Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Lanjut Usia (Lansia)

a. Definisi

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas. Menua bukanlah

suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan

perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-

Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan

pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkakan

kondisi sosial masyarakat Yang makin membaik dan usia harapan hidup makin

meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut

usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial

lanjut usia hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya

bangsa. (Siti, Nur K, 2016:3).

b. Batasan Lanjut Usia (Lansia)

1) Menurut WHO (World Health Organication):

a) Usia pertengahan (middle age) ialah usia 45-59 tahun,


b) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,

c) Usia tua (old) :75-90 tahun,

d) Usia sangat tua (very old) adalah usia >90 tahun.

2) Menurut Depkes RI (2013) :

a) Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

b) Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Ciri-ciri Lansia

1) Lansia merupakan periode kemunduran.

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari dari faktor fisik dan faktor

psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada

lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan

kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada

juga lansia yang juga memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik

pada lansia akan lebih lama terjadi.

2) Lansia memiliki status kelompok minoritas

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan

terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia

yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di

masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang

rasa kepasa orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.

3) Menua membutuhkan perubahan peran


Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami

kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya

dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari

lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai

ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak meberhentikan lansia serbagai ketua

RW karena usianya.

4) Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung

mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan

bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat

penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal

bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena

dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia

menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga

diri yang rendah.

a. Perkembangan Lansia

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di

dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia

merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami

proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia
yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,

mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya

sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada

makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan

kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan

degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan

jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka

lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan

dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat

berbagai perbedaan teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses

ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetik.

b. Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia

Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam memudahkan petugas

kesehatan dalam memberikan pelyanan sosial, kesehatan, perawatan dan

meningkatkan mutu pelayanan bagi lansia. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia

terdiri dari :

1) Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada tahap yang setinggi-tingginya,

sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.

2) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental

3) Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatu

penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian yang optimal.


4) Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang

berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat menghadapi kematian dengan

tenang dan bermartabat.

Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat

informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial lansia

dan pusat pemberdayaan lansia.

2. Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan kronis yang

ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri

(Nur, Yanita 2017:2). Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan

tekanan darah manusia. Tekanan darah itu sendiri didefinisikan sebagai tekanan

yang terjadi di dalam pembuluh arteri manusia ketika darah di pompa oleh

jantung keseluruh anggota tubuh. Angka yang ditunjukkan ada dua kategori yaitu

angka sistolik dan diastolic (Ridwan, M. 2017:1). Hipertensi atau tekanan darah

tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah

arteri secara terus menerus lebih dari satu periode (Udjianti, 2010:101)

b. Etiologi

Menurut Udjianti (2010:102-103) penyebab hipertensi terbagi menjadi dua

golongan :
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang

di definisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui

penyebabnya (idiopatik) beberapa faktor di duga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi esensial yaitu faktor genetic, jenis kelamin dan usia

, diet, berat badan dan gaya hidup.

2) Hipertensi sekunder

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder,

yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi

fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor

pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain :penggunaan kontrasepsi

oral, coarctation aorta, neurogenic (tumor otak, ensefalitis, gangguan

psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intra vaskular, luka bakar dan

stress.

c. Klasifikasi

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan darah Tekanan Sistolik dan Diastolik


(mmHg)

Normal Sistole < 120 dan Diastolik < 80

Pre hipertensi Sistole 120-139 dan Diastolik 80-89

Hipertensi Stadium 1 Sistole 140-159 dan Diastolik 90-99

Hipertensi Stadium II Sistole >160 dan Diastolik >100


Sumber (Pudiastuti, 2015: 18)

d. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)

dengan total pertahanan perifer. Empat system kontrol yang berperan dalam

mempertahankan tekanan darah antara lain system baroreseptor arteri, pengaturan

volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan auto regulasi vascular.

Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam aorta dan

dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri. Sistem

baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme

perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi

dengan penurunan tonus simpatis (Udjianti, 2010:103-104)

e. Manifestasi klinis

Menurut Pudiastuti (2015:27) manifestasi klinis pada pasien dengan hipertensi

sebagai berikut :

1) Penglihatan kabur karena kerusakan retina

2) Nyeri pada kepala

3) Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial

4) Edema dependen

5) Adanya pembengkakan karena meningkatkan tekanan perifer

f. Komplikasi
Menurut M. Ridwan (2017:35) komplikasi pada pasien dengan hipertensi sebagai

berikut :

1) Stroke

Stroke dan hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang sangat

berbahaya serta mematikan. Hipertensi dapat memicu munculnya stroke pada

seseorang. Penderita stroke dapat juga disebabkan oleh tekanan darah tinggi

(hypertensi) yang sering mengakibatkan munculnya pendarahan di otak yang

disebabkan pecahnya pembuluh darah. Sumbatan pada pembuluh darah baik

berupa thrombus maupun emboli dapat mengakibatkan sel-sel otak tidak

tersuplai kebutuhan oksigennya.

2) Serangan Jantung dan Gagal Jantung

Jantung merupakan salah satu organ vital manusia yang memiliki fungsi

sebagai organ pemompa darah manusia. Serangan jantung merupakan

kematian pada arteri koroner dalam jangka waktu yang lama. Arteri koroner

ini merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen

ke jantung. Oleh karena itu, ketika terjadi serangan jantung kadang-kadang

diikuti dengan kematian. Serangan jantung dapat mengakibatkan kerusakan

bagian otot jantung akibat pasokan darah mendadak berkurang pada bagian

otot jantung. Serangan jantung kadang diikuti perasaan nyeri di dada.

3) Kerusakan ginjal

Orang yang mengidap penyakit hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya

kerusakan ginjal. Hal ini disebabkan ginjal merupakan organ yang


mengendalikan tekanan darah manusia. Pengendalian tekanan darah ini

dilakukan melalui beberapa mekanisme yaitu jika tekanan darah meningkat

maka ginjal akan semakin aktif mengeluarkan garam dan air sehingga

volume darah berkurang serta mengembalikan tekanan darah menuju normal.

Kondisi yang berbeda terjadi ketika tekanan darah menurun. Ketika hal ini

terjadi maka ginjal akan mengurangi pengeluaran garam dan air keluar tubuh.

Tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg dapat mengakibatkan aliran

darah ke ginjal dapat terganggu sehingga dapat menimbulkan gangguan

aliran darah pada ginjal. Apabila salah satu faktor pendukung kerja ginjal

seperti aliran darah ke ginjal, jaringan ginjal atau saluran pengeluaran ginjal

terganggu atau rusak dapat merusak fungsi ginjal.

3. Jus Mentimun

a. Deskripsi tanaman mentimun

Nama ilmiah mentimun ialah Cucumis sativus. Tanaman mentimun

merupakan tanaman semusim, yaitu setelah berbunga dan berbuah tanaman

akan mati. Perbungaannya pun berumah satu (monoecious) dengan tipe bunga

jantan dan bunga hermaprodit (banci). Bunga pertama (jantan) yang

dihasilkan biasanya pada usia 4-5 minggu. Sedangkan, bunga-bunga

selanjutnya adalah bunga banci. Apabila pertumbuhannya baik, maka 1

tumbuhan yang menghasilkan 20 buah. Tetapi, biasanya jumlah buah dibatasi

untuk menghasilkan ukuran buah yang baik. Perubahan warna pada mentimun

ketika masih muda adalah hijau dengan larik-larik putih kekuningan. Jika
mentimun sudah tua atau masak, maka warnanya akan berubah menjadi hijau

pucat, bahkan sampai putih (Tiara putri, 2019:6).

b. Kandungan gizi jus mentimun

Mentimun memiliki kandungan gizi yang cukup baik karena merupakan

sumber mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 gram mentimun

terdiri dari 15 kalori, 0,8 gram protein, 0,1 gram pati, 3 gram karbohidrat, 30

mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 mg thiamine, 0,01 mg nribolvalin, 14 mg asam,

0,45 mg vitamin A, 0,3 mg vitamin B1, dan 0,2 mg vitamin B2.

Kandungan dan komposisi gizi buah mentimun tiap 100 gram

Kandungan gizi Kadar

Energy (kalori) 15 cal

Protein 0.8 gr

Pati 0.1 gr

Karbohidrat 3 gr

Fosfor 30 mg

Zat besi 0.5 mg

Thiamine 0.02 mg

Ribovlafin 0.01 mg

Vitamin A 0.45 S.I

Vitamin B1 0.3 mg
Vitamin B2 0.2 mg

Asam 14 mg

Vitamin C 10 mg

Kalium 147 mg

Sumber : (Tiara putri, 2019:18)

4. Pengaruh jus mentimun terhadap hipertensi

Kandungan mineral dari mentimun ialah potasium, magnesium, dan fosfor yang dapat

mengobati hipertensi. Selain itu, mentimun yang bersifat uretic dan kandungan airnya

yang tinggi juga berfungsi sebagai penurun tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Mengonsumsi mentimun juga dapat menurunkan berat badan karena kandungan

kalotinya yang rendah dan kaya serat (Tiara putri, 2019:18:19).

B. Kerangka Konsep

Output
Input Proses
Di dapatkan
Lansia dengan 1. Mengukur
hasil :
hipertensi grade tekanan darah pre
Terjadinya
1 yang berada di pemberian jus
penurunan
wilayah kerja mentimun.
tekanan darah
puskesmas 2. Pemberian jus
post pemberian
kumun. mentimun.
jus mentimun.
3. Mengukur
C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka konsep maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah jus mentimun berpengaruh terhadap tekanan darah lansia.

D. Definisi Operasional

Definisi Skala Alat


Variabel Cara ukur Hasil
operasional ukur ukur
Variable Jus yang Aturan Ordinal Tensi 1. Tekanan

independen: dubuat dari minum: meter darah tetap.

pemberian mentimun satu kali 2. Tekanan


jus dengan cara sehari darah

mentimun mentimun selama menurun.

diblender tujuh hari. 3. Tekanan

atau jusser Hentikan darah

dengan sampai meningkat.

bijinya dengan

sampai tekanan

halus darah

kemudian responden

diminum. stabil atau

telah

mencapai

waktu satu

minggu

Anda mungkin juga menyukai