Anda di halaman 1dari 28

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“Keracunan Makanan”
Dibuat untuk memenuhi tugas Clinical Study Departemen Keperawatan Gawat
Darurat yang dibimbing oleh:
Ns. Andi Surya Kurniawan, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Yovina Nuriati (1714314201026)
Karina Indana Zulfa (1714314201033)
Moch. Malik Satria K.W. (1714314201035)
Winy Liveline Suryani (1714314201037)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
2
LEMBAR PERSETUJUAN

CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

SATUAN ACARA PENYULUHAN


“Keracunan Makanan ”

Laporan Clinical Study ini telah disetujui oleh


Pembimbing Institusi

Hari/Tanggal: Jum’at, 18 Desember 2020

Pembimbing Institusi

(Ns. Andi Surya Kurniawan, S.Kep., M.Kep)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
“Satuan Acara Penyuluhan: Keracunan Makanan” tanpa halangan apapun.
Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Clinical Study Departemen
Keperawatan Gawat Darurat.
Dalam penyusunan tugas ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, sehingga kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah
diberikan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Rahmawati Maulidia, S.Kep., M.Kep. selaku Kaprodi S1 Ilmu
Keperawatan.
2. Ns. Andi Surya Kurniawan, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing
kelompok 5 mata kuliah Clinical Study Departemen Keperawatan
Gawat Darurat yang telah berkenan meluangkan waktu untuk
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun makalah.
3. Orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung.
4. Dan teman-teman di STIKes Maharani Malang yang telah senantiasa
mendukung dalam penyusunan makalah.
Dalam penyusunan tugas ini kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini
sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini, dan dalam pembuatan
laporan lainnya. Akhir kata, semoga tugas ini dapat berguna bagi kita semua.

Malang, 24 Desember 2020

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering
dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya
pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.

Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun


haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau
secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun 
merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai
penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat
dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa
keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan
kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga
mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.

Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan
dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah
tropis dan subtropis. Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular
terjadi pada anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah
dilakukan.

Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa dapat memahami tentang Tindakan Kegawat daruratan
Keracunan Makanan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami pasien dengan Keracunan makanan

1
2. Mampu memberikan intervensi kepada pasien dengan Keracunan
makanan
3. Mampu mengimplementasikan intervensi keperawatan kepada pasien
dengan Keracunan makanan

1.2 Manfaat
Satuan acar penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
penulis khususnya, maupun para pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi
pengetahuan dan pemahaman mendalam mengenai keracunan makanan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi
Makanan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam
kehidupan manusia. Salah satu ciri makanan yang baik adalah aman untuk
dikonsumsi. Jaminan akan keamanan pangan merupakan hak asasi konsumen.
Makanan yang menarik, nikmat, dan tinggi gizinya, akan menjadi tidak berarti
sama sekali jika tak aman untuk dikonsumsi. Makanan yang aman adalah yang
tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia
berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya
tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu,
kualitas makanan, baik secara bakteriologi, kimia, dan fisik, harus selalu
diperhatikan. Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya
dipengaruhi oleh mikroorganisme.
Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1996, keamanan pangan
didefinisikan sebagai suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Disebut keracunan makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan
setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang
dihasilkan oleh bakteri penyakit. Mikroorganisme ini dapat masuk ke dalam tubuh
kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau
memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.
Seperti diketahui, bakteri sangat menyukai suasana lingkungan yang lembab dan
bersuhu ruangan. Pada kondisi ini, pertumbuhan bakteri akan meningkat dengan
pesat. Bila suhu ini ditingkatkan atau diturunkan maka perkembangan biakan
bakteri pun akan berkurang atau terhenti.
Keracunan makanan merupakan penyakit yang diakibatkan
pengkonsumsian makanan atau minuman yang memiliki kandungan bakteri, dan
atau toksinnya, parasit, virus atau bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan
gangguan di dalam fungsi normal tubuh.

