HIPERTENSI
Oleh :
NANDA ARDINI
2230282168
CI AKADEMIK CI KLINIK
( ) ( )
1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan di ukur paling tidak
pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia,
sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Join National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure yang ke tujuh telah mempublikasikan revisi panduan nilai tekanan darah
sistolik dan diastolic yang optimal dan hipertensif. Pada umumnya, tekanan yang
dianggap optimal adalah kurang dari 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg
untuk tekanan diastolic, sementara tekanan yang dianggap yang dianggap hipertensif
adalah lebih dari 140 mmHg untuk sistolik dan lebih dari 90 mmHg untuk diastolic.
Istilah “prahipertensi” adalah tekanan darah antara 120 dan 139 mmHg untuk sistolik
dan 80 dan 89 mmHg untuk diastolic. Untuk individu terutama yang memiliki factor
resiko kardiovaskular bermakna, termasuk riwayat yang kuat dalam keluarga untuk
infark miokard atau stoke, atau riwayat diabetes pada individu, bahkan pada nilai
prahipertensif dianggap terlalu tinggi.
2. Etiologi
Karena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume
sekuncup, dan TPR, peningkatan salah satu dari ketiga variable yang tidak
dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Peningkatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan saraf simpatis atau
hormonal yang abnormal pada nodus SA. Peningkatan denyut jantung yang kronis
seringkali menyertai kondisi hipertiroidisme. Akan tetapi, peningkatan denyut jantung
biasanya dikompensasi dengan penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak
mengakibatkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang kronis dapat terjadi jika volume plasma
meningkat dalam waktu lama, karena peningkatan volume plasma direflesikan dengan
peningkatan volume diastolik akhir sehingga volume sekuncup dan tekanan darah
meningkat. Peningkatan volume diastolic akhir dihubungkan dengan peningkatan
preload jantung. preload biasanya berhubungan dengan peningkatan hasil pengukuran
tekanan darah sistolik.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
berlebihan. Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetic pada manusia dan hewan
memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi garam dan
peningkatan tekanan darah. Dari prespektif evolusi, manusia beradaptasi dengan
ingesti dan ekskresi kurang dari 1 gram garam per hari yang setidaknya kurang dari
sepuluh kali dari rata – rata konsumsi garam di Negara – Negara industry.
Selain peningkatam asupan diet garam, peningkatan abnormal kadar renin dan
aldosterone atau penurunan aliran darah ke ginjal juga dapat mengganggu
pengendalian garam dan air. Peningkatan TPR yang kronis dapat terjadi pada
peningkatan rangsangan saraf simpatis atau hormone pada arteriol, atau responsivitas
yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus
memompa lebih kuat, dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar,
untuk mendorong darah melintasi pembuluh-pembuluh yang menyempit. Hal ini di
sebut peningkatan pada afterload jantung,dan biasanya berkaitan dsengan tekanan
diastolic. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, ventrikel kiri mungkin
mengalami hipertrofi (pembesaran). Dengan hipertrofi, kebutuhan oksigen ventrikel
semakin meningkat seshingga ventrikel harus memompa darah lebih keras lagiuntuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Setiap kemungkinan penyebab hipertensi yang di sebutkan di atas dapat terjadi
akibat peningkatan aktivitas susunan saraf simpatis. Bagi banyak individu,
peningkatan ramgsangan saraf simpatis, atau mungkin responsivitas yang berlebihan
dari tubuhterhadap rangsangan simpatis normal, dapat ikut berperan menyebabkan
hipertensi. Hal ini dapat terjadi akibat respon stress yang berkepanjangan , yang di
ketahui melibatkan pengaktifan system simpatik, atau mungkin akibat kelebihan
kenetik reseptor Norepinefrin di jantung atau otot polos vascular. Pengaruh genetic
lain mungkin di pengaruhi oleh ras. Ssebagai contoh, terdapat bukti bahwa individu
Afro-Amerika, yang umumnya di laporkan menderita hipertensilebih seringdan lebih
parah, menunjukan gangguan pemompaan natrium –kalsium sehingga kalsium
berakumulasi di sel-sel otot polos akibatnya meningkatkan kontraksi dan tahanan
otot.
3. Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, Bare, 2002).
4. Tanda dan gejala hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah
(BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke
atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada
satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smeltzer, Bore, 2002).
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :
Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial,
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,
Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
pegal dan lain-lain (Novianti, 2006).
1. Usia ; Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering
disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung,
pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun
akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur
(Tambayong, 2000).
2. Jenis kelamin ; Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita,
namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat,
sehingga pada usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (Tambayong,
2000)
3. Obesitas ; adalah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan
energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan sub kutan tirai usus, organ
vital jantung, paru dan hati) yang menyebabkan jaringan lemak in aktif sehingga
beban kerja jantung meningkat. Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan
berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas adalah
penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan dengan perhitungan IMT >
27.0. pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk
bekerja lebih berat, oleh sebab itu pada waktunya lebih cepat gerah dan capai.
Akibat dari obesitas, para penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler,
hipertensi dan diabetes mellitus (Notoatmodjo: 2003).
4. Riwayat keluarga ; yang menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi
merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap
hipertensi dimasa yang akan datang. Tekanan darah kerabat dewasa tingkat
pertama (orang tua saudara kandung) yang dikoreksi terhadap umur dan jenis
kelamin tampak ada pada semua tingkat tekanan darah (Padmawinata, 2001).
5. Merokok ; Departemen of Healt and Human Services, USA (1989) menyatakan
bahwa setiap batang rokok terdapat kurang lebih 4000 unsur kimia, diantaranya
tar, nikotin, gas CO, N2, amonia dan asetaldehida serta unsur-unsur karsinogen.
Nikotin, penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak dan
bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang pelepasan
adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan tekanan
kontraksi otot jantung. Selain itu, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung dan
dapat menyababkan gangguan irama jantung (aritmia) serta berbagai kerusakan
lainnya (Wijayakusuma, 2003).
6. Olah raga ; lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olah
raga isotonik dengan teratur akan menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi kurang melakukan olah raga akan menaikan kemungkinan timbulnya
obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya
hipertensi (Tjokronegoro, 2001).
Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik, yaitu:
5. Jenis hipertensi
a. Hipertensi sekunder
Salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang
terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
arterosklerosis .stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga
terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin , dan
pembentukan angiotensin II. Angiontensi II secara langsung meningkatkan tekanan
darah dengan meningkatkan TPR, dan secara tidak langsung dengan meningkatkan
sintesis andosteron dan reapsorpsi natrium. Apabila dapat di lakukan perbaikan pada
stenosis, atau apabila ginjal yang terkana di angkat, tekanan darah akan kembali ke
normal.
b. Hipertensi pada kehamilan
Hipertensi pada wanita hamil berisiko untuk ibu dan janinnya. Empat
kategori hipertensi pada kehamilan telah di identifikasi oleh National Institutes Of
Health Working Group On High Blood Pressure in Pregnancy: Hipertensi
gestasional,hipertensi kronis, preeklams-eklamasi, dan preeclampsia
superimposed pada hipertensi kronis.
Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium.
Penglihatan kabur akibat kerusakan hipersensitif pada retina.
Cara berjalan yang tidak tampak karena kerusakan susunan saraf pusat.
Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
7. Perangkat Diagnostik
8. Komplikasi
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan darah tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang
diperdarahi berkurang. Arteri otak yag mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b. Infar miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan
hi[ertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksi jantung , dan peningkatan risiki
pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit
fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan
keluar melalui urine sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan ke ruang interstisial di sleuruh susunan saraf pusat. Neoron-neoron
disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamasi. Bayi yang lahir mungkin memiliki
berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,
kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang
selama atau sebelum proses persalinan.
9. Penatalaksanaan
1. Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. (Oktavianus.h.59)
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
registrasi, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
pusing, sakit kepala dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes mellitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,vasodilator, obat-obat adiktifdan
kegemukan. Pengkajian obat-obatan yang sering digunakan klienseperti
pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, penghambat betadan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi
oral.Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit
sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
f. Pengkajian psikososio spiritual
Pengkajian psikologis klien hipertensi meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status
emosi, kognitifdan perilaku klien. Dalam pola tata nilai dan kepercayaan, klien
biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil
dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. Perawat juga memasukkan
pengkajian tehadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang
akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam mengkaji
terdiri atas dua masalah : keterbatasan yang diakibatkan oleh deficit neurologis
dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan
mendukung adaptasi padagangguan neurologis di dalam sistem dukungan
individu.
g. Aktivitas istirahat
Gejala: Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda:
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan trauma jantung (tachypnea)
h. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi atherosklerosis, penyakit jantung kongesti/ katup dan
penyakit serebrovaskuler.
Tanda:
Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk
menegakan diagnosis
Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
Denyut apical : Titik point maksimum impuls kemungkinan bergeser dan
sangat kuat
Frekuensi/irama : Takikardia berbagai distritmia-Bunyi, jantung terdengar
bunyi jantung I pada dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung III murmur
stenosis vasvulari.
i. Integritas ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi euphoria, marah, faktor
stress, multiple (hubungan keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda:Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan
yang meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
gerakkan fisik cepat, pernafasanmengelam peningkatan pola bicara.
j. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu (riwayat penyakit ginjal)
k. Makanan/Cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.
Tanda:
Berat badan normal atau obesitas
Adanya edema (mungkin umum atau tertentu
Kongestiva
Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
l. Neurosensori
Gejala:
Keluhan pening/pusing, sakit kepala
Berdenyut, sakit kepala sub occipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam)
Episode bebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan
Episode statis staktis
Tanda:
Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses
fikir atau memori
Respon motorik: penurunan kekuatan gengaman tangan perubahan retinal
optik.
m. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala:
Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudasi
Sakit kepala oxipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
Nyeri abdomen / massan.
n. Pernapasan
Gejala:
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda:
Distres respirasi
Bunyi nafas tambahan
Sianosis.
o. Keamanan
Gejala:
Gangguan koordinasi/ cara berjalan
Hypotensiapostural
Tanda:
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan iramajantung (tachypnea)
p. Pembelajaran/Penyebab
Gejala: Faktor resiko keluarga : hipertensi, penyakit jantung, DM.
2. Diagnosa
1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
2. Nyeri akut berhubungan denganagen pencederaan fisiologis
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
3. Intervensi
SDKI,SIKI,SLKI