Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN :

Dosen pembimbing: Ns. Tri Wahyuni, M., Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Thosimah
Juliat

Program Studi S1 Non Reguler B


Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah
Pontianak 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem perkemihan ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah keperawatan gerontik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “asuhan keperawatan pada lansia dengan
gangguan sistem pencernaan” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Tri Wahyuni, M., Kep. selaku
dosen mata kuliah Keperawatan dasar jantung dan trauma yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pontianak, Maret 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I ...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................................3
A. Konsep Dasar Lansia .......................................................................................3
B. Sistem Pencernaan ..........................................................................................3
C. Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................8
BAB III PENUTUP ..................................................................................................14
A. Kesimpulan ....................................................................................................14
B. Saran ..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTKA...................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan
dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu
mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama
mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga
dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Dewi, 2014).
Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Kholifah, 2016).
Faktor usia akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang. Semakin
bertambah usia, maka daya tahan tubuh seseorang akan semakin menurun. Hal
inilah yang mendasari penyakit dengan mudah menyerang orang dengan usia
lanjutatau lansia pada saat ini. Seiring bertambahnya usia apalagi memasuki
usia senja maka tingkat kekebalan tubuh juga akan menurun. Seiring dengan
sistem kekebalan yang sudah melemah, penyakit-penyakit mendasar ini dapat
membuat tubuh lebih sulit untuk menangkal infeksi.
Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung
yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola
makan, minsalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan
yang terlalu banyak bumbu dan pedas (Priyoto, 2015, hal. 266).
Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian dan
pengamatan yang dilakukan oleh Depertemen Kesehatan RI angka kejadian
gastritis di beberapa kota di indonesia cukup tinggi mencapai 91,6% yaitu di kota
Medan, lalu di beberapa kota lainya seperti Surabaya 31,2%,Denpasar 46%,
Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan pontianak
31,2% (Gustin,2011,hal. 18).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem
pencernaan?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan
gangguan sistem pencernaan?
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar lansia
b. Untuk mengetahui gastritis
c. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada paien lansia dengan
gangguan gastritis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lansia


1. Pengertian lansia
Lansia adalah seseorang yang mengalami perubahan biologis, fisik,
kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh
aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia
perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan
agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan
(Emelyani & Haris, 2019).
Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai
oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
(Dewi, 2014).
2. Karakteristik lansia
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang Kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptive.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
3. Faktor yang mempengaruhi proses penuan
Menurut Muhith & Siyoto (2016) faktor yang mempengaruhi proses penuan
sebagai berikut:
a. Hereditas atau ketuaan genetic
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalamn hidup
e. Lingkungan
f. Stress
B. Konsep Gastritis
1. Pengertian
Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung
yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola
makan, minsalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan
yang terlalu banyak bumbu dan pedas (Priyoto, 2015, hal. 266).
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung. Sakit maag atau
gastritis adalah peradangan (pembengkakan ) dari mukosa lambung, yang bisa
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Seperti kita ketahui, lambung adalah
organ pencernaan dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk menyimpan
makanan, mencerna, dan kemudian mengalirkanya ke usus kecil. Didalam
lambung terdapat enzim-enzim pencernaan, seperti pepesin, asam lambung,
dan mucus, untuk melindungi dinding lambung sendiri. Bila terjadi
ketidakseimbangan diantara faktor tersebut, minsalnya asam berlebih atau
mucus berkurang, dapat mengiritasi lambung sehinga terjadi proses
peradangan pada lambung (gastritis) (Padmiarson, 2009, hal. 7).

2. Anatomi dan Fisiologi


Lambung adalah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas
perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang
berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan
dan minuman sebanyak satu galon. Bila lambung dalam keadaan kosong maka
iya akan melipat, mirip seperti sebuah akurdion. Ketika lambung mulai ter isi
dan mengembang, lipatan-lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk kedalam
esophagus, sebuah cincin otot yang berada dalam sambungan antara esphagus
dan lambung akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung.
Setelah masuk kelambung cincin in menutup. Dinding lambing terdiri
lampisan-lampisan otot yang kuat. Ketika makanan berada dilambung,
dinding lambung akan mulai menghacurkan makanan tersbut. Pada saat yang
sama, kelenjer-kelenjer yang berada di mukosa pada diding lambung mulai
mengeluarkan cairan lambung (termasuk emzim-emzim dan asam lambung)
untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini
sangat korosif sehingga paku besi dapat larut dalam cairan ini. Dinding
lambung dilindungi oleh mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah lampisan
penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga
menyeimbangkan kesamaan dalam lambung) sehingga terhidar dari sifat
korosif asam hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme
pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding
lambung.

3. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai
berikut :
1) Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung). Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada,
steroid dan digitalis.
2) Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum
alkohol, dan merokok.

4. Patofisiologi

Terdapat gangguan keseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif,


antara lain:
1) Gastritis akut
Adanya zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi
mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang mungkin
terjadi :
a) Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasinya
lambung akan meningkatkan sekresi mukosa yang berupa HCO3, di
lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCl sehingga menghasilkan
HCl dan NaCO3. Hasil dari persenyawaan tersebut akan meningkatkan
asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan
menimbulkan rasa mual muntah yang berakibat pada gangguan nutrisi
cairan dan elektrolit.
b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika
mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari
kerusakan HCl maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi
penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindung mukosa lambung,
maka yang akan terjadi adalah erosi pada mukosa lambung. Jika erosi
ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi
perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
2) Gastritis kronis
Gastritis kronik dapat diklasifikasikan sebagai Tipe A atau Tipe B. Tipe A
(sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel
parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini
dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia permisiosa dan
terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut
dengan gastritis H. pylory mempengaruhi antrum dan pilorus. Gastritis
kronik dihubungkan dengan bakteri H. pylory , faktor diet seperti minum
panas atau pedas, penggunaan alkohol dan obat-obatan, merokok atau
refluks isi usus kedalam lambung.

5. Manifestasi Klinis
1) Gastritis Akut
a) Nyeri epigastrum
b) Nausea, muntah-muntah, anorexia

c) Cepat sembuh bila penyebab cepat dihilangkan

Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual

dan sakit pada perut bagian atas.

2) Gastritis Kronik
a) Tampak pucat, Hb tidak normal
b) Perut terasa panas
c) Anorexia, epigstrum terasa tegang
d) BAO/MAO ( Basal acid output/maximal acid output) rendah dapat
diketahui dengan biopsi ( Mansjoer Arief  M, dkk, 2001 ).
Sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara bertahap biasanya

mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan

terasa penuh atau kehilangan selera.

6. Komplikasi
1) Gastritis Akut
Terdapat perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik, khusus
untuk perdarahan SCBA perlu dibedakan dengan tukan peptik. Gambaran
klinis yang diperlihatkan hampir sama, namun pada tukak peptik
penyebab utamanya adalah infeksi. Helicobakteri pulori sebesar 100%
pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi
2) Gastritis Kronik
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, periforasi, dan anemia karena
gangguan absorbsi vitamin B12 ( Mansjoer Arief  M, dkk, 2001 ).

7. Pencegahaan

Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran
untuk dapat mengurangi resiko terkena Gastritis.
1) Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas,
asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan
jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara
memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan
lakukan dengan santai.
2) Hindari Alkohol
Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa
lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
3) Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih
rentan terhadap Gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam
lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan
penyebab utama terjadinya kanker lambung.
4) Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga
dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan
limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
5) Kendalikan stress
Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan
sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit.
Stres juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan
memperlambat kecepatan pencernaan. Karena stres bagi sebagian orang
tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah dengan mengendalikannya
secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah
raga teratur dan relaksasi yang cukup.
6) Ganti obat penghilang nyeri
Jika memungkinkan hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini
akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan
yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang
mengandung Acetaminophen.
7) Ikuti rekomendasi dokter

8. Penatalaksanaan
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya mungkin
memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang
jarang pembedahan untuk mengobatinya.
a) Jika penyebabnya adalah infeksi oleh H.pylori, maka diberikan Bismuth,
antibiotik (misalnya amoxcillin &Claritromycin) dan obat anti tukak
(misalnya omeprazole).
b) Penderita gastritis karena stres akut banyak mengalami perubahan
(penyakit berat, cidera atau pendarahan) berasil diatasi. Tetapi sekitar 25
% penderita gastritis karena stres akut mengalami pendarahan yang sering
berakhir fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan
antalsit. (untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat
(untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung).
Pendarahan hebat karena gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan
menutup sumber pendarahan dengan tindakan endoskopi. Jika pendarahan
masih berlanjut mungkin seluruh lambang lambung harus diangkat.
c) Penderita gastritis erosif koronis bisa diobati dengan antasida. Penderita
sebaiknya menghidari obat tertentu (misalnya aspirin atau obat anti
peradangan non – esteroit lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi
lambung.
d) Untuk menringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada
gastritis eosinofilik, bisa diberikan kortikostroied atau dilakukan
pembedahan
e) Penderita meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau
seluruh lambung.
f) Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti kulkus yang
menghalangi pelepasan asam lambung.
g) Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit
tapi sering.
h) Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan lemak seperti
sambal, bumbu dapur dan gorengan.
i) Kadisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu
pasien dengan gastritis.

9. Pemeriksaan Penunjang

Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan


pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan ini meliputi :
a) Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam
darah, dan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat Gastritis.
b) Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori
atau tidak.
c) Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya
perdarahan pada lambung.
d) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X.
e) Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan Rontgen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian (Pengkajian tanggal 5 Desember 2012)

Pengkajian Umum :

1. Identitas

 Nama : Ny. A
 TTL : Surabaya, 17 Agustus 1943
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pendidikan : SR
 Agama : Islam
 Status Perkawinan : Duda
 TB / BB / IMT : 152 cm / 50 Kg / 20,08 Kg (Normal)
 Penampilan : Rapi dan bersih
 Alamat : Jl. Merdeka No. XX Kel. Karah Surabaya
 Orang yang Dekat : Ny. E
 Hubungan : Anak kandung
 Alamat / Telepon : Jl. Merdeka No.XX Kel. Karah Surabaya
2. Riwayat Keperawatan

a. Genogram

v
Tahun Tahun Tahun Tahun
1991 1989 1990 1987
sakit sakit sakit DM

6 DM 60
7 Gastritis,
4 9 HT
Tahun dimensia Tahun 2000 sakit
2010
sakit
47 45 Sehat ,
5 Sehat 4
perokok
0 0
Sehat HT
20 Sehat
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: tinggal serumah
: klien

b. Riwayat kesehatan keluarga

Ny. A tinggal serumah dengan anak perempuannya Ny. E, anggota yang

tinggal serumah tidak punya riwayat penyakit menular. Ibu Ny. A

memiliki riwayat penyakit DM.

3. Riwayat Pekerjaan

 Pekerjaan saat ini : Pedagang


 Alamat pekerjaan : Pasar Wonokitri Surabaya
 Jarak dari rumah : ± 1km
 Alat transportasi : Di antar menantu naik sepeda motor
 Pekerjaan sebelumnya : Pedagang
 Jarak dari rumah : ± 3 Km
 Alat transportasi : Sepeda Motor
 Sumber-sumber Pendapatan : Pendapatan berasal dari hasil
berdagang
dibiayai oleh anak.
4. Riwayat Lingkungan Hidup

Type tempat tinggal : Rumah permanen


Jenis lantai rumah : keramik
Kondisi lantai : kering
Tangga rumah : tidak ada
Penerangan : cukup
Tempat tidur : aman
Alat dapur : aman
WC  : aman
Kebersihan lingkungan         : bersih
Jumlah keluarga serumah : 3 orang(anak, menantu, dsan cucu)
Derajat privasi : terjaga
Tetangga terdekat                 : Ada
Alamat : Jl. Merdeka No. XX Kel. Karah Surabaya
5. Riwayat Rekreasi

Hobbi / Minat : menyulam

Keanggotaan Organisasi : kelompok pengajian

Liburan / Perjalanan : berkunjung ketempat anak dan saudara

6. Sistem Pendukung

Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Perawat

Jarak Dari Rumah : ±1 Km

Rumah Sakit : Ada Jarak ±5 Km

Klinik : Ada Jarak ±4 Km

Pelayanan Kes. Dirumah : Tidak ada

Perawatan yang Dilakukan Keluarga : Periksa ke Puskesmas

7. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan Ritual : klien shalat 5 waktu, klien kadang menjalankan shalat

tahajud

Yang Lainnya : Tidak ada

8. Status Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Dahulu

Ny. A mengatakan pernah sakit demam berdarah dan di rawat di

Puskesmas selama 3 hari.

b. Keluhan Utama : Ny. A mengeluh sakit perut

Provokatif : Ny. A telat makan

Quality : nyeri perutnya seperti tertusuk dan melilit

Region : daerah abdomen

Skala : skala nyeri 3 dari 5, tingkat keparahan Ny. A sampai

tidak

bisa jalan

Time : sejak tadi pagi

c. Riwayat Alergi :

Obat-Obatan : Tidak ada

Makanan : Tidak ada

Lingkungan : Tidak ada

Pengkajian Khusus

1. Pemeriksaan Fisik (B1 – B6)


a. Sistem Pernafasan (B1)

1) Inspeksi

Bentuk dada simetris, pasien mengeluh sesak saat kecapekan, irama

teratur, tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada tarikan intercostal,

tidak ada jejas, respiratory rate (RR) = 24x/menit

2) Palpasi

Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada polip.

3) Perkusi

Suara terdengar sonor

4) Auskultasi

tidak ada suara nafas tambahan

b. Sistem Kardiovaskuler (B2)

1) Inspeksi

Tidak ada keluhan nyeri dada, konjungtiva pucat.

2) Palpasi

Irama jantung teratur HR = 110 x/mnt

3) Auskultasi

Terdengar suara jantung normal, Tekanan darah 130/90 mmHg

c. Sistem Persarafan (B3)

1) Inspeksi

Kesadaran composmetis, pupil isokor, tidak ada keluhan pusing

d. Sistem Perkemihan (B4)


1) Inspeksi

Produksi urine = 500cc/hari, warna = kuning, bau = khas, intake oral =

1500cc/hari

2) Palpasi

Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran kandung kemih

e. Sistem Pencernaan (B5)

1) Inspeksi

Mukosa bibir kering, tidak ada keluhan susah menelan, 3 gigi tanggal,

klien mengeluh mual dan tidak nafsu makan

2) Auskultasi

Bising usus 12x/menit

3) Palpasi

Terdapat nyeri tekan di daerah ulu hati, skala nyeri 3 dari 6, dan tidak

teraba pembesaran hepar

4) Perkusi

Terdengar suara tympani

f. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)

1) Inspeksi

Kulit terlihat kering dan keriput, tidak terdapat kelainan pada bagian

ekstremitas dan tulang belakang, kulit sawo matang, kulit bersih

2) Palpasi

Turgor kulit kurang, akral hangat


g. Sistem Endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening

2. Pengkajian Status Fungsional

a. Index Katz : Skor A

Ny. A memiliki kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke

kamar kecil, berpakaian, dan mandi.

b. Index Barthel (ADL)

Dengan Skor Yg
No Kriteria Mandiri Ket
Bantuan Didapat
1 Makan Frekuensi
: 2x/hari
Jumlah : 1
5 10 10 piring
Jenis :
nasi, lauk,
sayur
2 Minum Frekuensi
:5–6
gelas
5 10 10 Jumlah :
500 cc
Jenis : air
putih, teh
3 Berpindah dari kursi roda ke
5-10 15 15
tempat tidur, atau sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, Frekuensi
0 5 5
menyisir rambut, gosok gigi) : 2x/hr
5 Keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh, 5 10 10
menyiram)
6 Mandi Frekuensi
5 15 15 : 2x/hr

7 Jalan di permukaan datar 0 5 5


8 Naik turun tangga 5 10 5
9 Mengenakan pakaian
5 10 10

10 Kontrol bowel (BAB) Frekuensi


: 1x/hari
5 10 10
Konsisten
si : padat
11 Kontrol Bladder (BAK) Frekuensi
: 5x/hari
5 10 10
Warna :
kuning

12 Olah raga/latihan Jenis :


jalan kecil
5 10 10 Frekuensi
: 1x/hari

13 Rekreasi/pemanfaatan waktu Jenis :


luang nonton TV
5 10 10
Frekuensi
: 1x/hari
Jumlah : 125
Penilaian

Nilai 130 : Mandiri

Nilai 60 – 125 : Ketergantungan Sebagian

Nilai 60 : Ketergantungan Total

Kesimpulan : Ny. A memiliki Tingkat ketergantungan sebagian dengan skor 125

1. Perubahan Kognitif

a. Konsep diri : Klien merasa kehidupannya cukup terpenuhi


b. Emosi : Stabil
c. Adaptasi : Baik
d. Dimensia : Tidak
e. Tingkat Keasadaran : Composmentis
f. Afasia : Tidak
g. Orientasi : Normal
h. Bicara : Normal
i. Bahasa : Bahasa Jawa
j. Kemampuan Membaca : Bisa
k. Kemampuan Interaksi : Sesuai
l. Penyalahgunaan zat : tidak

2. Pengkajian Status Kognitif

a. Tingkat kerusakan intelektual

Dengan menggunakan SPMSQ (short portable mental status quesioner)

Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini.

Benar Salah Nomo Pertanyaan Jawaban


r
1 0 1 Tanggal berapa hari ini? 26 November 2012
1 0 2 Hari apa sekarang? Senin
1 0 3 Apa nama tempat ini? Rumah
1 0 4 Dimana alamat anda? Jl. Merdeka No.XX Kel.
Karah Surabaya
1 0 5 Berapa umur anda? 69 tahun
1 0 6 Kapan anda lahir? 17 Agustus 1943
1 0 7 Siapa presiden Indonesia? SBY
0 1 8 Siapa presiden Indonesia Suharto
sebelumnya?
1 0 9 Siapa nama ibu anda? Ibu K
0 1 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 13, 9, dst
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, secara menurun
8 2 JUMLAH
Intreprestasi :
Salah 0 – 3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : fungsi intelektual kerusakan berat
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan salah = 2, fungsi intelektual Ny. A
utuh
b. Identifikasi Fungsi Mental Dan Aspek Kognitif
Dengan Menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
Tahun : 2012
Musim : hujan
Tanggal : 26 November 2012
Hari : senin
Bulan : November
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ? Rumah
Negara : Indonesia
Propinsi : Jawa Timur
Kabupaten / kota : Surabaya
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab:
 Kursi
 Meja
 Kertas
4 Perhatian 5 3 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dan kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
kalkulasi Jawaban :
93
86
76
71
64
5 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke – 2 (tiap poin nilai 1)
Jawaban : meja, kursi, pen
6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukkan benda tersebut)
1. Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
”tidak ada, dan, jika atau tetapi”
Klien menjawab :
”tidak ada, dan, jika atau tetapi”

2. Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri 3 langkah.
 Ambil kertas ditangan anda, lipat
dua dan taruh dilantai.
 Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1 poin) ”tutup mata
anda”
 Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar.

Total nilai 30 27 Intrepetasi : Tidak ada gangguan kognitif


Intrepetasi hasil :
24.30: tidak ada gangguan kognitif
18.23: gangguan kognitif sedang
1.17: gangguan kognitif berat

4. Pengkajian Sosial

No. Uraian Ya Kadang- Tida Fungsi Skor


kadang k
1 Saya puas bahwa saya √
bisa kembali kepada
keluarga (teman-teman) Adaptation
2
saya untuk membantu
pada waktu sesuatu
menyusahkan saya.
2 Saya puas dengan cara √
keluarga (teman-
teman)saya
membicarakan sesuatu Partnership 1
dengan saya dan
mengungkap masalah
dengan saya
3 Saya puas dengan cara √
keluarga (teman-teman)
saya menerima dan
Growth 1
mendukung keinginan
saya untuk melakukan
aktivitas
4 Saya puas dengan cara √
keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan
afek dan berespon Affection 1
terhadap emosi-emosi
saya seperti marah,
sedih/ mencintai
5 Saya puas dengan cara √
teman- teman saya dan
Resolve 1
menyediakan waktu
bersama-sama
6 Penilaian; Total 6
Pertanyaan-pertanyaan
yang di jawab;
Selalu: skore 2
Kadang-kadang : skore
1
Hampir tidak pernah :
skore 0
Intrepretasi Hasil :
Nilai ≤ 3 : disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga sedang
Nilai 7 – 10 : tidak ada disfungsi keluarga
Kesimpulan : total nilai 6, Ny. A mengalami disfungsi keluarga sedang

3. Pengkajian Keseimbangan

a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

 Bangun dari kursi* (Normal)

Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong

tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi

terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.

 Duduk ke kursi* (Normal)

Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi

Keterangan (*): kursi yang keras dan tanpa lengan

 Menahan dorongan pada sternum (Normal)

Pemeriksa mendorong sternum perlahan-lahan sebanyak 3 kali, klien

mampu menahan dorongan

 Mata tertutup (Normal)

 Perputaran leher (Normal)

 Gerakan menggapai sesuatu (Normal)

 Membungkuk (Normal)
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan

 Minta klien untuk berjalan pada tempat yang ditentukan  ragu-ragu,

tersandung, memegang obyek untuk dukungan. (Normal)

 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki pada saat melangkah)

 Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret

kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 2 inchi). (Normal)

 Kontunuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping pasien)

(Normal)

 Setelah langkah-langkah awal, tidak konsisten memulai mengangkat

satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai.

 Panjangnya langkah yang tidak sama (sisi yang patologis biasanya

memiliki langkah yang lebih panjang : misalnya dapat terdapat pada

pinggul, lutut, pergelangan kaki atau otot sekitarnya)

 Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari

belakang klien) (Normal)

 Berbalik (Normal)

Intrepretasi Hasil :

0–5 : risiko jatuh rendah

6 – 10 : risiko jatuh sedang

11 – 15: risiko jatuh tinggi

Kesimpulan : Ny. A memiliki risiko jatuh rendah, dengan total nilai 2

B. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data

Data Problem Etiologi


DS : Nyeri akut Inflamasi mukosa

Klien mengeluh sakit lambung

perut

DO :

 Keluhan utama:

- P : Ny. A telat makan

- Q : nyeri perutnya

seperti tertusuk dan

melilit

- R : daerah abdomen

- S : skala nyeri 3 dari

5, tingkat keparahan

Ny. A sampai tidak

bisa jalan

- T : sejak tadi pagi

 Klien tampak merintih

kesakitan

DS : Risiko Gangguan intake yang tidak

Klien mengeluh tidak pemenuhan kebutuhan adekuat

nafsu makan nutrisi kurang dari


DO : kebutuhan tubuh

 Mukosa bibir kering

 Turgor kulit jelek

 Frekwensi makan

2x/hari

DS : Keterbatasan aktivitas kelemahan fisik

Klien mengeluh akibat

sakitnya klien tidak dapat

berjalan

DO :

 Index Barthel : tingkat

ketergantungan Ny. A

sebagian

 Klien tampak lemah

Diagnosa Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Sistem Pencernaan :

1) Nyeri akut pada Ny. A berhubungan dengan Inflamasi mukosa lambung, yang

ditandai dengan Klien mengeluh sakit perut, skala nyeri 3 dari 5

2) Risiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

3) Keterbatasan aktivitas berhunbungan dengan kelemahan fisik, yang ditandai

dengan tingkat ketergantungan Ny. A sebagian


4) INTERVENSI KEPERAWATAN

5) Diangnosa Keperawatan : Nyeri akut pada Ny. A berhubungan dengan


Inflamasi mukosa lambung
No. Tujuan Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan 1) Kaji skala nyeri dan 1) Menentukan derajat

tindakan lokasi nyeri nyeri yang dikeluhkan

keperawatan selama klien

1 x 24 jam, nyeri 2) Observasi TTV 2) Mengetahui fungsi vital

pada lansia Ny. A 3) Berikan lingkungan dari keadaan klien

dapat berkurang, yang tenang dan 3) Memberikan

dengan kriteria hasil nyaman kenyamanan untuk

: 4) Ajarkan teknik membantu menurunkan

1) Klien mengeluh relaksasi dan nyeri klien

nyeri berkurang distraksi 4) Relaksasi dan distraksi

2) Skala nyeri dapat membantu

berkurang ≤ 3 5) Lakukan kolaborasi menurunkan nyeri klien

atau hilang skala dalam pemberian 5) Agen farmakologis

nyeri 0 obat sesuai dengan dapat mengurangi nyeri

3) Klien nampak indikasi untuk

rileks mengurangi nyeri

IMPLEMENTASI
No. Hari/tanggal Tindakan Paraf
1. Jumat, 6 Desember 1) Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri

2012 Ny. A

R/ skala nyeri klien 3 dari 5 lokasinya

di ulu hati

2) Mengobservasi TTV

T :130/90 mmHg N : 110x/menit

S :37C RR : 24x/menit

3) Memberikan lingkungan yang tenang

dan nyaman

R/ klien merasa nyaman saat diberikan

posisi nyaman

4) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

R/ klien mampu mempraktikan teknik

relaksasi

5) Lakukan kolaborasi dalam pemberian

obat sesuai dengan indikasi untuk

mengurangi nyeri

R/ klien meminum obat analgesik

EVALUASI
No. Hari / tanggal Evaluasi
1. Sabtu, 7 Desember S : Klien sudah tidak mengeluh sakit perut

2012 O:

 Skala nyeri 0

 Klien sudah nampak rileks

 Klien sudah tidak mengeluh nyeri perut

A : tujuan teratasi

P : intervensi dihentikan
BAB IV

SIMPULAN

A. Kesimpulan

Akibat dari proses menua seluruh sistem tubuh pada lansia akan mengalami

penurunan fungsi, salah satunya adalah gangguan pada sistem pencernaan. Akibat

dari gigi yang ompong, penuruan peristaltik usus, dan kemampuan indera pengecap

melemah. Hal ini akan menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan. Salah satu

masalah kesehatan yang ditimbulkan dari gangguan sistem pencernaan adalah

gastritis. Sebagian besar lansia akan mengalami gastritis. Gastritis adalah suatu

penyakit pada sistem pencernaan yang berbentuk peradangan pada lapisan mukosa

lambung. Oleh karena itu diperlukan intervensi khusus untuk membantu lansia

mengahadapi maslah kesehatan. Karena lansia dianggap sebagai individu dalam

suatu komunitas.

B. Saran

1) Lansia merupakan individu yang membutuhkan peran perawat untuk membantu

memenuhi kebutuhan lansia

2) Lansia merupakan bagian dari komunitas yang merupakan kelompok berisiko

terhadap masalah kesehatan karena terjadi penurunan berbagai sistem fungsi

tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Deepublish.

Gustin 2011. Pola makan sehari-hari penderita gastritis.

Hidayat, Alimul aziz. 2009. Pengatar konsep dasar keperawatan. Jakarta: selemba

medika.

Kholifah, S. N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Keperawatan

Gerontik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Misnadiarly, 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta: Penerbit Pustaka

Populer Obor.

Mubarak, W. I., Chayatin, N., & Santoso, B. A. (2012). Ilmu Keperawatan

Komunitas Konsep dan Aplikasi. Salemba Medika.

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. CV Andi

Offset.

Padmiarson. 2009. 15 Ramuan Penyembuh Maag. Jakarta: Bee Medika Indonesia

Priyoto. 2015. Perubahan Dalam Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai