Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA

TN. S DI PSTW BUDI MULIA 1, CIRACAS JAKARTA-TIMUR

Disusun Oleh :
Mega Setiawati (1035211004)
Dosen Pembimbing :
Fatimah., S.Kp., Ns., M.Kep., Sp. Kom

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN

Jakarta, 2022
Lahan Praktik : PSTW Budi Mulia 1
Praktik Minggu ke : ke-1
Topik LP : Hipertensi

1. Latar Belakang
a. Definisi Kasus
Menurut Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit dengan tanda adanya
gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik diatas tekana darah
normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai ketika
jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan
darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan
mengisi darah kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari
jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–
menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hipertensi sering juga
diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2019).

b. Etiologi
1) Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin penyebabnya.
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada
individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada
suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat
atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan cepat.
Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, factor keturunan
(Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins (2007), beberapa
faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup
pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan seperti: stress, kegemukan,
merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah
besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan
adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi
insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral
dan kartikosteroid.

c. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusatvasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatisdi toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitivterhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada
saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai responsrangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitasvasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat responsvasokonstriktor
pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,menyebabkan


pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsangsekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air olehtubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderungmencetuskan
keadaan hipertensi.Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi
perubahan structural dan fungsional padasistem pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usialanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkankemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung(volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”


disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).Menurunnya tonus vaskuler merangsang
saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa
meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka
akanmempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat
pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluhdarah, sehingga terjadi kenaikan
tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormonealdosteron yang
menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada
peningkatantekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan
menimbulkan kerusakan padaorgan-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet.
2016 ).
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum (TTV), dilakukan pada posisi duduk, berdiri, berbaring.
2) BB/TB
3) Rambut
4) Mata
5) Telinga
6) Mulut, gigi,&bibir
7) Dada
8) Abdomen
9) Kulit

e. Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3)Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4) Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5) Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
6) Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler)
7) Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan
hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
9) Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
10) VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11) Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
12) Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar rennin dapat
juga meningkat.
13) IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
14) Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
15) CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
16) EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi (Anonim, 2013)
f. Penatalaksanan Medis-Non Medis terbaru
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan
oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup
sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).

a) Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi
dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
(1) Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi obesitas
juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun
kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat
badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan
sebanyak 5 mmHg.
(2) Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan
konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan tekanan
sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
(3) Batasi konsumsi alkohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alcohol
harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan
tekanan darah. Para peminum berat mempunyai resiko mengalami
hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum
berakohol.
(4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet
potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi
buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel kacang-
kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan
lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan menurut Radmarsarry (2007)
dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat menurunkan tekanan darah
dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama
urin.Dengan mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3 - 5 kali dalam
sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup.
(5) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang
tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi
merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi
seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari rokok karena
dapat memperberat hipertensi.
(6) Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak
menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering
terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi.
(7) Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya pijat
yang dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar
aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan
komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur energi tidak
terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko hipertensi
dapat ditekan.
(8) Rendam Kaki Air Hangat
Menurut Penelitian yang dilakukan Lilkafah (2016) di pada penelitian
ini dilakukan terapi rendam kaki air hangat dengan suhu air 40°C dalam
waktu 15 menit efektif menurunkan tekanan darah dengan rata-rata
penurunan tekanan darah sebesa10 mmHg untuk tekanan darah sistolik
dan tekanan darah diastolik sekitar 9 mmHg. Hidroterapi rendam air
hangat secara konduksi dimana terjadi perpndahan panas dari air hangat
ke tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembulu darah dan
dapat menurunkan ketegangan otot. Hidroterapi rendam air hangat ini
sangat mudah dilakukan oleh semua orang, tidak membutuhkan biaya
yang mahal, dan tidak memiliki efek samping yang berbahaya (Perry
danPotter, 2006)
b) Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
(1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh
sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
(2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat
aktifitas saraf simpatis.
(3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa
jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan
pernafasan seperti asma bronkhial.
(4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
(5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II
dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering,
pusing, sakit kepala dan lemas.
(6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan
zat angiotensin II pada resptor.
(7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.

2. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1) Penurunan Curah Jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2) Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
3) Kelebihan volume cairan
4) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
5) Ansietas

b. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi
Hasil
1. Penurunan Curah Jantung Tujuan : SIKI
Setelah dilakukan Perawatan Jantung
tindakan keperawatan - Identifikasi tanda/gejala
menit diharapkan : primer penurunan curah
jantung
SLKI : - Identifikasi tanda/gejala
Kriteria Hasil : sekunder penurunan curah
-Kekuatan nadi perifer jantung
- Monitor tekanan darah
-Tidak terdapat
- Monitor berat badan
palpitasi, bradikardia,
- Monitor keluhan nyeri
kelelahan, edema,
dada
distensi vena jugularis,
- Monitor intake dan
batuk, ortopneu
output cairan
-Turgor kulit elastis Perawatan Jantung Akut
-Tanda vital dalam
-Identifikasi karakteristik
batas normal
nyeri dada
-Monitor elektrolit yang
dapat meningkatkan risiko
aritmia
-Monitor saturasi oksigen
- Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi ansietas
dan stress
Pemantauan Tanda Vital
- Monitor TD
- Monitor Nadi
- Monitor pernafasan
- Monitor suhu
- Identifikasi penyebab
perubahan TTV
- Informasikan hasil
pemantauan
2. Nyeri Akut Tujuan : SIKI :
Setelah dilakukan Manajement nyeri
tindakan keperawatan -Identifikasi karakteristik,
menit diharapkan : lokasi, duraso, frekuensi,
SLKI kualitas, intensitas nyeri
Kriteria Hasil : -Identifikasi respons nyeri
-Melaporkan nyeri non verbal
terkontrol - Monitor keberhasilan
-Kemampuan terapi komplementer yang
mengenali nyeri sudah diberikan
penyebab nyeri -Berikan tehnik non
-Kemampuan farmakologis untuk
menggunakan tehnik mengurangi nyeri
non farmakologi Perawatan kenyamanan
-Identifikasi gejala yang
tidak menyenangkan
-Identifikasi pemahaman
tentang kondisi, situasi
dan perasaannya
-Berikan posisi nyaman
- Ciptakan lingkungan
nyaman
- Ajarkan terapi relaksasi
Terapi relaksasi
-Identifikasi penurunan
tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi atau gejala
lain yang menganggu
kemampuan kognitif
-Identifikasi tehnik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
- Cipatakan lingkungan
tenang
-Anjurkan mengambil
posisi nyaman
Pemberian analgesik
- Identifikasi karakterstik
nyeri
- Identifikasi riwayat alergi
obat
- Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor efektivitas
analgesik

3. Risiko Tujuan : SIKI


Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajement Cairan
tindakan - Monitor status hidrasi
Cairan
keperawatan .. x... (frekuensi nadi, kekuatan
menit diharapkan : nadi, akral, CTR, mukosa,
turgor kulit, TD)
SLKI - Monitor BB harian
Kriteria Hasil : - Monitor hasil
-Asupan cairan pemeriksaan
seimbang Laboratorium
- Catat intake output
-Keluaran urine
- Berikan asupan cairan
seimbang
sesuai kebutuhan
-Kelembaban membran -Berikan cairan intravena
mukosa Promosi Koping
-TD, Nadi, Membran - Identifikasi kegiatan
mukosa, turgor kulit jangka pendek dan
dalam batas normal panjang sesuai tujuan
- Identifikasi kemampuan
yang dimiliki
- Identifikasi pemahaman
proses penyakit
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
Pemantauan Tanda Vital
- Monitor TD
- Monitor Nadi
- Monitor pernafasan
- Monitor suhu
- Identifikasi penyebab
perubahan TTV
- Informasikan hasil
pemantauan
Manajement Syok
- Monitor status
kardiopulmonal (frekuensi
nadi, frekuensi nafas, TD,
MAP)
- Monitor status cairan
- Monitor status oksigenasi
- Pertahankan jalan nafas
yang paten
- Beriakn oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen
4. Intoleransi Aktivitas Tujuan : SIKI
Setelah dilakukan Manajement energi
tindakan -Identifikasi gangguan
keperawatan .. x... fungsi tubuh yang
menit diharapkan : mengakibatkan kelelahan
-Monitor kelelahan fisik
SLKI dan
Kriteria Hasil : emosional
-Monitor pola dan jam
-Verbalisasi lelah lesu : tidur
sakit kepala - Monitor lokasi dan
-Aktivitas yang ketidaknyamanan
direkomendasikan -Fasilitasi untuk duduk di
-Tehnik sisi tempat tidur
menyederhanakan -Anjurkan tirah baring
pekerjaan Terapi Aktivitas
- Identifikasi defisit tingkat
-Penggunaan alat bantu aktivitas
yang benar - Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
-Failitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis
dan sosial
-Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih

Dukungan perawatan
diri
-Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai dengan
kemampuan

Dukungan tidur
- Identifikasi pola aktivitas
dan tidur
- Modifikasi lingkungan
- Tetapkan jadwal tidur
rutin
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur

Pemantauan tanda vital


- Monitor TD
- Monitor Nadi
- Monitor pernafasan
- Monitor suhu
- Identifikasi penyebab
perubahan TTV
- Informasikan hasil
Daftar Rujukan

Likafah. 2016. Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Lansia Dengan Obat Anti
Hipertensi dan Terapi Rendam Kaki Air Hangat. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5 No.2

NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC-NOC. Jakarta : MediAction

Nazarudin. 2021. Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Penderita Hipertensi. Jurnal Universitas Mandala Waluya

PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnosis. Edisi 1 Cetakan III Revisi. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai