Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN & KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN

“KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI”

Di susun Oleh :
Kelompok 9
1. Firman Maulana (17.1975.P)
2. Citra Arinta Rachman (17.1967.P)
3. M Firrul Haqqi (17.2004.P)
4. Pimbajeng Utriyati (17.2018.P)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI

A. Pengertian

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan
tekanan diastolik 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG
(Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih
(Barbara Hearrison 1997). Dari tiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan
diastolic lebih dari 90 mmHg.

B. Etiologi / Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi Essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya, tetapi pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi :
1) Genetik : Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
2) Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah
meningkat.
3) Stress lingkungan
4) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah

Adapun faktor lain yaitu :

1) Factor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah hipertensi.
2) Ciri perseorangan
- Umur
- Jenis kelamin
- Ras
3) Kebiasaan hidup
- Konsumsi garam yang tinggi
- Kegemukan (obesitas)
- Stress
- Merokok
- Minum alkohol
- Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain. Penyebab
hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
- Glomerulonefritis
- Pielonefritis
- Nekrosis tubular akut
- Tumor
b. Vascular
- Aterosklerosis
- Hiperplasia
- Trombosis
- Aneurisma
- Emboli kolestrol
- Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
- DM
- Hipertiroidisme
- Hipotiroidisme
d. Saraf
- Stroke
- Ensepalitis
e. Obat – obatan
- Kontrasepsi oral
- Kortikosteroid

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak nafas
4. Gelisah
5. Mual
6. Muntah
7. Epistaksis
8. Kesadaran menurun

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin
I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler.Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk
pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer.

E. Tanda Dan Gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. Gejala
yang lazim ssering muncul adalah nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.

F. Klasifikasi

Kategori Sistolik(mm) Diastolik(mmHg)


Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

Hipertensi perbatasan 130-139 mmHg 85-89 mmHg


Hipertensi ringan (stadium 1) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi sedang (stadium 2) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Hipertensi berat (stadium 3) 180-209 mmHg 110-119 mmHg


Hipertensi maligna 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(stadium 4)

G. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan non-medis.
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan :
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a. Diet, pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas fisik, klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti
berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral
d. Tidak menimbulakn intoleransi
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan.

I. Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu yang lama akan merusak endothel arteri dan
mempercepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh
seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah factor
resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit
arteri coroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi.
Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko
yang bermakna untuk penyakit coroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal ginjal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT HIPERTENSI

A. PENGKAJIAN
1) Community Core (Data Inti)
Ada aspek yangakan dikaji dalam komponen ini yaitu :
a. Historis dari komunitas
Dikaji sejarah perkembangan komunitas; karakter masyarakat yang menunjang
hipertensi
b. Demografi, yang meliputi :
- Karakteristik umur dan jenis kelamin; usia, dan distribusinyapada riskmaupun
actual.
- Distribusi ras/etnis; budaya yang ada di masyarakat karena faktor ras; pola
konsumsi garam, makanan berlemak.
- Type keluarga ; mempengaruhi keputusan yang diambil keluarga terhadap
kesehatannya
- Status perkawinan
c. Vital statistik yang meliputi :
- Angka kelahiran
- Morbiditas
- Mortabilitas
d. Sistem nilai/norma/kepercayaan dan agama; perspektif masyarakat terhadap
hipertensi

2) Physical environment
Melakukan survey mengenai pola konsumsi, keluhan, kegiatan masyarakat,dan
pemetaan lingkungan

3) Pelayanan kesehatan dan social


Fasilitas pelayanan kesehatan baik didalam maupun diluar komunitas adalah sebagai
berikut :
a. Hospital
b. Praktikswasta
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan
e. Pelayanan kesehatan khusus
f. Perawatan di rumah
Fasilitas pelayanan social baik di dalam maupun di luar communiti, antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Counseling support services
b. Pelayanan khusus (socialworker)
Dari kedua tempat pelayanan tersebut, aspek aspek/data data yang perlu
dikumpulkan adalah sebagai berikut :
a. Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja)
b. Sumberdaya (tenaga, tempat, danadan perencanaan)
c. Karakteristik pemakai (penyebaran, gaya hidup, sarana transportasi)
d. Statistik, jumlah pengunjung perhari/minggu/bulan.
e. Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian pelayanan

