Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI
STASE KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh:
Sahri Ramadan
NPM. 2114901110088

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

I. Konsep Penyakit
1.1 Pengertian
a. Tekanan darah
Tekanan darah yaitu sebuah gaya yang dikeluarkan oleh aliran darah
untuk melewati dinding pembuluh darah (Wade, 2016). Tekanan darah
merupakan suatu tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung pada
dinding arteri yang merupakan sebuah bentuk kekuatan untuk mendorong
darah segar yang mengandung nutrisi dan oksigen sehingga dapat
mengalir ke seluruh organ-organ tubuh (Amiruddin et al., 2015)
b. Hipertensi
Hipertensi secara umum dapat didefinisikan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah sistolik lebih dari 90 mmHg. Menurut
WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik
dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang mengidap hipertensi bila
tekanan darahnya lebih 140/90 mmHg. Tekanan darah seseorang
berfluktuasi setiap hari (Manurung, 2011).

1.2 Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan menurut (Wade, 2016)
yaitu:
a. Hipertensi essensial (primer)
Hipertensi essensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik
(90%).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya
penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan
pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh
adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi,
merokok dan minum alkohol. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada
kedua orang tua, maka kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih
besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya hipertensi antara
lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok.

c. Faktor resiko
1) Konsumsi lemak berlebih
Meskipun makan terlalu banyak lemak terutama lemak jenuh yang
ditemukan pada daging dan produk olahan susu tidak secara
langsung dapat mengakibatkan kenaikan tekanan darah, tapi tetap
merupakan slah satu faktor resiko penyakit kardiovaskuler karena hal
tersebut menyebabkan tingginya kadar kolesterol di dalam darah.
2) Obesitas
Menurut (Jaya, 2019), berat badan lahir dan indeks masa tubuh
berhubungan dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
3) Merokok
Walaupun merokok hanya menyebabkan peningkatan tekanan drah
sesaat, namun merokok yang berlangsung lama akan menyebabkan
resiko terkena penyakit jantung dan stroke.
4) Stress
Stress akan mengakibatkan penurunan permukaan filtrasi, aktivitas
saraf simpatis yang berlebih serta produksi berlebih rennin
angiotensin. Aktivitas berlebih dari saraf simpatir menyebabkan
peningkatan kontraktilitas sehingga dapat meningkatkan tekanan
darah (Martuti, 2018).
5) Kurang olahraga
Berolahraga secara rutin seperti bersepeda, jogging dan senam
aerobik dapat memperlancar aliran darah sehingga mengurangi
resiko terkena tekanan darah tinggi. Orang yang kurang aktif
berolahraga juga menyebabkan kegemukan atau obesitas.
Berolahraga juga dapat mengurangi asupan garam ke dalam tubuh,
yang mana garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat.
6) Usia
Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, maka memiliki resiko
tinggi mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diatoliknya akan terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun
7) Keturunan
Faktor keturunan mempunyai peranan penting, jika orang tua
menderita atau mempunyai riwayat penyakit hipertensi maka garis
keturunan berikutnya memiliki resiko hipertensi yang lebih besar .
8) Jenis kelamin
Dikarenakan laki-laki dianggap lebih rentan terkena penyakit
hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan gaya
hidup yang buruk dan tingkat stress yang dihadapi oleh laki-laki
daripada perempuan.
1.3 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi menurut (Nanda, 20184) ada beberapa
yaitu:
a. Stress nafas
b. Mengeluh sakit kepala,pusing
c. Gelisah
d. Lemas, kelelahan
e. Kesadaran menurun

1.4 Patofisiologi
Vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis Mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).

1.5 Pemeriksaan penunjang


Menurut Padila (2013), pemeriksaan penunjang pada hipertensi sebagai
berikut:
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik meneyluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk menegetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa (protein dalam urin, darah, glukosa)
f. Foto dada dan CT scan

1.6 Komplikasi
Komplikasi akibat hipertensi menurut Shanty (2011) antara lain:
a. Stroke
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena
berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak
yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang
pula stroke disebut dengan CVA (cerebrovascular accident). Hipertensi
menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah,
sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah
rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi
pada bukan penderita hipertensi.
b. Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi hipertropi
ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi.
c. Otak
Menyebabkan penyakit stroke iskemik dan stroke hemoragik. Pada stroke
iskemik terjadi karena aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke
otak terganggu. Stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh
darah di otak yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi yang persisten.
d. Penyakit arteri koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri
koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plak terbentuk pada
percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria kiri, arteri koronaria
kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah kedistal dapat
mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di
sebabkan olehakumulasi plak atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral
berkembang di sekitar obstruksiarteromasus yang menghambat
pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral
untuk menyediakan supplay oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat
terjadinya penyakit arteri koronaria.
e. Aneurisma
Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang terpisah
sehingga memungkinkan darah masuk. pelebaran pembuluh darah bisa
timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta
disekans.
f. Mata
Menyebabkan penyakit kerusakan retina (vascular retina), yang terjadi
karena adanya penyempitan atau penyumbatan pembuluh arteri di mata.
g. Kebutuhan
Tidak sedikit penderita hipertensi berakhir dengan kebutuhan permanen.
Kebutuhan ini muncul akibat hipertensi yang berlangung selama
bertahun-tahun atau yang disebut dengan hipertensi kronis. Pada
penderita tekanan darah tinggi tidak sedikit,tekanan bola mata sehingga
menyebabkan pecahnya bola mata pada penderita hipertensi.

1.7 Pencegahan hipertensi


a. Pencegahan primer
Berupa kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor resiko
penyakit hipertensi terjadi. Pencegahan primer berupa kegiatan untuk
menghentikan atau mengurangi faktor risiko hipertensi sebelum penyakit
hipertensi terjadi. Pencegahan primer dilaksanakan melalui berbagai
upaya, seperti promosi kesehatan mengenai peningkatan perilaku hidup
sehat, yakni diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur dan buah,
rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk
menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan
pengobatan secara dini. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan
pemeriksaan kesehatan rutin di puskesmas sebelum atau sesudah terjadi
tanda dan gejala hipertensi.
c. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari
komplikasi yang lebih lanjut, serta untuk meningkatkan kualitas hidup
dan memperpanjang lama ketahanan hidup. Dalam pencegahan tertier,
kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup penderita
Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan
pengelolaan hipertensi yang tepat, serta minum obat teratur agar tekanan
darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti
penyakit ginjal kronik, stroke, dan jantung. Penanganan respons cepat
juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat
penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik.

1.8 Penatalaksanaan
Menurut Ardiansyah (2012), penatalaksanaan hipertensi diklasifikasi
menjadi dua yaitu:
a. Farmakologi
Yaitu terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan alasan salah
satu obat berikut:
1) Nifidepin dimulai 5 mg dua kali sehari, isa dinaikan 10 mg dua kali
sehari
2) Catopril 12,5 – 25 mg sebanayak dua sampaitiga kali sehari
3) Propranolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat di naikan 20
mg dua kali sehari
b. Nonfarmakologi
Yaitu langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidu
penderita,yakni dengan cara:
1) Menurunkan berat badan samapai batas normal
2) Mengubah pola makan pada penderita kadar kolesterol darah tinggi
3) Mengurangi makan berlemak
4) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium
atau 6 gram natrium klorida setiap harinya
5) Tidak mengonsumsi alcohol
6) Tidak merokok
7) Olahraga teratur
8) Menghindari Stress
9) Teknik relaksasi Nafas Dalam ( Purwanto, 2013)

1.9 Patwhay
II. Rencana Asuhan Klien Dengan Hipertensi
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Klien
Meliputi nama, umur(kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register dan diagnosis medis.
2.1.2 Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk, sakit kepala
berdenyut.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala. Gejala yang dimaksud adalah sakit di kepala, pendarahan
di hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa saja
terjadi pada penderita hipertensi. Jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak di obati, bisa timbul gejala sakit kepala,
kelelahan, muntah, sesak napas, pandangan menjadi kabur, yang
terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan
ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes militus,
penyakit ginjal, obesitas, hiperkolesterol, adanya riwayat
merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi
oral, dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.
2.1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat TD, hipotensi postural, takikardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin.
b. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, faktor stress multiple
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, peyempitan kontineu
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara

c. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
d. Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
e. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit
kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optik
f. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
g. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispnea nocyural proksimal, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan, sianosis
h. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
i. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit ginjal, factor resiko etnik : penggunaan pil
KB atau hormone.

2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Diagnosa 1 : nyeri akut
2.2.1 Definisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul dari kerusakan jaringan baik secara aktual atau potensial atau
merupakan kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional) yang
terjadi secara tiba-tiba atau dengan waktu yang lama dengan
intensitas ringan sampai berat dan dapat diantisipasi atau
diprediksikan dan lamanya kurang dari 6 bulan.

2.2.2 Batasan Karakteristik


a. Laporan secara verbal atau non verbal
b. Fakta dari observasi
c. Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
d. Gerakan melindungi
e. Tingkah laku berhati-hati
f. Muka topeng
g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
h. Terfokus pada diri sendiri
i. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
j. Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
k. Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
l. Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
m. Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
n. Perubahan dalam nafsu makan dan minum
2.2.3 Faktor Yang Berhubungan
a. Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
b. Analgesic Administration

Diagnosa 2 : Intoleransi Aktifitas


2.2.1 Definisi
Penurunan kapasitas fisiologi seseorang atau energi fisiologis untuk
melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang
dibutuhkan
2.2.2 Batasan Karakteristik
a. Tekanan darah menjadi abnormal setelah aktivitas
b. Denyut jantun menjadi abnormal setelah aktivitas
c. Perubahan EKG (aritmia)
d. Perubahan EKG menggambarkan iskemia
e. Dispnea
f. Fatigue
g. Ketidaknyamanan
h. Kelemahan
2.2.3 Faktor Yang Berhubungan
a. Bedres
b. Kelemahan secara umum
c. Ketidakseimbangan oksigen
d. Imobilisasi
e. Gaya hidup santai

2.3 Perencanaan Keperawatan


Diagnosa 1 : nyeri akut
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcome criteria)
NOC
 Pain Level
 Pain control
 Comfort level
Kriteria Hasil
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
 Tanda vital dalam rentang normal
2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional
 Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan
yang tepat.
 Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
 Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.
Rasional: Memberikan rasa nyaman.
 Observas itanda-tanda vital
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan
peningkatan tekanan darah.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
 Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas


2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcome criteria)
NOC
 Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil
 Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan
 Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur
2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional
1. Kaji respon klien terhadap aktifitas catat : denyut nadi, keluhan
sesak napas, nyeri dada, keletihan yang sangat, diaphoresis.
R/ Tanda dan gejala tersebut mengindikasikan penurunan curah
jantung da perfusi jaringan , akibat peningkatan preload dan
afterload ventrikel kiri.
2. Berikan dorongan untuk aktivitas / perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan
R : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba – tiba, memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan
akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
3. Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energy
R : tekhnik menghemat energy mengurangi penggunaan energy,
dan juga membantu kesimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
4. Beri jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan
waktu istirahat sepanjang siang dan sore
R : istirahat memungkinkan penghematan energy
5. Kolaborasi pemberian obat digixin
R : pemberian digoxin untuk memperkuat kerja jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, M. A., Danes, V. R., & Lintong, F. (2015). Analisa Hasil Pengukuran
Tekanan Darah Antara Posisi Duduk Dan Posisi Berdiri Pada Mahasiswa
Semester Vii (Tujuh). EBiomedik, 3(1), 125–129.
Jaya, I. (2019). Penerapan Statistik Untuk Penelitian Pendidikan. Prenadamedia
Group.
Manurung, S. (2011). Keperawatan Professional (Vol. 3).
Martuti. (2018). Hipertensi Merawat dan Menyembuhkan. In Pustaka pelajar.
Pustaka Pelajar.
Wade, C. (2016). Mengatasi Hipertensi (2nd ed., Vol. 4, Issue 1). Nuasa Cendekia.

Banjarmasin, 20 April 2022


Ners Muda,

Sahri Ramadan

Preseptor klinik

Laila Sari., S.Kep., Ns.

Anda mungkin juga menyukai