Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. Pengertian Hipertensi

Hipertensi terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada
beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang
tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.

Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja
jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan
kerusakan jantung dan pembuluh darah. Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah
sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti,2013).

Penyakit hipertensi merupakan gejala peningkatan tekanan darah yang kemudian


berpengaruh pada organ yang lain, seperti stroke untuk otak atau penyakit jantung koroner untuk
pembuluh darah jantung dan otot jantung. Penyakit ini salah satu masalah utama dalam kesehatan
masyarakat di Indonesia maupun dunia

Defenisi Hipertensi adalah tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini
terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.

B. Etiologi
Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer seperti berikut ini. (Udjianti, 2013).
a. Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi
untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin dan usia Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi untuk
mengalami hipertensi.
c. Diet Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi
d. Berat badan (obesitas).
e. Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan dengan berkembang nya hipertensi.
f. Gaya hidup Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.

Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui, berikut ni beberapa kondisi yang menjadi
penyebab hipertensi sekunder (Udjianti, 2013).

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal Obat kontrasepsi yang berisi esterogen dapat


menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated volume
expansion. Dengan penghentian obat kontrasepsi, tekanan darah normal kembali secara
beberapa bulan.
b. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal Ini merupakan penyebab utama hipertensi
sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih arteri
renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklorosis atau fibrous displasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrus). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,
inflamasi dan perubahan struktur serta fungsi ginjal.
c. Gangguan endokrin Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-medited hypertention di sebabkan kelebihan primer
aldosteron, koristol dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron
menyebabkan hipertensi dan hipokaemia.
d. Coaretation aorta (penyempitan pembuluh darah aorta) Merupakan penyempitan aorta
kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau abdominal.
Penyempitan penghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan
peningkatan darah diatas area kontriksi.
e. Kehamilan naiknya tekanan darah saat hamil ternyata dipengaruhi oleh hormon estrogen
pada tubuh. Saat hamil kadar hormon estrogen di dalam tubuh memang akan menurun
dengan signifikan. Hal ini ternyata biasa menyebabkan sel-sel endotel rusak dan akhirnya
menyebabkan munculnya plak pada pembuluh darah. Adanya plak ini akan menghambat
sirkulasi darah dan pada akhirnya memicu tekanan darah tinggi.
f. Merokok Merokok dapat menyebakan kenaikan tekanan darah karena membuat tekanan
darah langsung meningkat setelah isapan pertama, meningkatkan kadar tekanan darah
sistolik 4 milimeter air raksa (mmHg). Kandungan nikotin pada rokok memicu syaraf
untuk melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan pembuluh darah sekaligus
meningkatkan tekanan darah.

C. Klasifikasi Hipertensi
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan sfigmomanometer air raksa
atau dengan tensimeter digital. Hasil dari pengukuran tersebut adalah tekanan sistol maupun
diastol yang dapat digunakan untuk menentukan hipertensi atau tidak. Terdapat beberapa
klasifikasi hipertensi pada hasil pengukuran tersebut. Adapun klasifikasi hipertensi menurut
WHO adalah sebagai berikut :

Klasifikasi Sistolik Diastolic

Normal 120 80

Normal tinggi 130 - 139 85 – 89

Hipertensi ringan 140 – 159 90 - 99

Hipertensi sedang 160 – 179 100 – 109

Hipertensi berat 180 – 209 110 119

Hipertensi sangat berat 210 120

D. Manifestasi klinis
Tanda dan Gejala Hipertensi adalah :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing disebabkan oleh kerusakan vaskuler pada seluruh
pembuluh perifer. Perubahan arteri kecil dan arteola menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah yang mengakibatkan aliran darah akan teerganggu
b. Lemas, kelelahan karena jantung mengalami kesulitan dalam mempertahankan aliran
aliran darah sehingga menyebabkan lelah
c. Sesak Nafas adanya penyumbatan dan penyempitan arteri pada paru paru arteri yang
membawa darah dan 02 ke sisi kiri jantung dan seluruh tubuh terpengaruh sehingga
menyebabkan sesak
d. Gelisah karena pelepasan hormone stress memicu peningkatan denyut jantung dan
penyempitan pembuluh darah
e. Mual karena terjadinya peningkatan tekanan darah dalam kepala dan menyebabkan
perdarahan menyebabkan mual muntah
f. Epitaksis (mimisan) karena terjadinya pelebaran pembuluh darah menyebabkan
peregangan dan meyebabkan pembuluh darah pecah dan terjadi pendaran pada nasal
E. Patofisiologi
Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor inibermula saraf
simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi
(Smelttzer, 2014). Pada saat bersamaan dimana sistemsimpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streoid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yanng
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi angiotensin 2,
saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mengakibatkan keadaan hipe
D. Pathway

E.
Faktor primer : Faktor skunder :
Genetic , jenis kelamin, obesitas , Penggunaan kontrasepsi , gangguan
gaya hidup , usia endokrin , penyempitan pembuluh darah ,
merokok

Hipertensi

Otak Ginjal Pembuluh darah

Pembuluh Vasokontriksi pembuluh darah Vasokontriksi


darah otak
meningkat

Suplai O2 Rangsang aldosterone Afterload Kelelahan


menurun meningkat

Nyeri akut Hipervolemia penurunan Intoleransi


curah jantung aktivitas

F. Komplikasi Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :


a. penyakit jantung Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung
b. Ginjal Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya membran glomelurus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema
c. Otak Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal
sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang.
d. mata Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga kebutaan.
e. kerusakan pada pembuluh darah arteri Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi
kerusakan dan penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan ateroklorosis dan
arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).
G. Pemerikaan penunjang
Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)
a. Pemerikaan Laboratorium
1. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagubilita, anemia.
2. BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal. 3.
Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
b. CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
d. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
H. Penatalaksanaan medis
Menurut Triyatno (2014) penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu secara
nonfarmakologis dan farmakologi.
a. Terapi non farmakologi merupakan terapi tanpa menggunakan obat,terapi non
farmakologi diantaranya memodifikasi gaya hidup dimana termasuk pengelolaan
stress dan kecemasan merupakan langkah awal yang harusdilakukan. Penanganan non
farmakologis yaitu menciptakan keadaan rileks, mengurangi stress dan menurunkan
kecemasan. Terapi non farmakologi diberikan untuk semua pasien hipertensi dengan
tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor resiko serta penyakit
lainnya.
b. Terapi farmakologi Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat obatan
yang dalam kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi
seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs) ( eprosartan , irbesatan , losartan ) , beta
blocker ( metoprolol , bisoprolol, esmolol, nebivolol ) , calcium chanel dan lainnya.
Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap kompleks karena tekanan
darah cenderung tidak stabil.

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Pengukuran Tekanan Darah Dilakukan untuk mendeteksi tekanan darah dengan intevral
yang sering dan kemudian dilanjutkan dengan interval dengan jadwal yang rutin
(Smeltzer &Bare, 2013).
2. Riwayat Riwayat yang lengkap harus diperoleh untuk mengkaji gejala yang menunjukkan
apakah system tubuh lainnya telah terpengaruh oleh hipertensi. Meliputi tanda seperti :
a. Perdarahan hidung
b. Nyeri angina
c. Napas pendek
d. Perubahan tajam pandang
e. Vertigo
f. Sakit kepala (Nokturia) (Smeltzer & Bare, 2013)
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan kecepatan, irama dan
karakter denyut apikal dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi terhadap jantung dan
pembuluh darah perifer (Smeltzer &Bare, 2013)
Pemeriksaan fisik menurut (Doenges, 2007) yaitu:
a. Aktivitas atau istirahat Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan
penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi serta perspirasi. Tanda :
Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk
menegakkan diagnostik). Hipotensi postural mungkin berhubungan dengan regimen obat.
Nadi : Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut seperti denyut
femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakhialis, denyut
(popliteal, tibialis posterior, dan pedalis) tidak teraba atau lemah. Denyut apical : PMI
kemungkinan bergeser atau sangat kuat. Frekuensi/irama : Takikardia, sebagai disritmia.
Bunyi jantung : Terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini), S4 (pengerasan ventrikel
kiri/hipertropi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular.
Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (stenosis arteri).
DVJ (distensi vena jugularis dan kongesti vena). Ekstremitas : Perubahan warna kulit.
Suhu dingin (vasokontriksi periver), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
(vasokontriksi).
c. Integritas ego Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau
marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stres meliputi
(hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda : Letupan suasana hati,
gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot
muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, dan
peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu).
5. Makanan/cairan Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-
gula yang berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori.
a. Mual dan muntah.
b. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/turun).
c. Riwayat penggunaan obat diuretik. Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya
edema (mungkin umum atau tertentu), kongesti vena, DVJ, dan glikosuria (hampir
10% pasien hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori Gejala : Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
7. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : Angina (penyakit arteri koroner atau keterlibatan
jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada
arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi
sebelumnya. Nyeri abdomen atau massa.
8. Pernapasan Secara umum gangguan ini berhubungan dengan efek kardiopulmonal tahap
lanjut dari hipertensi menetap atau berat.
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal paroksismal. Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok
Tanda : Distres respirasi atau penggunaan otot aksesori pernafasan. Bunyi napas
tambahan (krakles/mengi), sianosis.
9. Keamanan Keluhan : Gangguan koordinasi atau cara belajar. Gejala : Episode parestesia
unilateral transient. Hipotensi potural.
10. Pembelajaran atau penyuluhan Gejala :Faktor-faktor resiko keluarga seperti hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan penyakit serebrovaskular atau
ginjal. Penggunaan pil KB atau hormon lain dan penggunaan obat atau alkohol.
B. Diangnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisologis ( D.0077 )
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan O2
(D.0056 )
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan ( D.0008 )

4. Hipovolemi berhubungan dengan rangsang aldosterone

SDKI, SLKI , SIKI


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisologis ( D.0077 )
Tanda mayor :
DO :
- Mengeluh nyeri
DS :
- Tampak meringis
- Berikap protektif
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
Tanda minor :
DS : -
DO :
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafas berubah
- Proses berfikir terganggu
- Nafsu makan berubah
SLKI : tingkat nyeri menurun ( L.08066 )
1. Keluhan nyeri menurun
2. Gelisah menurun
3. Kesulitan tidur menurun
4. Frekuensi nadi membaik

SIKI : Manajemen Nyeri (I. 08238)

1. Observasi
o lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
o Identifikasi skala nyeri
o Identifikasi respon nyeri non verbal
o Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
o Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
o Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
o Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
o Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
o Monitor efek samping penggunaan analgetik

2. Terapeutik
o Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
o Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
o Fasilitasi istirahat dan tidur
o Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
o Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
o Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan O2


(D.0056 )
Tanda mayor
DS :
- Mengeluh lelah
DO
- Frekuensi jantung meningkat

Tanda minor :
DS :

- Dyspnea saat aktivitas


- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
- Merasa lemah

DO :

- Tekanan darah berubah


- Sianosis
- Frekuensi jantung meningkat

SLKI : Toleransi aktivitas meningkat ( L.05047 )


1. Frekuensi nadi membaik
2. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari hari meningkat
3. Tekanan darah membaik

SIKI : Manajemen Energi (I. 05178)


1. Observasi
o Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
o Monitor kelelahan fisik dan emosional
o Monitor pola dan jam tidur
o Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
2. Terapeutik
o Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
o Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
o Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
o Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
3. Edukasi
o Anjurkan tirah baring
o Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
o Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
o Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
o Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan ( D.0008 )


Tanda mayor
DS :
- Perubahan irama jantung
- Lelah
- Dyspnea

DO :

- Bradikardi / takikardi
- Edema
- Tekanan darah meningkat
- Nadi perifer teraba lemah

Tanda minor
DS :

- perubahan preload
- perubahan afterload
- perubahan kontraktilitas
- perilaku gelisah

DO :

- berat badan bertambah


- murmur jantung
- systemic vascular resitance meningkat / menurun

SLKI : curah jantung meningkat ( L.02008 )

1. Takikardi menurun
2. Lelah menurun
3. Tekanan darah membaik

SIKI : Perawatan Jantung (I.02075)

1. Observasi
o Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi dispenea,
kelelahan, adema ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan CPV)
o Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
o Monitor saturasi oksigen
o Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi
yang mengurangi nyeri)
o Periksa tekanan darah dan frekwensi nadisebelum dan sesudah aktifitas
o Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum pemberian obat (mis.
Betablocker, ACEinhibitor, calcium channel blocker, digoksin)
2. Terapeutik
o Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman
o Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat
o Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
o Berikan dukungan emosional dan spiritual
o Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94%
3. Edukasi
o Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
o Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
o Anjurkan berhenti merokok
o Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
o Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
o Rujuk ke program rehabilitasi jantung

C. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
mebantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehtan yang lebih
baik yang menggambarkan krireria hasilyang di harapkan.
D. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap penilaian atau perbandingan yang sistematik yang terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakuka dengan cara yang
berkesinambungan dengan melibatkan klien dengan tenaga kesehatan lainya.
Merupakan tahapan akhir dari proses keperawatan yang berguna apakah tujuan
dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendkatan lain.

DAFTAR PUSTAKA
 Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
 Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER
 Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
 Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
 Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai