Askep Kegawatdaruratan I
(Ns. Rivelino Hamel, S.Kep,M.Kes)
Disusun Oleh :
Kelompok 11
Gracelia H Makagansa/19142010016
Juan Mario Kapile/19142010302
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHLUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Manifestasi Klinis
5. Patofisiologi
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
BAB IV KESIMPULAN
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
PEMBAHASAN
1. Pengertian
2. Penyebab Keracunan
5) Keracunan singkong
2) Inhalasi oksigen
c. Baygon
1) General Management
2) Spesifik terapi
3) Pharmacologik terapi
Kimia
AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Dapat menyebabkan luka bakar dan
Simpanlah dalam botol berwarna kulit melepuh. Gas/uapnya juga
dan ruang yang gelap serta jauhkan menebabkan hal yang sama.
dari bahan-bahan yang mudah
terbakar.
HCl Senyawa ini beracun dan bersifat Dapat menyebabkan luka bakar dan
korosif terutama dengan kepekatan kulit melepuh. Gas/uapnya juga
tinggi. menebabkan hal yang sama.
H2S Senyawa ini mudah terbakar dan Menghirup bahan ini dapat
beracun menyebabkan pingsan, gangguan
pernafasan, bahkan kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, Jangan menghirup uap asam sulfat
higroskopis, bersifat membakar pekat karena dapat menyebabkan
bahan organik dan dapat merusak kerusakan paru-paru, kontak dengan
jaringan tubuh kulit menyebabkan dermatitis,
Gunakan ruang asam untuk proses sedangkan kontak dengan mata
pengenceran dan hidupkan kipas menyebabkan kebutaan.
penghisapnya.
NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis dan Dapat merusak jaringan tubuh.
menyerap gas CO2.
NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang Menghirup senyawa ini pada
khas. konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan pembengkakan saluran
pernafasan dan sesak nafas. Terkena
amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v)
selama 30 menit dapat menyebabkan
kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit.
Jangan menghirup gas ini karena
dapat menyebabkan pingsan dan
kematian.
HF Gas/uap maupun larutannya sangat Dapat menyebabkan iritasi kulit,
beracun. mata, dan saluran pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka bakar,
menghirup uapnya dapat
menyebabkan kematian.
Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk
pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia:
Jenis Peracun Pertolongan Pertama
Asam-asam korosif seperti asam sulfat Bila tertelan berilah bubur aluminium
(H2SO4), fluoroboric acid, hydrobromic acid hidroksida atau milk of magnesia
62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric diikuti dengan susu atau putih telur
acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan yang dikocok dengan air.
lainlain. Bila tertelan berilah bubur Jangan diberi dengan karbonat atau
aluminium hidroksida atau milk of magnesia soda kue.
diikuti dengan susu atau putih telur yang
dikocok dengan air.
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), Bila tertelan berilah asam asetat encer
amonium hidroksida (NH4OH), Kalium (1%), cuka (1:4), asam sitrat (1%),
hidroksida (KOH), Kalsium oksida (CaO), atau air jeruk. Lanjutkan dengan
soda abu, dan lain-lain. memberi susu atau putih telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, Berikan antidote umum, susu, minum
dan lain-lain air kelapa, norit, suntikan BAL, atau
putih telur.
Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta, norit,
suntikan PAM
Garam Arsen Bila tertelan usahakan pemuntahan dan
berikan milk of magnesia.
e. Ular Berbisa
Ada tiga famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hydrophidae, dan
Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema
dan perdarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi
tetap di lokasi pada anggota badan yang tergigit. Beberapa bisa Elapidae
tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam. Untuk sementara
akan terakumulasi dengan kadar yang tinggi dalam kelenjar getah bening,
jika tidak dilakukan tindakan pertolongan pertama, dalam waktu 2 jam
setelah gigitan akan terdeteksi dalam plasma atau urin dengan kadar tinggi.
Balutan yang kuat dapat dilakukan beberapa jam tanpa membahayakan
peredaran darah keseluruhan anggota tubuh. Balutan yang kuat membatasi
perubahan lokal di daerah gigitan dan juga untuk meningkatkan reaksi
terhadap antibisa. Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari
air liur, sifat bisa tersebut adalah:
1) Neurotoksin yang berakibat pada saraf perifer atau sentral.
Tanda dan gejala yang umum ditemukan pada pasien bekas gigitan ular
adalah; lokal sakit bukan gambaran umum, tanda-tanda bekas taring,
laserasi, bengkak dan kemerahan, sakit kepala, muntah, rasa sakit pada otot
dan dinding perut, demam serta berkeringat dingin.
Tindakan Penanggulangan
Dalam mengatasi gigitan ular berbisa, pemberian serum antibisa yang
cukup dan pengaturan ventilasi yang memadai merupakan tindakan yang
utama. Sedangkan tindakan yang bersifat supportif merupakan tindakan
sekunder dan dilakukan sesuai dengan kondisi penderita.
1) Premedikasi
Pada waktu pemberian serum antibisa harus tersedia oksigen, arus udara
mencukupi, dan alat penghisap yang siap pakai. Serum antibisa
diencerkan dengan larutan hartmann (larutan ringer laktat) dengan
perbandingan 1:10 dan diberikan perlahan-lahan, terutama pda
permulaan. Pemberian antibisaharus segera diberhentikan jika timbul
gejala yang tidak dikehendaki dan ulangi pemberian obat seperti pada
premedikasi, sebelum pemberian infus antibisa diteruskan.
3. Manifestasi Klinis
Awitan) Renik/Toksin
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim di Garam logam
mulut, mulut terasa panas
1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit kepala, Nitrit
pusing, sesak nafas, gemetar, lemah,
pingsan.
