Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP PERKESMAS
a. Pengertian perkesmas
Perkesmas merupakan suatu bidang dalam keperawatan
kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan
masyarakat yang optimal. (Hakim, Zulfahmi 2016).
Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan upaya
program pengembangan Puskesmas yang kegiatan nya terintegrasi
dalam upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan
lainnya. Pelaksanaan Perkesmas tak lepas dari peran perawat di
puskesmas, perawat perkesmas di Puskesmas minimal mempunyai enam
peran dan fungsi yaitu sebagai pemberi Asuhan keperawatan, penemu
kasus, Pendidik Kesehatan, Koordinator dan Kolaborator, Konselor dan
sebagai Panutan. (Sunartono, 2010).
b. Ciri perkesmas
Ciri perkesmas merupakan perpaduan pelayanan keperawatan dan
kesehatan masyrakat, adanya kesinambungan pelayanan kesehatan,
focus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) baik dalam pada pencegahan tingkat
pertama, kedua mapupun ketiga, ada kemitraan perawat kesehatan
masyarakat dengan masyarakat dalam upaya kemandirian klien, dan
memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain serta masyarakat. (
Jhonson 2010 )
c. Peran fungsi perawat perkesmas
Perawat dianggap sebagai salahsatu profesi kesehatan yang harus
dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunankesehatan baik di dunia
maupun di Indonesia.Seiring dengan berjalannya waktu danbertambahnya
kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki
pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat
memiliki peran yanglebih luas dengan penekanan pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan
berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik danetika,
pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator,
komunikator dan pendidik (Almizra,2016).

d. Penerapan perkesmas pada keluarga


1. Definisi keluarga
Menurut WHO dalam Sulistyo Andarmoyo (2012), keluarga adalah
kumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Menurut Raisaner dalam Jhonson (2010), keluarga adalah sebuah
kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing
mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik,
kakak dan nenek.
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
(Padila,2012)
2. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Menurut Jhonson, 2010 Pada dasarnya tugas kelurga ada delapan
tugas pokok sebagai berikut:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber–sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing–masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing–masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
3. Pendekatan keluarga perkesmas
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan serta meningkatkan askses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi
keluarga.

4. Sasaran perkesmas
Adapun yang menjadi sasaran program Perkesmas ini adalah seluruh
masyarakat yang dapat terbagi menjadi:
1. Individu khususnya individu risiko tinggi (risti) : menderita penyakit,
balita, lanjut usia (lansia), masalah mental / jiwa.
2. Keluarga khususnya ibu hamil (bumil), lansia, menderita penyakit,
masalah mental / jiwa.
3. Kelompok / masyarakat berisiko tinggi, termasuk daerah kumuh,
terisolasi, konflik, tidak terjangkau pelayanan kesehatan.
Fokus sasaran Perkesmas adalah keluarga rawan kesehatan dengan
prioritasnya adalah keluarga rentan terhadap masalah kesehatan
(Gakin), keluarga risiko tinggi (anggota keluarga bumil, balita, lansia,
menderita penyakit).
II. KONSEP PENYAKIT
a. Definisi
Gastritis merupakan penyakit yang menyerang daerah lambung.
Penyakit ini sering menyerang pada orang yang terbiasa makan makanan
yang terlalu asam, pedas atau bahkan sering telat makan. Gastritis bisa
bertambah parah jika tidak segera disembuhkan. Gastritis atau lebih
dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang
berarti perut atau lambung dan itisyang berarti inflamasi atau peradangan.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari
beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada
lambung (Admin, 2012).
Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa
lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan
dalam pola makan, minsalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat,
makan makanan yang terlalu banyak bumbu dan pedas (Priyoto, 2015,
hal. 266).

b. Anatomi fisiologi

Gambar 2.1
sumber:http//Fbiology911.wordpress.com/2014/06/18

Gaster merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat


mengembang paling banyak terutama didaerah epigaste. Lambung terdiri
dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esophagus melalui
orifasum pilorik, terletak di bagian diafragma di depan pancreas dan limfa,
menempel di sebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari (Syaifuddin, 2012)
a. Fundus ventrikuli Adalah bagian yang menonjol ke atas terletak di
sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b. Korpus ventrikuli, setinggi oestum kardium Adalah suatu lekukan pada
bagian bawah kuvatura minor.
c. Antrum pylorus Adalah bagian lambung berbentuk tabung mempunyai
otot yang tebal membentuk spinter pylorus.
d. Kurvatura minor Terdapat di sebelah kanan lambung terbentang dari
sisi kiri osteum kardiak sampai ke pylorus.
e. Kurvatura mayor Lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi
kiri osteum kardiokum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai
ke pilorus inferior.
f. Osteum kardiak Merupakan tempat dimana esofagusbagian kanan
abdomen masuk kelambung. Susunan lapisan dari dalam keluar, terdiri
dari lapisan selaput lender, apabila lambung ini dikosongkan, lapisan ini
akan berlipat-lipat yang disebut rugae, lapisan otot melingkar (muskulus
aurikularis), lapisan otot miring (muskulus obiliqus), lapisan otot panjang
(muskulus longitudinal) dan lapisan jaringan ikat/serosa (peritoneum).

c. Etiologi
Gangguan pencernaan diakibatkan oleh kebiasaan pola makan
yang buruk dan stress sehari-hari. Banyak kasus gangguan pencernaan
tidak ditemukan penyebabnya secara organik dengan adanya luka atau
kerusakan pada organ. Masalah pencernaan umumnya disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal yang membahayakan fungsi sistem pencernaan
seperti stress, kebiasaan makan yang kurang sehat, tidak teratur, diet
yang salah, pengobatan yang menyebabkan iritasi, infeksi kronis dan
hadirnya bakteri dalam saluran pencernaan. Banyak gangguan
pencernaan yang dapat teratasi dengan mengubah gaya hidup dengan
mengurangi stress, berhenti merokok, berolahraga secara rutin dan
menjalankan diet yang tepat (Prita, 2010).
Sakit maag sering dihubungkan dengan faktor stress dan makan
yang tidak teratur. Keadaan stress memang bikin makan tidak teratur.
Orang masih percaya bahwa penyakit maag disebabkan oleh stress.
Keadaan stress menyebabkan produksi cairan asam lambung meningkat
sehingga “tegang” oleh cairan asam lambung. Cairan asam lambung ini
bisa mengikis dinding lambung sehingga luka dan terasa perih bila
terkena bahan asam. Bila luka lambung semakin meluas, berisiko melukai
pembuluh darah dan terjadi perdarahan yang dimuntahkan sebagai
muntah darah. Hati-hatilah jangan stress berkepanjangan, tidak ada
gunanya dan makanlah secara teratur. Makanan dari lambung akan
disalurkan ke usus untuk dicerna kemudian diserap dan masuk dalam
aliran darah menuju hati (Budiman, 2011).

d. Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat
merusak mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan
penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin.
Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl
akan merusak mukosa. Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi
perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan
histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan peningkatan
pemeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke
ekstrasel dan meyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul
perdarahan pada lambung.
Lambung dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu
gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya. Bila lambung sering
terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi terus menerus.
Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan
mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukasa lambung.
Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun
atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap diusus
halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan
dan maturasi sel darah merah. Selain itu dinding lambung 16 menipis
rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan (Suratum, 2010).

e. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga
muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa
pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Menifestasi gastritis akut dan
kronik hampir sama, seperti : anoreksia, rasa penuh, nyeri pada
epigastrium, mual dan muntah, sendawa, hematemesis (Suratun dan
Lusiabah, 2010). Tanda dan Gejalan Gastritis adalah :
1. Gastritis akut
a. Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada
mukosa lambung.
b. Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang
sering muncul,. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa
lambung sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang
mengakibatkan mual hingga muntah.
c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan
melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan.
2. Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan.
Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan
pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan

f. Komplikasi
Menurut (Muttaqin & Sari, 2013) dalam bukunya, menyebutkan bahwa
komplikasi pada gastritis ada 3, yaitu :
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan
kegawatdaruratan medis, terkadang perdarahan yang terjadi cukup
banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
2. Ulkus, jika prosesnya hebat.
3. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.

g. Pemeriksaan diagnostic
Menurut (Muttaqin & Sari, 2013) pemeriksaan diagnostik perlu
dilakukan apabila keluhannya memanjang dan resisten terhadap program
pengobatan medis. Diagnosis gastritis akut erosif ditegakkan dengan
pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
histopatologi biopsy mukosa lambung. Pemeriksaan radiologi biasanya
tidak mempunai arti, pemeriksaan tersebut baru dapat membantu apabila
mengguunakan kontras ganda. Pada pemriksaan endoskopi, akan tampak
erosi multiple yang biasanya sebagian tampak berdarah dan letaknya
tersebar, terkadang juga dapat dijumpai erosi yang mengelompok pada
satu daerah.

h. Penatalaksanaan medis keperawatan

Menurut(R & Adwan, 2013) penatalaksanaan umum gastritis memiliki


orientasi utama yaitu pengobatan berpaku pada obat-obatan. Obat-obatan
uang mengurangi jumlah asam di lambung dapat mengurangi gejala yang
mungkin menyertai gastritis dan memajuakan penyembuhan lapisan perut.
Pengobatan ini meliputi :
1. Antasida yang berisi alumunium dan magnesium dan karbonatkalsium
dan magnesium. Antasida meredakan mulas ringan atau dispepsia
dengan cara menetralisir asam di perut. Ion H+ merupakan struktur
utama asam lambung. Dengan pemberian alumunium hidroksida atau
magnesium hidroksida maka suasana asam dalam lambung dapat
dikurangi. Obat-obat ini dapat menghasilkan efek samping seperti diare
atau sembelit karena dampak penurunan H+ adalah penurunan
rangsangan peristaltic usus.
2. Histamin (H2) blocker, seperti famotidine dan ranitidine. H2 blocker
mempunyai dampak penurunanproduksi asam dengan mempengaruhi
langsung pada lapisan epitel lambung dengan cara menghambat
ragsangan sekresi oleh saraf otonom pada nervus vagus.
3. Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole, lansoprazole,
pantoprazole, rebeplazole, esomeprazole, dan dexlansoprazole. Obat
ini bekerja menghambat produksi asam melalui penghambatan
terhadap elektron yang menimbulkan potensial aksi pada saraf otonom
vagus. PPI diyakini lebih efektif menurunkan produksi asam lambung
daripada H2 blocker. Tergantung penyebab dari gastritis, langkah-
langkah tambahan atau penobatan mungkin diperlukan.
4. Pemberian makanan yang tidak merangsang. Walaupun tidak
mempengaruhi langsung pada peningkatan asam lambung tetapi
makanan yang merangsang seperti pedas, kecut dapat meningkatkan
suasana asam pada lambung sehingga dapat meningkatkan resiko
inflamasi pada lambung. Selain tidak merangsang makanan juga
dianjurkan yang tidak memperberat kerja lambung seperti maknan
keras seperti nasi yang keras.
5. Penderita juga dilatih untuk manajemenstress sebab stress dapat
mempengaruhi sekresi asam lambung melalui nervus vagus. Latihan
mengendalikan stress bisa juga diikiuti dengan peningkatan spiritual
sehingga penderita dapat lebih pasrah ketika menghadapi stress.
Selain itu modifikasi gaya hidup juga bisa dilakukan pasien harus
meninggalkan kebiasaan berbahaya seperti alkohol, tembakau, obat-obatan,
dan kopi, makan dalam jumlah, kualitas, dan jadwal yang tepat, olahraga
teratur, dan manjemen stress (Peluso, Reflections: Gastritis, Lifestyle and
Proton Bomb Inhibitors, 2016).

III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual. Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pasien gastritis :
1. Struktur dan sifat keluarga
Pengkajian struktur dan sifat keluarga meliputi data kepala keluarga ,
nama kepala keluarga, jenis kelamin, umur, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan dan alamat. Selain mengkaji sifat dan struktur keluarga juga
mengkaji susunan anggota keluarga diantaranya nama, umur, sex,
hubungan, agama, pendidikan, pekerjaan, imuniasasi balita dan bumil.
2. Pengkajian kebutuhan nutrisi
Pengkajian keutuhan nutrisi meliputi cara penyajian makanan,
kebiasaan dalam mengelola air minum, dan kebiasaan keluarga
mengelola makanan.
3. Kebutuhan istirahat dan tidur
Pengkajian ini meliputi kebiasaan tidur dalam keluarga
4. Aktivitas dan olahraga
Pengkajian meliputi apakah keluarga senang berolahraga, apakah
semua anggota keluarga mengikuti kegiatan olahraga tersebut.
5. Ekonomi
Pengkajian ini meliputi sarana ekonomi apa yang ada diwilayah
keluarga, berapakah penghasilan rata-rata keluarga setiap bulan,
apakah keluarga mempunyai tabungan, jaminan kesehatan di keluarga
anda, siapa yang mengelola keuangan.
6. Social
Pengkajian social ini meliputi [bagaimana hubungan antar keluarga
lain,dan apakah anggota keluarga terlibat aktif dalam kegiatan
masyarakat.
7. Pendidikan
Pengkajian pendidikan berupa adakah anggota keluarga yang sedang
mengikuti pendidikan diluar pendidikan formal, adakah anggota
keluarga yang tidak bisa membaca, adakah anggota keluarga yang
mempunyai keterampilan khusus, dan bagimana pandangan keluarga
terhadap pendidikan anggota keluarga.
8. Psikologis
Pengkajian psikologis meliputi pola komunikasi dalam keluarga, dan
bahasa yang digunakan dalam keluarga tersebut.
a. Pola pertahanan
Pengkajian pola pertahanan meliputi mekanisme
penganggualangan masalah dalam keluarga dan bagiaman respon
keluarga bila salah satu anggota keluarga bermasalah.
9. Spiritual
Pada pengkajian spiritual yang perlu dikaji adalah apakah anggota
keluarga taat menjalankan ibadah dan jika memang tidak apa
alasannya.
10. Faktor lingkungan
a. Perumahan
Mengkaji jenis rumah, jenis bangunan, luas pekarangan, luas
bangunan, status rumah, atap rumah, apakah rumah terdapat
jendela/lubang angina, apakah jendela dibuka setiap hari, jika ya
berapa luas jedela/lubang angina seluruhnya, pengcahayaan
rumah, penerangan, lantai, vector yang banyak disekitar rumah dan
membahayakan kesehatan, kebersihan di dalam rumah, bila tidak
bersih disebabkan oleh apa, dan bagaimana keadaan halaman
rumah.
b. Sumber air
Apakah keluarga mempunyai sumber air sendiri, jika iya jenis apa
air tersebut, jika tidak darimana sumber airnya, bagaimana cara
memperolehnya, dimana tempat penyimpanannya, bagiamana
dengan pengurasan tempat penampungan air, penggunaan air
minum, kualitas sumber air, darimana sumber air yang digunakan
untuk keperluan kebersihan, dan jarak sumber air dengan tempat
penampungan limbah seberapa jauh.
c. Pembuangan limbah
Apakah keluarga mempunyai saluran pembuangan air limbah, jika
ya apa jenisnya, jika tidak mengapa, bagaimana kondisi saluran
pembuangan air limbah.
d. Pembuangan sampah
Bagiamana cara pembuangan sampah, dan keadaan tempat
pembuangan sampah bagiamana.
e. Kepemilikan kandang ternak
Apakah keluarga memiliki kandang ternak, bila ada dimana letak
kandang ternak , bila mempunayi hewan ternah bagaimana cara
pemanfaatan kotoran ternak.
11. Komunikasi dan transportasi
Pengkajian meliputi melalui apa keluarga menerima informasi tentang
kesehatan , dan sarana transportasi umum apa yang digunakan
keluarga.
12. Pelayanan kesehatan dan social
Adakah anggota keluarga yang menderita sakit pasa satu tahun
terakhir, bila ada, apa jenis penyakitnya, bila ada bagaimana cara
mengatasinya, adakh anggota keluarga yang sakit saat ini, jika da
bagaiman cara mengatasinya, bila ada apa jenis penyakitnya, adakah
resiko tinggi dalam keluarga, bila ada sebutkan jenisnya, apakah
keluarga mendapatkan pembinaan dan tenaga kesehatan, jik ya,
bagaimana tanggapan keluarga mengenai pengarahan,
penyuluhn/informasi kesehatan, adakah anggota keluarga yang
menjadi kader kesehatan, jika ada jenis kegiatan kader, apakah kader
aktif dalam mengikuti kegiatan, jika tidak alasannya apa, apakah kader
sudah mendapatkan pelatihan, jika sudah apakah jenis pelatihannya,
adakah anggota keluarga yang menjadi dukun beranak, jika ada
apakah sudah mendapatkan pelatihan, jika sudah apa jenis
pelatihannya, jika ada apakah memiliki dukun kit, jika ya bagaimana
kondisinya, aoakah setiap menolong persalinan di damping oleh bidan,
jika tidak alasannya, jika mendapatkan kesulitan dalam menolong
persalinan apa yang dilakukan, adakah anggota keluarga yang
meninggal pafa waktu satu tahu terakhir, jika ada siapa, apakah
penyebab kematian tersebut.
13. Remaja
Mengkaji apakah dalam keluarga ada remaja, jika ya berapa umurnya,
jika perempuan sudahkah menstruasi, adakah keluhan saat
menstruasi, apakah aktif dalam organisasi, jika tidak apa alasannya,
apakah remaja menegetahui usi reproduksi, apakah remaja
mengetahui tentang fungsi reproduksi, apakah remaja mengetahui
tentang penyakit menular seksual, apakah ada penyimpangan
perilaku, jika ya jenis apa, lapakah ada remaja yang sedang sakit, jika
ya tindakan apa yang di lakukan .
14. Pre menopause
Pengakjian pre menopause meliputi apakah ada ibu yang sudah
menopause/tidak menstruasi lagi, jika ya mulai usia berapa, jika ya
pakah ibu mengelami keluhan, jika ya jenis keluhannya bagaimana,
bila ada keluhan apa yang dilakukan, persepsi ibu setelah menopause,
bila melaksanakan apakah ada keluhan nyeri selama bersenggama..

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah keluarga dan keperawatan yang berkaitan dengan keadaan fisik
(data objektif). Terdapat empat cara yang dilakukan pada tiap
pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu :
 Inspeksi. Tahapan yang bertujuan melihat bagian tubuh dan
menentukan apakah seseorang mengalami kondisi tubuh normal atau
abnormal. Inspeksi dilakukan secara langsung (seperti penglihatan,
pendengaran dan penciuman) dan tidak langsung (dengan alat bantu).
 Palpasi. Pemeriksaa fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan
dilakukan bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dilakukan
menggunakan telapak tangan, jari, dan ujung jari. Tujuannya untuk
mengecek kelembutan, kekakuan massa, dan mebedakan suhu,
posisi, ukuran, kecepatan, dan kualitas nadi perifer pada tubuh.
 Auskultasi. Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk
membedakan suhu normal dan abnormal menggunakan alat bantu
stetoskop. Suara yang didengarkan berasal dari system
kardiovaskuler, respirasi, dan gastrointestinal.
 Perkusi. Tehapan ini bertujuan mengetahui bentuj, lokasi, dan struktur
di bawa kulit. Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan tidak
langsung.

c. Daftar masalah keperawatan


Daftar masalah keperawatan yang muncul pada pasien gastritis adalah :
1. Nyeri akut
2. Intoleransi aktivitas
3. Gangguan pola tidur

d. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut pada Ny S berhubungan dengan klien makan makanan yang
pedas dibuktikan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien
yang sakit.
2. Intoleransi aktivitas pada Ny S berhubungan dengan kebiasaan yang
dilakukan klien setiap hari dibuktikan dengan kurangnya pengetahuan
keluarga tentang penyakit klien.
3. Gangguan pola tidur pada Ny S berhubungan dengan aktivitas berlebih
sehingga kurang mengontrol tidur dibuktikan dengan ketidakmampuan
klien mengontrol pola tidur.

e. Rencana tindakan keperawatan

No Diagnosa keperawatan Luaran utama Intervensi utama

1. Nyeri akut Luaran utama Intervensi utama


1. Tingkat nyeri 1. Manajemen nyeri
Definisi pengalaman
2. Pemberian analgetik
sensori atau emosional Luaran tambahan
yang berkaitan dengan Intervensi pendukung
1. Fungsi gastrointestinal
kerusakan jaringan aktual
2. Kontrol nyeri 1. Aroma terapi
atau fungsional, dengan
3. Mobilitas fisik 2. Dukungan hipnosis
onset mendadak atau
4. Penyebuhan luka diri
lambat dan berintensitas
5. Perfusi miokard 3. Dukungan
ringan hingga berat yang
6. Perfusi perifer pengungkapan
berlangsung kurang dari 3
7. Pola tidur kebutuhan
bulan.
8. Satatus kenyamanan 4. Edukasi efeksamping
Penyebab : 9. Tingkat cidera obat
5. Edukasi manajemen
1. Agen pencedera
nyeri
fisiologis ( mis.
6. Edukasi proses
inflamasi, iskemia,
penyakit
neoplasma )
7. Edukasi tehnik nafas
2. Agen pencedera
8. Kompres dingin
kimiawi ( mis.
Terbakar, bahan 9. Kompres panas
kimia iritan ) 10. Konsultasi
3. Agen pencedera 11. Latihan pernafasan
fisik ( mis. Abses, 12. Manajemen
amputasi, terbakar, efeksamping obat
terpotong, 13. Manajemen
mengangkat berat, kenyamanan
prosedur oprasi, lingkungan
trauma, latihan fisik 14. Manajemen medikasi
berlebihan 15. Manajemen sedasi
16. Manajemen terapi
Gejala dan Tanda Mayor
radiasi

Subjektif 17. Pemantauan nyeri


18. Pemberian obat
1. Mengeluh nyeri 19. Pemberian obat
intravena
Objektif

1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
( mis. Waspada,
posisi menghindari
nyeri )
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif
( tidak tersedia )

Objektif

1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan
berubah
4. Proses berfikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri
sendi
7. Diaforesis

2. Intoleransi aktivitas Luaran utama Intervensi utama


1. Toleransi aktivitas 1. Manajemen energi
Definisi ketidak cukupan 2. Terapi aktivitas
Luaran tambahan
energi untuk melakukan
Intervensi pendukung
aktivitas sehari – hari 1. Ambulasi
2. Curah jantuh 1. Dukungan ambulasi
Penyebab : 3. Konseveasi energi 2. Dukungan kepatuhan
1. Ketidak seimbangan 4. Tingkat keletihan program pengobatan
antara suplai dan 3. Dukungan meditasi
kebutuhan oksigen 4. Dukangan
2. Tirah bring pemeliharaan rumah
3. Kelemahan 5. Dukungan perawatan
4. Imobilitas diri
5. Gaya hidup 6. Dukungan spiritual
monotan 7. Dukungan tidur
Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh lelah

Objektif 8. Edukasi latihan fisik


9. Edukasi teknik
1. Frekuensi jantung
ambulasi
meningkat > 20%
10. Edukasi pengukuran
dari kondisi istirahat
nadi radialis
Gejala dan Tanda Minor 11. Manajemen aritmia
12. Manajemen
Subjektif
lingkungan
1. Dispnea 13. Manajemen medikasi
saat/setelah 14. Manajemen mood
aktivitas
2. Merasa tidak
nyaman setelah
beraktivitas
3. Merasa lemah

3 Gangguan pola tidur Luaran utama Intervensi utama


1. Mobilitas fisik 1. Dukungan tidur
Definisi gangguan kualitas 2. Edukasi aktivitas/
Luaran tambahan
dan kuantitas waktu tidur Istirahat
akibat akibat faktor 1. Berat badan
Intervensi pendukung
eksternal. 2. Fungsi sensori
Penyebab : 3. Keseimbangan 1. Dukungan pantauan
1. Hambatan 4. Konsevesi energi program pengobatan
lingkungan ( mis. 5. Koordinasi pergerakan 2. Dukungan meditasi
Kelembapan 3. Dukungan perwatan
lingkungan sekitar, 6. Motivasi diri : BAB/BAK
suhu lingkungan, 7. Pergerakan sendi 4. Fototerapi gangguan
pencahayaan, 8. Status neurologis mood/tidur
kebisingan, bau 9. Status nutrisi 5. Latihan otogenik
tidak sedap, jadwal 10. Toleransi aktivitas 6. Manajemen demensia
pemantauan/ 7. Manajemen energi
pemeriksaan/ 8. Manajemen
tindakan. lingkungan
2. Kurng kontrol tidur 9. Dukungan medikasi
3. Kurang privsi 10. Manajemen nutrisi
4. Restraint fisik 11. Manajemen nyeri
5. Ketidaan teman 12. Manajemen
tidur penggantian
6. Tidak familiar homrmon
dengan peralatan
tidur

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh sulit tidur


2. Mengeluh sering
terjaga
3. Mengeluh tidak
puas tidur
4. Mengeluh pola tidur
berubah
5. Mengeluh istirahat
tidak cukup

Objektif
( tidak tersedia )

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh
kemampuan
beraktivitas
menurun

Objektif

( tidak tersedia )

f. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan
program. Dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga,
memandirikan keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah
baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan
implementasi (Komang, 2012).

g. Evaluasi
Evaluasi merupakan sekumpulan informasi yang sistimatik berkenaan
dengan program kerja dan efektifitas dari serangkaian program yang
digunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah
dicapai. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil.
Evaluasi program merupakan proses mendapatkan dan menggunakan
informasi sebagai dasar proses pengambilan keputusan, dengan cara
meningkatkan upaya pelayanan kesehatan. Evaluasi proses, difokuskan
pada urutan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi
hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan (knowledge), sikap
(Attitude) dan perubahan perilaku. (setiadi,2010)

Anda mungkin juga menyukai