yang
belum kemasukan pengaruh lain.

9 Ibid., 53
10 Hamka, Tafsir al-Azhar (Surabaya: Pustaka Islam, 1966), hal 77
D. Tafsir QS. Al-Alaq 1-19

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia
benar-benar melampaui batas. Karena dia melibat dirinya serba cukup. Sesungguhnya
hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu). Bagaimana pendapatmu tentang orang yang
melarang? Seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat. Bagaimana pendapatmu jika
orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa
(kepada Allab)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan
dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui babwa sesunguhnya Allah melihat segala
perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya
Kami tarik ubun-ubunnya. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), Kelak Kami akan
memanggil malaikat Zabaniyah, Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya,
dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).11
Surat al-‘Alaq merupakan wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada
Muhammad SAW sebagai penanda kenabian dan kerasulannya. Sebagian besar ulama
sepakat bahwa surat al-Alaq 1-5 adalah wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT

11 https://litequran.net/al-alaq diakses pada 11 Maret 2020 pukul 18.00


kepada Muhammad SAW saat usia 40 tahun ketika sedang berada di gua Hira, tepatnya
pada hari senin, tanggal 17 Ramadhan dalam hitungan Hijrah. 12 Dalam wahyu pertama
ayat 1-5 ini terkandung informasi yang sangat penting dan mendasar bagi umat manusia.
Informasi tersebut berkenaan tentang membaca, meneliti, Rabb (Tuhan), penciptaan
manusia (khalaqa), pendidikan dan pengajaran, insan, ‘alam atau ‘ilmu dan kemuliaan.13
Secara harfiah kata qara' yang terdapat pada ayat tersebut berarti menghimpun
huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya dan membentuk suatu
bacaan.14 Selain itu ayat tersebut juga mengandung perintah agar manusia memiliki
keimanan, yaitu berupa keyakinan terhadap adanya kekuasaan dan kehendak Allah, juga
mengandung pesan ontologis tentang sumber ilmu pengetahuan. Pada ayat tersebut Allah
SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW agar membaca. Sedangkan yang dibaca itu
obyeknya bermacam-macam. Yaitu ada yang berupa ayat-ayat Allah yang tertulis
sebagaimana surat al-Alaq itu sendiri, dan dapat pula ayat-ayat Allah yang tidak tertulis
seperti yang terdapat pada alam jagad raya dengan segala hukum kasualitas yang ada di
dalamnya dan pada diri manusia.
Pada ayat kedua arti harfiah kata al-‘alaq menurut al-Raghib al-Asfahani berarti
al-damm al-jamid yang berarti darah beku. Sedangkan menurut al-Maraghi ayat tersebut
menjelaskan bahwa Dialah (Allah) yang menjadikan manusia dari segumpal darah
menjadi makhluk yang paling mulia, dan selanjutnya Allah memberikan potensi untuk
berasimilasi dengan segala sesuatu yang ada di alam jagad raya yang selanjutnya
bergerak dengan kekuasaan-Nya, sehingga ia menjadi makhluk yang sempurna, dan
dapat menguasai bumi dengan segala isinya. Kekuasaan Allah itu telah diperlihatkan
ketika Dia memberikan kemampuan membaca kepada Nabi Muhammad SAW, sekalipun
sebelum itu ia belum pernah belajar membaca.
Penjelasan tentang proses kejadian manusia sudah dibahas sebelumnya dengan
lengkap di surat al-Mu’minun. Proses kejadian manusia ini terbukti sejalan dengan apa
yang dijelaskan dalam ilmu pengetahuan. Namun yang terpenting bukan pada
ditemukannya kesesuian tersebut, tetapi diharapkan timbulnya kesadaran pada manusia
bahwa mereka diciptakan oleh Allah dan harus terus bertanggung jawab atas apa yang
telah diperbuat di dunia.

12 Syaikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri, Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah, Terj. Abdullah Haidar, (Riyadh: Kantor
Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang al-Sulay, 2005), hal.19
13 M. Anis, “Tafsir Ayat Pendidikan, Wahyu Pertama Sebagai Lonceng Kemajuan Peradaban Ummat Manusia” dalam
Ontologi Kependidikan Islam Kajian Pemikiran Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Jurusan
Kependidikan Islam Fakultas Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010), hal. 25
14 Al-Raghib al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Al-Fadz al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, tp.th.), hal. 414
Pengulangan kata iqra’ pada ayat ketiga menurut al-Maraghi didasarkan pada
alasan bahwa membaca jika tidak dilakukan berulang-ulang maka tidak akan membekas
dalam jiwa. Kata iqra’ yang telah disebutkan di atas mengandung arti yang luas seperti
mengenali, mengidentifikasi, mengklasifikasi, menyimpulkan, dll. Secara kesuluruhan
pengertian ini terkait dengan proses mendapatkan dan memindahkan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian ayat ini erat kaitannya dengan metode pendidikan.
Kata al-qalam pada ayat keempat berarti potongan dari sesuatu yang agak keras
seperti kuku dan kayu dan secara khusus digunakan untuk menulis. Sedangkan dalam
Tafsir al-Maraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa Dia-lah Allah yang menjadikan
qalam sebagai media yang digunakan manusia untuk memahami sesuatu. Lebih lanjut
lagi, al-qalam merupakan alat yang keras dan tidak mengandung unsur kehidupan.
Namun secara substansial al-qalam dapat menampung seluruh pengertian yang berkaitan
dengan segala sesuatu sebagai alat penyimpan, merekam, dan sebagainya.
QS. Al-Alaq ayat 6-13:
‫لكلل إملن ٱ ل ملنصلسلن لليل ل‬
ِ‫طلغصى‬
ِ‫لأن لرلءاَهد ٱلستللغنل ص ىى‬
ِ‫ك ٱلنرلجلع ص ىى‬ ‫إملن إمللصىِ لربب ل‬
‫أللرلءليِ ل‬
ِ‫ت ٱللمذى يِللنهلصى‬
ِ‫صلل ص ىى‬
‫لعلبحداَ إملذاَ ل‬
‫ت مإن لكاَلن لعللىِ ٱللهدلد ص ى‬
‫ى‬ ‫أللرلءليِ ل‬
‫أللو أللملر مبٱِلتللقلو ص ى‬
‫ى‬
ِ‫ب لوتللولل ص ىى‬ ‫أللرلءليِ ل‬
‫ت مإن لكلذ ل‬

Mulai ayat keenam hingga ketiga belas ini menjelaskan sifat-sifat negatif yang
dimiliki manusia, yaitu sifat melampaui batas, merasa dirinya sudah cukup, merasa tidak
membutuhkan lagi bantuan orang lain, menghalangi orang lain berbuat baik, seperti yang
dilakukan Abu Jahal ketika menghalagi Nabi Muhammad mengerjakan shalat, dan orang
yang berdusta dan berpaling dari kebenaran. Dengan demikian ayat ini merupakan
penjelasan dari ayat sebelumnya yang membahas tentang asal usul kejadian manusia.
QS. Al-Alaq ayat 17-19:
‫فللليللد د‬
‫ع لناَمديِلهۥُد‬
‫ع ٱللزلباَنميلةل‬
‫لسنللد د‬
‫لكلل لل تدمطلعهد لوٱلسدجلد لوٱلقتلمرب‬
Mulai ayat ketujuh belas sampai kesembilan belas ini berbicara tentang
kekuasaan Allah dan balasanNya akan ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat
jahat. Allah SWT mengetahui segala perbuatan yang dilakukan manusia, mereka yang
melakukan perbuatan buruk akan mendapatkan azab dari Allah. Dan atas dasar ini Allah
mengingatkan manusia agar selalu patuh kepada-Nya.
BAB III
PENUTUP
A. Penutup
Dalam Q.S Al-Mukminun proses terjadinya Manusia dimulai dari : (a) Allah
SWT menjadikan saripati tanah yang terdapat dalam tubuh manusia sebagai nuthfah (air
yang berisi spermatozoa, disebut sperma), (b) yang kemudian ditumpahkan ke dalam
qarar (rahim atau kandungan)Allah menjadikan nuthfah sebagai alaqah yaitu gumpalan
darah yang berbentuk menyerupai buah lecis atau lintah (c) Dari alaqah Allah SWT
menjadikan sebagai mudghah, yaitu segumpal daging menyerupai daging hancur yang
sudah dikunyah (d) Dari mudghah Allah SWT menjadikan sebagai i’izaam, yaitu tulang
atau rangka (e) Kemudian tulang atau rangka itu dibalut oleh daging (f) Setelah itu Allah
SWT menjadikan sebagai makhluk dalam bentuk lain yaitu dalam bentuk manusia yang
telah berkepala, berbadan, bertangan dan berkaki.
Dalam QS Al-Baqarah banyak hal yang bisa kita petik seperti:
 Allah tidak pernah mendzolimi hamba-hambaNya
 Buah yang ranum dari beriman kepada Allah dan hari akhirat.
 Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat dan beriman kepada para Nabi,
tidak ada bedanya di sisi Allah. Semua akan diberikan pahala yang besar.
 Betapa besarnya pahala orang yang beriman dan beramal shaleh.
 Kalau kita memburukkan suatu kaum, maka kita harus memuji orang-orang yang
baik dari kaum tersebut.
Dari beberapa penafsiran yang dijelaskan oleh para mufasir di atas, dapat diambil
pemahaman secara garis besar bahwa surat Ar-Rum ayat 30, memberikan perintah
kepada Nabi Muhmmad untuk selalu menhadapkan keyakinannya kepada fitrah yang
lurus. Dari sekian mufasir memahami, bahwa fitrah yang dimaksud ayat di atas adalah
fitrah agaman Islam, yakni fitrah yang telah ditiupkn oleh Allah atas kejadian manusia
sebelum ia dilahirkan. Keyakinan agama Islam dipahami sebagai maksud dari fitrah
manusia ini, karena dalam pandangan Allah jalan lurus seperti banyak disinggung dalam
al-Quran adalah agama Islam.
Dalam QS Al-Alaq berisi penjelasan tentang asal usul kejadian menusia beserta
sebagian sifat-sifatnya yang negatif. Penjelasan ini sangat membantu dalam rangka
merumuskan tujuan, materi dan metode pendidikan. Berdasarkan kandungan surat ini
tujuan pendidikan Islam harus diarahkan agar manusia memiliki kesadaran dan tanggung
jawab sebagai makhluk yang harus beribadah kepada Allah, dan mempertanggung
jawabkan perbuatannya di akhirat kelak.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapakan semoga para mahasisiwa dapat
memahami isi dari ayat- ayat tersebut hingga dapat mengambil hikmah di dalamnya dan
penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sayyid Salamah As-Saqqa, Menguak Rahasia Kehidupan, Kematian, Ruh dan Jasad, Jakarta:
Cendekia, 2006
Gojali, Nanang, Drs., M.Ag., Tafsir dan Hadits Tentang Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia,
2013
Muhammad Izzuddin Taufiq., Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi (Ayat-ayat tentang penciptaan
manusia), Solo: Penerbit Tiga Serangkai, 2006
Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Alquran, Tangerang : Lentera Hati, 2007
Hamka, Tafsir al-Azhar, Surabaya: Pustaka Islam, 1966
Syaikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri, Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah, Terj. Abdullah
Haidar, Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang al-Sulay, 2005
M. Anis, “Tafsir Ayat Pendidikan, Wahyu Pertama Sebagai Lonceng Kemajuan Peradaban Ummat
Manusia” dalam Ontologi Kependidikan Islam Kajian Pemikiran Pendidikan Islam dan Manajemen
Pendidikan Islam, Yogyakarta: Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2010
Al-Raghib al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Al-Fadz al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, tp.th.),
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy). Depok:
PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2017
Kadar, Muhammad, Yusuf, Tafsir Tarbawi (Ayat-ayat Pendidikan), Pekanbaru: Zanafa Publishing,
2011
Amiruddin, Aam, Tafsir Al-Quran Kontemporer Juz Amma Jilid 1. Bandung: Khazanah Intelektual,
2004
Afif, Abdul, F.T, Tafsir Juz Amma Lengkap dan Ilmiah, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996

Anda mungkin juga menyukai