Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu
periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg.
(Aspiani, 2014).
Defenisi Hipertensi adalah tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari
suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole
membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat dan arteri
yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti, 2013).

B. Etiologi
Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa faktor yang
diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer seperti berikut ini. (Udjianti,
2013).
a. Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin dan usia Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi
untuk mengalami hipertensi.
c. Diet Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan (obesitas).
e. Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan dengan berkembang nya hipertensi.
f. Gaya hidup Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.

Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui, berikut ni beberapa kondisi


yang menjadi penyebab hipertensi sekunder (Udjianti, 2013).

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal


Obat kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan hipertensi melalui
mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion. Dengan penghentian obat
kontrasepsi, tekanan darah normal kembali secara beberapa bulan.
b. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal
Ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler
berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih arteri renal pada klien dengan
hipertensi disebabkan oleh aterosklorosis atau fibrous displasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrus). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi
dan perubahan struktur serta fungsi ginjal.
c. Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi
sekunder. Adrenal-medited hypertention di sebabkan kelebihan primer aldosteron,
koristol dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron
menyebabkan hipertensi dan hipokaemia.
d. Coaretation aorta (penyempitan pembuluh darah aorta)
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat
pada aorta torasik atau abdominal. Penyempitan penghambat aliran darah melalui
lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan darah diatas area kontriksi.
e. Kehamilan
Naiknya tekanan darah saat hamil ternyata dipengaruhi oleh hormon estrogen
pada tubuh. Saat hamil kadar hormon estrogen di dalam tubuh memang akan
menurun dengan signifikan. Hal ini ternyata biasa menyebabkan sel-sel endotel rusak
dan akhirnya menyebabkan munculnya plak pada pembuluh darah. Adanya plak ini
akan menghambat sirkulasi darah dan pada akhirnya memicu tekanan darah tinggi.
f. Merokok
Merokok dapat menyebakan kenaikan tekanan darah karena membuat tekanan
darah langsung meningkat setelah isapan pertama, meningkatkan kadar tekanan
darah sistolik 4 milimeter air raksa (mmHg). Kandungan nikotin pada rokok memicu
syaraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan pembuluh darah
sekaligus meningkatkan tekanan darah.

C. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)
dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara
stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer
dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang
berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular
(Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Padila, 2013).
Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang
peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem
saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium,
dan air (Syamsudin, 2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).

D. Manifestasi klinis
Menurut Nanda Nic-Noc (2016). Tanda dan Gejala Hipertensi adalah :
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak Nafas
4. Gelisah
5. Mual
6. Muntah
7. Epitaksis (mimisan)
8. Kesadaran menurun

E. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :
1. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung
2. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya membran glomelurus, protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema
3. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi
dan menebal sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang.
4. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga kebutaan.
5. kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri
atau yang sering disebut dengan ateroklorosis dan arterosklerosis (pengerasan
pembuluh darah).

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting
dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara memodifikasi
gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu : (Aspiani, 2014)
2. Pengaturan diet
a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi
sistem renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai anti hipertensi.
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6
gram garam per hari.
b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya
belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat pada dinding vaskular.
c. Diet kaya buah sayur.
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
3. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan
mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung
dan voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan
dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yangs angat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat
badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karenan umumnya obat
penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas mengandung
simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk
angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
4. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung.. olahraga isotonik
dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan mengurangi
katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu
minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan
kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
5. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok dan
tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka oanjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ
dan dapat meningkatkan kerja jantung.

Anda mungkin juga menyukai