1-6 jam (rerata 2-4) Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus
Aureus dan
enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, rasa mual. Bacillus Cereus.
muntah)
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, pelebaran Jamur berjenis
pupil, pingsan, koma. Amanita.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam Radang tengorokan, demam, mual, Streptococcus
muntah, pengeluaran secret dari hidung, Pyogene
terkadang ruam kulit.
2-5 hari Radang tengorokan dan hidung, eksudat Corynebacterium
berwarna keabuan, demam, mengigil, diphtheria
nyeri tengorokan, lemah, sulit menelan,
pembengkakan kelenjar getah bening
leher.
12-72 jam (rerata Kram perut, diare, muntah, demam, Salmonella spp
e, V. cholera (01
dan non-01),
vulvinicus, V.
fluvialis.
3-5 hari Diare, demam, muntah dengan nyeri Virus-virus
perut, gejala saluran nafas enteric
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), sakit perut, Giardia lamblia
berat badan menurun
1-beberapa minggu Sakit perut, diare, sembelit, sakit kepala, Entamoeba
mengantuk, kadang tanpa gejala hystolitica
3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan, berat Taenia
badan menurun, sakit perut, kadang sanginata dan
gastroenteritis taenia solium
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam Gastroenteritis, cemas, penglihatan kabur, Fosfat organic
nyeri dada, sianosis, kedutan, kejang.
Salvias berlebihan, berkeringat,
gastroenteritis, nadi tak teraratur, pupil
mengecil, bernafas seperti orang asma.
Jamur jenis
muscaria
Ciguatoxin
>72 jam
Rasa baal, kaki lemah, paralisis, spastic, penglihatan berkurang, buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada kaki, kaki dan tangan jatuh.
Air raksa organic
Triortrocresyl phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam
Sakit kepala, pusing, mual, muntah, rasa panas pada mulut, tengorok terasa terbakar, muka
sembab dan merah, sakit perut, gatal dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, rasa seperti digaruk (geli), kemerahan, pusing, sakit
kepala, mual.
Kemerahan, rasa panas, gatal, sakit perut, edema lutut dan wajah.
Scombrotoxin
(histamine)
Rasa seperti digaruk (geli), terbakar, baal, mengantuk, bicara inkoheren, paralisis
pernafasan.
Saxitoxin
(paralytic
4 jam
Sensasi panas dan dingin bergantian, rasa geli; baal disekitar bibir, lidah dan tengorokan;
nyeri otot, pusing, diare, muntah.
Brevetoxin (neurotoxic shelifish poisoning: NSP)
Kelenjar Limfe)
Gastroenteritis, demam, edema disekitar mata, berkeringat, nyeri otot, mengigil, lemah,
sulit bernafas.
Trichinella spiralis
10-13 hari
25-30)
Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu makan, mual, sakit perut, kuning (ikterus).
Mungkin virus
Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal)
atau sistemik setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran
darah atau keduanya. a. Lokal
Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka pada
selaput lendir atau jaringan yang terkena. Beberapa racun lain secara lokal
mempunyai efek pada sistem saraf pusat dan organ tubuh lain, seperti
jantung, hati, paru, dan ginjal tanpa sifat korosif dan iritan.
b. Sistemik
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah
atau norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan
cara:
a) Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan
reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup
ipekak.
b) Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat
korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun
dan penderita kejang.
c) Bilas lambung:
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka / bicnat encer).
3) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
2) Dialisa
3) Transfusi exchange
5. Patofisiologi
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
a. Tindakan ABCD
4) Dekontamination(pembersihan)
c. Pemberian antidot
8. Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium toksikologi
• Uji darah, urin, isi lambung, atau muntah.
BAB III
1. Pengkajian
2. Diagnosa
N
Diagnosa Tujuan Dan Rasional
o Perencanaan
Kriteria Hasil
1 Bersihan jalan Tujuan : jalan Irama pernapasan pada takipnea, tampak kesulitan
. nafas tidak nafas efektif 1. Monitor irama 1. bernapas
efektif berhub Kriteria hasil : pernapasan, kedalaman
ungan - Pernafasa dan kesultan bernapas Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan
dengan n reguler, 2. dapat ditemukan dalam adanya proses inflamasi akut
peningkatan dalam dan 2. Monitor respirasi atau
produksi kecepatan status O2 Posisi semi fowler dapat memkasimalkan pengemban
3.
sputum nafas gan paru (ekspansi dada)
teratur.
- Pengemba Suction membantu mengeluarkan sekret yang
4.
ngan dada menumpuk di jalan napas
3. Posisikan pasien (semi
kiri dan
fow ler) untuk
kanan 5. Batuk efektif mambantu mengeluarkan sekret yang
memaksimalkan ventilasi
simetris. menumpuk di jalan napas
- Batuk
efektif, 4. Lakukan suction
refleks
menelan 5. Keluarkan sekret dengan
baik. batuk efektif
- Tanda dan
gejala.
tidak ada :
demam (-
),
takhikardi
(-),
takhipneu
(-)
2.
Hipertermia berhubungan dengan efek
langsung endotoksin pada hipotalamus
1. Monitor suhu
4. Memberikan kebutuhan cairan dan nutrisi yang meningkat dan membantu menurunkan suhu melalui cairan
3.
BAB IV
KESIMPULAN
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera
dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi
toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang
mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan
kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi,
untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital,
menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan
untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
DAFTAR PUSTAKA
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol:
3. Jakarta: EGC.
Widodo, Djoko.2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Pustaka