Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI

Disusun Oleh:
1. NURUL ABIBAH (108116048)
2. ATIKA NUR HAPSARI (108116013)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Kondisi abnormal dan hemodinamik dimana menurut WHO tekanan
sistolik >140 mmHg dan atau tekanan diastolic > 90 mmHg ( untuk usia
<60 tahun) dan tekanan sistolik >160 mmHg dan atau tekanan sistolik >95
mmHg ( untuk usia >60 tahun ) ( Nugroho, 2011).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukan untuk angka
systolic ( bagian atas) dan bawah ( diastolic) ( Pudiastuti, 2011).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang tidak normal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal
bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat
spesifik usia. Namun, secara umum seseorang dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada 160 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolik. (Elizabeth J.Corwin, 2014).

B. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1. Ginjal
a. Glomerulonefritis
b. Pielonefritis
c. Nekrosis tubular akut
d. Tumor
2. Vascular
a. Aterosklerosis
b. Hiperplasia
c. Trombosis
d. Aneurisma
e. Emboli kolestrol
f. Vaskulitis
3. Kelainan endokrin
a. DM
b. Hipertiroidisme
c. Hipotiroidisme
4. Saraf
a. Stroke
b. Ensepalitis
c. SGB
5. Obat – obatan
a. Kontrasepsi oral
b. Kortikosteroid

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya
ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor itu bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing
ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat
ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada
akhirnya menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi tersebut juga
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga
disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus
simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis
menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang meningkat,
gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler dan
angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti
hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari
penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta
dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh
darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai
umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan,
yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Rokok terdapat
zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok,
yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan
kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya
adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya
bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin
(Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
sepertiginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan

F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas
normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
Mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai
dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai
organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya
selama tekanan darahnya terkendali.
g. Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR
dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar
dari yang kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang
selama ini bekerja secara otomatis seperti; suhu badan, detak
jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.
2. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf
simpatis sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya:
Metildopa 250 mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg
(catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga
pada gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10
mg (inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin),
atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi
otot pembuluh darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin
II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap),
enalapril 5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan
cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya:
nifedipin 5 & 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem
30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya
daya pompa jantung. Contoh : valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh:
Hidroklorotiazid (HCT).
3. Keperawatan
a. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan
rumus 220 – umur
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5
x perminggu
b. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.

G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Aktifitas/Istirahat
a. Gejala :
1) Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
b. Tanda :
1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
2. Sirkulasi
a. Gejala :
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup
dan penyakit serebrovaskuler.
b. Tanda :
1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokonstriksi perifer), pengisian kapiler mungkin
lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
3. Integritas ego
a. Gejala :
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)
2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan)
b. Tanda :
1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian
tangisan yang meledak
2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor
mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan
pola bicara
4. Eliminasi
a. Gejala :
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
5. Makanan/Cairan
a. Gejala :
1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam,
kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
6. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
7. Riwayat penggunaan diuretik
a. Tanda :
1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
8. Neurosensori
a. Gejala:
1) Keluhan pening/pusing
2) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
3) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
4) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
5) Episode epistaksis
9. Nyeri/ ketidaknyamanan
a. Gejala :
1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
10. Pernafasan
a. Gejala :
1) Dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
3) Batuk dengan atau tanpa sputum
4) Riwayat merokok
b. Tanda :
1) Distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan
2) Bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
11. Keamanan
a. Gejala :
1) Gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) Episode parestesia unilateral transion
3) Hipotensi postural
12. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala :
1) Faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit
serebrovaskuler/ginjal
2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat
atau alkohol
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi cedera
b. Resiko terjadi gangguan perfusi jaringan serebral
c. Gangguan rasa nyaman nyeri
d. Gangguan keseimbangan volume cairan
e. Resiko penurunan curah jantung
f. Intoleransi Aktivitas

I. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Fall Prevention
cedera keperawatan selama .…x…. jam 1. Mengidentifikasi
diharapkan resiko tinggi cedera defisit kognitif atau
tidak ada. fisik pasien yang
Kriteria hasil :Kejadian jatuh dapat meningkatkan
Indikator IR ER potensi jatuh dalam
1. Jatuh saat berdiri lingkungan tertentu
2. Jatuh saat berjalan
3. Jatuh saat 2. Mengidentifikasi
berpindah perilaku dan faktor
yang mempengaruhi
resiko jatuh
3. Mengidentifikasi
karakteristik
lingkungan yang
dapat meningkatkan
potensi jatuh
4. Sarana perubahan
dalam gaya berjalan
pada pasien
5. Mendorong pasie
untuk menggunakan
tongkat atau alat
bantu berjalan
6. Ajarkan pasien
bagaimana jatuh
untuk meminimalkan
cidera
2. Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Intrakranial Pressure
jaringan cerebral keperawatan selama .…x…. jam (ICP) Monitoring
tidak efektif diharapkan perfusi jaringan serebral (Monitor tekanan
berhubungan efektif. intrakranial)
dengan gangguan Kriteria hasil : Tissue Prefusion : 1. Berikan informasi
aliran arteri dan cerebral kepada keluarga
vena Indikator IR ER 2. Monitor tekanan perfusi
1. Tekanan systole serebral
dan diastole dalam 3. Catat respon pasien
rentan yang terhadap stimuli
diharapkan 4. Monitor tekanan
2. Berko
intrakranial pasien dan
munikasi dengan
respon neurology
jelas sesuai
terhadap aktivitas
dengan
5. Monitor jumlah drainage
kemampuan
3. Menun cairan serebrospinal
jukkan perhatian, 6. Monitor intake dan
konsentrasi dan output cairan
orientasi 7. Restrain pasien jika
4. Mempr perlu
oses informasi 8. Monitor suhu dan angka
5. Membuat WBC
keputusan dengan 9. Kolaborasi pemberian
benar antibiotik
10. Posisikan pasien pada
posisi semifowler
11. Minimalkan stimuli dari
lingkungan

3 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Pain Management


nyaman nyeri keperawatan selama ….x….. jam 1. Kaji nyeri secara
diharapkan nyeri berkurang, dengan komprehensif
kriteria hasil : Pain Level 2. Kaji tipe dan sumber
Indikator IR ER nyeri untuk untuk
1. Mampu menentukan intervensi
mengontrol nyeri 3. Evaluasi keefektifan
2. Mampu
kontrol nyeri
mengenali nyeri
3. Menyatakan rasa 4. Pilih dan lakukan
nyaman setelah penanganan nyeri
nyeri berkurang 5. Tingkatkan istirahat
4. Menyatakan rasa 6. Kolaborasi dengan
nyeri berkurang dokter jika ada keluhan
dengan dan tindakan nyeri tidak
manajemen nyeri berhasil
7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri

4 Resiko penurunan Setelah dilakukan tindakan Vital Sign Monitoring


curah jatung keperawatan selama ….x…jam di 1. Monitor tanda tanda
harapkan resiko penurunan curah Vital
jantung tidak terjadi dengan 2. Monitor vital sign saat
Kriteia Hasil : Vital Sign Status pasien berbaring,
Indikator IR ER duduk atau berdiri
1. TTV normal 3. Catat adanya fluktuasi
2. Dapat
tekanan darah
mentoleransi
4. Monitor suhu warna
aktifitas, tidak ada
dan kelembaban kulit
kelelahan
3. Tidak ada 5. Identifikasi penyebab
penurunan perubahan tekanan
kesadaran darah
6. Monitor frekuensi dan
irama pernafasan

5. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Activity therapy


Aktivitas keperawatan selama ..x...jam, 1. Bantu klien untuk
diharapkan intoleransi aktivitas memodifikasi aktivitas
tidak ada. yang mampu dilakukan
Kriteria hasil: 2. Bantu klien untuk
Activity tolerance mengidentifikasi
Indikator IR ER aktivitas yang diinginkan
Berpartisipasi dalam 3 5 3. Bantu klien
aktivitas fisik mengidentifikasi
Mampu melakukan 3 5 aktivitas yang bermakna
aktivitas sehari-hari 4. Bantu klien untuk
TTV normal 3 5 mengidentifikasi
Keterangan
kekurangan dalam
1 : Keluhan berat
aktivitas
2 : Keluhan cukup berat
3 : Keluhan sedang
4 : Keluhan ringan
5 : Tidak ada keluhan

DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/yabniellitjingga/lp-hipertensi
https://www.scribd.com/doc/129080296/LAPORAN-PENDAHULUAN-
HIPERTENSI-docx
https://www.academia.edu/37771674/LAPORAN_PENDAHULUAN_Hipertensi

Anda mungkin juga menyukai