Anda di halaman 1dari 30

EVIDENCE BASED PRACTICE

STUDI KASUS : PENERAPAN SENAM ERGONOMIK TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

Faishal Ibrahim

(P1337420921175)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organisasion (WHO), lanjut usia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir fase kehidupannya. Individu
yang memasuki masa lansia akan mengalami perubahan pada system
kardiovaskuler berupa penurunan elastisitas di jaringan perifer yang
menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah dan arterosklerosis. Hal ini
memicu terjadinya peningkatan prevalensi hipertensi pada lanjut usia. Hipertensi
sendiri merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg.
Tekanan darah yang tinggi dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan
pembuluh darah di seluruh tubuh.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi
esensial atau primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau primer
adalah penyakit hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan
hipertensi sekunder dapat ditentukan melalui tanda-tanda di antaranya kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid) dan penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Penyakit hipertensi adalah salah satu
penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat
ini. Seringkali penyakit ini tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah
yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
komplikasi.
Data dari global status report on noncommunicable diseases 2010 dari wold
health organization (WHO) menyebutkan bahwa jumlah penderita hipertensi
pada negara berkembang mencapai 40%, sedangkan di Negara maju hanya 35%.
Penderita hipertensi usia dewasa di kawasan Asia Tenggara terdiri dari 36%.
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan kementerian kesehatan tahun
2018 menghasilkan peningkatan kejadian hipertensi dibandingkan hasil pada
tahun 2013. Prevalensi kejadian hipertensi berdasarkan hasil riskesdas 2018
adalah 34,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang
menyentuh angka prevalensi 25,8%. Hasil tersebut merupakan kejadian hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada masyarakat Indonesia berusia
18 tahun ke atas (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia
dan faktor resiko utama penyakit kardiovaskuler tersering. Hipertensi juga erat
hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola makan. Gaya hidup sangat
berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang yang mempunyai
pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan. Hipertensi belum banyak
diketahui sebagai penyakit yang berbahaya sehingga biasanya pemeriksaan
hipertensi diketahui setelah dilakukan pemeriksaan rutin tekanan darah atau
pasien datang dengan adanya keluhan lain. Dampak serius yang dapat
ditimbulkan dari hipertensi sendiri seperti gangguan fungsi jantung koroner,
fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke. Selain mengakibatkan angka
kematian yang tinggi, penyakit ini juga berdampak pada mahalnya pengobatan
dan perawatan. Perlu diingat juga bahwa hipertensi berdampak pula bagi
penurunan kualitas hidup sehingga apabila seseorang dengan tekanan darah tinggi
tidak mendapatkan pengobatan rutin dan pengontrolan secara teratur, maka dapat
menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
Penatalaksanaan hipertensi pada masyarakat biasanya dilakukan secara
farmakologis dengan mengkonsumsi obat penurun tekanan darah. Namun
beberapa terapi non farmakologis juga dapat dilakukan untuk membantu
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Salah satu teknik yang
dapat dipakai adalah dengan melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik yang bagus
dilakukan lansia adalah olahraga. Senam ergonomik merupakan suatu metode
yang praktis, efektif, efisien dan logis dalam memelihara kesehatan tubuh
manusia (Muharni, 2020). Senam ergonomik merupakan senam yang gerakannya
diadopsi dari gerakan shalat. Manfaat dari senam ergonomik antara lain adalah
mampu mengembalikan dan memperbaiki posisi dan kelenturan system saraf dan
aliran darah serta memaksimalkan suplai oksigen ke otak. Gerakan-gerakan
senam ergonomik bersifat sederhana sehingga mudah dilakukan oleh lansia.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus
mengenai keefektifan senam ergonomik untuk membantu menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran permasalahan pada latar belakang diatas, maka
dirumuskan masalah senagai berikut “ Apakah ada pengaruh penerapan senam
ergonomik terhadap penurunan tekanan darah pada Ny.S dengan penyakit
hipertensi di Banaran, Sumberejo, Ngablak Kabupaten Magelang?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui keefektifan penerapan senam ergonomik untuk menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan perkembangan penurunan tekanan darah sebelum dan
sesudah dilakukan senam ergonomik
b. Mengevaluasi respon pasien selama pemberian senam ergonomik
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritik
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi bagi perkembangan ilmu
kesehatan untuk menurunkan tekanan darah pasien hipertensi dengan
melakukan senam ergonomik.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Peneliti
Dapat mengembangkan ilmu yang telah didapatkan selama pembelajaran
tentang penerapan terapi komplementer sebagai teknik penurunan tekanan
darah pasien hipertensi.
b. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi.
c. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran terkait
terapi komplementer sebagai penurun tekanan darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi secara umum didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan
darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. Tekanan darah yang tinggi
erupakan faktor risiko yang kuat dan penting untuk penyakit-penyakit
kardiovaskuler dan penyakit ginjal. Meningkatnya tekanan darah di dalam
pembuluhdarah bisa terjadi melalui beberapa cara, sebagai berikut :
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga lebih banyak mengalirkan cairan
pada setiap detiknya.
b. Pembuluh darah besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
pembuluh darah tersebut. Oleh karena itu, darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang lebih sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan darah. Inilah yang terjadi pada usia lanjut
karena dinding pembuluh darahnya telah menebal dan kaku karena
artheriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi vasokonstriksi yaitu jika pembuluh darah kecil (arterila)
untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon
didalam darah.
c. Bertambahnya cairan didalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume
darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat
(Susilo & Wulandari, 2011).
2. Klasifikasi
Komite eksekutif dn Natioal High Blood Pressure Education Program
merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 profesional, sukarelawan,
dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and the Treatment of High
Blood Pressure) yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat
(Sani, 2008). Meurut JNC tekanan darah dapat diklasifikasikan sebagai berikut
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC

Klasifikasi Tekanan darah Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 > 160 > 100

Berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua golongan yaitu :


a. Hipertensi essensial atau primer
Penyebab hipertensi essensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.
Kurang lebih 90 % penderita hipertensi tergolong hipertensi essensial,
sedangkan sisanya 10 % tergolong hipertensi sekunder.
b. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme) dan lain-lain (Kemenkes RI,
2011).
3. Tanda dan gejala
Gejala hipertensi yang dimaksud adalah sakit kepala sebelah, wajah
kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit tengkuk, dan kelelahan. Gejala-
gejala tersebut bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal. Hipertensi tidak memiliki
keluhan dan tanda yang khas, karena itulah hipertensi disebut sebagai silent
killer atau pembunuh yang diam-diam. Jika hipertensinya berat atau menahun
dan tidak diobati bisa muncul gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,
sesak napas, gelisah, pandangan menjadi kabur, yang terjadi karena adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Penderita hipertensi berat
kadang-kadang mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif yang
memerlukan penanganan segera. Apabila tidak ditangani keadaannya akan
semakin parah dan dapat memicu kematian (Susilo & Wulandari, 2011).
4. Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah secaara logis dapat terjadi karena peningkatan
curah jantung dan atau peningkatan resistensi perifer. Peningkatan curah
jantung dapat melalui dua mekanisme yaitu melalui peningkatan volume cairan
(preload) atau melalui peningkatan kontraktilitas karena rangsangan neural
jantung. Meskipun faktor peningkatan currah jantung terlibat dalam permulaan
timbulnya hipertensi, namun temuan pada penderita hipertensi kronis
menunjukkan adanya hemodinamik yang khas yaitu adanya peningkatan
resistensi perifer dengan curah jantung yang normal.
Autoregulasi adalah proses dimana adanya peningkatan curah jantung
maka jumlah darah yang mengalir menuju jaringan akan meningkat pula.
Peningkatan aliran darah ini juga meningkatkan aliran nutrisi yang berlebihan
melebihi kebutuhan jaringan dan juga meningkatkan pembersihan produk-
produk metabolik tambahan yang dihasilkan. Maka sebagai respon terhadap
perubahan tersebut, pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi untuk
menurunkan aliran darah dan mengembalikan keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan nutrisi kembali ke normal. Namun resistensi perifer akan tetap
tinggi yang dipicu dengan adanya penebalan struktur dari sel-sel pembuluh
darah.
5. Komplikasi
a. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah istilah untuk suatu keadaan di mana secara progresif
jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara efisien. Jika
fungsinya semakin buruk, maka akan timbul tekanan balik dalam sistem
sirkulasi yang menyebabkan kebocoran cairan kapiler terkecil paru. Hal ini
akan menimbulkan sesak napas dan pembengkakan pada kaki dan
pergelangan kaki.
b. Angina
Angina adalah rasa tidak nyaman atau nyeri di dada nyeri dapat menjalar ke
lengan, leher, rahang, punggung, atau perut. Rasa ini timbul akibat otot
jantung tidak mendapat cukup oksigen. Angina biasanya dipicu oleh
aktivitas fisik dan mereda dengan istirahat selama 10-15 menit. Seiring
dengan bertambahnya usia, ditambah dengan pola makan dan gaya hidup
yang tidak sehat serta kurang berolahraga secara teratur, lemak akan
terakumulasi pada dinding arteri sehingga pembuluh darah menjadi sempit
dan kaku. Tekanan darah tinggi adalah faktor utama yang menyebabkan
pembuluh darah menjadi kaku.Tekanan darah tinggi juga mengubah aliran
darah di arteri menjadi lebih turbulen.Jika aliran darah ke jantung terganggu
saat seseorang membutuhkan oksigen lebih dari normal, maka jantung tidak
dapat cukup oksigen.
c. Serangan Jantung
Serangan jantung dalam dunia medis disebut infark miokard karena terjadi
saat sebagian dari “miokardium” atau otot jantung mengalami “infark” atau
mati. Penyebabnya mirip dengan angina, dan tekanan darah tinggi juga turut
berperan penting.Seranganjantung biasanya dipicu oleh gumpalan darah
yang terbentuk di dalam arteri.
d. Tekanan Darah Tinggi dan Stroke
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling sering (sekitar 80%
kasus) adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi karena aliran darah di arteri
otak terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan gangguan aliran
darah di arteri koroner saat serangan jantung atau angina. Otak menjadi
kekurangan oksigen dan nutrisi. Stroke hemoragik (sekitar 20% kasus)
timbul saat pembuluh darah di otak atau di dekat otak pecah, penyebab
utamanya adalah tekanan darah tinggi yang persisten. Hal ini menyebabkan
darah meresap ke ruang di antara sel-sel otak. Walaupun stroke hemoragik
tidak sesering stroke iskemik, namun komplikasinya dapat menjadi lebih
serius.
e. Tekanan Darah Tinggi dan Penyakit Ginjal
Ginjal bertugas menyaring zat sisa dari darah dan menjaga keseimbangan
cairan dan kadar garam dalam tubuh. Gagal ginjal timbul bila kemampuan
ginjal dalam membuang zat sisa dan kelebihan air berkurang. Kondisi ini
cenderung bertambah buruk setiap tahunnya. Penyakit gagal ginjal kronik
biasanya berakhir pada keadaan yang disebut gagal ginjal stadium terminal.
Keadaan ini bersifat fatal kecuali bila penderitanya menjalani dialisis
(fungsi ginjal dalam menyaring darah digantikan oleh mesin) atau
transplantasi ginjal. Ginjal secara intrinsik berperan dalam pengaturan
tekanan darah, dan inilah sebabnya mengapa tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan penyakit ginjal dan demikian pula sebaliknya.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan :
a. Pasien hipertensi dengan risiko rendah dan menengah, dengan tekanan darah
sistol ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastol ≥ 90 mmHg, sebaiknya
dilakukan terapi agar tekanan darahnya turun, yaitu diawali dengan terapi
non farmakologi. Jika tidak berhasil diatasi dengan terapi farmakologi.
b. Terapi awal berupa terapi non farmakologi merupakan modifikasi gaya
hidup seperti penurunan berat badan pada orang yang kelebihan berat badan,
olahraga, mengurangi asupan alkohol, mengonsumsi banyak buah dan
sayur, dan mengurangi asupan garam natrium, dapat menurunkan kejadian
hipertensi.
c. Terapi farmakologi dengan satu macam obat biasanya tidak mencukupi pada
pasien hipertensi dengan indikasi yang komplek. Pada pasien tanpa
komplikasi, pengobatan harus dimulai dengan diuretik dosis rendah seperti
tiazid, yang terbukti efektif dengan biaya rendah.
7. Pencegahan
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial merupakan usaha pencegahan predisposisi terhadap
hipertensi, belum terlihatnya faktor yang menjadi risiko hipertensi,
contohnya adanya peraturan pemerintah merupakan peringatan pada rokok
dan melakukan senam kesegaran jasmani untuk menghindari terjadinya
hipertensi.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya pencegahan sebelum seorang penderita
terserang hipertensi. Dilakukakan pencegahan melalui pendekatan, seperti
penyuluhan mengenai faktor risiko hipertensi serta kiat terhindar dari
hipertensi dengan cara menghindari merokok, konsumsi alkohol, obesitas,
stres, dan lainnya.
c. Pencegahan Sekunder
Upaya pencegahan hipertensi ditujukan kepada penderita yang sudah
terserang agar tidak menjadi lebih berat.Tujuan pencegahan sekunder ini
ditekankan pengobatan pada penderita hipertensi untuk mencegah penyakit
hipertensi kronis.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan terjadinya komplikasi yang berat akan menimbulkan kematian,
contoh melakukan rehabilitasi. Pencegahan tersier ini tidak hanya
mengobati juga mencakup upaya timbulnya komplikasi kardiovaskuler
seperti infark jantung, stroke dan lain-lain, terapi diupayakan
dalammerestorasi jaringan yang sudah mengalami kelainan atau sel yang
sudah rusak akibat hipertensi, agar penderita kembali hidup dengan kualitas
normal.
B. Senam Ergonomik
1. Pengertian
Senam ergonomik adalah senam fundamental yang gerakannya sesuai
dengan susunan fisiologis tubuh-tubuh dengan sendirinya tepelihara
hemeostatisnya (keteraturan dan keseimbangannya) sehingga tetap dalam
keadaan bugar (Sagiran, 2013). Senam ergonomik merupakan senam yang
gerakannya diadopsi dari gerakan shalat. Gerakan senam ini langsung dapat
membuka, membersihkan dan mengaktifkan seluruh sitem-sistem tubuh seperti
system kardiovaskuler, kemish dan reproduksi. Senam ini mampu
memaksimalkan suplay oksigen ke otak, mampu menjaga system kesegaran
tubuh serta pembuangan sistem energy dari dalam tubuh.Senam ergonomik ini
mampu mengembalikan posisi dan kelenturan system saraf dan aliran darah.
Memaksimalkan suplai oksigen ke otak, mampu menjaga system kesegaran
tubuh dan system pembuangan energy negatif dari dalam tubuh. Senam ini bisa
dilakukan oleh semua umur dengan gerakan yang simple karena diadopsi dari
gerakan solat sehingga lansia juga mudah mengaplikasikan senam ini.
2. Manfaat
Senam ergonomik merupakan teknik senam dan pernapasan untuk
mengembalikan atau memperbaiki posisi kelenturan system saraf dan aliran
darah. Adapun manfaat dari senam ini antara lain :
a. Mengontrol tekanan darah tinggi
b. Bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran
c. Pengaktifan fungsi organ tubuh, membangkitkan biolistrik dalam tubuh
d. Memperlancar sirkulasi oksigen sehingga tubuh akan terasa segar dan
energi bertambah
3. Teknik senam ergonomik
Lima gerakan utama dalam senam ergonomik adalah gerakan lapang dada,
tunduk syukur, duduk perkasa, sujud syukur dan berbaring pasrah. Gerakan-
gerakan ni di inspirasi dari gerakan dalam solat seperti berdiri mengangkat
tangan, rukuk, duduk dan sujud. Berikut 5 gerakan dalam senam ergonomik :
a. Lapang dada
Berdiri tegak, dua lengan diputar ke belakang semaksimal mungkin.
Rasakan keluar masuk nafas dengan rileks. Saat dua lengan diatas kepala,
jari kaki jinjit. Putaran lengan pada bahu menyebabkan stimulus untuk
mengoptimalkan fungsinya cabang besar saraf dibahu dalam merangsang
saraf pada organ apru, jantung, liver, ginjal, lambung dan usus sehingga
metabolism normal. Dua kaki jinjit meningkatkan stimulus sensor-sensor
saraf yang merupakan refleksi fungsi organ dalam.
b. Tunduk syukur
Dari posisi berdiri tegak dengan menarik nafas dalam secara rileks,
lalu tahan nafas sambil membungkukkan badan ke depan ( nafas dada)
semampunya. Tangan berpegangan pada pergelangan kaki sampai
punggung terasa tertarik. Wajah menengadah sampai terasa panas. Saat
melepas nafas lakukan secara rileks dan perlahan. Menarik nafas dalam
dengan menahannya di dada merupakan teknik menghimpun oksigen
dalam jumlah maksimal sebagai bahan bakar metabolism tubuh.
Membungkukkan badan kedepan dengan dua tangan berpegangan pada
pergelangan kaki akan menyebabkan posisi tulang belakang relative dalam
posisi segmental anatomis fisiologis yang lurus. Menengadahkan wajah
menyebabkan tulang belakang membentuk sudut yang lebih tajam dari
posisi normal, menyebabkan peningkatan kerja serabut saraf segmen ini,
serta berperan dalam meningkatkan pertahanan supali darah dan oksigen
otak secara optimal.
c. Duduk perkasa
Menarik nafas dalam lalu tahan sambil membungkukkan badan ke
depan dan dua tangan bertumpu pada paha, wajah mennegadah sampai
terasa tegang/oanas. Saat membungkukkan pantat jangan sampai
menungging. Manfaat duduk perkasa dengan lima jari kaki ditekuk
menekan alas merupakan stimulator bagi fungsi vital sistem organ tubuh,
ibu jari terkait dengan fungsi energy tubuh. Adapun jari telunjuk terkait
dengan fungsi pikiran, jari tengah terkait dengan fungi pernafasan, jari
manis dengan fungsi metabolism dn detokfikasi material dalam tubuh, serta
jari kelingking terkait dengan fungsi liver dan system kekebalan tubuh.
Menarik nafas dalam lalu ditahan sambil membugkukkan badan ke depan
dengan dua tangan bertumpu pada paha. Hal ini memberikan efek
peningkatan tekanan dalam rongga dada yang diteruskan ke saluran saraf
tulang belakang, dilanjutkan ke atas (otak), meningkatkan sirkulasi dan
oksigenasi yang mengoptimalkan fungsi otak.
d. Sujud syukur
Posisi duduk perkasa dengan kedua tangan menggenggam pergelangan
kaki, menarik nafas dalam, badan membungkuk ke depan sampai
punggung terasa tertarik, wajah menengadah samapi terasa panas. Saat
membungkuk pantat jangan sampai menungging. Saat melepaskan nafas
lakukan secara rileks dan perlahan. Manfaat sujud syukur adalah
menampung udara pernafasan seoptimal mungkin kemudian menahannya
akan meningkatkan tekanan di dalam saluran saraf tulang belakang tempat
saraf berada. Hal ini juga akan berdampak pada meningkatnya suplai darah
dan oksigen otak. Posisi ini memberikan efek relaksasi pada serabut saraf
simpatis, yang diantaranya memberikan persarafan pada pembuluh darah
ke otak hingga terjadi pula relaksasi dinding pembuluh darah ini.
e. Berbaring pasrah
Posisi kaki duduk pembakaran dilanjutkan berbaring pasrah.
Punggung menyentuh lantai/alas, dua lengan lurus di atas kepala nafas
rileks dan dirasakan perut mengecil. Manfaat berbaring pasrah adalah
relaksasi saraf tulang belakang karena struktur tulang belakang relative
mendekati posisi lurus dengan kondisi lekukan-lekukan anatomis
segmental tulang belakang. Hal ini menyebabkan regangan pada serabut
saraf tulang belakang berkurang. Dengan demikian ini memberikan
kesempatan rileks dan bisa mengatur kembali fungsi optimal orgam dalam
yang sarat saraf.
4. Hal-hal yang menjadi perhatian dalam melakukan senam demi keselamatan
lansia
a. Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih selama senam
meliputi : ketahanan kardio pulmonal, kelentukan, kekuatan otot,
komposisi tubuh, keseimbangan, kelincahan garak.
b. Selalu memperhatikan keselamatan/menghindari cedera
c. Senam dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat sesuai dengan
kemampuan
d. Senam dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis dinaikkan sedikit
demi sedikit
e. Hindari kompetisi dalam bentuk apapun
f. Perhatikan kontraindikasi senam dan sebaiknya dikonsultasikan ke dokter
terlatih dahulu. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani diperlukan untuk
penjaringan kesehatan dan merupakan tahap persiapan senam.
BAB III
METODE PENULISAN

A. Rancangan solusi yang ditawarkan


Penulisan ini disusun menggunakan design studi kasus atau case study. Case
studi adalah metode yang digunakan untuk memahami individu yang dilakukan
secara integrative dan menyeluruh dengan tujuan didapatkannya pemahaman
yang mendalam mengenai kondisi individu tersebut beserta masalah yang
dihadapinya, dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan dan memperoleh
perkembangan diri yang baik (Rahardjo & Gudnanto, 2010).
B. Teknik pengumpulan data
1. Teknik pengumpulan data dengan melakukan skrining pada pasien langsung
2. Pasien yang masuk pada kriteria hasil inklusi kemudian dimintakan
persetujuan untuk dilakukan tindakan atau intervensi senam ergonomik.
3. Pasien mendapat penjelasan mengenai mekanisme dan tujuan senam
ergonomik
4. Apabila pasien setuju kemudian dilakukan intervensi
5. Catat hasil atau evaluasi setelah dilakukan tindakan atau intervensi
C. Luaran pasien
1. Mengetahui penerapan senam ergonomik pada pasien hipertensi
2. Menganalisa bagaimana penerapan senam ergonomik untuk mengatasi tekanan
darah tinggi
3. Melaporkan hasil yang didapatkan selama studi kasus ini mengenai penerapan
senam ergonomik untuk membantu mengatasi masalah tekanan darah tinggi
D. Kriteria pasien
Populasi dalam studi kasus ini adalah pasien hipertensi, sedangkan sampel
yang digunakan adalah satu orang pasien hipertensi dengan kriteria sebagai
berikut :
1. Kriteria inklusi
Merupakan kriteria yang apabila terpenuhi dapat mengakibatkan calon
objek menjadi objek penelitian. Kriteria inklusi pada studi kasus ini antara
lain :
- Pasien dengan orientasi baik
- Pasien yang menderita penyakit hipertensi
- Pasien bersedia menjadi responden
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam studi kasus ini adalah :
- Pasien dengan penurunan kesadaran
- Pasien menolak menjadi responden penelitian
E. Evidence based practice
- P (Population) : Populasi yang diambil adalah pasien hipertensi
- I (Intervention) : Intervensi yang dilakukan adalah senam ergonomik
- C Comparasion): Pada studi kasus ini tidak ada intervensi pembanding
- O (Outcome) :Hasil yang diharapkan dalam studi kasus ini adalah terjadi
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi setelah dilakukan senam
ergonomik
F. Implementasi EBP
Evidence based practice yang akan diterapkan pada studi kasus ini adalah
penerapan senam ergonomik dalam mengatasi tekanan darah tinggi pada
penderita hipertensi.
G. Evaluasi EBP
Evaluasi yang akan dilakukan pada studi kasus ini adalah apakah senam
ergonomik yang diberikan dapat menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi.
H. Prosedur intervensi keperawatan mandiri berdasarkan EBP
1. Penulis mengumpulkan data pasien dengan penyakit hipertensi
2. Penulis melakukan pengkajian pada pasien yang memiliki riwayat tekanan
darah tinggi
3. Penulis meminta persetujuan kepada pasien untuk dilakukan senam ergonomik
dengan menjelaskan metode dan cara pelaksanaan prosedur tersebut
4. Melaksanakan intervensi
5. Melakukan penilaian apakah senam ergonomik yang dilakukan dapat
memenuhi kriteria hasil yaitu menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita
hipertensi
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN

A. Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan implementasi senam ergonomik untuk mengatasi tekanan darah
tinggi dilakukan pada Ny.S yang menderita hipertensi di Dusun Banaran
Sumberejo Ngablak Kabupaten Magelang. Sebelumnya pasien dilakukan
pengukuran tekanan darah kemudian diberikan intervensi senam ergonomik.
B. Prosedur pelaksanaan
1. Tahap awal
Memilih pasien untuk dijadikan responden berdasarkan kriteria inklusi yaitu
pasien dengan orientasi baik, pasien dengan kondisi fisik baik, pasien yang
menderita penyakit hipertensi dan bersedia menjadi responden.
2. Tahap persiapan pasien
- Memberikan salam, memperkenalkan diri dan mengidentifikasi pasien
- Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, memberikan
kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan menjawab seluruh pertanyaan
pasien
- Dilakukan pemanasan sebelum senam ergonomik dimulai
3. Tahap pelaksanaan
a. Gerakan lapang dada
Berdiri tegak, kedua lengan diputar ke belakang semaksimal
mungkin, tarik nafas dalam melalui hidung lalu hembuskan
perlahan melalui mulut. Saat dua lengan di atas kepala, jari kaki
dijinjit.
b. Gerakan tunduk syukur
Gerakan tunduk syukur berasal dari gerakan rukuk. Posisi tubuh
berdiri tegak dengan menarik napas dalam perlahan, lalu tahan
napas sambil membungkukkan badan ke depan sempurna.
Tangan berpegangan pada pergelangan kaki, wajah menengadah
dan hembuskan napas secara rileks dan perlahan.
c. Gerakan duduk perkasa
Posisi duduk dengan jari kaki sebagai tumpuan, tarik napas dalam
lalu tahan sambil membungkukkan badan ke dapan. Tangan
bertumpu pada paha dan wajah menengadah
d. Gerakan sujud syukur
Posisi duduk seperti duduk perkasa kemudian dua tangan
menggenggam pergelangan kaki, tarik napas dalam sambil
membungkukkan badan ke depan sampai punggung terasa
teregang, wajah menegadah sampai terasa teregang. Hembuskan
napas secara rileks dan perlahan.
e. Gerakan berbaring pasrah
Posisi kaki seperti pada gerakan duduk pembakaran kemudian
baringkan badan perlahan semampunya. Jika bisa punggung
menyentuh lantai atau alas, dua lengan lurus di atas kepala, napas
dada, perut mengecil. Apabila tidak mampu menekuk kaki maka
kaki dapat diluruskan.
4. Tahap terminasi
- Mengevaluasi hasil tindakan
- Berpamitan dengan pasien
- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
C. Faktor pendukung
Senam ergonomik menjadi salah satu senam yang dapat membantu
menurunkan tekanan darah tinggi. Gerakan pada senam ini diambil berdasarkan
gerakan solat sehingga cukup mudah dilakukan oleh lansia. Selama pelaksanaan
kegiatan pasien sangat kooperatif serta lingkungan rumah cukup tenang dan
nyaman. Hal ini menjadi faktor pendukung dari keberhasilan pelaksanaan
kegiatan.
D. Faktor penghambat
Adanya keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kegiatan menjadi faktor
penghambat. Pelaksanaan kegiatan senam ini juga hanya diberikan oleh satu
orang pasien saja sehingga hasil yang didapatkan belum cukup maksimal.
E. Evaluasi kegiatan
Pelaksanaan senam ergonomik diterapkan oleh Ny.S yang menderita
hipertensi. Intervensi dilakukan selama dua kali kunjungan yaitu pada tanggal 18-
19 November 2021. Sebelum dilakukan intervensi pasien dilakukan pengukuran
tekanan darah terlebih dahulu. Kemudian pengukuran tekanan darah juga
dilakukan kembali setelah selesai tindakan. Adapun hasil pengukuran tekanan
darah pada pasien adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil pelaksanaan kegiatan

No Hari/Tanggal Sebelum intervensi Setelah intervensi


1 Kamis / 18 DS : pasien mengatakan DS: pasien mengatakan
November 2021
sedikit terasa merasa lebih segar
pusing
DO : DO :
- TD :150/90 mmHg - TD :130/90 mmHg
- Suhu : 36,20C - Suhu : 36,20C
- Nadi : 86 x/mnt - Nadi : 86 x/mnt
- RR : 20 x/mnt - RR : 20 x/mnt
- Klien tampak lebih
bugar
2 Jumat / 19 DS : pasien mengatakan DS : pasien mengatakan
November pusing sudah merasa badannya
2021 mulai berkurang enak setelah
DO : mengikuti senam
- TD :150/100 mmHg DO :
- Suhu : 36,50C - TD :140/90 mmHg
- Nadi : 85 x/mnt - Suhu : 36,50C
- RR : 20 x/mnt - Nadi : 85 x/mnt
- Wajah klien sudah - RR : 20 x/mnt
tampak segar - Klien kooperatif

Data diatas menunjukkan bahwa senam ergonomik efektif sebagai terapi


komplementer untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Dimana setelah dilakukan intervensi selama dua hari terjadi penurunan tekanan
darah baik sistolik maupun diastolik. Pada hari pertama, sebelum dilakukan
intervensi tekanan darah pasien yaitu 150/90 mmHg. Setelah dilakukan
intervensi mengalami penurunan menjadi 130/90 mmHg. Hari kedua saat
dilakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum intervensi didapatkan tekanan
darah pasien 150/100 mmHg. Setelah dilakukan senam mengalami penurunan
menjadi 140/90 mmHg. Selama pelaksanaan senam ergonomik pasien
kooperatif dan mengikuti kegiatan sampai selesai. Sebelum senam dimulai
dilakukan pemanasan terlebih dahulu untuk peregangan otot dan setelah senam
dilakukan pendinginan. Ny.S dapat melakukan gerakan senam ergonomik
dengan baik namun Ny.S sedikit kesulitan untuk melakukan gerakan berbaring
pasrah.
BAB V
PEMBAHASAN

Penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologis yang dapat dipakai salah


satunya adalah dengan melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik yang bagus dilakukan
lansia adalah olahraga. Senam Ergonomik adalah suatu metode yang praktis, efektif,
efisien, dan logis dalam memelihara kesehatan tubuh manusia. Senam Ergonomik
mampu mengembalikan dan memperbaiki posisi dan kelenturan sistem saraf dan
aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen ke otak. Gerakan-gerakan senam
Ergonomis sesuai dengan kaidah-kaidah penciptaan tubuh yang diilhami dari gerakan
shalat sehingga lansia mudah untuk melakukan gerakan senam ini (Wratsongko,
2014).

Senam ergonomik dapat menjadi salah satu terapi komplementer untuk


menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh
(Muharni, 2020) diperoleh hasil bahwa ada efektifitas pelaksanaan senam ergonomik
terhadap penurunan tekanan darah dengan hasil p- value 0.00 < 0.05, dimana
perubahan tekanan darah yang signifikan terjadi pada minggu ketiga, baik tekanan
darah sistolik maupun diastolik. Senam ergonomik merupakan kombinasi dari
gerakan otot dan teknik pernafasan. Teknik pernafasan tersebut dapat memperlancar
aliran darah ke jantung dan meningkatkan masukan oksigen ke paru - paru. Aliran
darah ke seluruh tubuh juga meningkat, membawa oksigen yang cukup ke seluruh
tubuh dan otak sehingga merangsang peningkatan serotonin yang membuat tubuh
relaksasi (Haryati, 2020).

Penelitian oleh (Suwanti, 2019) menunjukkan hasil ada pengaruh yang


signifikan senam ergonomik terhadap tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah
senam ergonomik (p value=0,000) dan ada pengaruh yang signifikan pada tekanan
darah diastolik sebelum dan sesudah senam ergonomik (p value=0,011) pada lansia
dengan hipertensi di Unit Rehabilitasi Wening Wardoyo Ungaran. Latihan kombinasi
gerakan kelompok otot dengan latihan pernafasan terkontrol dapat merangsang
aktivasi sistem saraf otonom parasimpatis nuclei rafe yang terletak di separuh bagian
bawah pons dan di medulla. Aktivasi sistem saraf parasimpatis akan menghambat
stimulasi sistem saraf simpatis. Terhambatnya sistem saraf simpatis akan
menyebabkan penurunan curah jantung dan penurunan tahanan perifer sehingga
terjadi vasodilatasi. Gabungan vasodilatasi dan penurunan curah jantung akan
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah (Muttaqin, 2012). senam
ergonomik berpengaruh pada tekanan darah penderita hipertensi. Dengan kondisi
tubuh yang rileks, dan tidak mengalami stres maka pembuluh darah akan mengalami
vasodilatasi tanpa adanya tahanan, ini dapat memaksimalkan suplai oksigen dan
melancarkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Haryati, 2020) diperoleh data
rerata tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Desa Gunungsari Kecamatan
Madiun Kabupaten Madiun sebelum dilakukan senam ergonomic adalah 154,47
mmHg (systole) dan 80,79 mmHg (diastole). Rerata tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di Desa Gunungsari Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun
setelah dilakukan senam ergonomic adalah 140,79 mmHg (systole) dan 77,89 mmHg
(diastole). Ada perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Desa
Gunungsari Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun sebelum dan sesudah dilakukan
senam ergonomik dengan p value 0,000 (systole) dan p value 0,010 (diastole).

Manfaat dari senam ergonomik adalah mengontrol tekanan darah bermanfaat


bagi kesehatan dan kebugaran.Senam Ergonomis merupakan senam yang gerakannya
diadopsi dari gerakan shalat. Gerakan dalam senam ini sangat sederhana, bahkan
minim gerakan, namun bila dilakukan secara konsisten dan kontinue, maka akan
memberikan manfaat yang sangat baik bagi kesehatan. Manfaat gerakan senam
ergonomis ini antara lain: Pengaktifan fungsi organ tubuh; membangkitkan biolistrik
dalam tubuh dan melancarkan sirkulasi oksigen sehingga tubuh akan terasa segar dan
energi bertambah; penyembuhan berbagai penyakit, mengontrol tekanan darah tinggi.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih
dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg.
Teknik non farmakologis yang dapat dilakukan sebagai cara penatalaksanaan
hipertensi adalah mengubah gaya hidup yang lebih sehat, salah satunya
melakukan aktivitas fisik dengan senam ergonomik. Gerakan dalam senam ini ada
lima gerakan yang sesuai dengan kaidah-kaidah penciptaan tubuh yang diilhami
dari gerakan shalat sehingga lansia mudah untuk melakukan. Senam ergonomik
mampu mengembalikan dan memperbaiki posisi dan kelenturan sistem saraf dan
aliran darah serta memaksimalkan suplai oksigen ke otak. Penerapan senam
ergonnomik yang telah dilakukan pada Ny.S efektif untuk menurunkan tekanan
darah dibuktikan dengan terjadi penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah
dilakukan senam.
B. Saran
Berdasarkan implementasi senam ergonomik yang dilakukan oleh Ny.S, maka
penulis merekomendasikan terapi ini untuk dapat dipakai sebagai teknik non
farmakologis dalam mengatasi tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi.
Gerakan senam ergonomik juga mudah dilakukan sehingga disarankan untuk
dilakukan secara rutin untuk dapat memaksimalkan hasil yang diharapkan.
Sebelum pelaksanaan senam ergonomik diharapkan peneliti juga memperhatikan
keselamatan lansia terutama kondisi fisik sehingga dapat meminimalkan kejadian
yang tidak diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, N. L. P. J. P., Sutajaya, I. M., & Dewi, N. P. S. R. (2019). Senam Ergonomik


Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal Dan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Marapati Buleleng.
Pendidikan Biologi Undiksha, 6(3), 105.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPB/article/view/21936

Fernalia, F., Listiana, D., & Monica, H. (2021). Pengaruh Senam Ergonomik
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu. Malahayati Nursing Journal, 3(1), 1–10.
https://doi.org/10.33024/manuju.v3i1.3576

Haryati, S. (2020). Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Perubahan Tekanan Darah


Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Desa Gunungsari Kecamatan Madiun
Kabupaten Madiun. Journal of Nursing Care & Biomolecular, 5(1), 49–55.

Imelda, I., Sjaaf, F., & Puspita, T. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Air Dingin Lubuk Minturun.
Health & Medical Journal, 2(2), 68–77. https://doi.org/10.33854/heme.v2i2.532

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI.

Muharni, S., & Christya Wardhani, U. (2020). Penurunanan Tekanan Darah pada
Lansia Hipertensi dengan Senam Ergonomik. Jurnal Endurance, 5(1), 71.
https://doi.org/10.22216/jen.v5i1.4550
Pikir, Budi S, Muhammad Aminuddin, Agus Subagjo dkk. (2015). Hipertensi
Manajemen Komprehensif. Surabaya : Airlangga University Press (AUP).

Sagiran. (2013). Mukjizat sholat. Yogyakarta:Nuha Medika press

Suwanti, S., Purwaningsih, P., & Setyoningrum, U. (2019). Pengaruh Senam


Ergonomik Terhadap Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 1(1), 1–12.
https://doi.org/10.37287/jppp.v1i1.15

Wratsongko, M. (2014). Mukjizat Gerakan Shalat & Rahasia 13 Unsur Manusia.


Jakarta: Mizan Digital Publish.
Lampiran

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR (SOP)


SENAM ERGONOMIK
1 Pengertian :
Senam ergonomik adalah senam fundamental yang gerakannya sesuai dengan susunan
fisiologis tubuh-tubuh dengan sendirinya tepelihara hemeostatisnya (keteraturan dan
keseimbangannya) sehingga tetap dalam keadaan bugar
2 Tujuan :
e. Mengontrol tekanan darah tinggi
f. Bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran
g. Pengaktifan fungsi organ tubuh, membangkitkan biolistrik dalam tubuh
h. Memperlancar sirkulasi oksigen sehingga tubuh akan terasa segar dan energi bertambah
3 Persiapan pasien :
- Memberikan salam, memperkenalkan diri dan mengidentifikasi pasien
- Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, memberikan kesempatan
kepada pasien untuk bertanya dan menjawab seluruh pertanyaan pasien
4 Langkah-langkah :
a. Gerakan lapang dada
Berdiri tegak, kedua lengan diputar ke belakang semaksimal mungkin, tarik
nafas dalam melalui hidung lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Saat dua
lengan di atas kepala, jari kaki dijinjit.
b. Gerakan tunduk syukur
Gerakan tunduk syukur berasal dari gerakan rukuk. Posisi tubuh berdiri
tegak dengan menarik napas dalam perlahan, lalu tahan napas sambil
membungkukkan badan ke depan sempurna. Tangan berpegangan pada
pergelangan kaki, wajah menengadah dan hembuskan napas secara rileks dan
perlahan.
c. Gerakan duduk perkasa
Posisi duduk dengan jari kaki sebagai tumpuan, tarik napas dalam lalu tahan
sambil membungkukkan badan ke dapan. Tangan bertumpu pada paha dan
wajah menengadah
d. Gerakan sujud syukur
Posisi duduk seperti duduk perkasa kemudian dua tangan menggenggam
pergelangan kaki, tarik napas dalam sambil membungkukkan badan ke
depan sampai punggung terasa teregang, wajah menegadah sampai terasa
teregang. Hembuskan napas secara rileks dan perlahan.
e. Gerakan berbaring pasrah
Posisi kaki seperti pada gerakan duduk pembakaran kemudian baringkan badan
perlahan semampunya. Jika bisa punggung menyentuh lantai atau alas, dua
lengan lurus di atas kepala, napas dada, perut mengecil. Apabila tidak mampu
menekuk kaki maka kaki dapat diluruskan.

5 Frekuensi :
a. Gerakan Lapang Dada
Gerakan ini dilakukan sebanyak 15 kali putaran. Satu gerakan memutar
butuh waktu 5 detik sebagai gerakan aerobik. Keseluruhan 15 kali putaran
dalam waktu 2 menit. Kemudian istirahat sebelum melakukan gerakan kedua.
b. Gerakan Tunduk Syukur
Gerakan ini dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai
dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas, jadi keseluruhan
gerakan selesai dalam 4 menit.
c. Gerakan Duduk Perkasa
Gerakan ini dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai
daam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk menarik nafas, jadi
keseluruhan gerakan selesai dalam waktu 4 menit.
d. Gerakan Sujud Syukur
Gerakan ini dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai
dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk menarik nafas, jadi
keseluruhan gerakan selesai dalam waktu 4 menit.
e. Gerakan Berbaring Pasrah
Gerakan ini dilakukan minimal 2 menit, gerakan dilakukan perlahan dan tidak
dipaksakan saat merebahkan badan maupun bangun.
6 Terminasi :
- Mengevaluasi hasil tindakan
- Berpamitan dengan pasien
- Mencacat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai