Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KERACUNAN

Askep Kegawatdaruratan I
(Ns. Rivelino Hamel, S.Kep,M.Kes)

Disusun Oleh :
Kelompok 11

Gracelia H Makagansa/19142010016
Juan Mario Kapile/19142010302

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penyusun yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHLUAN

1. Latar Belakang

2. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian

2. Penyebab

3. Manifestasi Klinis

4. Mengatasi Efek dan Gejala Keracunan

5. Patofisiologi

6. Penatalaksanaan Kedaruratan Keracunan

7. Penatalaksanaan Kegawatan Keracunan

8. Pemeriksaan Penunjang

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

2. Diagnosa

3. Intervensi

BAB IV KESIMPULAN

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah


dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau secara
berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha
untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadi
keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat,
cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan
keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan
kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala
keracunan yang timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering
dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya
pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan
dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah
tropis dan subtropis. Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular
terjadi pada anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah
dilakukan.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan keracunan.

2. Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan gigitan


binatang berbisa.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Keracunan adalah masuknya suatu zat toksik ke dalam tubuh melalui


system pencernaan baik kecelakaan maupun disengaja, yang dapat mengganggu
kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian (krisanti paula,2009).
Racun adalah zat yang ketika tertelan dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui
inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan,
merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat
menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen
kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan
oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain.
Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja,
tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu
yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun
lingkungan kerja.

2. Penyebab Keracunan

Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang


mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Bahan
makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal
dari akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai
bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan
makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun,
terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan
kimia yang bersifat racun.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
a. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan
merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang
mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk
kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga
disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi
oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang
bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan
keracunan, antara lain:
1) Keracunan botulinum

Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik,


yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu
melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk
spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak
dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam
sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan
yang kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan ganda.
Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak
lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah
menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan
penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu
dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian
direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.
2) Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan
jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang
hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental,
pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita
dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan
encer kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter air), atau dengan putih
telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke
rumah sakit.
3) Keracunan jengkol

Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam


saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya
keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan
penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut,
nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna
putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi
minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit
dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang lebih
berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.
4) Keracunan ikan laut

Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun


tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala
keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit
sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di
sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas.
Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan
yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung
dan pernafasan buatan. Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang
laut itu tidak ada.

5) Keracunan singkong

Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong beracun


biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak
mau memakan daunnya. Racun asam biru tersebut bekerja sangat cepat.
Dalam beberapa menit setelah termakan racun singkong, gejala-gejala
mulai timbul. Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan.
b. Minyak Tanah

Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi minyak


tanah:
1) Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara
berkembang.
2) Daerah perkotaan > daerah pedesaan

3) Pria > wanita

4) Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua

Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas,


pencernaan, dan CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan
mungkin muntah, meskipun jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis,
distress pernapasan, panas badan, dan batuk persisten dapat terjadi kemudian.
Pada anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas pada lambung dan
muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk lethargi, koma, dan konvulsi.
Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi, dan fatal
ventrikular fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum tulang juga
pernah dilaporkan. Gejala lain seperti bronchopneumonia, efusi pleura,
pneumatocele, pneumomediastinum, pneumothorax, dan subcutaneus
emphysema. Tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi
paparan pada kulit. Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada
mata hingga kerusakan permanen mata.
Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi.
Studi pada binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding
pada saluran pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk
atau muntah. Akibat viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat
dapat segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran melalui penetrasi
pada membran mukosa, merusak epithel jalan napas, septa alveoli, dan
menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema
paru, ataupun kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat
menyebabkan kerusakan yang bermakna.
Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada
lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat
menyebabkan depresi CNS ringan - sedang, karditis, kerusakan hepar,
kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas eritrosit. Namun efek sistemik
tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran
pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat urine.
Penalataksanaanya adalah :

1) Monitor sistem respirasi

2) Inhalasi oksigen

3) Nebulisasi dengan Salbutamol : bila mulai timbul gangguan napas

4) Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan sebagai


profilaksis
5) Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang dilakukan

6) Kumbah lambung dan charcoal aktif (arang): beberapa literatur


menolak penatalaksanaan dengan kumbah lambung, dengan alasan
dapat menyebabkan aspirasi dan kerusakan paru. Sedangkan literatur
lain memperbolehkannya, utamanya bila jumlah yang ditelan cukup
banyak, karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari lambung ke
paru.
7) Antasida: untuk mencegah iritasi mukosa lambung

8) Pemberian susu atau bahan dilusi lain


9) Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik (Positive
End Expiratory Pressure / PEEP)

c. Baygon

Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada


dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan
propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat lain adalah
carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin,
miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi,
bronkospasme, keram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya
terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena depresi pernafasan.
1) Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint), Hipersalivasi,
lakrimasi, Hipersekresi bronchial, Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual,
muntah, diare, kram perut., Inkontinensia urin, Pandangan kabur,
Bradikardi
2) Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis,
ataksia, takikardi (hipertensi).
3) Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan
depresi pernafasan.
4) Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih
dominan.
Penatalaksanaannya :

1) General Management

a) Airways: jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.

b) Breathing: beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi

c) Circulation: pasang IV line, pantau vital sign.

2) Spesifik terapi

a) Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon aktif.

Direkomendasikan pada kasus yang mengancam.


b) Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25 – 100 gr dalam 300-800 ml.

3) Pharmacologik terapi

Atropine: ≥ 12 tahun: 2-4 mg IV setiap 5-10 menit sampai atropinisasi.


Dosis pemeliharaan 0,5 mg/30 menit atau 1 jam atau 2 jam atau 4 jam
sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 50 mg/24 jam. Pertahankan selama 24-
48 jam. Supportif : diazepam 5-10 mg IV bila kejang dan furosemide 40-
160 mg bila ronki basah basal muncul.
d. Bahan Kimia

Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti


bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk industri.
Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya
adalah:

Bahan Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan

Kimia
AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Dapat menyebabkan luka bakar dan
Simpanlah dalam botol berwarna kulit melepuh. Gas/uapnya juga
dan ruang yang gelap serta jauhkan menebabkan hal yang sama.
dari bahan-bahan yang mudah
terbakar.
HCl Senyawa ini beracun dan bersifat Dapat menyebabkan luka bakar dan
korosif terutama dengan kepekatan kulit melepuh. Gas/uapnya juga
tinggi. menebabkan hal yang sama.
H2S Senyawa ini mudah terbakar dan Menghirup bahan ini dapat
beracun menyebabkan pingsan, gangguan
pernafasan, bahkan kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, Jangan menghirup uap asam sulfat
higroskopis, bersifat membakar pekat karena dapat menyebabkan
bahan organik dan dapat merusak kerusakan paru-paru, kontak dengan
jaringan tubuh kulit menyebabkan dermatitis,
Gunakan ruang asam untuk proses sedangkan kontak dengan mata
pengenceran dan hidupkan kipas menyebabkan kebutaan.
penghisapnya.
NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis dan Dapat merusak jaringan tubuh.
menyerap gas CO2.
NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang Menghirup senyawa ini pada
khas. konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan pembengkakan saluran
pernafasan dan sesak nafas. Terkena
amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v)
selama 30 menit dapat menyebabkan
kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit.
Jangan menghirup gas ini karena
dapat menyebabkan pingsan dan
kematian.
HF Gas/uap maupun larutannya sangat Dapat menyebabkan iritasi kulit,
beracun. mata, dan saluran pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka bakar,
menghirup uapnya dapat
menyebabkan kematian.

Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk
pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia:
Jenis Peracun Pertolongan Pertama
Asam-asam korosif seperti asam sulfat Bila tertelan berilah bubur aluminium
(H2SO4), fluoroboric acid, hydrobromic acid hidroksida atau milk of magnesia
62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric diikuti dengan susu atau putih telur
acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan yang dikocok dengan air.
lainlain. Bila tertelan berilah bubur Jangan diberi dengan karbonat atau
aluminium hidroksida atau milk of magnesia soda kue.
diikuti dengan susu atau putih telur yang
dikocok dengan air.
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), Bila tertelan berilah asam asetat encer
amonium hidroksida (NH4OH), Kalium (1%), cuka (1:4), asam sitrat (1%),
hidroksida (KOH), Kalsium oksida (CaO), atau air jeruk. Lanjutkan dengan
soda abu, dan lain-lain. memberi susu atau putih telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, Berikan antidote umum, susu, minum
dan lain-lain air kelapa, norit, suntikan BAL, atau
putih telur.
Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta, norit,
suntikan PAM
Garam Arsen Bila tertelan usahakan pemuntahan dan
berikan milk of magnesia.

e. Ular Berbisa

Ada tiga famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hydrophidae, dan
Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema
dan perdarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi
tetap di lokasi pada anggota badan yang tergigit. Beberapa bisa Elapidae
tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam. Untuk sementara
akan terakumulasi dengan kadar yang tinggi dalam kelenjar getah bening,
jika tidak dilakukan tindakan pertolongan pertama, dalam waktu 2 jam
setelah gigitan akan terdeteksi dalam plasma atau urin dengan kadar tinggi.
Balutan yang kuat dapat dilakukan beberapa jam tanpa membahayakan
peredaran darah keseluruhan anggota tubuh. Balutan yang kuat membatasi
perubahan lokal di daerah gigitan dan juga untuk meningkatkan reaksi
terhadap antibisa. Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari
air liur, sifat bisa tersebut adalah:
1) Neurotoksin yang berakibat pada saraf perifer atau sentral.