4) Aspek Ekonomi
Aspek/komponenyang perlu dikaji :
a. Karakteristikpendapatan keluarga/rumah tangga
1) Rata-ratapendapatan keluarga/rumah tangga
 % pendapatan kelas bawah
 % keluarga mendapat bantuan social
 % keluarga dengan kepala keluargawanita
2) Rata-ratapendapatanperorangan
b. Karakteristikpekerjaan
i. Status ketergantungan
Jumlah populasi secara umum (umur > 18 tahun)
 % yang menganggur
 % yang bekerja
 % yang menganggur terselubung
 Jumlah kelompok khusus
ii. Kategori yang bekerja, jumlah, prosentasenya
 Manager
 Teknikal
 Pelayan
 Petani
 Buruh

5) Aspek Keamanan dan Transportasi


a. Keamanan
1) Protection service
2) Kualitas udara (polusi udara), kualitas air bersih (polusi air)
b. Transportasi
1) Milik pribadi
2) Milik umum: bus umum - angkotan kota

6) Aspek Politik dan Pemerintahan


a) jenjang pemerintahan
b) kebijaksanaan departemen kesehatan

7) Komunikasi yang di terima oleh masyarakat


a) Komunikasi formal : tv, telepon, radio, dll
b) Komunikasi infomal : papan pengumuman, selebaran, dll

8) Aspek Pendidikan
a) Status pendidikan :
- lama total sekolah
- jenis sekolah
- bahasa
b) Fasilitas pendidikan (SD, SMP, SLTA, PT) baik di dalam maupun diuar
komunitas

9) Rekreasi
Yang menyangkut tempat-tempat rekreasi baik didalam maupun di luar yang
berpengaruh terhadap hipertensi di masyarakat.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Macam analisa data dikomunitas dengan hipertensi
1. Analisa korelatif
Mengembangkan tingkat hubungan, pengaruh dari dua atau lebih sub-variabel yang
diteliti menggunakan perhitungan secara statistik.
Contoh : hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap penderita hipertensi dengan
status kesehatan fisik : sistem kondiovaskuler.

2. Analisa masalah berdasarkan kelompok data/data focus yang dianggap sebagai


masalah
Contoh:
1) Insiden penyakit terbanyak khususnya hipertensi
2) Keluhan yang paling banyak dirasakan
3) Pola/perilaku yang tidak sehat
4) Lingkungan yang tidak sehat
5) Pemanfaatan layanan kesehatan yang kurang efektif
6) Peran serta masyarakat yang kurang mendukung
7) Target/cakupan program kesehatan yang kurang mencapai

3. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah atau lazimnya disebut


dengan etiologi. Untuk menetapkan etiologi dari masalah keperawatan dikomunitas
terkait hipertensi dimasyarakat dapat menggunakan beberapa pilihan dibawah ini :
1) Faktor budaya masyarakat
2) Pengetahuan yang kurang
3) Sikap masyarakat yang kurang mendukung
4) Dukungan yang kurang dari pemimpin formal atau informal
5) Kurangnya kader kesehatan dimasyarakat
6) Kurangnya fasilitas dukungan dimasyarakat
7) Kurannya efektif pernegosiasian
8) Kondisi lingkungan dan geografis yang kurang kondusif
9) Pelayanan kesehatan kurang memadai
10) Kurangnya ketrampilan terhadap prosedur pencegahan penyakit
11) Kurangnya keterampilan terhadap prosedur perawatan kesehatan
12) Faktor financial
13) Komunikasi/koordinasi dengan sumber pelayanan kesehatan kesehatan kurang
efektif

Metode yang digunakan untuk mangatasi masalah hipertensi dimasyarakat tetap


memperhatikan aspek 3 level preventif (WHO,2004)

1. Primary prevention
a. Healyh promotlon
- Distribution of health information
- Health promotion activities for all age groups, e.g. elderly clubs and school
health
- HIV counseling
- Management of the everonment in the family and community to prevent
accident/ injuries and promote health
b. Dlsease prevention
- Immunization
- Health surveillance
- Condom promotion campaigns
- Surveillance of sprcific health problems, e.g. drug misuse, adolescent health
and behavioural problems
2. Secondary prevention
Health screenlng and treatment of common iiineses and allments
- Health assement
- Treatment of of illnesses and ailments sunch diarrhea, fever, sore acute respiratory
infections
- Health care at home
- Referral

3. Tertiary prevention
Rehabilitative, palllatlve and long-term care
- Self-help groups
- Health care at home/palliative and hospice care
- Community care for aids
- Care for people with disabilities and impairments, e.g. following cardiovascular
accidents

C. INTERVENSI

Setelah permasalahan dapat diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi


beberapa alternatif pemecahan masalah yang ditunjukkan dengan pelaksanaan rangkaian
beberapa kegiatan pengabdian masyarakat. Kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat
tersebut adalah :

1. Positif defiance
Melibatkan secara aktif terhadap penderita hipertensi yang mengalami perubahan
positif dari perubahan yang terjadi karena masukkan pendidikan kesehatan, support
system yang diberikan, sehingga menjadi agent perubahan yang positif.
2. Pembentukan Posbindu/Kelompok Peduli
Posbindu merupakan salah satu bentukupaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan
masyarakat. Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang
memasuki masa lansia maupun yang sudahmemasuki lansia. Yang dibangun dengan
langkah-langkah meliputi :
1) Pertemuan tingkat desa
2) Survey mawas diri
3) Musyawarah Masyarakat Desa
4) Pelatihan kader
5) Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6) Pembinaan dan pelestarian kegiatan

3. Rekrutmen dan Pelatihan Kader Posbindu atau peduli hipertensi


Syarat untuk menjadi kader posbindu :
1) Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi
setempat ;
2) Mau dan mampu bekerja secara sukarela ;
3) Bisa membaca dan menulis huruf lain ;
4) Sabar dan memahami usia lanjut.

Setelah rekrutmen kader Posbindu, maka dilanjutkan dengan penyelenggaraan pelatihan


kader Posbindu dengan materi sebagai berikut :

1) Pengelolaan dan pengorganisasian Posbindu


2) Surveilans hipertensi (survey mawas diri)
3) Proedur deteksi dini hipertensi dan komplikasinya
4) Penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya
5) Pencegahan hipertensi
6) Pertolongan pertama kedaruratan penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler

4. Surveilans Hipertensi
Surveilans adalah survey lapangan untuk mengumpulkan data tentang prevelensi
hipertensi di masyarakat. Surveilans dilakukan oleh kader Posbindu yang telah
diberikan pelatihan surveilans dan data yang terkumpul diolah dan dianalisis bersama
oleh kader, tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan.
5. Pembuatan peta kewaspadaan hipertensi
Data hasil surveilans dijadikan dasar untuk menyusun peta kewaspadaan hipertensi di
komunitas. Peta ini sekaligus sebagai bukti dokumentasi hasil surveilans yang telah
dilakukan dan diberi kode-kode khusus berdasarkan kesepakatan tim tentang kategori
masyarakat dalam kaitannya dengan kewaspadaan hipertensi.

6. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin


Pemeriksaan tekanan darah secara rutin merupakan bagian dari pelayanan Posbindu.
Namun demikian dalam kasus tertentu, pemeriksaan tekanan darah tidak dilakukan
secara pasif (menunggu di Posbindu), tetapi justru dilakukan secara aktif dari rumah
ke rumah, pada kelompok masyarakat yang memiliki faktor risiko dan kelompok
lansia atau dikenal sebagai penemuan kasus hipertensi secara aktif. Penemuan kasus
secara aktif ini merupakan upaya penapisan kasus hipertensi di masyarakat sebagai
salah satu upaya deteksi dini kasus hipertensi dan komplikasinya.

7. Pelaksanaan senam jantung sehat dan senam lansia secara rutin


Kegiatan senam jantung sehat dan senam lansia juga merupakan bagian dari
pelayanan Posbindu. Dalam konteks ini, pelaksanaan senam ini juga bukan saja
diikuti oleh kelompok masyarakat berisiko atau kelompok lansia saja, tetapi juga bisa
diikuti oleh seluruh elemenmasyarakat.Kegiatan inimerupakan bentuk nyata dari
upaya pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah serta pengendalian salah
faktor risiko hipertensi.

8. Promosi kesehatan yang berkaitan dengan bahaya hipertensi


Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatka kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Program ini dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik dalam masyarakat itu sendiri, maupun dalam
organisasi dan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut maka strategi promosi
kesehatan yang akan dikembangkan dalam rangka pencegahan hipertensi adalah :
a. Advokasi
Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu kebijakan di
tingkat kecamatan dan desa.Diharapkan melalui advokasi ini, semua aparatur
pemerintahan bisa memberikan dukungan, baik dukungan moral maupun
material, terhadap kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.
b. Dukungan social
Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh agama yang ada.
Diharapkan para tokoh masyarakat dan tokoh agama tersebut dapat
menjembatani komunikasi antara pengelola program kesehatan dan masyarakat
khususnya terkait hipertensi.
c. Pemberdayaan masyarakat
Kegiatan ini diarahkan pada masyarakat langsung sebagai sasaran primer
promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri . Bentuk
kegiatannya lebih ditekankan pada penggerakkan masyarakat untuk kesehatan,
dalam hal ini adalah pengelolaan Posbindu.
Ruang lingkup promosi kesehatan sendiri meliputi tatanan keluarga (rumah tangga)
dan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan yang
diberikan, promosi kesehatan yang dilakukan hanya berada pada level promosi
kesehatan, perlindungan spesifik, serta diagnosis dini dan pengobatan segera.
Kegiatan promosi kesehatan pada setiap level tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Promosi kesehatan
1) Senam jantung sehat dan senam lansia
2) Kampanye anti rokok
3) Penyuluhan gizi lansia
4) Pelatihan pemeriksaan tekakan darah bagi keluarga lansia
b. Pencegahan spesifik
1) Pemberian mutivitamin
c. Diagnosis dini pengobatan segera
1) Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi
2) Pemeriksaan tanda-tanda hipertensi

9. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi


Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi kesehatan yang tujuannya
memampukan masyarakat untuk dapat menghindari perilaku-perilaku yang berisiko
meningkatkan kejadian hipertensi dan/ataumelakukan tindakan yang tepat untuk
mengatasi masalah hipertensi pada masyarakat dan keluarga penderita hipertensi.

10. Pelatihan pengukuran tekanan darah bagi keluargan lansia dan keluarga pendererita
hipertensi
Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya memperpendek akses pelayanan
kesehatan, khususnya bagi penderita hipertensi dalam melakukan pemantauan
(monitoring) terhadap kondisi kesehatannya. Pada akhirnya setiap keluarga dari penderita
hipertensi dapat melakukan pemantauan tekanan darah penderita hipertensi secara teratur,
tanpa harus pergi ke Puskesmas yang memakan waktu dan biaya transportasi. Karena itu,
ketersediaan tensimeter di Posbindu harus cukup sebagai antisipasi bagi kebutuhan
terhadap pemantauan tekanan darah secara mandiri oleh keluarga penderita. Sudah
barang tentu, anggota keluarga yang dilatih adalah mereka yang memenuhi syarat tertentu
sehingga dimungkinkan mampu menguasai dalam mempraktikkan dan
menginterpretasikan hasil pengukuran tekanan darahnya.

11. Pengumpulan dana sosial tanggap hipertensi


Kegiatan ini merupakan manifestasi nyata dari strategi gerakan masyarakat sebagai salah
satu strategi promosi kesehatan. Dalam hal pengumpulan dana sosial maka dibutuhkan
dukungan dari para pengambil keputusan di tingkat desa dan kecamatan, serta kesadaran
dari masyarakat itu sendiri. Tentu dalam kondisi yang tidak mengikat, kegiatan ini
bersifat fleksibel terutama ditujukan bagi kelompok masyarakat dengan tingkat
kemampuan ekonomi menengah ke atas. Dana sosial ini ditujukan untuk membantu
pembiayaan warga masyarakat yang mengalami komplikasi hipertensi sehingga
membutuhkan pengobatan lebih kompleks atau rujukan ke rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai