DISUSUN OLEH :
Faishal Ibrahim
(P1337420921175)
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organisasion (WHO), lanjut usia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir fase kehidupannya. Individu
yang memasuki masa lansia akan mengalami perubahan pada system
kardiovaskuler berupa penurunan elastisitas di jaringan perifer yang
menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah dan arterosklerosis. Hal ini
memicu terjadinya peningkatan prevalensi hipertensi pada lanjut usia. Hipertensi
sendiri merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg.
Tekanan darah yang tinggi dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan
pembuluh darah di seluruh tubuh.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi
esensial atau primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau primer
adalah penyakit hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan
hipertensi sekunder dapat ditentukan melalui tanda-tanda di antaranya kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid) dan penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Penyakit hipertensi adalah salah satu
penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat
ini. Seringkali penyakit ini tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah
yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
komplikasi.
Data dari global status report on noncommunicable diseases 2010 dari wold
health organization (WHO) menyebutkan bahwa jumlah penderita hipertensi
pada negara berkembang mencapai 40%, sedangkan di Negara maju hanya 35%.
Penderita hipertensi usia dewasa di kawasan Asia Tenggara terdiri dari 36%.
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan kementerian kesehatan tahun
2018 menghasilkan peningkatan kejadian hipertensi dibandingkan hasil pada
tahun 2013. Prevalensi kejadian hipertensi berdasarkan hasil riskesdas 2018
adalah 34,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang
menyentuh angka prevalensi 25,8%. Hasil tersebut merupakan kejadian hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada masyarakat Indonesia berusia
18 tahun ke atas (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia
dan faktor resiko utama penyakit kardiovaskuler tersering. Hipertensi juga erat
hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola makan. Gaya hidup sangat
berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang yang mempunyai
pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan. Hipertensi belum banyak
diketahui sebagai penyakit yang berbahaya sehingga biasanya pemeriksaan
hipertensi diketahui setelah dilakukan pemeriksaan rutin tekanan darah atau
pasien datang dengan adanya keluhan lain. Dampak serius yang dapat
ditimbulkan dari hipertensi sendiri seperti gangguan fungsi jantung koroner,
fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke. Selain mengakibatkan angka
kematian yang tinggi, penyakit ini juga berdampak pada mahalnya pengobatan
dan perawatan. Perlu diingat juga bahwa hipertensi berdampak pula bagi
penurunan kualitas hidup sehingga apabila seseorang dengan tekanan darah tinggi
tidak mendapatkan pengobatan rutin dan pengontrolan secara teratur, maka dapat
menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
Penatalaksanaan hipertensi pada masyarakat biasanya dilakukan secara
farmakologis dengan mengkonsumsi obat penurun tekanan darah. Namun
beberapa terapi non farmakologis juga dapat dilakukan untuk membantu
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Salah satu teknik yang
dapat dipakai adalah dengan melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik yang bagus
dilakukan lansia adalah olahraga. Senam ergonomik merupakan suatu metode
yang praktis, efektif, efisien dan logis dalam memelihara kesehatan tubuh
manusia (Muharni, 2020). Senam ergonomik merupakan senam yang gerakannya
diadopsi dari gerakan shalat. Manfaat dari senam ergonomik antara lain adalah
mampu mengembalikan dan memperbaiki posisi dan kelenturan system saraf dan
aliran darah serta memaksimalkan suplai oksigen ke otak. Gerakan-gerakan
senam ergonomik bersifat sederhana sehingga mudah dilakukan oleh lansia.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus
mengenai keefektifan senam ergonomik untuk membantu menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran permasalahan pada latar belakang diatas, maka
dirumuskan masalah senagai berikut “ Apakah ada pengaruh penerapan senam
ergonomik terhadap penurunan tekanan darah pada Ny.S dengan penyakit
hipertensi di Banaran, Sumberejo, Ngablak Kabupaten Magelang?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui keefektifan penerapan senam ergonomik untuk menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan perkembangan penurunan tekanan darah sebelum dan
sesudah dilakukan senam ergonomik
b. Mengevaluasi respon pasien selama pemberian senam ergonomik
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritik
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi bagi perkembangan ilmu
kesehatan untuk menurunkan tekanan darah pasien hipertensi dengan
melakukan senam ergonomik.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Peneliti
Dapat mengembangkan ilmu yang telah didapatkan selama pembelajaran
tentang penerapan terapi komplementer sebagai teknik penurunan tekanan
darah pasien hipertensi.
b. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi.
c. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran terkait
terapi komplementer sebagai penurun tekanan darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi secara umum didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan
darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. Tekanan darah yang tinggi
erupakan faktor risiko yang kuat dan penting untuk penyakit-penyakit
kardiovaskuler dan penyakit ginjal. Meningkatnya tekanan darah di dalam
pembuluhdarah bisa terjadi melalui beberapa cara, sebagai berikut :
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga lebih banyak mengalirkan cairan
pada setiap detiknya.
b. Pembuluh darah besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
pembuluh darah tersebut. Oleh karena itu, darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang lebih sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan darah. Inilah yang terjadi pada usia lanjut
karena dinding pembuluh darahnya telah menebal dan kaku karena
artheriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi vasokonstriksi yaitu jika pembuluh darah kecil (arterila)
untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon
didalam darah.
c. Bertambahnya cairan didalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume
darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat
(Susilo & Wulandari, 2011).
2. Klasifikasi
Komite eksekutif dn Natioal High Blood Pressure Education Program
merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 profesional, sukarelawan,
dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and the Treatment of High
Blood Pressure) yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat
(Sani, 2008). Meurut JNC tekanan darah dapat diklasifikasikan sebagai berikut
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC
A. Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan implementasi senam ergonomik untuk mengatasi tekanan darah
tinggi dilakukan pada Ny.S yang menderita hipertensi di Dusun Banaran
Sumberejo Ngablak Kabupaten Magelang. Sebelumnya pasien dilakukan
pengukuran tekanan darah kemudian diberikan intervensi senam ergonomik.
B. Prosedur pelaksanaan
1. Tahap awal
Memilih pasien untuk dijadikan responden berdasarkan kriteria inklusi yaitu
pasien dengan orientasi baik, pasien dengan kondisi fisik baik, pasien yang
menderita penyakit hipertensi dan bersedia menjadi responden.
2. Tahap persiapan pasien
- Memberikan salam, memperkenalkan diri dan mengidentifikasi pasien
- Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, memberikan
kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan menjawab seluruh pertanyaan
pasien
- Dilakukan pemanasan sebelum senam ergonomik dimulai
3. Tahap pelaksanaan
a. Gerakan lapang dada
Berdiri tegak, kedua lengan diputar ke belakang semaksimal
mungkin, tarik nafas dalam melalui hidung lalu hembuskan
perlahan melalui mulut. Saat dua lengan di atas kepala, jari kaki
dijinjit.
b. Gerakan tunduk syukur
Gerakan tunduk syukur berasal dari gerakan rukuk. Posisi tubuh
berdiri tegak dengan menarik napas dalam perlahan, lalu tahan
napas sambil membungkukkan badan ke depan sempurna.
Tangan berpegangan pada pergelangan kaki, wajah menengadah
dan hembuskan napas secara rileks dan perlahan.
c. Gerakan duduk perkasa
Posisi duduk dengan jari kaki sebagai tumpuan, tarik napas dalam
lalu tahan sambil membungkukkan badan ke dapan. Tangan
bertumpu pada paha dan wajah menengadah
d. Gerakan sujud syukur
Posisi duduk seperti duduk perkasa kemudian dua tangan
menggenggam pergelangan kaki, tarik napas dalam sambil
membungkukkan badan ke depan sampai punggung terasa
teregang, wajah menegadah sampai terasa teregang. Hembuskan
napas secara rileks dan perlahan.
e. Gerakan berbaring pasrah
Posisi kaki seperti pada gerakan duduk pembakaran kemudian
baringkan badan perlahan semampunya. Jika bisa punggung
menyentuh lantai atau alas, dua lengan lurus di atas kepala, napas
dada, perut mengecil. Apabila tidak mampu menekuk kaki maka
kaki dapat diluruskan.
4. Tahap terminasi
- Mengevaluasi hasil tindakan
- Berpamitan dengan pasien
- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
C. Faktor pendukung
Senam ergonomik menjadi salah satu senam yang dapat membantu
menurunkan tekanan darah tinggi. Gerakan pada senam ini diambil berdasarkan
gerakan solat sehingga cukup mudah dilakukan oleh lansia. Selama pelaksanaan
kegiatan pasien sangat kooperatif serta lingkungan rumah cukup tenang dan
nyaman. Hal ini menjadi faktor pendukung dari keberhasilan pelaksanaan
kegiatan.
D. Faktor penghambat
Adanya keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kegiatan menjadi faktor
penghambat. Pelaksanaan kegiatan senam ini juga hanya diberikan oleh satu
orang pasien saja sehingga hasil yang didapatkan belum cukup maksimal.
E. Evaluasi kegiatan
Pelaksanaan senam ergonomik diterapkan oleh Ny.S yang menderita
hipertensi. Intervensi dilakukan selama dua kali kunjungan yaitu pada tanggal 18-
19 November 2021. Sebelum dilakukan intervensi pasien dilakukan pengukuran
tekanan darah terlebih dahulu. Kemudian pengukuran tekanan darah juga
dilakukan kembali setelah selesai tindakan. Adapun hasil pengukuran tekanan
darah pada pasien adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil pelaksanaan kegiatan
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Haryati, 2020) diperoleh data
rerata tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Desa Gunungsari Kecamatan
Madiun Kabupaten Madiun sebelum dilakukan senam ergonomic adalah 154,47
mmHg (systole) dan 80,79 mmHg (diastole). Rerata tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di Desa Gunungsari Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun
setelah dilakukan senam ergonomic adalah 140,79 mmHg (systole) dan 77,89 mmHg
(diastole). Ada perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Desa
Gunungsari Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun sebelum dan sesudah dilakukan
senam ergonomik dengan p value 0,000 (systole) dan p value 0,010 (diastole).
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih
dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg.
Teknik non farmakologis yang dapat dilakukan sebagai cara penatalaksanaan
hipertensi adalah mengubah gaya hidup yang lebih sehat, salah satunya
melakukan aktivitas fisik dengan senam ergonomik. Gerakan dalam senam ini ada
lima gerakan yang sesuai dengan kaidah-kaidah penciptaan tubuh yang diilhami
dari gerakan shalat sehingga lansia mudah untuk melakukan. Senam ergonomik
mampu mengembalikan dan memperbaiki posisi dan kelenturan sistem saraf dan
aliran darah serta memaksimalkan suplai oksigen ke otak. Penerapan senam
ergonnomik yang telah dilakukan pada Ny.S efektif untuk menurunkan tekanan
darah dibuktikan dengan terjadi penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah
dilakukan senam.
B. Saran
Berdasarkan implementasi senam ergonomik yang dilakukan oleh Ny.S, maka
penulis merekomendasikan terapi ini untuk dapat dipakai sebagai teknik non
farmakologis dalam mengatasi tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi.
Gerakan senam ergonomik juga mudah dilakukan sehingga disarankan untuk
dilakukan secara rutin untuk dapat memaksimalkan hasil yang diharapkan.
Sebelum pelaksanaan senam ergonomik diharapkan peneliti juga memperhatikan
keselamatan lansia terutama kondisi fisik sehingga dapat meminimalkan kejadian
yang tidak diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Fernalia, F., Listiana, D., & Monica, H. (2021). Pengaruh Senam Ergonomik
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu. Malahayati Nursing Journal, 3(1), 1–10.
https://doi.org/10.33024/manuju.v3i1.3576
Imelda, I., Sjaaf, F., & Puspita, T. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Air Dingin Lubuk Minturun.
Health & Medical Journal, 2(2), 68–77. https://doi.org/10.33854/heme.v2i2.532
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI.
Muharni, S., & Christya Wardhani, U. (2020). Penurunanan Tekanan Darah pada
Lansia Hipertensi dengan Senam Ergonomik. Jurnal Endurance, 5(1), 71.
https://doi.org/10.22216/jen.v5i1.4550
Pikir, Budi S, Muhammad Aminuddin, Agus Subagjo dkk. (2015). Hipertensi
Manajemen Komprehensif. Surabaya : Airlangga University Press (AUP).
5 Frekuensi :
a. Gerakan Lapang Dada
Gerakan ini dilakukan sebanyak 15 kali putaran. Satu gerakan memutar
butuh waktu 5 detik sebagai gerakan aerobik. Keseluruhan 15 kali putaran
dalam waktu 2 menit. Kemudian istirahat sebelum melakukan gerakan kedua.
b. Gerakan Tunduk Syukur
Gerakan ini dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai
dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas, jadi keseluruhan
gerakan selesai dalam 4 menit.
c. Gerakan Duduk Perkasa
Gerakan ini dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai
daam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk menarik nafas, jadi
keseluruhan gerakan selesai dalam waktu 4 menit.
d. Gerakan Sujud Syukur
Gerakan ini dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai
dalam waktu 35 detik ditambah 10 detik untuk menarik nafas, jadi
keseluruhan gerakan selesai dalam waktu 4 menit.
e. Gerakan Berbaring Pasrah
Gerakan ini dilakukan minimal 2 menit, gerakan dilakukan perlahan dan tidak
dipaksakan saat merebahkan badan maupun bangun.
6 Terminasi :
- Mengevaluasi hasil tindakan
- Berpamitan dengan pasien
- Mencacat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan