M”
DENGAN MASALAH HIPERTENSI DI RW VI
KELURAHAN LOMPOE KECAMATAN BACUKIKI
Oleh :
SAFITRI NADILA
PO713202201059
TINGKAT IIIB
TAHUN 2022
A. Konsep dasar Hipertensi
1. Defenisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)
dan angka kematian (mortalitas). (Triyanto E, 2014)
Tekanan darah tinggi atau Hipertensi berarti tekanan tinggi di dalam arteri-
arteri. Arteri arteri adalah pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah dari jantung
yang memompa ke seluruh jaringan dan organ-organ tubuh. (Pudiastuti, 2016)
Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan
jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Pudiastuti R D, 2016).
2. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi 3 yaitu (Pudiastuti R D, 2016):
a. Secara genetis menyebabkan kelainan berupa:
1) Gangguan fungsi barostat renal
2) Sensitifitas terhadap konsumsi garam
3) Abnormalitas transportasi natrium kalium
4) Respon SSP (Sistem Saraf Pusat) terhadap stimulasi psiko-sosial
5) Gangguan metabolisme (glukosa, lipid, dan resistensi insulin)
b. Faktor lingkungan
1) Faktor psikososial: kebiasaan hidup, pekerjaan, stress mental, aktivitas fisik,
status sosial ekonomi, keturunan, kegemukan, dan konsumsi minuman keras
2) Faktor konsumsi garam
3) Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cartison) dan
beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat anti radang (anti-inflamasi)
secara terus-menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang,
merokok dan minum minuman beralkohol juga termasuk salah satu faktor yang
dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi
c. Adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah
1) Pada jantung: terjadi hypertropi dan hyperplasia miosit
2) Pada pembuluh darah: terjadi vaskuler hypertropi
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pumbuluh darah terletak di
pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jelas saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergetar ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron pre-ganglion ke pumbuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pumbuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pumbuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor.
Nyeri kepala ini sering ditandai dengan sensasi prodromal misal mual, pengelihatan
kabur, auravisual, atau tipe sensorik halusinasi. Salah satu teori penyebab nyeri kepala
migrain ini akibat dari emosi atau ketegangan yang berlangsung lama yang akan
menimbulkan reflek vasospasme beberapa pembuluh arteri kepala termasuk pembuluh
arteri yang memasok ke otak. Secara teoritis, vasospasme yang terjadi akan
menimbulkan iskemik pada sebagian otak sehingga terjadi nyeri kepala. Hall, 2012
dalam (Mulyadi, 2016).
4. Manifestasi Klinis
a. Penglihatan kabur karena kerusakan retina
b. Nyeri pada kepala
c. Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intracranial
d. Edema dependent
e. Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler
(Pudiastuti R D, 2016).
5. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk Hipertensi bertujuan mengurangi morbiditas dan mortalitas
dan mengontrol tekanan darah. Dalam pengobatan Hipertensi ada 2 cara yaitu:
a. Pengobatan nonfarmakologik
Pengobatan ini dilakukan dengan cara:
1) Pengurangan berat badan: penderita Hipertensi yang obesitas dianjurkan
untuk menurunkan berat badan, membatasi asupan kalori dan peningkatan
pemakaian kalori dengan latihan fisik yang teratur
2) Menghentikan merokok: merokok tidak berhubungan langsung dengan
Hipertensi tetapi merupakan faktor utama penyakit kardiovaskuler.
3) Menghindari alkohol: alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan
menyebabkan resistensi terhadap obat anti Hipertensi.
4) Melakukan aktivitas fisik: penderita Hipertensi tanpa komplikasi dapat
meningkatkan aktivitas fisik secara aman.
5) Membatasi asupan garam: kurangi asupan garam sampai kurang dari 100
mmol perhari atau kurang dari 2,3 gram natrium atau kurang dari 6 gram
NaCl.
b. Pengobatan Farmakologi
Pengobatan farmakologi pada setiap penderita Hipertensi memerlukan
pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya Hipertensi, kelainan organ dan
faktor resiko lain. Berdasarkan cara kerjanya, obat Hipertensi terjadi beberapa
golongan, yaitu diuretik yang dapat mengurangi curah jantung, beta bloker,
penghambat ACE, antagonis kalsium yang dapat mencegah vasokonstriksi. Pada
beberapa kasus, dua atau tiga obat Hipertensi dapat diberikan. Pengobatan
Hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat:
1) Diuretic (Tabel Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)). Merupakan
golongan obat Hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine.
Tetapi karena potassium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka
pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan.
2) Beta-blockers (Atenolol (Tenorim), Capoten (Captropil)). Merupakan obat
yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses
memperlambat kerja jantung dan memperlebar (Vasodilatasi) pembuluh
darah.
3) Calcium Channel blockers (Norvasc (amlopidine), Angiotensin Converting
Enzyme (ACE)). Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam
pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui proses relaksasi pembuluh
darah yang juga memperlebar pembuluh darah. (Pudiastuti R D, 2016).
6. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi juga banyak dungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO
menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan darah
meningkat tanpa gela-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler.
Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya
gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan
darah meningkat dengan gejala-gejala yang jelas dari kerusakan dan ganggguan faal
dari target organ. Sedangkan JVC VII, klasifikasi hipertensi adalah :
7. Pemeriksaan Diagnosis
1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-
Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan
nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial
masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga
jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif
dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan
pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan,
yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
2. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut:
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old): 75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
3. Ciri-Ciri Lansia.
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut:
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya
lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi
negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap social masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat
tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian
diri lansia menjadi buruk pula. Contoh: lansia yang tinggal bersama keluarga
sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola
pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
4. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana
pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan).
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya.
A. Pengkajian
Jam : 10.00
1. Identitas
a. Nama : “Ny. M”
e. Agama : Islam
f. Suku : Bugis
b. Pekerjaan sebelumnya :-
c. Sumber pendapatan :-
d. Kecukupan pendapatan :-
b. Penerangan
Cahaya matahari yang masuk kerumah cukup. Klien mengatakan
penerangan dirumahnya menggunakan listrik.
c. Sirkulasi udara
Ventilasi pada rumah klien cukup banyak sebagai tempat sirkulasi udara.
d. Keadaan kamar mandi
Klien memiliki dua WC yaitu WC berada didalam rumah dan WC berada di
halaman samping rumah klien.
e. Pembuangan air kotor
Klien mengatakan pembuangan air kotornya terus ke selokan tetapi klien
tidak memiliki pembuangan air limbah (SPAL) sesuai dengan syarat
kesehatan.
f. Sumber air minum
Sumber air mimum klien adalah air PDAM dan keadaan fisik air yaitu air
tidak berbau , tidak berwarna dan tidak berasa.
g. Pembuangan sampah
Klien mengatakan memiliki tempat sampah kecil dirumah dan pembuangan
sampah akhir dikumpulkan kedepan rumah untuk diambil oleh truk sampah.
h. Sumber pencemaran
Sumber pencemaran terlihat dari selokan samping rumah klien karena
beberapa rumah dekat dari lingkungan kliem membuang air kotor bekas
cucian langsung keselokan.
4. Riwayat Kesehatan
3. Faktor pencetus
4. Timbulnya keluhan
Klien mengatakan timbulnya keluhan bertahap.
5. Upaya mengatasi
Klien mengatakan jika nyerinya timbul, klien beristirahat. Klien
mengatakan kurang mengerti tentang penyakit dan sering menanyakan
pada anaknya atau petugas kesehatan.
6. Klien sekarang tidak mengonsumsi obat apapun.
2. Riwayat alergi
3. Riwayat kecelakaan
61 c ? 65
Keterangan :
: Laki-laki 61 : Klien
5. Pola Fungsional
b. Nutrisi metabolik
Klien mengatakan frekuensi makannya 3 kali sehari yaitu pagi hari, siang
hari dan malam hari..
c. Eliminasi
a. BAK
Klien mengatakan tidak memiliki keluhan saat melakukan BAK dan
frekuensi BAK pada klien 5-7x/ hari dengan warna urin kuning pekat.
b. BAB
Klien mengatakan tidak memiliki keluhan saat melakukan BAB dan
frekuensi BAB pada klien 1x/hari dengan konsistensi lunak.
Klien mengatakan sulit tidur apalagi pada siang hari klien sangat sulit
tidur dikarenakan nyeri kepala dan tengkuknya. Klien mengatakan pada
malam hari , ia terkadang terbangun karena nyeri tengkuk dan kepalanya.
f. Pola Kognitif Persepsi
i. Sexualitas
Tidak diakji.
7. Pengkajian khusus
Benar Salah
Keterangan :
Hasil : Nilai fungsi kognitig klien adalah 2 salah dengan hasil fungsi
intelektual klien masih utuh.
Skor Kriteria
c. MMSE :
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
kognitif maks klien
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar:
✓ Tahun
✓ Musim
✓ Tanggal
✓ Hari
✓ Bulan
Orientasi 5 5 Dimana kita berada:
✓ Negara indonesia
✓ Provinsi sulawesi selatan
✓ Kota parepare
✓ Kelurahan lompoe
✓ Rw VI
✓ 93
✓ 86
X 79
X 72
X 65
✓ Jam tangan
✓ Pulpen
✓ Tak ada,tetapi
✓ Ambil kertas
✓ lipat 2
✓ taruh di lantai
perintahkan klien untuk
mengikuti hal berikut:
✓ Tutup mata anda
perintahkan klien untuk
membuat kalimat dan
suatu gambar
✓ tulis 1 kalimat
menyalin gambar
Total nilai 30 27
Keterangan :
Hasil : Nilai MMSE pada klien berjumlah 27 poin dengan hasil aspek
kognitif dari fungsi mental klien baik.
d. APGAR keluarga :
No Uraian Fungsi Skor
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali Adaptation 2
(teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan
saya.
2 Saya puas dengan cara keluarga Partneship 1
(temanteman) saya membicarakan
sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah .
3 Saya puas bahwa keluarga (teman- Growth 2
teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau kegiatan
baru.
4 Saya puas dengan cara keluarga Affection 1
(temanteman) saya mengekspresikan
efek dan berespon terhadap emosi
saya seperti marah, sedih, atau
mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman Resolvie 2
saya dan saya menyediakan waktu
bersamasama.
Keterangan : Total 8
Selalu : 2
Kadang-kadang : 1
Hasil : Nilai apgar keluarga pada klien berjumlah 8 poin dengan hasil
aspek sosiali apgar keluarga klien sangat baik.
e. Skala Depresi :
Jawaban
Pertanyaan Skor
No
Ya Tidak
Total 2
Keterangan :
f. Screening Fall :
1 Riwayat jatuh : Ya : 25 0
2 Ya : 25 25
Diagnosa sekunder :
• Kruk/tongkat 15
4 Terapi intravena : Ya : 20 0
• Normal/bed rest/ 0 0
immobile
6 Status mental 0
Hasil : Nilai screening fall pada klien berjumlah 25poin dengan hasil
aspek klien tidak beresiko jatuh.
g. Skala Norton :
Item Skor
Baik ✓ 4
• Lumayan 3
• Buruk 2
• Sangat buruk 1
Kesadaran
• Composmentis ✓ 4
• Apatis 3
• Konfus/soporis 2
1
• Stupor/koma
Aktivitas
✓ 4
• Mandiri
3
• Ambulan dengan bantuan
2
• Hanya bisa duduk
1
• Tiduran
Mobilitas
• Bergerak bebas
• Sedikit terbatas ✓ 4
• Sangat terbatas 3
Inkontinensia 1
• Tidak
• Kadang-kadang ✓ 4
3
• Sering inkontinentia urin
2
• Sering inkontinentia urin dan alvi
1
Skor total 20
Keterangan :
• Skor < 14 : risiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus
• Skor < 12 : peningkatan risiko 50x lebih besar terjadinya ulkus
dekubitus
• Skor 12-13 : risiko sedang
• Skor > 14 : risiko kecil
Nadi: 82 x / menit
Suhu : 36,7 ˚C
Pernapasan : 21 x/ menit
Skala nyeri 6
Wajah tampak meringis.
2 DS : Nyeri kepala Gangguan istirahat
Klien mengatakan sulit tidur tidur.
DO :
Kamis 3 11.30 1. Memberikan informasi yang berhubungan dengan Jam 12.00 WIB
9/11/2022 proses penyakit hipertensi dan perawatannya.
S:
Hasil : klien diberikan konseling mengenai penyait
Klien mengatakan sudah mulai mengerti
hipertensi dan tampak klien memperhatikan
tentang penyakit yang dideritanya.
penjelasan.
O:
11.40 2. Mendiskusikan rencana untuk memenuhi kebutuhan
Klien mampu menguraikan kembali informasi
perawatan diri.
yang diberikan.
Hasil : menganjurkan klien untuk menghindari mandi
A: Masalah teratasi
air panas. . klien tampak mengerti dengan anjuran
yang diberikan. P:Intervensi dihentikan
Jum’at 1 09.00 1. Mengkaji keluhan ketidaknyamanan, lokasi nyeri, Jam : 09. 30
11/11/2022 skala (1-10) termasuk intensitas S:
Hasil : klien mengatakan nyeri tengkuk dan kepala, - klien mengatakan nyeri tengkuk dan kepala,
mulai berkurang dan skala nyeri 4 dari skala nyeri 1- mulai hilang dan skala nyeri 4 dari skala
10. nyeri 1-10.
09.10 2. Memberikan tindakan nonfarmakologi untuk - Klien mengatakan sudah mengerti dengan
menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin anjuran yang diberikan.
pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan O:
lampu kamar, ajarkan teknik relaksasi dan aktifitas di - Klien tampak memperhatikan saat diberikan
waktu denggang anjuran mengenai penyakitnya.
Hasil : klien mengatakan memakai aroma terapi dan - Tingkat nyeri
minyak angis dioleskan bagian tengkuk dan kepala P : saat tekanan darah abnormal
saat nyeri timbul. Q : seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri tengkuk dan kepala
09.15 3. Menganjurkan klien menghilangkan/minimalkan S : 4 dari skala nyeri 1-10
aktivitas vaso kontriksi yang dapat menimbulkan sakit T : hilang timbul.
kepala, misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang A : Masalah sebagian teratasi
dan membungkuk P : intervensi 1 dan 2 dilanjutkan.
Hasil : klien tampak memperhatikan saat diberikan 1. Mengkaji tingkat nyeri
anjuran. 2. Berikan teknik nonfarmakologis
09. 20 4. Kolaborasi: Berikan sesuai indikasi: analgesic Anti
ansietas, misalnya lorazepam dan diazepam
Hasil : klien dianjurkan untuk mengonsumsi obat
sesuai resep dokter. Klien mengatakan sudah mengerti
dengan anjuran yang diberikan.
Jum’at 2 09.40 1. Memantau keadaan umum pasien dan TTV Jam 10.00
11/11/2022 Hasil : keadaan umum : Composmentis S:
TD :160/90 MmHg Klien mengatakan nyeri kepala dan tengkuknya
sudah mulai berkurang.
Nadi: 82 x / menit
O:
Suhu : 36,2 ˚C
keadaan umum : Composmentis
Pernapasan : 21 x/ menit
TD :160/90 MmHg
2. Mengkaji faktor yang menyebabkan gangguan
09.50
tidur (nyeri, takut, stress, ansietas) Nadi: 82 x / menit
Hasil : Klien mengatakan nyeri kepala dan Suhu : 36,2 ˚C
tengkuknya sudah mulai berkurang. Pernapasan : 21 x/ menit
3. Menganjurkan klien untuk menciptakan suasana A : masalah mulai teratasi
09.55
yang nyaman. P : intervensi 1,dan 3 dilanjutkan.
Hasil : klien mengatakan selalu membersihkan 1. Memantau keadaan umum dan TTV
tempat tidurnya dan mematikan lampu sebelum 2. Mengkaji faktor gangguan tidur
tidur.
Senin 1 09.00 1. Mengkaji keluhan ketidaknyamanan, lokasi nyeri, Jam : 09. 10
14/11/2022 skala (1-10) termasuk intensitas S:
Hasil : klien mengatakan nyeri tengkuk dan kepala, - klien mengatakan nyeri tengkuk dan kepala,
sudah berkurang dan skala nyeri 3 dari skala nyeri 1- sudah berkurang dan skala nyeri 3 dari
10. skala nyeri 1-10.
09.05 2. Memberikan tindakan nonfarmakologi untuk O:
menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin - Klien tampak memperhatikan saat diberikan
pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan anjuran mengenai penyakitnya.
lampu kamar, ajarkan teknik relaksasi dan aktifitas di - Tingkat nyeri
waktu denggang P : saat tekanan darah abnormal
Hasil : klien mengatakan memakai aroma terapi dan Q : seperti ditusuk-tusuk
minyak angis dioleskan bagian tengkuk dan kepala R : nyeri tengkuk dan kepala
saat nyeri timbul. S : 3 dari skala nyeri 1-10
T : hilang timbul.
A : Masalah teratasi
P : intervensi 1 dan 2 dilanjutkan.
1. Mengkaji tingkat nyeri
2. Berikan teknik nonfarmakologis
Senin 2 09.20 1. Memantau keadaan umum pasien dan TTV Jam 09.30
14/11/2022 Hasil : keadaan umum : Composmentis S:
TD :150/90 MmHg Klien mengatakan nyeri kepala dan
tengkuknya berkurang dan sudah tidak sulit
Nadi: 82 x / menit
tidur.
Suhu : 36,2 ˚C
O:
Pernapasan : 21 x/ menit
keadaan umum : Composmentis
2. Mengkaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur
09.25 TD :150/90 MmHg
(nyeri, takut, stress, ansietas)
Hasil : Klien mengatakan nyeri kepala dan Nadi: 82 x / menit
tengkuknya sudah mulai berkurang dan sudah tidak Suhu : 36,2 ˚C
sulit tidur. Pernapasan : 21 x/ menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Andjani, T. A. (2016). Perbedaan Pengaruh Masase Punggung Dan Slow Stroke Back
Massage (SSBM) Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di UPT
PSTW Jember. 38. Aspiani, R. Y. (2014).
Mulyadi. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular Aplikasi
NIC NOC. Jakarta: EGC.