Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP PERKESMAS

a. Pengertian Perkesmas

Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan salah satu


upaya Puskesmas yang mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan
memadukan ilmu/praktik keperawatan dengan kesehatan masyarakat lewat dukungan
peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitative secara
menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal
sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok.
Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan diwilayah kerja (Effendi, 2009)

b. Ciri Perkesmas

1. Merupakan perpaduan pelayanan keperawatan dan kesehatan masyarakat


2. Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan ( continuity of care )
3. Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan ( promotif ) dan
pencegahan penyakit ( preventif ) baik pada pencegahan tingkat pertama,
kedua dan ketiga
4. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan masyarakat pada klien
( individu, keluarga, kelompok, masyarakat ) sehingga terjadi kemandirian
5. Ada kemitraan perawat kesehatan masyarakat dengan masyarakat dalam
upaya kemandirian klien
6. Memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain serta masyarakat
c. Peran Fungsi Perawat Perkesmas

1. Pemberi pelayanan Kesehatan

Perawat puskesmas memberikan pelayanan Kesehatan kepada individu ,


keluarga, kelompok/masyarakat, berupa asuhan keperawatan Kesehatan
masyarakat yang utuh/holistic, komprehensif meliputi pemberian asuhan
pada pencegahan tingkat pertama , tingkat kedua maupun tingkat ketiga .
asuhan keperawatan yang diberikan baik asuhan langsung ( direct care )
kepeda klien maupun tidak langsung ( indirect ) di berbagai pelayanan
Kesehatan anatara lain klinik , puskesmas, ruang rawat inap puskesmas,
puskesmas pembantu, puskesmas keliling, sekolah, rutan/lapas, panti,
posyandu, keluarga (rumah klien) dll.

2. Penemu kasus

Perawat Puskesmas berperan dalam mendeteksi dan menemukan kasus serta


melakukan penelusuran terjadinya penyakit.

3. Pendidik / penyuluh Kesehatan

Pembelajaran merupakan dasar dari pendidikan kesehatan yang berhubungan


semua tahap kesehatan dan semua tingkat pencegahan. Sebagaiu pendidik
kesehatan, perawat Puskesmas mampu mengkaji kebutuhan klien ;
mengajarkan agar melakukan pencegahanh tingkat pertama dan peningkatan
kesehatan klien kepada individu, keluarga,kelompok masyarakat, pemulihan
kesehatan dari suatu penyakit; menyusun program penyuluhan/pendidikan
kesehatan dari suatu penyakit, menyusun program penyuluhan/pendidikan
kesehatan, baik untuk topik sehat maupun sakit, seperti nutrisi, latihan olah
raga, manajemen stres, penyakit dan pengelolaan penyakit, dll.:memberikan
informasi yang tepat untuk kesehatan dan gaya hidup antara lain informasi
yang tepat tentang penyakit, pengobatan dll; serta menolong pasien/kllien
menyeleksi informasi kesehatan yang bersumber dari buku
buku,koran,televisi atau teman.

4. Koordinator dan kolabolator


Perawat Puskesmas melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang
diterima oleh keluarga dari berbagai program, dan bekerja sama dengan keluarga
dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai penghubung ndengan
institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait lainnya.

d. Penerapan perkesmas pada keluarga

- Definisi Keluarga
Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyaiperan
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keadaan ini perlu
disadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagiannya dan di
keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti
(Friedman, 2010)
Keluarga menurut Burges (1963) dalam Friedman (2010) adalah sekumpulan
yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah dan ikatan adopsi atau ikatan
sebuah keluarga yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga dan
adanya interkasi dan komunikasi satu sama lain dalam peran sosial keluarga
seperti suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki, saudara perempuan, saudara dan
saudari.
Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
merupakan sekumpulan orang yang terdiri dari satu atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan perkawinan dimana anggota keluarga saling berinterksi
dan berkomunikasi antara satu sama lain yang masing-masing mempunyai
peran sosial untuk mencapai tujuan hidup yang sama.

- Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Tugas keluarga menurut (Friedman ,1998)

1. Menurut Friedman (1998) ada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan
yaitu sebagai berikut:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit danyang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atauusianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatanperkembangan
kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan sosial balik antara keluarga dan lembaga kesehatan yang
ada.

Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok sebagai berikut:

a. Pemeliharaanfisik keluarga dan para anggotanya.


b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengatur jumlah anggota keluarga.
f. Pemelihara ketertiban anggota keluarga.
g. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

- Pendekatan keluarga perkesmas

Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan


pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari
upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan
berikut.
1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan
Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.
3. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam
gedung.
4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk
pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas
II. KONSEP PERMASALAHAN YANG DITEMUKAN

a. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan


tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
dan angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri
(Ruhyanudin, 2007 ).
Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di
populasi sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada
dewasa muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin
bisa bermanfaat ( Gleadle, 2005 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri.
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan
yang abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan
stroke, aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih,
2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah,
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas
dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam
waktu yang lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World
Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani,
2007).
Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)


Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding
pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari
jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan
besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir
masuk kembali ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan
adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

b. Anatomi fisiologi
Tekanan darah berasal dari mekanisme pompa jantung yang mendorong
sejumlah volume darah dengan tekanan yang tinggi agar darah sampai keseluruh
organ tubuh melalui pembuluh darah.

Tekanan darah merupakan salah satu parameter, hemodinamik yang sederhana


dan mudah dilakukan pengukurannya. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah, aliran darah dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran 0 2 di
jaringan tubuh. Tingginya tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang
dipompakan ke jantung (curah) dan diameter darah (resitensi perifer). Mekanisme
bagian mana hipertensi menimbulkan kelumpuhan atau kematian berkaitan langsung
dengan pengaruhnya pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah
sistolik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari vertikal kiri
akibatnya bahan jantung terlampau dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung
semakin terancam oleh semakin pecahnya oleroklerosis koroner, sehingga suplai
oksigen miokardium berkurang dan kebutuhan miokardium akan oksigen meningkat
akibat hipertropi ventrikel dan beban kerja jantung meningkat sehingga menyebabkan
anging atau infrak miokardium

c. Etiologi

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial


(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder
yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga
erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor
makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi
garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang
mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola
makan, merokok (M.Adib,2009).

d. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula
jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing
ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia
ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan
dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang
kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan
oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan
sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung
menurun dan tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi
oleh reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi.
Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas.
Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi
perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan
pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai
umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi
vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan
penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras
untuk memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon
monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat
meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan
darah berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga
tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka
didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon
epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

e. Manifestasi klinis

Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu:


Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau
mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung
berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging
(tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara
lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah
merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak
napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan
(keluar darah dari hidung).

f. Komplikasi

Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa
perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,gagal
jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.

g. Pemeriksaan diagnostik

1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah


Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau
takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000;
John, 2003; Sodoyo, 2006).
h. Penatalaksanaan medis kep

1. Terapi tanpa obat


a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.

b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)


mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup).

c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.

d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.


e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali.

g. Teknik-teknik mengurangi stress


Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.

h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur
gerakannya.

2. Terapi dengan obat


a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).

b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg
(concor).

c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.

d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor


Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).

e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).

f. Antagonis Reseptor Angiotensin II


Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).

g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).
III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

a. Pengkajian Riwayat kes. Klien

Pengkajian merupakan Langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar


diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder. Hal- hal yang perlu dikaji dalam keluarga
adalah :
1. Struktur dan sifat keluarga
Struktur dan sifat keluarga dimulai dari kepala keljuarga, nama kepala
keluarga, jenis kelamin, umur, agama, suku, Pendidikan, pekerjaan, alamat
dan susunan anggota keluarga
2. Kebutuhan nutrisi
Dalam kebutuhan nutrisi yang dikaji adalah bagaimana cara penyajian
makanan. Kebiasaan dalam mengelola air minum, kebiasaan keluarga dalam
mengelola keluarga.
3. Kebutuhan istirahat dan tidur
Dalam kebutuhan istirahat dan tidur yang dikaji adalah kebiasaan tidur dalam
keluarga
4. Aktivitas dan olahraga
Apakah keluarga senang berolahraga, apakah semua anggota keluarga
mengikuti
5. Ekonomi
Sarana ekonomi apa yang ada di wilayah keluarga, berapakah penghasilan
rata-rata keluarga setiap bulan, apakah keluarga mempunyai tabungan,
jaminan Kesehatan di keluarga anda, surat keterangan tidak mampu/SKTM,
siapa yang mengelola keuangan, sebutkan
6. Sosial
Bagaimana hubungan antar keluarga lain, apakah anggota keluarga terlibat
aktif dalam kegiatan di masyarakat
7. Pendidikan
Adakah anggota keluarga yang sedang mengikuti Pendidikan di luar
Pendidikan formal, adakah anggota keluarga yang tidak bisa membaca,
adakah anggota keluarga yang mempunyai keterampilan khusus, bagaimana
pandangan keluarga terhadap Pendidikan anggota keluarga.
8. Psikologis
- Pola komunikasi, pola komunikasi dalam keluarga, Bahasa yang digunakan
- Pola pertahanan, mekanisme penanganan masalah dalam keluarga,
bagaimana respon keluarga bila salah satu anggota bermasalah/
9. Spiritual
Apakah anggota keluarga taat menjalankan ibadah, jika tidak mengapa
10. Faktor lingkungan
a) Perumahan yang berisi jenis rumah, jenis bangunan, luas pekarangan,
luas bangunan, status rumah, atap rumah, apakah dirumah terdapat
jendela/lubang angin, pencahayaan rumah, peneranganan, lantai,
vector yang banyak di sekitar rumah membahayakan Kesehatan,
kebersihan didalam rumah, bila tidak bersih disebabkan oleh apa,
kebersihan halaman.
b) Sumber air, apakah keluarga mempunyai sumber air bersih sendiri,
jika iya apa jenisnya, jika tidak dari mana sumber airnya. Apakah air
untuk minum diambil dari sumber air tersebut, jika tidak bagaimana
memperolehnya, tempat penyimpanan air, pengurasan tempat
penampungan air, penggunaan air minum, kualitas sumber air, dari
mana sumber air yang digunakan untuk keperluan kebersihan, jarak
sumber air dengan tempat penampungan limbah.
c) Pembuangan air limbah , apakah rumah ini mempunyai saluran
pembuangan air limbah, bagaimana kondisi saluran pembuangan air
limbah
d) Pembuangan sampah, cara pembuangan sampah keluarga, keadaan
tempat penampungan sampah.
e) Kepemilikan kendang lemak, pemilikan kendang lemak, bila ada
dimana letak kendang dengan rumah induk, bila mempunyai hewan
ternak bagaimana cara pemanfaatan kotoran ternak
f) Pembuangan kotoran/tinja, apakah keluarga mempunyai tempat
pembiangan tinja, tempat pembuangan tinja yang dimiliki, dimana
keluarga melakukan buang air besar, bagaimana kondisinya, berapa
jarak tempat pembuanganan tinja dengan sumber air.
11. Komunikasi dan transportasi
Melalui apakah keluarga menerima informasi tentang Kesehatan, sarana
transportasi umum yang digunakan oleh keluarga, cara keluarga pergi ke
sarana pelayanan Kesehatan.
12. Pelayanan Kesehatan dan sosial
Adakah anggota keluarga yang menderita sakit pada satu tahun terakhir, bila
ada jenis penyakitnya apa dan bila ada bagaimana mengatasinya. Adakah
anggota keluarga yang sakit saat ini, jika ada bagaimana cara mengatasinya.
Bila ada jenis penyakitnya , adakah resiko tinggi dalam keluarga, bila ada
sebutkan jenis penyakitnya, apakah keluarga mendapatkan pembinaan dan
tenaga Kesehatan. Jika ya, bagaimana tanggapan keluarga mengenai petugas
Kesehatan. Apakah keluarga merasa perlu mendapatkan pengarahan,
penyuluhan/ informasi Kesehatan, adakah anggota keluarga yang menjadi
kader Kesehatan , jika ada jenis kegiatan kader, apakah kader aktif mengikuti
kegiatan, jika tidak, alasannya, apakah kader sudah mendapatkan pelatihan ,
jika sudah. Jenis pelatihan. Adakah anggota keluarga yang menjadi dukun
beranak, jika ada apakah sudah mendapat pelatihan, jika sudah jenis
pelatihannya jika ada apakah memiliki dukun kit, jika ya, bagaimana
kondisinya, apakah setiap menolong persalinan di damping oleh bidan, jika
tidak alasannya, jika mendapatkan kesulitan dalam menolong persalinan apa
yang dilakukan. Adakah anggota keluarga yang meninggal pada waktu satu
tahun terakhir. Jika ada siapa, apakah penyebab kematian tersebut.

13. Masalah maternal Kesehatan


Usia sekolah
Apakah dalam keluarga ada anak usia sekolah, jika ya berapa, status gizi di
liat dari kesesuaian berat badan (BB) tinggi badan (TB) dan usia pola makan.
Apakah ada kebiasaan makan yang salah, jika ya, sebutkan jenisnya menurut,
apakah sudah mendapat imunitas booster, jika ya, berapa kali, apakah ada
anak sakit saat ini, jika ya, jenisnya, jika ya, penanganannya.

b. Pemeriksaan fisik

1. Rambut dan hygne kepala


Warna rambut hitam, tidak berbau, rambut tumbuh subur, dan kulit
kepala bersih.
2. Mata (kanan/kiri)
Posisi mata simetris, konjungtiva merah muda, skelera putih, dan pupil
isokor, dan respon cahaya baik.
3. Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakkan, dan berfungsi
dengan baik.
4. Mulut dan tenggorokan
Rongga normal, mukosa terlihat pecah-pecah, tonsil tidak ada
pembesaran.
5. Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, dan pendengaran tidak
terganggu.
6. Leher
Kelenjer getah bening, sub mandibula, dan sekitar telinga tidak ada
pembesaran.
7. Dada/ thorax
a) Inspeksi
Pada klien dengan emfisema terlihat adanya peningkatan usaha
dan frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu napas.
Pada inspeksi, klien biasanya tampak mempunyai bentuk
dada barrel chest (akibat udara yang terperangkap), penipisan
massa otot, dan pernapasan dengan bibir dirapatkan.
Pernapasan abnormal tidak efektik dan penggunaan otot-otot
bantu napas (sternokleidomastoideus). Pada tahap lanjut,
dispnea terjadi saat aktivitas bahkan pada aktivitas kehidupan
sehari-hari seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk
produktif dengan sputum purulen disertai demam mengindikasi
adanya tanda pertama infeksi pernapasan
b) Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
menurun.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menurun.
d) Auskultasi
Sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan wheezing
sesuai tingkat beratnya obstruktif pada bronkhiolus. Pada
pengkajian lain, didapatkan kadar oksigen yang rendah
(hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang tinggi
(hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut penyakit. Pada
waktunya, bahkan gerakan ringan sekalipun seperti
membungkuk untuk mengikatkan tali sepatu, mengakibatkan
dispnea dan keletihan (dispnea eksersional). Paru yang
mengalami emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan
bronkhiolus tidak dikosongkan secara efektif dari sekresi yangf
dihasillkan. Klien rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi
akibat pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi ini terjadi, klien
mengalami mengi yang berkepanjangan saat ekspirasi.
Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan merupakan
hal yang umum terjadi. Vena jugularis mungkin mengalami
distensi selama ekspirasi.
8. Kardiovaskuler
a) Irama jantung regular : S1. S2, tunggal
b) Nyeri dada ada, biasanya skala 6 dari 10
c) Akral lembab
d) Saturasi Hb O2 hipoksia
9. Persyarafan
a) Keluhan pusing ada
b) Gangguan tidur ada
10. Perkemihian B4 (bladder)
a) Kebersihan normal
b) Bentuk alat kelamin normal
c) Uretra normal
11. Pencernaan
a) Anoreksia disertai mual
b) Berat badan menurun
12. Muskulosletal/integument
a) Berkeringat
b) Massa otot menurun

c. Daftar masalah keperawatan


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan hipertensi
adalah :

Anda mungkin juga menyukai