1.1 Pengertian
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic
sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2015).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme
pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2020).
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140
mmHg atau tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat
dipastikan dengan mengukur ratarata tekanan darah pada 2 waktu yang
terpisah (FKUI, 2017).
1.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua :
1.2.1 Hipertensi Esensia
Yaitu hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan meliputi 90
% dari seluruh penderita hipertensi, faktor-faktor yang mempengaruhi
antara lain.
a. Genetik Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial
dibuktikan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai
pada penderita kembar monozigot dari pada heterozigot, apabila
salah satu diantara menderita hipertensi. Pada 70 % kasus
hipertensi esensial didapatkan riwayat hipertensi esensial.
b. Usia Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya
usia. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun
dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur.
c. ObesitasAdanya penumpukan lemak terutama pada
pembuluh darah mengakibatkan penurunan tahanan perifer
sehingga meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang
mengakibatkan peningkatan vasokontriksi dan penurunan
vasodilatasi dimana hal tersebut dapat merangsang medula
adrenal untuk mensekresi epinerpin dan norepineprin yang
dapat menyebabkan hipertensi.
d. Hiperkolesterol Lemak pada berbagai proses akan
menyebabkan pembentukan plaque pada pembuluh darah.
Pengembangan ini menyebabkan penyempitan dan pengerasan
yang disebut aterosklerosis.
e. Asupan Natrium meningkat (keseimbangan natrium)Kerusakan
ekskresi natrium ginjal merupakan perubahan pertama yang
ditemukan pada proses terjadinya HT. Retensi Na+diikuti
dengan ekspansi volume darah dan kemudian peningkatan
output jantung. Autoregulasi perifer meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan berakhir dengan HT.
f. Rokok Asap rokok mengandung nikotin yang memacu
pengeluaran adrenalin yang merangsang denyutan jantung
dan tekanan darah. Selain itu asap rokok mengandung
karbon monoksida yang memiliki kemampuan lebih kuat dari pada
Hb dalam menarik oksigen. Sehingga jaringan kekurangan
oksigen termasuk ke jantung.
g. Alkohol Penggunaan alkohol atau etanol jangka panjang dapat
menyebabkan peningkatan lipogenesis (terjadi hiperlipidemia)
sintesis kolesterol dari asetil ko enzim A, perubahan seklerosis
dan fibrosis dalam arteri kecil.
h. Obat-obatan tertentu atau pil anti hamil , Pil anti hamil
mengandung hormon estrogen yang juga bersifat retensi garam
dan air, serta dapat menaikkan kolesterol darah dan gula darah.
i. Stres psikologis Stres dapat memicu pengeluaran hormon
adrenalin dan katekolamin yang tinggi, yang bersifat
memperberat kerjaya arteri koroner sehingga suplay darah ke
otot jantung terganggu. Stres dapat mengaktifkan saraf simpatis
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.
1.2.2 Hipertensi sekunder Disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya :
a. Penyakit ginjal Kerusakan pada ginjal menyebabkan renin oleh
sel-sel juxtaglomerular keluar, mengakibatkan pengeluaran
angiostensin II yang berpengaruh terhadap sekresi aldosteron
yang dapat meretensi Na dan air.
b. Diabetes Mellitus Disebabkan oleh kadar gula yang tinggi
dalam waktu yang sama mengakibatkan gula darah pekat dan
terjadi pengendapan yang menimbulkan arterosklerosis
meningkatkan tekanan darah.
1.8 Komplikasi
Komplikasi menurut Tambayong (2020) yang mungkin terjadi pada
hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Payah jantung (gagal jantung)
2. Pendarahan otak (stroke)
3. Hipertensi maligna : kelainan retina, ginjal dan cerabrol
4. Hipertensi ensefalopati : komplikasi hipertensi maligma dengan
gangguan otak.
5. Infark miokardium Dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut.
6. Gagal ginjal Karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya
glomerulus darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal. Nefron
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kemataian.
Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
1.9 Penatalaksanaan
Menurut Engram (2019), penatalaksanaanya antara lain :
1. Pengobatan hipertensi sekunder mendahulukan pengobatan kausal.
2. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan
tekanan darah dengan obat hipertensi.
3. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan
seumur hidup.
4. Pengobatan dengan menggunakan standar triple therapy (STT) terdiri
dari:
a. Diuretik, misalnya : tiazid, furosemid, hidroklorotiazid.
b. Betablocker : metildopa, reserpin.
c. Vasodilator : dioksid, pranosin, hidralasin.
d. Angiotensin, Converting Enzyme Inhibitor.
5. Modifikasi gaya hidup, dengan :
a. Penurunan berat badan.
b. Pengurangan asupan alkohoL.
c. Aktivitas fisik teratur.
d. Pengurangan masukan natrium.
e. Penghentian rokok
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2017.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Vol
2, Jakarta: EGC
Doenges Marilynn E., et. al. 2020.Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC
Doenges Marilynn E., et. al. 2020. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC
Noer Sjaifoellah. 2020.Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I. Jakarta: FKUI
Sustiani, Lanny, Syamsir Alam dan Iwan Hadibroto. 2015.Stroke. Jakarta ; PT.
Gramedia Pustaka Utama.Tambayong Jon. 2020. “Patofisiologi Untuk
Keperawatan”, Jakarta, EGC