Disusun oleh:
Hesty Hyldania Azizah (21801011008)
Wildaninaila (21801011262)
Alifatus Zulfi (21801011167)
1. Sayyid Salamah As-Saqqa, Menguak Rahasia Kehidupan, Kematian, Ruh dan Jasad, (Jakarta: Cendekia,
2006) hlm. 13
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam ayat yang telah dikemukakan diatas secara umum membahas tentang
kebutuhan manusia tentang adanya Tuhan yang merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar dalam kehidupan manusia.3 Berawal dari ketidakberdayaan manusia dalam
menghadapi berbagai peristiwa dan bencana yang ada dimuka bumi, manusia percaya
bahwa dibalik semua bencana itu ada Yang Maha Gaib yang Menggerakkan semuanya.
Ini menunjukkan jika manusia merupakan makhluk yang beragama dan kebutuhan
tersebut telah dijelaskan dalam Al-Quran agar mereka tidak salah jalan.
Lalu apakah Islam merupakan agama dalam arti formal atau agama dalam arti
substan untuk sebuah sikap pasrah pada aturan Tuhan? Dalam hal ini, Islam bisa
diartikan keduanya. Karena ketika secara formal atau nyata seseorang tidak diketahui
menganut Islam, tetapi ia diketahui beragama tauhid dan tidak menyekutukan Tuhan
serta selalu melakukan kebenaran dan berbuat adil, bisa memungkinkan jika secara
substan ia merupakan seorang muslim.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa sejak awal diciptakan, manusia telah membawa
potensi beragama yang lurus dan dipahami ulama sebagai tauhid, dimana juga bisa
dipahami jika fitrah merupakan bagian dari khalq (penciptaan) Allah. Jika dipahami lagi,
kata la pada ayat tersebut berarti bahwa sesorang tidak dapat menghindari fitrahnya.
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat dan beriman kepada para Nabi,
tidak ada bedanya di sisi Allah. Semua akan diberikan pahala yang besar.
Kalau kita memburukkan suatu kaum, maka kita harus memuji orang-orang yang baik
dari kaum tersebut.
B. Tafsir QS. Al-Mukminun ayat 12-17
5. Muhammad Izzuddin Taufiq., Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi (Ayat-ayat tentang penciptaan
manusia), (Solo: Penerbit Tiga Serangkai, 2006) hal 20
Apalah yang akan dibanggakan manusia di dunia ini, padahal asal kejadiannya
hanya dari tanah. Dia makan dari sayur-sayuran, buah-buahan, padi, jagung dan
sebagainya, dan segala makanan itu tumbuh dan mengambil sari dari tanah. Datang hujan
menyuburkan padi, menghijaukan daun-daunan dan mekarlah bunga, bergayutlah buah.
Dan jika kemarau datang layu semua.
Didalam segala makanan itu ada segala macam -macam saringan yang
ditakdirkan Tuhan atas alam, disana ada zat besi, zat putih telur, vitamin, kalori, hormon
dan sebagainya . Dengan makanan itu teraturlah jalan darahnya, dan tidak dapat hidup
kalau bukan dari zat bumi tempat dia dilahirkan itu . Dalam tubuh yang sihat,
mengalirlah darah, berpusat pada jantung dan dari jantung, mengalirlah darah itu ke
seluruh tubuh. Dalam darah itu terdapat zat yang akan menjadi mani. Setetes mani
terdapat beribu-ribu bahkan bermilliun "tampang" yang akan dijadikan manusia , yang
tersimpan dalam shulbi laki-laki dan taroib perempuan.
Dengan kehendak Ilahi bertemulah zat tampang dari laki-laki yang rupanya
sebagai cacing yang sangat kecil, berpadu satu dengan zat mani pada perempuan yang
merupakan telur yang sangat kecil. Perpaduan keduanya itu yang dinamai Nutfah. Kian
lama kian besarlah nutfah itu, dalam empat puluh hari. Dan dalam masa 40 hari mani
yang telah berpadu, beransur menjadi darah segumpal. Untuk melihat contoh peralihan
beransur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur ayam yang sedang dierami
induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, di dalam rahim
bunda kandung, itulah "qaraarin makiin", tempat yang terjamin terpelihara.
Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu itu dia pun bertukar rupa
menjadi segumpal darah. Ketika Ibu telah hamil dalam dua tengah tiga bulan.
Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si Ibu, pendingin , pemarah, berubah-
ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia
beransur kian membeku, membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus
hingga berubah sifatnya menja tulang.Dikelilingi tulang itu masih ada persediaan air
yang kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.Mulanya hanya
sekumpul tulang, tetapi kian sehari telah ada bentuk kepala, kaki dan tangan dan seluruh
tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging.
Penyebutan Rahim dengan istilah qara makin (tempat yang kukuh) setelah
penyebutan nuthfah mengindikasikan makna lain yang sangat dalam. Seandainya Rahim
itu bukan tempat yang kukuh, nuthfah tentu tidak dapat bergantung padanya dan tidak
akan disebut ‘alaqah’. Rahim merupakan tempat yang kukuh sebelum nuthfah
menepatinya. Ketika nuthfah masuk kedalam Rahim, ia dapat bergantung pada dinding
Rahim dan disebut sebagai “alaq“.6
6. Muhammad Izzuddin Taufiq., Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi (Ayat-ayat tentang penciptaan
manusia)…… hal 65
sangat menganjurkan kepada setiap mukmin agar selalu menuntut ilmu dan
mengamalkannya, dengan harapan semakin bertambahnya ilmu semakin bertambah juga
imannya. Seperti dalam QS. Fathir: 28
7. Alquran, 30:30
8. Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Alquran (Tangerang : Lentera Hati, 2007),
hal 52
Fitrah dalam ayat ini dipahami sebagai keyakinan tentang ke-Esa-an Allah
SWT yang telah di tanamkan oleh-Nya dalam diri setiap insan. Pemahaman fitrah
sebagai sesuatu yang ditanamkan kepada setiap insan ga dinyatakan dalam hadis yang
menyampaikan, bahwa semua anak dilahirkan atas dasar fitrah, kemudian kedua
orang tuanya yang menjadikan anak tersebut menganut agama Yahudi, Nasrani dan
Majusi.9
2. Hamka dalam Tafsir al-Azhar
Hamka dalam kitab tafsirnya menjelaskan, bahwa menegakkan wajah kepada
agama yang lurus adalah berjalan tetap di atas jalan agama yang telah disyariatkan
oleh Allah. Agama yang dimaksud adalah agama hanif, yang sama artinya dengan al-
mustaqim, yaitu lurus.Tidak membelok kanan dan ke kiri. Hanif ini pula yang disebut
untuk agama Nabi Ibrahim As, yang fitrahnya juga bertauhid kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Bahkan dijelaskan, bahwa agama yang ditegakkan oleh Nabi Muhammad
adalah agama hanif atau ash-shirathal mustaqim itu. Namun, agama Ibrahim yang
lurus telah diselewengkan atau dibelokkan dari tujuan semula oleh anak cucunya,
Bani Israil dan anak cucu dari keturuan Bani Ismail.10
Dalam persoalan fitrah, Hamka juga memahami bahwa yang telah Allah
fitrahkan kepada manusia adalah fitrah yang tetap terpelihara dalam diri seseorang itu
sendiri. Artinya, fitrah itu merupakan sesuatu yang murni dan berada dalam jiwa yang
belum kemasukan pengaruh lain.
9 Ibid., 53
10 Hamka, Tafsir al-Azhar (Surabaya: Pustaka Islam, 1966), hal 77
D. Tafsir QS. Al-Alaq 1-19
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia
benar-benar melampaui batas. Karena dia melibat dirinya serba cukup. Sesungguhnya
hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu). Bagaimana pendapatmu tentang orang yang
melarang? Seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat. Bagaimana pendapatmu jika
orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa
(kepada Allab)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan
dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui babwa sesunguhnya Allah melihat segala
perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya
Kami tarik ubun-ubunnya. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), Kelak Kami akan
memanggil malaikat Zabaniyah, Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya,
dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).11
Surat al-‘Alaq merupakan wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada
Muhammad SAW sebagai penanda kenabian dan kerasulannya. Sebagian besar ulama
sepakat bahwa surat al-Alaq 1-5 adalah wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT
12 Syaikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri, Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah, Terj. Abdullah Haidar, (Riyadh: Kantor
Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang al-Sulay, 2005), hal.19
13 M. Anis, “Tafsir Ayat Pendidikan, Wahyu Pertama Sebagai Lonceng Kemajuan Peradaban Ummat Manusia” dalam
Ontologi Kependidikan Islam Kajian Pemikiran Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Jurusan
Kependidikan Islam Fakultas Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010), hal. 25
14 Al-Raghib al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Al-Fadz al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, tp.th.), hal. 414
Pengulangan kata iqra’ pada ayat ketiga menurut al-Maraghi didasarkan pada
alasan bahwa membaca jika tidak dilakukan berulang-ulang maka tidak akan membekas
dalam jiwa. Kata iqra’ yang telah disebutkan di atas mengandung arti yang luas seperti
mengenali, mengidentifikasi, mengklasifikasi, menyimpulkan, dll. Secara kesuluruhan
pengertian ini terkait dengan proses mendapatkan dan memindahkan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian ayat ini erat kaitannya dengan metode pendidikan.
Kata al-qalam pada ayat keempat berarti potongan dari sesuatu yang agak keras
seperti kuku dan kayu dan secara khusus digunakan untuk menulis. Sedangkan dalam
Tafsir al-Maraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa Dia-lah Allah yang menjadikan
qalam sebagai media yang digunakan manusia untuk memahami sesuatu. Lebih lanjut
lagi, al-qalam merupakan alat yang keras dan tidak mengandung unsur kehidupan.
Namun secara substansial al-qalam dapat menampung seluruh pengertian yang berkaitan
dengan segala sesuatu sebagai alat penyimpan, merekam, dan sebagainya.
QS. Al-Alaq ayat 6-13:
لكلل إملن ٱ ل ملنصلسلن لليل ل
ِطلغصى
ِلأن لرلءاَهد ٱلستللغنل ص ىى
ِك ٱلنرلجلع ص ىى إملن إمللصىِ لربب ل
أللرلءليِ ل
ِت ٱللمذى يِللنهلصى
ِصلل ص ىى
لعلبحداَ إملذاَ ل
ت مإن لكاَلن لعللىِ ٱللهدلد ص ى
ى أللرلءليِ ل
أللو أللملر مبٱِلتللقلو ص ى
ى
ِب لوتللولل ص ىى أللرلءليِ ل
ت مإن لكلذ ل
Mulai ayat keenam hingga ketiga belas ini menjelaskan sifat-sifat negatif yang
dimiliki manusia, yaitu sifat melampaui batas, merasa dirinya sudah cukup, merasa tidak
membutuhkan lagi bantuan orang lain, menghalangi orang lain berbuat baik, seperti yang
dilakukan Abu Jahal ketika menghalagi Nabi Muhammad mengerjakan shalat, dan orang
yang berdusta dan berpaling dari kebenaran. Dengan demikian ayat ini merupakan
penjelasan dari ayat sebelumnya yang membahas tentang asal usul kejadian manusia.
QS. Al-Alaq ayat 17-19:
فللليللد د
ع لناَمديِلهۥُد
ع ٱللزلباَنميلةل
لسنللد د
لكلل لل تدمطلعهد لوٱلسدجلد لوٱلقتلمرب
Mulai ayat ketujuh belas sampai kesembilan belas ini berbicara tentang
kekuasaan Allah dan balasanNya akan ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat
jahat. Allah SWT mengetahui segala perbuatan yang dilakukan manusia, mereka yang
melakukan perbuatan buruk akan mendapatkan azab dari Allah. Dan atas dasar ini Allah
mengingatkan manusia agar selalu patuh kepada-Nya.
BAB III
PENUTUP
A. Penutup
Dalam Q.S Al-Mukminun proses terjadinya Manusia dimulai dari : (a) Allah
SWT menjadikan saripati tanah yang terdapat dalam tubuh manusia sebagai nuthfah (air
yang berisi spermatozoa, disebut sperma), (b) yang kemudian ditumpahkan ke dalam
qarar (rahim atau kandungan)Allah menjadikan nuthfah sebagai alaqah yaitu gumpalan
darah yang berbentuk menyerupai buah lecis atau lintah (c) Dari alaqah Allah SWT
menjadikan sebagai mudghah, yaitu segumpal daging menyerupai daging hancur yang
sudah dikunyah (d) Dari mudghah Allah SWT menjadikan sebagai i’izaam, yaitu tulang
atau rangka (e) Kemudian tulang atau rangka itu dibalut oleh daging (f) Setelah itu Allah
SWT menjadikan sebagai makhluk dalam bentuk lain yaitu dalam bentuk manusia yang
telah berkepala, berbadan, bertangan dan berkaki.
Dalam QS Al-Baqarah banyak hal yang bisa kita petik seperti:
Allah tidak pernah mendzolimi hamba-hambaNya
Buah yang ranum dari beriman kepada Allah dan hari akhirat.
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat dan beriman kepada para Nabi,
tidak ada bedanya di sisi Allah. Semua akan diberikan pahala yang besar.
Betapa besarnya pahala orang yang beriman dan beramal shaleh.
Kalau kita memburukkan suatu kaum, maka kita harus memuji orang-orang yang
baik dari kaum tersebut.
Dari beberapa penafsiran yang dijelaskan oleh para mufasir di atas, dapat diambil
pemahaman secara garis besar bahwa surat Ar-Rum ayat 30, memberikan perintah
kepada Nabi Muhmmad untuk selalu menhadapkan keyakinannya kepada fitrah yang
lurus. Dari sekian mufasir memahami, bahwa fitrah yang dimaksud ayat di atas adalah
fitrah agaman Islam, yakni fitrah yang telah ditiupkn oleh Allah atas kejadian manusia
sebelum ia dilahirkan. Keyakinan agama Islam dipahami sebagai maksud dari fitrah
manusia ini, karena dalam pandangan Allah jalan lurus seperti banyak disinggung dalam
al-Quran adalah agama Islam.
Dalam QS Al-Alaq berisi penjelasan tentang asal usul kejadian menusia beserta
sebagian sifat-sifatnya yang negatif. Penjelasan ini sangat membantu dalam rangka
merumuskan tujuan, materi dan metode pendidikan. Berdasarkan kandungan surat ini
tujuan pendidikan Islam harus diarahkan agar manusia memiliki kesadaran dan tanggung
jawab sebagai makhluk yang harus beribadah kepada Allah, dan mempertanggung
jawabkan perbuatannya di akhirat kelak.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapakan semoga para mahasisiwa dapat
memahami isi dari ayat- ayat tersebut hingga dapat mengambil hikmah di dalamnya dan
penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sayyid Salamah As-Saqqa, Menguak Rahasia Kehidupan, Kematian, Ruh dan Jasad, Jakarta:
Cendekia, 2006
Gojali, Nanang, Drs., M.Ag., Tafsir dan Hadits Tentang Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia,
2013
Muhammad Izzuddin Taufiq., Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi (Ayat-ayat tentang penciptaan
manusia), Solo: Penerbit Tiga Serangkai, 2006
Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Alquran, Tangerang : Lentera Hati, 2007
Hamka, Tafsir al-Azhar, Surabaya: Pustaka Islam, 1966
Syaikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri, Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah, Terj. Abdullah
Haidar, Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang al-Sulay, 2005
M. Anis, “Tafsir Ayat Pendidikan, Wahyu Pertama Sebagai Lonceng Kemajuan Peradaban Ummat
Manusia” dalam Ontologi Kependidikan Islam Kajian Pemikiran Pendidikan Islam dan Manajemen
Pendidikan Islam, Yogyakarta: Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2010
Al-Raghib al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Al-Fadz al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, tp.th.),
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy). Depok:
PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2017
Kadar, Muhammad, Yusuf, Tafsir Tarbawi (Ayat-ayat Pendidikan), Pekanbaru: Zanafa Publishing,
2011
Amiruddin, Aam, Tafsir Al-Quran Kontemporer Juz Amma Jilid 1. Bandung: Khazanah Intelektual,
2004
Afif, Abdul, F.T, Tafsir Juz Amma Lengkap dan Ilmiah, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996