Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KGD

ASKEP PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI KRISIS

Dosen Pembimbing:

Ns. Anita Mirawati, M.Kep

Disusun oleh:

Kelompok 7, III A

1. FITRI RAMADANI

2. NISRINA NUR HANIFAH

3. YESI CHANIA

4. WENDI DERMAWAN

1
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
PRODI KEPERAWATAN SOLOK

2017/2018

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
ucapkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini, mengenai ASKEP PADA

PASIEN DENGAN HIPERTENSI KRISIS.

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari berbagai
pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini .

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuh nya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi sususnan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu , kami
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi makalah yang baik dan
benar.

Akhir kata kami meminta semoga makalah ini bisa bemanfaat ataupun inspirasi bagi
pembaca.

Solok, Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................................4
A. Definisi.......................................................................................................................................4
B. Etiologi.......................................................................................................................................5
C. Manifestasi klinis.......................................................................................................................6
D. Patofisiologi...............................................................................................................................7
E. Penatalaksanaan........................................................................................................................7
Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi..................................................................................11
F. Komplikasi................................................................................................................................12
G. Pemeriksaan penunjang...........................................................................................................13
H. KONSEP DASAR KEPERAWATAN................................................................................................15
BAB IV..................................................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................................................21
A. Kesimpulan..............................................................................................................................21
B. Saran........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu- waktu bisa jatuh dalam keadaan
gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% Penderita hipertensi berlanjut menjadi “krisis
hipertensi” dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun .Tetapi krisis hipertensi jarang
ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang
dari 1%. Krisis hipertansi merupakan keadaan yang sangat berbahaya, karena terjadi
kenaikan tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu singkat. Biasanya tekanan
diastolic lebih atau sama dengan 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam disertai dengan
gangguan fungsi jantung, ginjal dan otak serta retinopati tingkat 3 dan 4.

B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi hipertensi krisis?
b. Apa etiologi hipertensi krisis?
c. Apa manifestasi klinis hipertensi krisis?
d. Apa patofisiologi hipertensi krisis?
e. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi krisis?
f. Apa komplikasi hipertensi krisis?
g. Apa pemeriksaan penunjang hipertensi krisis?
h. Bagaimana askep hipertensi krisis?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi hipertensi krisis.
b. Untuk mengetahui etiologi hipertensi krisis.
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis hipertensi krisis.
d. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi krisis.
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan hipertensi krisis.
f. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi krisis.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi krisis.
h. Untuk mengetahui askep hipertensi krisis.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah menjadi sangat tinggi
dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti otak (stroke), ginjal, dan jantung. Krisis
hipertensi sangat seringterjadi pada pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai
meminum obat antihipertensinya (Lumenta, 2006).

Krisis hipertensi merupakan sebuah kegawatdaruratan yang memerlukan penurunan


tekanan darah segera (Tanto, 2014)
Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan dibidang neurovaskular yang sering
dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis ditandai dengan peningkatan tekanan
darah akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik yang merupakan konsekuensi dari
peningkatan darah tersebut ini merupakan komplikasi yang sering dari penderita dengan
hipertensi dan membutuhkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang
mengancam jiwa (Devicaesaria, 2014)

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih >120
(Hipertensi maligna)

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi
“Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi

5
jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang
dari 1 %.

D. Etiologi
Pada umumnya krisis hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Krisis
hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan kardiak output atau peningkatan tekanan
parifer. Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya krisis hipertensi yaitu:

1. Genetik : respon nerologi terhadap stress atau kelainan ekskresi.


2. Obesitas : terkait dengan lefel insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan dsrsh
meningkat.
3. Stress lingkungan
4. Hilangnya eksistensi jaringan dan atreisklerosis pada orang tua serts pelebaran
pembuluh darah.

Faktor Resiko Krisis Hipertensi


1. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
2. Kehamilan
3. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
4. Pengguna NAPZA
5. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,
penyakit vaskular/ kolagen)

E. Manifestasi klinis
1. Tekanan darah meningkat >140/90mmHg.

2. Sakit kepala.

3. Epistaksis.
6
4. Pusing atau migren.

5. Rasa berat di tungkuk.

6. Sukar tidur.

7. Mata berkunang-kunang, lamah dan lelah.

8. Muka pucat suhu tubuh rendah.

Gambaran Klinik Hipertensi Darurat


Tekanan Funduskopi Status neurologi Jantung Ginjal Gastrointestinal
darah
> 220/140 Perdarahan, Sakit kepala, Denyut jelas, Uremia, Mual, muntah
mmHg eksudat, kacau, gangguan membesar, proteinuria
edema kesadaran, kejang. dekompensasi,
papilla oliguria

F. Patofisiologi

Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat
dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik meningkat cepat
sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis
arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-
nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada retina
akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat
mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling terpercaya dari
hipertensi maligna.

Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun penurunan


tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160 mmHg. Apabila
tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan
kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi
memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak
yang irreversible.

7
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan kenaikan
after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini akan
terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma dengan krisis
hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.

Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila
Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada penderita
hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia,
autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan
yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema
otak.

G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular sistemik Pada
kegawatan hipertensi tekanan darah arteri rata-rata diturunkan secara cepat, sekitar 25%
dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya, dalam beberapa menit atau jam.
Penurunan tekanan darah selanjutnya dilakukan secara lebih perlahan. Sebaiknya
penurunan tekanan darah secara cepat tersebut dicapai dalam 1- 4 jam, dilanjutkan
dengan penurunan tekanan darah dalam 24 jam berikutnya secara lebih perlahan
sehingga tercapai tekanan darah diastolik sekitar 100 mmHg.
Seperti sudah disebutkan di atas, pada kegawatan hipertensi diberikan obat
antihipertensi parenteral yang memerlukan titrasi secara hati-hati sesuai dengan respons
klinik. Setelah penurunan tekanan darah secara cepat tercapai dengan pemberian obat
antihipertensi parenteral, dimulai pemberian obat antihipertensi oral.
Jika tekanan darah makin menurun dengan penambahan obat antihipertensi oral
tersebut, dilakukan titrasi penurunan dosis obat antihipertensi parenteral sampai
dihentikan. Pengukuran tekanan darah yang berkesinambungan dapat dilakukan dengan
menggunakan alat monitor tekanan darah osilometrik otomatik.
Sebaiknya tekanan darah tidak diturunkan sampai normal atau hipotensi, kecuali
pada diseksi aorta, karena akan mengakibatkan terjadinya hipoperfusi organ target.
Penurunan tekanan darah sampai normal dapat dilaksanakan pada saat pasien berobat
jalan.
Obat parenteral yang digunakan untuk terapi krisis hipertensi adalah :
1) Natrium Nitropusida
2) Nikardipin hidroklorida

8
3) Nitrogliserin
4) Enaraplirat
5) Hidralazin Hidroklorida
6) Diazoksid
7) Labatalol Hidroklorida
8) Fentolamin

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu segera diturunkan.
Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di ICU, pasang femoral intra
arterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada indikasi). Untuk menentukan
fungsi kordiopulmonair dan status volume intravaskuler. Anamnese singkat dan
pemeriksaan fisik. Tentukan penyebab krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang
menyerupai krisis hipertensi, tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan TD
yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan
dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien.
1) Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik tidak kurang
dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg selama 48 jam
pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu ( misal : disecting aortic
aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP ataupun TD yang
didapat.
2) Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal pengobatan dapat
menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung dan ginjal dan hal ini harus
dihindari pada beberapa hari permulaan, kecuali pada keadaan tertentu, misal :
dissecting anneurysma aorta. TD secara bertahap diusahakan mencapai normal
dalam satu atau dua minggu.

c. Diet sehat penderita krisis hipertensi


1) Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan dengan empat
cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas, diet
rendah serat,dan diet rendah energi (bagi yang kegemukan).
2) Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH (Dietary Approach
to Stop Hipertension) yang merupakan strategi pengaturan menu yang
lengkap. Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu makanan
dengan gizi seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-produk susu
tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan kacang-
kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah kalori yang dianjurkan untuk
dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kalori tergantung pada usia dan aktifitas.
9
Menu yang dianjurkan dalam diet DASH untuk yang berat badannya normal
mengandung 2.000 kalori yang dibagi dalam tiga kali waktu makan (pagi,
siang, malam).

BAHAN
PORSI SEHARI UKURAN PORSI
MAKANAN
Karbohidrat 3 – 5 piring Kecil
Lauk hewani 1 – 2 potong Sedang
Lauk nabati 2 – 3 potong Sedang
Sayuran 4 – 5 mangkuk
Buah – buahan 4 – 5 buah/potong Sedang
Susu / yoghurt 2 – 3 gelas

3) Diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu tanpa lemak atau rendah
lemak secara bersama-sama dan total dapat menurunkan tekanan sistolik rata-
rata 6 – 11 mmHg. Buah yang paling sering dianjurkan dikonsumsi untuk
mengatasi hipertensi adalah pisang. Sementara dari golongan sayuran adalah
sayuran hijau, seledri, dan bawang putih. Sedangkan makanan yang dilarang
dikonsumsi lagi oleh penderita hipertensi adalah daging kambing dan durian.

d. Terapi
Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic kurang lebih 110
mmHg atau berkurangnya sampai tekanan darah diastolic kurang lebih 110 mmHg atau
berkurangnya mean arterial blood pressure mean arterial blood pressure25 %( pada
strok penurunan hanya boleh 20 % dan khusus pada strok iskemik, tekanan darah baru
diturunkan secara bertahap bila sangat tinggi> 220 / 330 mmHg ) dalam waktu 2 jam.
Setelah diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan
dalam 12 – 16 jam selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan tekanan darah
hipertensi urgency dilakukan secara bertahap dalam dilakukan secara bertahap dalam
waktu 24 jam.

Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi

Parameter Hipertensi Mendesak Hipertensi Darurat

Biasa Mendesak

10
Tekanan > 180/110 > 180/110 > 220/140
darah
(mmHg)
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, Sesak napas, nyeri dada,
kecemasan; sering sesak napas nokturia, dysarthria,
kali tanpa gejala kelemahan, kesadaran
menurun
Pemeriksaan Tidak ada Kerusakan organ Ensefalopati, edema paru,
kerusakan organ target; muncul klinis insufisiensi ginjal, iskemia
target, tidak ada penyakit jantung
penyakit kardiovaskuler, stabil
kardiovaskular
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan oral berjangka kerja laboratorium standar, terapi
obat oral, naikkan pendek obat IV
dosis
Rencana Periksa ulang Periksa ulang dalam Rawat ruangan/ICU
dalam 3 hari 24 jam

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi


Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi
tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi
emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan
intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
1. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun venous.
Secara IV mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg /
menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.
2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan
dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit, duration
of action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek samping :
sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V bolus.
Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of action 4 – 12

11
jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5 menit
sampai TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah,
distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1 jam,
i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10 –
40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker
untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume
intravaskular. Efeksamping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan
cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.
5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15 – 60
menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama
untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 – 20 mg secar i.v
bolus atau i.m. Onset of action 11 – 2 menit, duration of action 3 – 10 menit.
7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi sistem
simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v. Onset of action :
1 – 5 menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi, ileus, retensia
urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.
8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 – 80 mg
secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 – 10
menit Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala,
bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam,
duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan
komplikasi lebih sering dijumpai.
9. \Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf
simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 – 60
menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + ) demam,
gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of actionnya bisa
takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai untuk terapi awal.
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-pelan
dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi
dosis. Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau
beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit
pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.
12
H. Komplikasi
a. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri dada berkurang
atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat pilihan adalah nitrat yang
diberikan secara intravena yang dapat menurunkan resistensi sistemik perifer dan
memperbaiki perfusi koroner. Obat lain yang dapat dipakai adalah labetalol.
b. Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat menimbulkan gagal
jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan bersama-sama dengan oksigen,
morfin, dan diuretik merupakan obat pilihan karena dapat menurunkan preload dan
afterload. Nitrogliserin yang juga dapat menurunkan preload dan afterload
merupakan obat pilihan yang lain.
c. Diseksi Aorta Akut
Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan darah yang
mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan perut. Untuk
menghentikan perluasan diseksi tekanan darah harus segera diturunkan. Tekanan
darah diastolik harus segera diturunkan sampai 100 mmHg, atau lebih rendah asal
tidak menimbulkan hipoperfusi organ target. Obat pilihan adalah vasodilator seperti
nitroprusid yang diberikan bersama penghambat reseptor b. Labetalol adalah obat
pilihan yang lain.
d. Insufisiensi Ginjal
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian tekanan darah
yang mencolok. Pada pasien cangkok ginjal peninggian tekanan darah dapat
disebabkan stenosis arteri pada ginjal cangkok, siklosporin, kortikosteroid, dan
sekresi renin yang tinggi oleh ginjal asli. Penatalaksanaan adalah dengan cara
menurunkan resistensi vaskular sistemik tanpa mengganggu aliran darah ginjal.
Antagonis kalsium seperti nikardipin dapat dipakai pada keadaan ini.
e. Krisis Katekolamin
Krisis katekolamin terjadi pada feokromositoma dan kelebihan dosis kokain. Pada
intoksikasi obat tersebut biasanya disertai kejang, strok, dan infark miokard.
Fentolamin adalah obat pilihan klasik pada krisis katekolamin, meski labetalol juga
terbukti efektif.

13
I. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan tekanan darah : tekanan darah sistolik sistolik > 180 mmHg, dan atau
diastolic >120 mmHg
b. Funduskopi : spasme arteri segmental atau difus, edema retina, perdarahan retina,
eksudat retina, papil edema, vena membesar
c. Pemeriksaan neurologis : sakit kepala, bingung, kehilangan penglihatan, deficit fokal
neurologis, kejang, koma
d. Status kardiopulmoner
e. Pemeriksaan cairan tubuh : oliguria pada gagal ginjal akut
f. Pemeriksaan denyut nadi perifer
g. Pemeriksaan darah : hematokrit dan apusan darah
h. Urinalisis : proteinuria, eritrosit pada urine
i. Kimia darah : peningkatan kreatinin, azotemia (ureum > 200 mg/dl), glukosa,
elektrolit
j. Pemeriksaan EKG : adanya iskemia, hipertropi ventrikel kiri
k. Foto thoraks (jika terdapat kecurigaan gagal jantung atau diseksi aorta
(Tanto, 2014)

14
J. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Agama,
Bangsa.
2) Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan,
Agama, Bangsa dan hubungan dengan pasien.
b. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji :
 Bersihan jalan nafas
 Adanya/ tidaknya jalan nafas
 Distres pernafasan
 Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji :
 Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
 Suara nafas melalui hidung atau mulut
 Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
` 3) Circulation
Kaji :
 Denyut nadi karotis
 Tekanan darah
 Warna kulit, kelembapan kulit
 Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji :
 Tingkat kesadaran
 Gerakan ekstremitas

15
 GCS ( Glasgow Coma Scale )
 Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
5) Eksposure
Kaji : Tanda-tanda trauma yang ada.
c. Dasar Data Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, Takipnea
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit,
suhu dingin
3) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, Factor
stress multiple
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara
4) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5) Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optic
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital
berat, nyeri abdomen
8) Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis

16
9) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postura
10) Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone.
(Dongoes Marilynn E, 2000)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


peningkatan afterload, vasokontriksi, Iskemia miokard, hipertrofi atau
rigiditas (kekakuan) ventrikuler.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru
3. Nyeri (akut atau kronis) sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler.
4. Resiko injuri berhubungan dengan sensori atau perubahan penglihatan.
5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan O2.

3. INTERVENSI

17
Hari Dx. Keperawatan

NOC NIC
Tgl/jam

1. Resiko tinggi  Efektivitas pompa 1. Kaji dan dokumentasikan


terhadap jantung tekanan darah, adanya
penurunan curah  Status sirkulasi sianosis, status pernafasan
jantung  Perfusi jaringan dan status mental
berhubungan perifer 2. Pantau denyut perifer,
dengan  Status tanda vital CRT, dan suhu serta warna
peningkatan Kriteria hasil : ekstremitas
afterload, a. Menunjukkan curah 3. Ubah posisi pasien datar
vasokontriksi, jantung yang atau trendelenburg ketika
iskemia miokard, memuaskan yang tekanan darah pasien berada
hipertrofi atau dibuktikan oleh pada rentang lebih rendah
rigiditas efektivitas pompa dibandingkan dengan yang
(kekakuan) jantung, status biasanya
ventrikuler. sirkulasi, dan perfusi 4. Ubah posisi pasien tiap 2

jaringan jam atau pertahankan

b. Menunjukkan status aktivitas lain yang sesuai atau

sirkulasi tidak dibutuhkan untuk

mengalami menurunkan statis sirkulasi

gangguan perifer

c. Tanda vital dalam 5. Kolaborasikan

rentang normal pemberian akses intravena

d. Tekanan darah dan untuk pemberian cairan atau

frekuensi jantung obat

dalam batas normal 6. Pasang kateter urine bila

e. Nadi perifer kuat diperlukan

dan sama dengan


waktu pengisian
kapiler

18
2. Ketidakefekt  Respiratory status : 1. Pantau kecepatan, irama,
ifan pola napas ventilation kedalaman dan upaya
berhubungan  Respiratory status : pernafasan
dengan Penurunan airway patency 2. Pantau adanya pucat dan
ekspansi paru  Vital sign status sianosis
Kriteria hasil : 3. Atur posisi pasien untuk
a. Suara nafas bersih, optimalkan pernafasan (posisi
tidak ada sianosis, semi fowler)
dan dispneu 4. Informasikan kepada
b. Menunjukkan jalan pasien dan keluarga tentang
nafas yang paten teknik relaksasi untuk
c. TTV dalam rentang memperbaiki pola pernafasan
normal 5. Kolaborasikan
pemberian bronkodilator dan
oksigen sesuai dengan
program

3. Nyeri (akut  Pain level. 1. Lakukan pengkajian nyeri


atau kronis) sakit  Pain control secara komprehensif
kepala Kriteria hasil : 2. Observasi reaksi nonverbal
berhubungan a. Mampu mengontrol dari ketidak nyamanan
dengan nyeri, 3. Ajarkan tekhnik manajemen
peningkatan b. Menginformasikan nyeri non farmakologis
tekanan vaskuler bahwa nyeri 4. Tingkatkan istrahat
serebral berkurang dengan 5. Kolaborasikan pemberian
manajemen nyeri, analgetik untuk mengurangi
c. Merasakan rasa nyeri
nyaman setelah
nyeri berkurang

4. Resiko injuri  Risk control 1. Identifikasi kebutuhan


berhubungan Kriteria hasil : keamanan pasien
dengan sensori a. Klien terbebas dari 2. Menghindarkan lingkungan
atau perubahan yang berbahaya
19
penglihatan. cedera 3. Menganjurkan keluarga
b. Klien mampu untuk menemani pasien
menjelaskan 4. Memindahkan barang-
cara/metode untuk barang yang dapat
mencegah injury membahayakan
5. Berikan penjelasan tentang
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit

5. Intoleran  Energy conservation 1. Kaji tingkat kemampuan


aktivitas  Activity tolerance pasien untuk berpindah
berhubungan  Self care : ADLs 2. Tentukan penyebab
dengan Kriteria hasil : keletihan
kelemahan a. Berpartisipasi dalam 3. Pantau respon
umum, aktivitas fisik tanpa kardiorespiratori terhadap
ketidakseimbang disertai peningkatan aktivitas
an antara suplay tekanan darah, nadi, 4. Ajarkan teknik
dan kebutuhan dan RR penghematan energy : misal
O2. b. Mampu melakukan menyimpan alat atau benda

aktivitas sehari-hari yang sering digunakan di

c. TTV normal tempat yang mudah

d. Status dijangkau

kardiopulmonal 5. Bantu pasien untuk

adekuat mengubah posisi secara

e. Status sirkulasi baik berkala sesuai toleransi

f. Status respirasi : 6. Pantau TTV sebelum,

pertukaran gas dan selama dan setelah aktivitas

ventilasi adekuat 7. Rujuk pasien ke rehabilitasi


jantung jika keletihan
berhubungan dengan
penyakit jantung
BAB IV
PENUTUP

20
A. Kesimpulan
Krisis hipertensi adalah keadaan yang sangat berbahaya karena terjadi kenaikan
tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu yang singkat. Biasanya tekanan diastolic
lebih dari 130mmHg.

Krisis hipertensi suatu keadaan darurat yang menhgancam jiwa penderita yang
memerlukan penangan intensif di rumah sakit dengan pengawasan yang ketat. Oleh karena
itu penyakit krisis hipertensi tidak boleh dianggap remeh.

B. Saran
1. Bagi penderita disiplinlah dalam meminum obat anti hipertensi dalam meminum
obat anti hipertensi anda akan mencegah terjadinya krisis hipertensi.
2. Kontrol secara teratur tekanan darah tinggi anda untuk memantau kesehatan anda.
3. Ubah gaya hidup banyak pasien hipertensi dengan pola hidup yang sehat seperti
makan dengan pola makan yang sehat, berhenti merokok, berolahraga, kurangi
garam dan vetsin.

DAFTAR PUSTAKA

21
Potter dan perry, 2005. Fundamental Keperawatan , Ed 4 vol 1 : Jakarta EGC

Lumenta, Nico, dkk. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya:
MANAJEMEN HIDUP SEHAT. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Fikriana, Riza. 2018. Sistem Kardiovaskuler.Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.

Gray, Huon H, dkk. 2002. LECTURE NOTES Kardiologi. Jakarta: ERLANGGA.

22

Anda mungkin juga menyukai