Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan

kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada

dinding pembuluh darah arteri (Nur, Yanita 2017:2). Hipertensi

merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah

manusia. Tekanan darah itu sendiri didefinisikan sebagai tekanan

yang terjadi di dalam pembuluh arteri manusia ketika darah di

pompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh. Angka yang

ditunjukkan ada dua kategori yaitu angka sistolik dan diastolic

(Ridwan, M. 2017:1). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah

suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah

arteri secara terus menerus lebih dari satu periode (Udjianti,

2010:101).

11
12

a. Etiologi

Menurut Udjianti (2010:102-103) penyebab hipertensi terbagi

menjadi dua golongan :

1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

esensial yang di definisikan sebagai peningkatan tekanan darah

yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik) beberapa faktor

di duga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial

yaitu faktor genetic, jenis kelamin dan usia, diet, berat badan

dan gaya hidup.

2) Hipertensi sekunder

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan

darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti

penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus

munculnya hipertensi sekunder antara lain :penggunaan

kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenic (tumor otak,

ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan

volume intra vaskular, luka bakar dan stress.


13

b. Klasifikasi

Tabel 2.1

Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan darah Tekanan Sistolik dan Diastolik

(mmHg)

Normal Sistole < 120 dan Diastolik < 80

Pre hipertensi Sistole 120-139 dan Diastolik 80-

89

Hipertensi Stadium 1 Sistole 140-159 dan Diastolik 90-

99

Hipertensi Stadium II Sistole >160 dan Diastolik >100

Sumber (Pudiastuti, 2015: 18)

c. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output

(curah jantung) dengan total pertahanan perifer. Empat system

kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah

antara lain system baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan

tubuh, sistem renin angiotensin dan auto regulasi vascular.

Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga

dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor

derajat tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan


14

peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan

jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi

dengan penurunan tonus simpatis (Udjianti, 2010:103-104).

d. Manifestasi klinis

Menurut Pudiastuti (2015:27) manifestasi klinis pada pasien

dengan hipertensi sebagai berikut :

1) Penglihatan kabur karena kerusakan retina

2) Nyeri pada kepala

3) Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial

4) Edema dependen

5) Adanya pembengkakan karena meningkatkan tekanan perifer

e. Komplikasi

Menurut M. Ridwan (2017:35) komplikasi pada pasien dengan

hipertensi sebagai berikut :

1) Stroke

Stroke dan hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang

sangat berbahaya serta mematikan. Hipertensi dapat memicu

munculnya stroke pada seseorang. Penderita stroke dapat juga

disebabkan oleh tekanan darah tinggi (hypertensi) yang sering

mengakibatkan munculnya pendarahan di otak yang

disebabkan pecahnya pembuluh darah. Sumbatan pada

pembuluh darah baik berupa thrombus maupun emboli dapat


15

mengakibatkan sel-sel otak tidak tersuplai kebutuhan

oksigennya.

2) Serangan Jantung dan Gagal Jantung

Jantung merupakan salah satu organ vital manusia yang

memiliki fungsi sebagai organ pemompa darah manusia.

Serangan jantung merupakan kematian pada arteri koroner

dalam jangka waktu yang lama. Arteri koroner ini merupakan

pembuluh darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen

ke jantung. Oleh karena itu, ketika terjadi serangan jantung

kadang-kadang diikuti dengan kematian. Serangan jantung

dapat mengakibatkan kerusakan bagian otot jantung akibat

pasokan darah mendadak berkurang pada bagian otot jantung.

Serangan jantung kadang diikuti perasaan nyeri di dada.

3) Kerusakan ginjal

Orang yang mengidap penyakit hipertensi dapat

mengakibatkan terjadinya kerusakan ginjal. Hal ini disebabkan

ginjal merupakan organ yang mengendalikan tekanan darah

manusia. Pengendalian tekanan darah ini dilakukan melalui

beberapa mekanisme yaitu jika tekanan darah meningkat maka

ginjal akan semakin aktif mengeluarkan garam dan air

sehingga volume darah berkurang serta mengembalikan

tekanan darah menuju normal. Kondisi yang berbeda terjadi

ketika tekanan darah menurun. Ketika hal ini terjadi maka

ginjal akan mengurangi pengeluaran garam dan air keluar


16

tubuh. Tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg dapat

mengakibatkan aliran darah ke ginjal dapat terganggu

sehingga dapat menimbulkan gangguan aliran darah pada

ginjal. Apabila salah satu faktor pendukung kerja ginjal seperti

aliran darah ke ginjal, jaringan ginjal atau saluran pengeluaran

ginjal terganggu atau rusak dapat merusak fungsi ginjal.

2. Konsep Lanjut Usia (Lansia)

a. Pengertian

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas.

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang

berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan

proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-

Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa

pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan

masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945, telah menghasilkakan kondisi sosial

masyarakat Yang makin membaik dan usia harapan hidup makin

meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak

diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan

aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia hakikatnya


17

merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.

(Siti, Nur K, 2016:3).

b. Batasan Lanjut Usia (Lansia)

1) Menurut WHO (World Health Organication):

a) Usia pertengahan (middle age) ialah usia 45-59 tahun,

b) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,

c) Usia tua (old) :75-90 tahun,

d) Usia sangat tua (very old) adalah usia >90 tahun.

2) Menurut Depkes RI (2013) :

a) Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

b) Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Ciri-ciri Lansia

1) Lansia merupakan periode kemunduran.

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari dari faktor fisik

dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting

dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki

motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan

mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga

lansia yang juga memiliki motivasi yang tinggi, maka

kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.


18

2) Lansia memiliki status kelompok minoritas

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak

menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat

yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang

mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat

menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai

tenggang rasa kepasa orang lain sehingga sikap sosial

masyarakat menjadi positif.

3) Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai

mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran

pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri

bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia

menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai ketua RW,

sebaiknya masyarakat tidak meberhentikan lansia serbagai

ketua RW karena usianya.

4) Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka

cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga

dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari

perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia

menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama

keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan

karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang


19

menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat

tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.

a. Perkembangan Lansia

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan

manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir

kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses

penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap

penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,

dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,

mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat

melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan

merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk

tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas

fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan

degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru,

saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif

yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit,

sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain.

Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai

perbedaan teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa

proses ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetik.


20

a. Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia

Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam

memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan pelyanan

sosial, kesehatan, perawatan dan meningkatkan mutu pelayanan

bagi lansia. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :

1).Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada tahap yang

setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau

gangguan.

2).Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik

dan mental

3).Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang

menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat

mempertahankan kemandirian yang optimal.

4).Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian

pada lansia yang berada dalam fase terminal sehingga lansia

dapat menghadapi kematian dengan tenang dan bermartabat.

Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial

lansia, pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat

pengembangan pelayanan sosial lansia dan pusat pemberdayaan lansia.


21

3. Rebusan Air Belimbing Wuluh

a. Deskripsi Rebusan Air Belimbing Wuluh

Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan tanaman

yang tumbuh dan ditanam di Asia sampai perbukitan Asia

Tenggara, dan tanaman ini tersebar secara luas di Indonesia.

Belimbing wuluh dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga

dataran tinggi yang kurang dari 750 dpl. Perbanyakan tanaman ini

bisa melalui cangkok, biji, atau persemian benih setelah

dibersihkan dan dikeringkan. Tanaman ini dapat berbuah sepanjang

tahun, khususnya pada musim kemarau. Hingga saat ini, belimbing

wuluh hanya ditanam seadanya di perkarangan rumah. Belum

ditemukan adanya penanaman secara perkebunan. Belimbing

wuluh (Averrhoa bilimbi). Bagian daunnya berkhasiat untuk

mengatasi Hipertensi, antipiretik, mengobati gondongan,

antibakteri, menurunkan kadar glukosa darah, dan mengatasi

rematik (Edi dkk, 2013:95-96).

Daun Belimbing Wuluh mengandung beberapa senyawa,

diantaranya flavonoid, diterpen alkohol asiklik, dietil flafat, tanin,

sulfur, asam sitrat, asam format, dan kalium sitrat (Juneadi dkk,

2013:48). Belimbing Wuluh mengandung kalium sitrat, yang

berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan

meningkat, hal tersebut dapat membantu menurunkan tekanan

darah. Kandungan flavanoid pada daun belimbing wuluh memiliki


22

potensi sebagai antioksidan yang berguna untuk menurunkan

tekanan darah (Putri, 2011. Edi dkk, 2013)

b. Kandungan Buah Belimbing Wuluh

Belimbing Wuluh memiliki kandungan gizi yang cukup baik yang

terdiri dari 31 kalori, 0,73 gram karbohidrat, 3,98 gram gula, 2,8

gram diiet serat, 0,33 gram lemak, 1,04 gram protein, 0,39

mg(8%)asam pantotenat(B5), 12 mg(3%)Folat(Vit.B9), 34,4

mg(57%)vitamin C, 12 mg(2%)Fosfor, 133mg(3%)kalium, 0,12

m(1%) seng.
23

Kandungan dan komposisi gizi belimbing wuluh per 100 gram.

Kandungan gizi Kadar

Energy (kalori) 31 cal

Karbohidrat 6,73 g

Gula 3,98 g

Diet serat 2,8 g

Lemak 0,33 g

Protein 1,04 g

Asam Pantotenat(B5) 0,39 mg(8%)

Folat(Vit.B9) 12 mg(3%)

Vitamin C 34,4 mg(57%)

Fosfor 12 mg(2%)

Kalium 133 mg (3%)

Seng 0,12 mg (1%)

Sumber : (winkanda satria putra:2013)

4. Pengaruh rebusan daun belimbing wuluh terhadap hipertensi

Belimbing wuluh memiliki kandungan tanin, glukosid, saponin,

peroksida, sulfur, kalsiumoksalat, dan kalium sitrat. Belimbing wuluh

percaya dapat mengobati berbagai penyakit antara lain mengatasi

diabetes, batuk, sakit gigi, hipertensi, sariawan, dan jerawat, dan


24

bagian daunnya berkhasiat untuk mengatasi hipertensi, antipiretik,

mengobati gondongan, anti bakteri, menurunkan kadar glukosa darah,

dan mengatasi rematik .(Diah purnama sari:2017:75).

B. Kerangka Konsep

Belimbing wuluh memiliki kandungan tanin, glukosid, saponin, peroksida,

sulfur, kalsiumoksalat, dan kalium sitrat. Belimbing wuluh percaya dapat

mengobati berbagai penyakit antara lain mengatasi diabetes, batuk, sakit

gigi, hipertensi, sariawan, dan jerawat, dan bagian daunnya berkhasiat

untuk mengatasi hipertensi,antipiretik,mengobati gondongan, anti bakteri,

menurunkan kadar glukosa darah, dan mengatasi rematik .(Diah purnama

sari:2017:75).

Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Pemberian Rebusan air daun Penurunan Tekanan Darah


belimbing wuluh Pada Lansia Hipertensi

Input Proses Output

1. Mengukur
tekanan darah pre
pemberian
Di dapatkan
Lansia di Rebusan air daun
hasil :
wilayah kerja belimbing wuluh
Terjadinya
puskesmas 2. pemberian
penurunan
semurup Rebusan air daun
tekanan
belimbing wuluh
darah post
3. Mengukur
pemberian
tekanan darah
Rebusan air
post pemberian
daun
Rebusan air daun
belimbing
belimbing wuluh
25

C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka konsep maka

hipotesis dalam penelitian ini rebusan air belimbing wuluh berpengaruh

terhadap tekanan darah lansia.

D. Definisi Operasional

Definisi Cara Skala Alat


Variabel Hasil
operasional ukur ukur ukur

Variable Belimbing Aturan Ordinal 1.Tensi 1. T


independen: wuluh yang minum: meter ekanan
pemberian telah dicuci sehari 2 2. darah
Rebusan air dan kali stestoskop tetap.
daun dipotong- setiap 2. T
belimbing potong,lalu pagi dan ekanan
wuluh direbus sore hari darah
dengan 3 setelah menurun.
gelas air makan 3. T
hingga ekanan
mendidih darah
dan menjadi meningkat
1 gelas .
air.setelah
didiamkan
beberapa
saat,saring
dan sajikan

Anda mungkin juga menyukai