3
Keracunan makanan adalah penyakit yang berlaku akibat memakan
makanan yang tercemar. Makanan dikatakan tercemar jika ia mengandungi
sesuatu benda atau bahan yang tidak seharusnya berada di dalamnya.Keracunan
makanan merupakan sejenis gastroenteritis yang disebabkan oleh makanan yang
telah dicemari racun, biasanya bakteria. Bergantung kepada jenis racun,
kekejangan abdomen, demam, muntah dan cirit-birit akan berlaku dalam waktu 3
hingga 24 jam.
Jika makanan telah dicemari bakteria, bakteria akan menghasilkan racun
yang dikenali sebagai toksin. Toksin memberi kesan langsung pada lapikan usus
dan menyebabkan peradangan. Ada berbagai jenis bakteria yang menyebabkan
keracunan makanan tetapi yang biasa didapati ialah salmonella, shigella,
staphylococcus dan E.coli yang merupakan puncak utama keracunan makanan di
kalangan bayi, terutamanya bayi yang menyusui botol.
Bagi keracunan makanan yang berpunca daripada bahan bukan bakteria, tanda
penyakit juga timbul jika anak termakan bahan kimia, racun serangga atau
beberapa jenis tumbuh-tumbuhan.

1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),


kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

a.  Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

4
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di
kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil
yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan
mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.

b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut,
hidung, faring, dan laring

c. Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang

d.  Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso –
“membawa”, dan phagus – “memakan”)
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

5
e. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
 Kardia
 Fundus
 Antrum.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi


secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

1. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh
asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
2. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap
infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

f.  Usus halus (usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah

6
dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M
Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari
tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum),
dan usus penyerapan (ileum).

g. Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses. Usus besar terdiri dari :
 Kolon asendens (kanan)
 Kolon transversum
 Kolon desendens (kiri)
 Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi


mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat


penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan
pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang
bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

h. Usus Buntu (sekum)


Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing.

7
i. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis)
yang jelas tetap terletak di peritoneum.

j.  Rektum dan anus


Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan
anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

k. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).

l.  Hati

8
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan
manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan
dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile,
yang penting dalam pencernaan.

m. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan
karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
 Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
 Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol.

1.3 Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :

1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
 Escherichia coli patogen
 Staphilococus aureus
 Salmonella
 Bacillus Parahemolyticus
 Clostridium Botulisme

9
 Streptokkkus

2. Bahan Kimia
 Peptisida golongan organofosfat
 Organo Sulfat dan karbonat

3. Toksin
 Jamur
 Keracunan Singkong
 Tempe Bongkrek
 Bayam beracun
 Kerang

1.4 Manifestasi Klinis

1. Gejala yang paling menonjol meliputi


 Kelainan Visus
 Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
 Gangguan Saluran pencernaan
 Kesukaran bernafas

2. Keracunan ringan
 Anoreksia
 Nyeri kepala
 Rasa lemah
 Rasa takut
 Tremor pada lidah dan kelopak mata
 Pupil miosis

4. Keracunan sedang
 Nausea

10
 Muntah – muntah
 Kejang dan kram perut
 Hipersalifa
 Hiperhidrosis
 Fasikulasi otot
 Bradikardi

5. Keracunan berat
 Diare
 Reaksi cahaya negatif
 Sesak nafas
 Sianosis
 Edema paru
 Inkontinensia urine dan feses
 Kovulsi
 Koma
 Blokade jantung akhirnya meninggal

1.5 Pemeriksaan
Penunjang

1. BGA
2. Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma,
penting untuk memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik
.Keracunan Akut : Ringan 40 – 70 %
 Sedang 20 – 40 %
 Berat <>
 Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%.

Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu

3. Pathologi Anatomi

11
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak
khas. Sering hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru,
otak dan organ – organ lainnya.
4. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit
serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
5. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
6. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena
sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus
takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi
ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik.
Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah
keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia,
gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung
iskemik.

1.6 Komplikasi

1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas (Apneu)
5. Syok

1.9 Penatalaksanaan
1. Tindakan Emergensi

Airway        : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi

Breathing    : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan


atau pernafasan tidak adekuat

Circulasi      : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan


perbaiki perfusi jaringan.

12
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa
pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2,
hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat – obatan depresan
saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari
pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan
meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan
dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.

3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda
usaha – usaha penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.

4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan
dengan merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun
dengan karbon aktif dan membersihkan usus

5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis
basa atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus

1.9 Pencegahan
1. Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan tidak
aktif dengan pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit,
pada suhu 80 C selama 5 menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan
pemanasan 120 C
2. Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh
dari jangakauan anak – anak
3. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya

13
4.  Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
5. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obatan
6. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa

14
BAB III
SATUAN ACARA PENYULUHAN

3.1 Deskripsi Kegiatan


Judul Kegiatan : Pencegahan Keracunan Makanan
Topik : Keracunan Makanan
Pokok Bahasan : pengetahuan keracunan makanan
Sub Pokok bahasan :
a. Masyarakat mengerti tentang definisi
b. Masyarakat mengetahui Anatomi fisiologi sistem
pencernaan
c. Masyarakat mengetahui etiologi
d. Masyarakat mengetahui Manifestasi Klinis
e. Masyarakat mengetahui pemeriksaan
f. Masyarakat mengetahui komplikasi
g. Masyarakat mengetahui penatalaksanaan
h. Masyarakat mengetahui pencegahan

Pukul : 08.30 WIB – 09.15 WIB


Sasaran : Masyarakat
Tempat : Desa Tulungrejo
Hari/Tanggal : Kamis , 24 Desember 2020
Lama Waktu : 45 menit

3.2 Materi Penyuluhan


1) Definisi
2) Anatomi fisiologi sistem pencernaan
3) Etiologi
4) Manifestasi Klinis
5) Pemeriksaan
6) Komplikasi
7) Penatalaksanaan

15
8) Pencegahan

3.3 Metode
1) Ceramah
2) Tanya jawab

3.4 Media dan Alat


1) Power Point
2) Link Zoom
3) Infocus

3.5 Setting Tempat

3.6 Kegiatan Penyuluhan

Tahap
No Penyuluh Peserta Metode Media
Kegiatan

1 Pembukaan 1. Membuka pertemuan Ceramah Power


(5 menit) a. Memberi salam Menjawab salam point
b. Memperkenalkan diri Mendengarkan dan
memperhatikan
2. Menyampaikan judul Mendengarkan dan

16
materi memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan Memperhatikan
Penyuluhan
4. Melakukan kontrak waktu Menyetujui kontrak
waktu yang telah
ditentukan
2 Penyajian 1. Menggali pengetahuan Audiens Ceramah Power
(30 menit) Masyarakat tentang definisi menyampaikan yang dan point
2. Memberikan reinforcement diketahuinya Tanya dan
3. Penyampaian Materi : jawab leaflet
a. Menggali pengetahuan
audiens tentang Audiens
pengertian mengutarakan
b. Memberikan pendapat
reinforcement
c. Menyampaikan materi
penyuluhan tentang
pengertian Memperhatikan dan
d. Menggali pengetahuan memahami yang
audiens tentang disampaikan
Anatomi fisiologi penyuluh
sistem pencernaan Audiens
e. Memberikan mengutarakan
reinforcement pendapat
f. Menyampaikan materi
penyuluhan tentang
etiologi
g. Menggali pengetahuan Memperhatikan dan
audiens tentang faktor memahami yang
Manifestasi klinis disampaikan
h. Memberikan penyuluh
reinforcement Audiens

17
i. Menyampaikan materi mengutarakan
penyuluhan tentang pendapat
Komplikasi
j. Menggali pengetahuan
audiens tentang Memperhatikan dan
penatalaksanaan memahami yang
k. Memberikan disampaikan
reinforcement penyuluh
l. Menyampaikan materi Audiens
penyuluhan tentang mengutarakan
penatalaksanaan pendapat
m. Menggali pengetahuan
audiens tentang
pencegahan
n. Memberikan Memperhatikan dan
reinforcement memahami yang
o. Menyampaikan materi disampaikan
penyuluhan tentang penyuluh
Pencegahan Audiens
mengutarakan
4. Memberikan kesempatan pendapat
audiens untuk bertanya
5. Menjawab pertanyaan yang
diajukan audiens Memperhatikan dan
6. Memberikan reinforcement memahami yang
disampaikan
7. Memberikan umpan balik penyuluh
Audiens
mengutarakan
pendapat

18
Memperhatikan dan
memahami yang
disampaikan
penyuluh
Audiens Bertanya

Audiens
Memperhatikan
Audiens
Memperhatikan
Audiens
Memperhatikan
Menerima leaflet
3 Penutup 1. Memberikan kesempatan Audiens bertanya Tanya Leaflet
(10 enit) pada audiens untuk jawab,
bertanya tentang materi ceramah
penyuluhan
2. Menanyakan kembali Audiens menjawab
materi yang telah dijelaskan
3. Menyimpulkan hasil Audiens
penyuluhan bersama peserta mendengarkan
4. Mengucapkan terimakasih Audiens
atas peran serta audiens mendengarkan
yang hadir dalam
penyuluhan
5. Memberikan salam penutup Menjawab salam

3.7 Susunan Kepanitiaan


1. Moderator : Moch. Malik Satria K. W.
2. Penyaji : a. Leader : Yovina Nuriati
b. Co-leader : Winy Liveline Suryani

19
3. Observer : Karina Indana Zulfa
4. Fasilitator : semua panitia

3.8 Tugas Panitia


1. Peran Moderator
a. Membuka dan menutup acara.
b. Memperkenalkan diri. 
c. Menetapkan tata tertib acara penyuluhan.
d. Menjaga kelancaran acara.
e. Memimpin diskusi.
2. Peran Penyuluh
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan.
3. Peran observer
a. Mengamati jalannya kegiatan.
b. Mengevaluasi kegiatan.
c. Mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan.
4. Peran fasilitator
a. Bersama moderator menjalin kerja sama dalam menyajikan materi
penyuluhan.
b. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya.
c. Menjadi contoh dalam kegiatan
3.9 Evaluasi
1. Evaluasi struktur:
a. Materi sudah dipersiapkan sebelum Penyuluhan
b. Media sudah dipersiapkan sebelum Penyuluhan
c. Tempat sudah siap 1 jam sebelum Penyuluhan
d. SAP sudah dipersiapkan sebelum Penyuluhan
2. Evaluasi proses:
a. Peserta datang tepat waktu 10 menit sebelum penyuluhan dimulai
b. Peserta memperhatikan penjelasan perawat
c. Peserta aktif bertanya atau memberikan pendapat

20
d. Media dapat digunakan secara efektif
3. Hasil :
a. Dari 6 Masyarakt, 2 diantaranya mampu menjawab tentang Definisi
Keracunan
b. Dari 6 peserta, 5 diantaranya mampu menjawab tentang tanda dan
gejala Keracunan
c. Dari 6 peserta, 3 diantaranya mampu menjawab tentang pencegahan
Keracunan

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan
yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu

4.2 Saran

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia  Berbahaya.


Dari: http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-
kimia-berbahaya/.
2. Indonesiannursing. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Luka Bakar
(Combustio).Dari:http://indonesiannursing.com/2008/10/asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan-luka-bakar-combustio/.
3. Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info
Media.
4. Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.
5. Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah,
vol: 3. Jakarta: EGC.
6. Syamsi. (2012).  Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan
Serangga.Dari:http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-
kegawatdaruratan-pada-pasien.html.

23

Anda mungkin juga menyukai