Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

”Tafsir ayat Alquran tentang kewajiban belajar mengajar”

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah


Tafsir Tarbawi

Disusun Oleh Kelompok 1:


1. Ulfa Monica
2. Yofil Safmal Hamid
3. Zahratul Karmila

Dosen Pengampu :
ROMA ISWADI, MA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

‫ﺍﻟﺮ ِﺣ ِﻴﻢ‬
‫ﻤﻦ ﱠ‬ِ ‫ﺍﻟﺮ ْﺣ‬
‫ِﺑﺴ ِْﻢ ﷲِ ﱠ‬

Segala puji bagi Allah, dan ucapan syukur dipanjatkan kehadirat Allah
SWT., bahwa atas berkat rahmat dan inayahnya penulis dapat menyusun makalah
dalam pembelajaran “TAFSIR TARBAWI” yang kami susun dengan baik agar
mudah dimengerti dan difahami pembaca.

Sungguh pun demikian rupa kami susun dengan baik tentu belum dapat
dianggap sempurna, penulis mengakui banyak kelemahan dalam berbagai
pengayaannya. Penulis sangat berharap ada masukan kritik dan sarannya yang
bersifat untuk memperbaiki dan menambah pengetahuan kita. Terakhir penulis
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
memberikan judul ini untuk penulis telah lebih ulang. Semoga penulisan ini dapat
bermanfat dan menambah pengetahuan pembaca dan penulis sendiri dalam
pembahasan ini.

Wassalam....

KERINCI, FEBRUARI 2022

KELOMPOK 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I ....................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah ............................................................................................. 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
A. Pengertian Belajar dan Mengajar .................................................................. 6
B. Ayat Ayat dan Tafsir Al-Q ur’an Tentang Kewajiban Belajar dan
Mengajar ............................................................................................................... 6
1. Qur’an Surah Al-Alaq/96: 1-5 .................................................................. 7
2. QS. Al-Ghasyiyah/88: 17-20 ..................................................................... 8
3. QS. Ali Imron/3: 190-191 ....................................................................... 10
4. QS. At-Taubah/9: 122 ............................................................................. 11
5. QS. Al-Ankabut/29: 19-20 ...................................................................... 13
BAB III .................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................. 15
B. Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan peradaban manusia dewasa ini tak bisa dilepaskan dari
kemajuan ilmu pengetahuan yang menjadi warisan terbesar dari proses pendidikan
yang terjadi. Proses pendidikan itu dapat dikatakan berlangsung dalam semua
lingkungan pengalaman hidup manusia mulai dari lingkup terkecil seperti
keluarga, sekolah sampai kepada masyarakat luas. Hal ini berlangsung dalam
semua tahapan perkembangan seseorang sepanjang hayatnya yang dikenal dengan
istilah longlife education.

Dalam Islam pendidikan tidak dilaksanakan hanya dalam batasan waktu


tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (min al-mahd ila> al-lahd).
Islam juga memotivasi pemeluknya untuk selalu membaca, menelaah dan meneliti
segala sesuatu yang menjadi fenomena dan gejala yang terjadi di jagad raya ini
dalam rangka meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan yang pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Dalam pandangan
Islam tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi yang
sama dalam menuntut ilmu (pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkait
urusan ukhrowi saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang
terkait dengan urusan duniawi juga. Karena manusia dapat mencapai kebahagiaan
hari kelak dengan melalui jalan kehidupan dunia ini.

Berbicara tentang pendidikan tidak bisa dilepaskan dari pembahasan


tentang kegiatan belajar mengajar yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
dunia pendidikan itu sendiri. Belajar mengajar memiliki peran yang sangat
penting karena tanpa itu proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan moderen
sulit untuk diwujudkan. Maka pada kesempatan ini kami akan membahas tentang
kewajiban belajar mengajar dalam Q.S. Al-alaq ayat 1-5, Q.S Al-Ghasiyah ayat
17-20, Q.S Ali- Imran ayat 190-191, Q.S At-taubat ayat 122, Dan Q.S Al-
Ankabut ayat 19-20.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu belajar dan mengajar?
2. Apa hubungan ayat yang disebutkan di latar belakang dengan belajar dan
mengajar?
3. Bagaimana konsep pengimplmentasian kewajiban belajar terhadap
peserta didik?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi belajar dan mengajar
2. Untuk mengetahui hubungan ayat yang di sebutkan di latar belakang
dengan belajar dan mengajar
3. Untuk mengetahui konsep pengimplementasian kewajiban belajar
terhadap peserta didik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar dan Mengajar


Belajar adalah suatu usaha memperoleh kepandaian atau Ilmu. Menurut
Chaplin belajar adalah “Acquisition of any relatively permanent change in behavior
as a result of practice and experience.” Belajar adalah perolehan perubahan tingkah
laku yang relative menetap atau permenen sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Secara sederhana, belajar berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha
memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan).
Istilah yang lazim digunakan dalam bahasa Arab tentang kata belajar adalah
ta’allama yang secara harfiah dapat diartikan mencari ilmu melalui pembelajaran
hingga berpengaruh pada perubahan perilaku, dan juga kara darasa artinya adalah
belajar secara mandiri dan berbekas.
Mengajar adalah suatu kegiatan memberikan pelajaran yang dilakukan
pendidik terhadap peserta didik. Mengajar adalah suatu kegiatan mentransfer ilmu
pengetahuan dari guru kepada murid. Jadi belajar dan mengajar adalah suatu proses
adanya interaksi antara anak didik dengan pendidik dalam rangka transfer
pengetahuan, nilai-nilai dan sikap dalam kegiatan pendidikan di kelas.

B. Ayat Ayat dan Tafsir Al-Q ur’an Tent ang Kewajiban Belajar dan
Mengajar
Ada beberpa ayat Al-Qur’an yang membahas tentang kewajiban belajar
dan mengajar, diantaranya adalah Q.S. Al-alaq/96: 1-5, Q.S Al-Ghasiyah/88: 17-
20, Q.S Ali-Imran/3: 190-191, Q.S At-taubat/9: 122, Dan Q.S Al-Ankabut/29: 19-
20 Dan ayat-ayat tersebut akan dibahas beserta dengan tafsirnya.
1. Qur’an Surah Al-Alaq/96: 1-5

◌ۚ َ‫ِﻯ َﺧ َﻠﻖ‬ ۡ ‫ﺍ ِۡﻗ َﺮ ۡﺍ ِﺑ‬


ۡ ‫ﺎﺳ ِﻢ َﺭ ِﺑّﻚَ ﺍﻟﱠﺬ‬
◌ۚ ۚ‫ﻖ‬ ٍ ‫ﺴﺎﻥَ ِﻣ ۡﻦ َﻋ َﻠ‬ ِ ۡ َ‫َﺧ َﻠﻖ‬
َ ‫ﺍﻻ ۡﻧ‬
◌ۚ ‫ﺍ ِۡﻗ َﺮ ۡﺍ َﻭ َﺭﺑﱡﻚَ ۡﺍﻻَ ۡﻛ َﺮ ۙ ُﻡ‬
ۚ ‫ِﻯ َﻋﻠﱠ َﻢ ِﺑ ۡﺎﻟ َﻘ َﻠ ِۙﻢ‬
ۡ ‫ﺍﻟﱠﺬ‬
◌ۚ ‫ﺴﺎﻥَ َﻣﺎ َﻟ ۡﻢ َﻳﻌۡ ﻠَ ۡؕﻢ‬ ِ ۡ ‫َﻋﻠﱠ َﻢ‬
َ ‫ﺍﻻ ۡﻧ‬

Artinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,


2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia,
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya

Tafsir:

(1) Ini adalah surat pertama yang turun kepada Rasulullah. Surat ini turun kepada
Rasulullah sebagai prinsip-prinsip kenabian pada saat beliau belum
mengetahui apa itu al-Qur'an dan apa itu iman. Jibril mendatangi beliau
dengan membawa risalah dan memerintah beliau untuk membaca. Lalu Allah
menu runkan padanya, ( ◌ۚ َ‫ﺧ َﻠﻖ‬
َ ‫ِﻯ‬ ۡ ‫ﺍ ِۡﻗ َﺮ ۡﺍ ِﺑ‬
ۡ ‫ﺎﺳ ِﻢ َﺭ ِﺑّﻚَ ﱠﺍﻟﺬ‬ ) “Bacalah dengan
(menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan,” yakni menciptakan makhluk
secara umum.
(2) Kemudian Allah mengkhususkan manusia dan menyebutkan awal

ٍ ‫“ ) ِﻣ ۡﻦ َﻋ َﻠ‬dari segumpal darah,” karena itu Dzat


penciptaannya, (yaitu) ( ۚ‫ﻖ‬
yang menciptakan manusia dan mengatur nya pasti mengaturnya dengan
perintah dan larangan dengan di utusnya para rasul dan diturunkannya kitab
suci. Karena itu Allah menyebutkan penciptaan manusia setelah memerintah
untuk membaca.

(3-5) Kemudian Allah berfirman, ( ‫") ﺍِ ْﻗ َﺮﺃْ َﻭ َﺭﺑﱡﻚَ ْﺍﻻَ ْﻛ َﺮ ۙ ُﻡ‬Bacalah, dan Rabbmu-lah
Yang Paling Pemurah," yakni Yang banyak dan luas sifatNya, sangat pemurah
dan baik, luas dermaNya yang di antara nya adalah mengajarkan berbagai
macam ilmu dan ( ‫ﺴﺎﻥَ َﻣﺎ َﻟ ْﻢ َﻳ ْﻌ َﻠ ۗ ْﻢ‬ ِ ْ ‫") َﻋﻠﱠ َﻢ ِﺑ ْﺎﻟ َﻘ َﻠ ِﻢ ۙ َﻋﻠﱠ َﻢ‬mengajar (manusia)
َ ‫ﺍﻻ ْﻧ‬
dengan perantaraan pena. Dia mengajar kan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya," Allah mengeluarkan manusia dari perut ibunya dalam keadaan
tidak mengetahui apa pun dan Allah membuatkan pendengaran, penglihatan
dan hati serta mempermudah baginya sebab-sebab ilmu. Allah mengajarkan
al-Qur`an, al-Hikmah (hadits) dan mengajarkan melalui perantara pena yang
dengannya berbagai ilmu terpelihara, hak-hak terjaga, dan menjadi utusan-
utusan untuk manusia sebagai pengganti bahasa lisan mereka. Segala puji dan
karunia hanya milik Allah semata yang diberikan pada para hambaNya yang
tidak mampu mereka balas dan syukuri. Kemudian Allah menganugerahkan
kecukupan dan keluasan rizki kepada mereka.

2. QS. Al-Ghasyiyah/88: 17-20

ْ ۗ ‫ْﻒ ُﺧ ِﻠ َﻘ‬
١٧ – ‫ﺖ‬ ُ ‫ﺍ َ َﻓ َﻼ َﻳ ْﻨ‬
ِ ْ ‫ﻈ ُﺮ ْﻭﻥَ ﺍِ َﻟﻰ‬
َ ‫ﺍﻻ ِﺑ ِﻞ َﻛﻴ‬

ْ ۗ ‫ْﻒ ُﺭ ِﻓ َﻌ‬
١٨ - ‫ﺖ‬ َ ‫ﺴ َﻤ ۤﺎ ِء َﻛﻴ‬
‫َﻭﺍِ َﻟﻰ ﺍﻟ ﱠ‬

ْ ۗ ‫ﺼ َﺒ‬
١٩ - ‫ﺖ‬ َ ‫َﻭﺍِ َﻟﻰ ْﺍﻟ ِﺠ َﺒﺎ ِﻝ َﻛﻴ‬
ِ ُ‫ْﻒ ﻧ‬

ْ ۗ ‫ﺳ ِﻄ َﺤ‬
٢٠ - ‫ﺖ‬ ِ ‫َﻭﺍِ َﻟﻰ ْﺍﻻَ ْﺭ‬
َ ‫ﺽ َﻛﻴ‬
ُ ‫ْﻒ‬
Artinya:

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia


diciptakan, Dan langit, bagai mana di tinggikan, Dan gunung-gunung bagai
mana dia di tegakkan, Dan bumi bagaimana di hamparkan?” (QS.88: 17-20)

Tafsir:

(7-20): Allah berfirman seraya memberi dorongan pada orang-orang yang tidak
percaya pada Rasulullah dan untuk orang lain agar merenungkan makhluk-
ْ ‫ْﻒ ُﺧ ِﻠ َﻘ‬
makhluk Allah yang menunjukkan, ( ‫ﺚ‬ َ ‫ﺍﻻ ْﺑ ِﻞ َﻛﻴ‬ ُ ‫“) ﺍ َ َﻓ َﻼ َﻳ ْﻨ‬Maka
ِ ْ ‫ﻈ ُﺮ ﻭﻥَ ﺍِ َﻟﻰ‬
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,” artinya,
apakah mereka tidak memperhatikan penciptaannya yang sempurna dan
bagaimanakah Allah menundukkannya untuk manusia untuk berbagai
ْ ‫ﺼ َﺒ‬
kepentingan yang mereka perlukan ( ‫ﺖ‬ َ ‫“) َﻭﺍِ َﻟﻰ ْﺍﻟ ِﺨ َﺒﺎ ُﻝ َﻛﻴ‬Dan gunung-
ِ ُ‫ْﻒ ﻧ‬
gunung bagaimana ia ditegakkan,” dengan bentuk yang begitu indah yang
dengannya bumi bisa tenang, dan kokoh tidak berguncang. Di dalamnya Allah
ْ ‫ﺳ ِﻄ َﺤ‬
menyimpan begitu banyak manfaat. ( ‫ﺖ‬ ِ ‫“) َﻭﺍِ َﻟﻰ ْﺍﻻَ ْﺭ‬Dan bumi
َ ‫ﺽ َﻛﻴ‬
ُ ‫ْﻒ‬
bagaimana ia dihamparkan,” yaitu dibentangkan secara luas agar manusia
merasa tenang berada di atasnya dan bisa mengolahnya untuk bercocok tanam,
membuat bangunan dan menempuh jalan-jalan di atasnya.

Perlu diketahui, hamparan bumi tidak menafikan wujudnya bulat yang


dilingkupi oleh berbagai bintang dari berbagai sisinya sebagaimana ditunjukkan
oleh dalil akal, indera dan kesaksian dan sebagaimana diketahui oleh banyak
orang, khususnya di masa sekarang di mana banyak orang mencapai berbagai
penjuru jauh dengan alat-alat yang dikaruniakan Allah pada mereka yang bisa
mendekatkan jarak yang jauh. Bentuk hamparan hanya menafikan bulatan
sesuatu yang kecil, yang seandainya dibentangkan tidak lagi berbentuk bulat.
Lain halnya dengan bentuk bumi yang amat besar dan luas. Sehingga bentuk
bumi ini adalah bulat terhampar. Kedua hal tersebut tidak saling menafikan satu
sama lain sebagaimana hal itu diketahui oleh para ahlinya.

3. QS. Ali Imron/3: 190-191

ِ ‫ﺖ ِّﻷ ُ ۟ﻭ ِﻟﻰ ْٱﻷ َ ْﻟ ٰ َﺒ‬


‫ﺐ‬ ٍ ‫ﺎﺭ َﻝ َءﺍ ٰ َﻳ‬ ِ ‫ٱﺧ ِﺘ ٰ َﻠ‬
ِ ‫ﻒ ٱﻟﱠ ْﻴ ِﻞ َﻭٱﻟﻨﱠ َﻬ‬ ِ ‫ﺕ َﻭ ْٱﻷ َ ْﺭ‬
ْ ‫ﺽ َﻭ‬ ِ ‫ﺴ ٰ َﻤ ٰ َﻮ‬ ِ ‫ِﺇ ﱠﻥ ِﻓﻰ ﺧ َْﻠ‬
‫ﻖ ٱﻟ ﱠ‬

Artinya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS.3:190)

Tafsir:

ِ ‫ﺕ َﻭ ْٱﻷ َ ْﺭ‬
( ‫ﺽ‬ ِ ‫ﺴ ٰ َﻤ ٰ َﻮ‬ ِ ‫“ ) ِﺇ ﱠﻥ ِﻓﻰ ﺧ َْﻠ‬Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
‫ﻖ ٱﻟ ﱠ‬
bumi” berikut keajaiban-keajaiban yang ada di dalamnya ( ‫ﺎﺭ‬ ِ ‫ٱﺧ ِﺘ ٰ َﻠ‬
ِ ‫ﻒ ٱﻟﱠ ْﻴ ِﻞ َﻭٱﻟﻨﱠ َﻬ‬ ْ ‫) َﻭ‬
"dan silih bergantinya malam dan siang" dengan datang dan pergi, bertambah
ٍ ‫" ) َﻝ َءﺍ ٰ َﻳ‬benar-benar terdapat tanda tanda" bukti-bukti yang
dan berkurang ( ‫ﺖ‬

ِ ‫“ ) ِّﻷ ُ ۟ﻭ ِﻟﻰ ْٱﻷ َ ْﻟ ٰ َﺒ‬bagi orang-orang yang


menunjukkan kekuasaan Allah ( ‫ﺐ‬
berakal.” Yakni orang-orang yang memiliki akal sehat.

ِ ‫ﺕ َﻭ ْٱﻷ َ ْﺭ‬
َ‫ﺽ َﺭﺑﱠﻨَﺎ َﻣﺎ َﺧﻠَ ْﻘﺖ‬ ِ ‫ﺴ ٰ َﻤ ٰ َﻮ‬ ِ ‫َ ِﻗ ٰ َﻴ ًﻤﺎ َﻭﻗُﻌُﻮﺩ ًﺍ َﻭ َﻋ َﻠ ٰﻰ ُﺟﻨُﻮ ِﺑ ِﻬ ْﻢ َﻭﻳَﺘ َ َﻔ ﱠﻜ ُﺮﻭﻥَ ﻓِﻰ ﺧ َْﻠ‬£‫ٱ‬
‫ﻖ ٱﻟ ﱠ‬ ‫ٱﻟﱠﺬِﻳﻦَ َﻳ ْﺬ ُﻛ ُﺮﻭﻥَ ﱠ‬
َ َ‫ﺳ ْﺒ ٰ َﺤﻨَﻚَ َﻓ ِﻘﻨَﺎ َﻋﺬ‬
◌ِ ‫ﺍﺏ ٱﻟﻨﱠﺎﺭ‬ ُ ‫ٰ َﻫﺬَﺍ ٰ َﺑ ِﻄ ًﻼ‬

Artinya:

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.”(QS.3: 191)

Tafsir:

( َ‫(“ ) ٱﻟﱠﺬِﻳﻦ‬Yaitu) orang-orang yang” ini adalah na'at (sifat) bagi apa yang
disebutkan sebelumnya atau menjadi badal (keterangan pengganti)
‫“ ) ◌َ ْﺫ ُﻛ ُﺮﻭﻥَ ﱠ‬mengingat Allah sambil berdiri, duduk
ُ ‫َ ِﻗ ٰ َﻴ ًﻤﺎ َﻭﻗُﻌُﻮﺩًﺍ َﻭ َﻋ َﻠ ٰﻰ‬£‫ٱ‬
( ‫ﺟﻨُﻮ ِﺑ ِﻬ ْﻢ‬
atau berbaring” merebah, maksudnya dalam segala keadaan dan ada riwayat
dari Ibnu Abbas yang menyebutkan: “Mereka melaksanakan shalat seperti itu
ِ ‫ﺕ َﻭ ْٱﻷ َ ْﺭ‬
menurut kemampuan ( ‫ﺽ‬ ِ ‫ﺴ ٰ َﻤ ٰ َﻮ‬ ِ ‫“ ) َﻭﻳَﺘ َ َﻔ ﱠﻜ ُﺮﻭﻥَ ِﻓﻰ ﺧ َْﻠ‬dan mereka
‫ﻖ ٱﻟ ﱠ‬
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi” agar bisa mereka jadikan
sebagai petunjuk atas kekuasaan penciptanya, seraya berkata: ( ‫ﺧ َﻠ ْﻘﺖَ ٰ َﻫﺬَﺍ‬
َ ‫) َﺭﺑﱠﻨَﺎ َﻣﺎ‬
“Ya Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan ini”, yakni makhluk yang kami
ِ ‫“ ) ٰ َﺑ‬dengan sia-sia.” Ini berkedudukan sebagai haal (keterangan
lihat ini ( ‫ﻄ ًﻼ‬
keadaan). Maksudnya dengan main-main. Tetapi merupakan bukti yang

َ ٰ ‫ﺳ ْﺒ‬
menunjukkan kesempurnaan kekuasaanMu. ( َ‫ﺤﻨَﻚ‬ ُ ) "Maha Suci Engkau."
َ َ‫) َﻓ ِﻘﻨَﺎ َﻋﺬ‬
ِ ‫ﺍﺏ ٱﻟﻨﱠ‬
Untuk mensucikanMu dari tindakan main-main (sia-sia). ( ‫ﺎﺭ‬
“Maka peliharalah kami dari siksa Neraka,”

4. QS. At-Taubah/9: 122

‫ِّﻳﻦ‬ ۟ ‫ﻁﺎ ٓ ِﺋ َﻔﺔٌ ِﻟّ َﻴﺘَﻔَﻘﱠ ُﻬ‬


ِ ‫ﻮﺍ ِﻓﻰ ٱﻟﺪ‬ َ ‫ﻭﺍ َﻛﺎٓﻓﱠﺔً ۚ َﻓ َﻠ ْﻮ َﻻ ﻧَ َﻔ َﺮ ِﻣﻦ ُﻛ ِّﻞ ِﻓ ْﺮ َﻗ ٍﺔ ِ ّﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ‬ ۟ ‫۞ َﻭ َﻣﺎ َﻛﺎﻥَ ْٱﻟ ُﻤﺆْ ِﻣﻨُﻮﻥَ ِﻟ َﻴﻨ ِﻔ ُﺮ‬
َ‫ﻭﺍ َﻗ ْﻮ َﻣ ُﻬ ْﻢ ِﺇﺫَﺍ َﺭ َﺟﻌُ ٓﻮ ۟ﺍ ِﺇ َﻟ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َﻟ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ َﻳﺤْ ﺬَ ُﺭﻭﻥ‬۟ ‫َﻭ ِﻟﻴُﻨﺬ ُِﺭ‬
Artinya:

“Tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu pergi (ke medan perang) secara
keseluruhan. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka itu
sekelompok orang untuk memperdalam ilmu (pengetahuan) mereka tentang
agama dan supaya mereka dapat memberikan peringatan kepada kaum mereka
apabila telah kembali kepada mereka, agar mereka waspada.” (QS.9: 122)

Tafsir:

Setelah mereka dikecam akibat mangkir dari medan jihad dan Nabi mengirim
sebuah pasukan kecil, mereka berangkat semua. Lalu turunlah firmanNya:
۟ ‫“ ) َﻭ َﻣﺎ َﻛﺎﻥَ ْٱﻟ ُﻤﺆْ ِﻣﻨُﻮﻥَ ِﻟ َﻴﻨ ِﻔ ُﺮ‬Tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu pergi” ke
( ‫ﻭﺍ‬

medan perang ( ‫“ ) َﻛﺎٓﻓﱠﺔً ۚ َﻓ َﻠ ْﻮ َﻝ‬secara keseluruhan. Mengapa tidak” hendaknya

(‫“ ) َﻧ َﻔ َﺮ ِﻣﻦ ُﻛ ِّﻞ ِﻓ ْﺮ َﻗ ٍﺔ‬pergi dari tiap-tiap golongan” kabilah ( ٌ‫ﻁﺎ ٓ ِﺋ َﻔﺔ‬
َ ‫“ ) ِ ّﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ‬di
antara mereka itu sekelompok orang” sejumlah orang dan sisanya tinggal di
rumah ( ◌۟ ‫" ) ِﻟّ َﻴﺘ َ َﻔﻘﱠ ُﻬﻮﺍ‬agar mereka memperdalam" yakni orang-orang yang tinggal

itu ( ‫ﺟﻌُ ٓﻮ ۟ﺍ ِﺇ َﻟ ْﻴ ِﻬ ْﻢ‬ ۟ ‫ِّﻳﻦ َﻭ ِﻟﻴُﻨﺬ ُِﺭ‬


َ ‫ﻭﺍ َﻗ ْﻮ َﻣ ُﻬ ْﻢ ِﺇﺫَﺍ َﺭ‬ ِ ‫“ ) ِﻓﻰ ٱﻟﺪ‬ilmu (pengetahuan) mereka tentang
agama dan supaya mereka dapat memberikan peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya” dari medan perang dengan cara
mengajari mereka tentang hukum-hukum yang telah mereka pelajari ( ‫َﻟ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ‬

َ‫“ ) َﻳﺤْ ﺬَ ُﺭﻭﻥ‬agar mereka waspada” terhadap hukuman Allah dengan cara
menunaikan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Ibnu Abbas berkata, “Ketentuan ini ditakhshish (dibatasi) dengan


pengiriman pasukan kecil. Sedangkan ketentuan sebelumnya ditakhshish
(dibatasi) dengan larangan bagi seseorang untuk mangkir dari jihad apabila Nabi
pergi ke medan jihad.
5. QS. Al-Ankabut/29: 19-20

َ ‫ﺉ ﷲُ ْﺍﻟﺨ َْﻠﻖَ ﺛ ُ ﱠﻢ ﻳُ ِﻌ ْﻴﺪُﻩُ ﺍ ﱠِﻥ ﺫَ ﻟِﻚَ َﻋ‬


‫ﻠﻰ ﷲِ َﻳ ِﺴﻴ ٌْﺮ‬ َ ‫ﺍ َ َﻭ َﻟ ْﻢ َﻳ َﺮ ْﻭﺍ َﻛﻴ‬
ُ ‫ْﻒ ﻳُ ْﺒ ِﺪ‬

Artinya:
“Dan tidakkah mereka memperhatikan bagaimana Allah menciptakan makhluk
dari awal, kemudian Dia mengembalikannya (seperti semula). Sesungguhnya
hal itu adalah mudah bagi Allah.” (QS.29: 19)

Tafsir:

( ‫" ) ﺍ َ َﻭ َﻟ ْﻢ َﻳ َﺮ ْﻭﺍ‬Dan tidakkah mereka melihat" -dibaca dengan huruf ya' ( ‫ ) َﻳ َﺮ ْﻭﺍ‬dan
dibaca dengan huruf ta’ ( ) “kamu melihat”, maksudnya memperhatilkan"
( ‫ﺉ ﷲُ ْﺍﻟﺨ َْﻠﻖَ ﺛ ُ ﱠﻢ‬ َ ‫“ ) َﻛﻴ‬bagaimana Allah menciptakan makhluk dari awal,
ُ ‫ْﻒ ﻳُ ْﺒ ِﺪ‬
ُ ‫) ﻳُ ْﺒ ِﺪ‬, dan dibaca
kemudian” -dibaca dengan dhammah pada huruf pertamanya ( ‫ﺉ‬
dengan fathah padanya ( ) dari kata ( ) dan ( ) dengan satu makna,
yaitu Allah menciptakan mereka dari awal- ( ُ‫“ ) ﻳُ ِﻌ ْﻴﺪُﻩ‬Dia mengembalikannya”,

yakni makhluk itu seperti semula. ( َ‫“ ) ﺍ ﱠِﻥ ﺫَ ﻟِﻚ‬Sesungguhnya hal itu”, yakni

penciptaan yang pertama dan kedua tersebut ( ٌ◌‫ﺴﻴْﺮ‬


ِ ‫ﻠﻰ ﷲِ َﻳ‬
َ ‫“ ) َﻋ‬adalah mudah
bagi Allah.” Jadi, bagaimana mungkin mereka mengingkari penciptaan yang
kedua?

ُ ‫ْﻒ َﺑﺪَﺍ ﺍ َ ْﻟﺨ َْﻠﻖَ ﺛ ُ ﱠﻢ ﷲُ ﻳُ ْﻨ ِﺸ‬


‫ﺊ ﺍﻟ َﻨ ْﺸﺄ َ ﺓ َ ْﺍﻻَ ِﺧ َﺮ ﺓ َ ﺍ ﱠِﻥ ﷲَ َﻋ َﻠﻰ‬ ُ ‫ﺽ َﻓﺎ ْﻧ‬
َ ‫ﻈ ُﺮ ْﻭﺍ َﻛﻴ‬ ِ ‫ﻗُ ْﻞ ِﺳﻴ ُْﺮ ْﻭﺍ ِﻓﻰ ْﺍﻻَ ْﺭ‬
ْ ‫ُﻛ ِّﻞ ﺷ‬
‫َﻲ ءٍ َﻗ ِﺪ ﻳ ُْﺮ‬
Artinya:
“Katakanlah: ‘Berjalanlah kamu di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana
Allah menciptakan makhluk dari awal, kemudian Allah membangkitkannya
untuk yang terakhir kali. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS.29: 20)
( َ‫ْﻒ َﺑﺪَﺍ ﺍ َ ْﻟﺨ َْﻠﻖ‬ ُ ‫ﺽ َﻓﺎ ْﻧ‬
َ ‫ﻈ ُﺮ ْﻭﺍ َﻛﻴ‬ ِ ‫“ ) ﻗُ ْﻞ ِﺳﻴ ُْﺮ ْﻭﺍ ِﻓﻰ ْﺍﻻَ ْﺭ‬Katakanlah: Berjalanlah
kamu di muka buami, lalu perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan makhluk
dari awal” bagi orang-orang yang ada sebelum kemu dan mematikan mereka
(َ ‫ﺊ ﺍﻟ َﻨ ْﺸﺄ َ ﺓ َ ْﺍﻻَ ِﺧ َﺮ ﺓ‬
ُ ‫“ ) ﺛ ُ ﱠﻢ ﷲُ ﻳُ ْﻨ ِﺸ‬kemudian Allah membangkitkannya untuk yang
terakhir kali.” Dibaca panjang ( ) dan dibaca pendek disertai dengan sukun
pada huruf syin. ( َ ‫ﺸﺄ َ ﺓ‬
ْ ‫) ﺍﻟ َﻨ‬

ْ ‫“) ﺍ ﱠِﻥ ﷲَ َﻋ َﻠﻰ ُﻛ ِّﻞ ﺷ‬Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
( ‫َﻲ ءٍ َﻗ ِﺪ ﻳ ُْﺮ‬
sesuatu.” Termasuk memulai penciptaan dan mengembalikannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap
atau permenen sebagai akibat latihan dan pengalaman. Secara sederhana, belajar
berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu pengetahuan
(kepandaian, keterampilan). Mengajar adalah suatu kegiatan memberikan
pelajaran yang dilakukan pendidik terhadap peserta didik. Mengajar adalah
suatu kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada murid. Jadi
belajar dan mengajar adalah suatu proses adanya interaksi antara anak didik
dengan pendidik dalam rangka transfer pengetahuan, nilai-nilai dan sikap dalam
kegiatan pendidikan di kelas.

Jadi hubungan materi belajar dan mengajar dengan ayat-ayat yang telah
disebutkan (Q.S. Al-alaq ayat 1-5, Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20, Q.S At-taubah
ayat 122, Q.S Ali-Imran ayat 191 Dan Q.S Al- Ankabut ayat 19-20.) adahal
beberapa ayat tersebut mengajak kita untuk berfikir, mengajak kita untuk
belajar, mengamalkan dan mengajarkan ilmu yang kita miliki kepada orang yang
tidak tau, karena dalam sebuah atsar disebutkan di dalam atsar juga disebutkan
“barangsiapa yang mengamalkan apa yang dia ketahui, maka Allah akan
mewariskan kepadanya apa yang tidak diketahui sebelumnya”

B. Saran
Penulisan makalah yang kami buat tentu masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurna, saya harapkan adanya saran dari para pembaca agar
dapat memberikan masukan jika di dalam makalah ini memiliki kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di. 1426 H. Tafsir Al-Qur’an (7). D ARUL
HAQ, jakarta. dar Ibn al-Jauzi, KSA 1426 H. (Cet. II).

Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahalli Al-Imam


Jalaluddin Abdirahman bin Abu Bakar As-Suyuthi. 2015 M. Tafsir Jalalain
jilid 1. PT. eLBA Fitrah Mandiri Sejahtera Jl. Medokan semampir indah VII
no. 6 surabaya 60119.

Al-Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahalli Al-Imam


Jalaluddin Abdirahman bin Abu Bakar As-Suyuthi. 2015 M. Tafsir Jalalain
jilid 2. PT. eLBA Fitrah Mandiri Sejahtera Jl. Medokan semampir indah VII
no. 6 surabaya 60119.

Anda mungkin juga menyukai