2) Haemotoksin, berakibat haemolitik dengan zat antara fosfolipase dan


enzim lainnya yang mengaktifkan protombin.
3) Myotoksin, menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat
kerusakan sel-sel otot.
4) Kardiotoksin, merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan
kerusakan otot jantung.
5) Cytotoksin, dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktif lainnya yang
berakibat terganggunya kardiovaskuler.
6) Cytolitik, zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrosis di
jaringan tempat patukan.
7) Enzim-enzim, termasuk hyalurondase sebagai zat aktif pada penyebaran
bias

Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang umum ditemukan pada pasien bekas gigitan ular
adalah; lokal sakit bukan gambaran umum, tanda-tanda bekas taring,
laserasi, bengkak dan kemerahan, sakit kepala, muntah, rasa sakit pada otot
dan dinding perut, demam serta berkeringat dingin.

Tindakan Penanggulangan
Dalam mengatasi gigitan ular berbisa, pemberian serum antibisa yang
cukup dan pengaturan ventilasi yang memadai merupakan tindakan yang
utama. Sedangkan tindakan yang bersifat supportif merupakan tindakan
sekunder dan dilakukan sesuai dengan kondisi penderita.

1) Premedikasi

Sebelum diberi serum antibisaa, sebaiknya dilakukan premedikasi


dengan adrenalin 0,25 mg (untuk dosis anak dikurangi) secara SC atau
obat golongan antihistaminika dengan efek sedatif minimal secara
parenteral.
2) Pemberian serum antibias

Pada waktu pemberian serum antibisa harus tersedia oksigen, arus udara
mencukupi, dan alat penghisap yang siap pakai. Serum antibisa
diencerkan dengan larutan hartmann (larutan ringer laktat) dengan
perbandingan 1:10 dan diberikan perlahan-lahan, terutama pda
permulaan. Pemberian antibisaharus segera diberhentikan jika timbul
gejala yang tidak dikehendaki dan ulangi pemberian obat seperti pada
premedikasi, sebelum pemberian infus antibisa diteruskan.

Beberapa tindakan lain yang perlu dilakukan antara lain:

1) Luka akibat gigitan, potesial mudah terkena infeksi bakteri. Selain


diperlukan obat golongan antibiotika, juga perlu dilakukan tindakan
pencegahan tetanus dengan memperhatikan tingkat imunisasinya.
2) Pemberian cairan infus

3) Jika terjadi nekrosis jaringan, perlu dilakukan pembedahan

4) Perdarahan, termasuk gangguan koagulasi, koagulasi intravaskuler dan


afibrinogenemia perlu diatasi, tetapi tidak dilakukan sebelum netralisasi
bisa mencukupi.
5) Pemberian morfin merupakan kontraindikasi. Diazepam dengan dosis
sedang akan memberikan hasil yang memuaskan.
6) Jika antibisa tidak dapat mengatasi syok, diperlukan plasma volume
ekspander atau mungkin obat golongan vasopresor.
7) Pada penderita gagal ginjal, perlu dilakukan hemodialisa atau dialisa
peritoneal

3. Manifestasi Klinis

Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara


pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal
ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu
bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain
meliputi perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan
gambaran khas seperti adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat
kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut
morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena
biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang
sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak
sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli,
takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut
(aspirin).
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Keracunan
Onset (Masa Gejala Utama Jasad

Awitan) Renik/Toksin
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim di Garam logam
mulut, mulut terasa panas
1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit kepala, Nitrit
pusing, sesak nafas, gemetar, lemah,
pingsan.

1-6 jam (rerata 2-4) Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus
Aureus dan
enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, rasa mual. Bacillus Cereus.
muntah)
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, pelebaran Jamur berjenis
pupil, pingsan, koma. Amanita.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam Radang tengorokan, demam, mual, Streptococcus
muntah, pengeluaran secret dari hidung, Pyogene
terkadang ruam kulit.
2-5 hari Radang tengorokan dan hidung, eksudat Corynebacterium
berwarna keabuan, demam, mengigil, diphtheria
nyeri tengorokan, lemah, sulit menelan,
pembengkakan kelenjar getah bening
leher.

Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan


2-36 jam (rerata 6- Kram perut, diare, diare yang disebabkan C. perfringens;

12) Clostridiumperfringens, kadan g-kadang B. cereus; S;


rasa mual dan muntah faecalis; S.
faecium

12-72 jam (rerata Kram perut, diare, muntah, demam, Salmonella spp

18-36) mengigil, lemah hebat, mual, sakit kepala, (termasuk


kadang-kadang diare berdarah dan S.Arizonae), E.
berlendir, lesi kulit yang coli
disebabkan Vibrio vulnificuis. Yersinia enteropatogenik,
enterocolitica menyebabkan gejala yang dan
menyerupai flu apendisitis akut. Enterobakteriaca

e, V. cholera (01
dan non-01),
vulvinicus, V.
fluvialis.
3-5 hari Diare, demam, muntah dengan nyeri Virus-virus
perut, gejala saluran nafas enteric
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), sakit perut, Giardia lamblia
berat badan menurun
1-beberapa minggu Sakit perut, diare, sembelit, sakit kepala, Entamoeba
mengantuk, kadang tanpa gejala hystolitica
3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan, berat Taenia
badan menurun, sakit perut, kadang sanginata dan
gastroenteritis taenia solium
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam Gastroenteritis, cemas, penglihatan kabur, Fosfat organic
nyeri dada, sianosis, kedutan, kejang.
Salvias berlebihan, berkeringat,
gastroenteritis, nadi tak teraratur, pupil
mengecil, bernafas seperti orang asma.
Jamur jenis
muscaria

1-6 jam Rasa baal atau gatal, pusing, pucat, Tetrodotoxin


pendarahan perut, pengelupasan kulit,
mata terfiksasi, reflek hilang, kedutan,
paralisis otot.
Rasa baal atau gatal, gastroenteritis,
pusing, mulut kering, otot nyeri, pupil
melebar, pandangan kabur, paralisis otot.

Ciguatoxin

2 jam-6 hari (12-36 jam)


Rasa mual, muntah, rasa (geli) seperti dikaruk, pusing, lemah, tak ada nafsu makan, berat
badan menurun, bingung. Vertigo, pandangan kabur atau diplobia, reflek cahaya hilang,
sulit menelan, berbicara dan bernafas; mulut kering, lemah, paralisis pernafasan.
Chlorinated hydrocarbon
Clostridium botulinum dan toksinnya.

>72 jam
Rasa baal, kaki lemah, paralisis, spastic, penglihatan berkurang, buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada kaki, kaki dan tangan jatuh.
Air raksa organic

Triortrocresyl phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam
Sakit kepala, pusing, mual, muntah, rasa panas pada mulut, tengorok terasa terbakar, muka
sembab dan merah, sakit perut, gatal dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, rasa seperti digaruk (geli), kemerahan, pusing, sakit
kepala, mual.
Kemerahan, rasa panas, gatal, sakit perut, edema lutut dan wajah.
Scombrotoxin

(histamine)

Monosodium glutamate (MSG)


Asam nikotinat
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam

Rasa seperti digaruk (geli), terbakar, baal, mengantuk, bicara inkoheren, paralisis
pernafasan.
Saxitoxin

(paralytic

shelifish poisoning: PSP)

2-5 menit sampai 3-

4 jam

Sensasi panas dan dingin bergantian, rasa geli; baal disekitar bibir, lidah dan tengorokan;
nyeri otot, pusing, diare, muntah.
Brevetoxin (neurotoxic shelifish poisoning: NSP)

30 menit sampai 2-3 jam

Rasa mual, muntah, diare, sakit perut, mengigil, demam.


Dinophysis toxin, okadaic acid, pectenotoxin, yessotoxin (Diarrheic shelifish
poisoning:DSP)

24 jam (gastrointestina l) sampai 48 jam


(neurologis)
Muntah, diare, sakit perut, bingung, hilang ingatan, deisorientasi, kejang dan koma.
Domoic Acid (Amnestic shelifish poisoning: ASP)

Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan

Kelenjar Limfe)

4-28 hari (rerata 9 hari)

Gastroenteritis, demam, edema disekitar mata, berkeringat, nyeri otot, mengigil, lemah,
sulit bernafas.
Trichinella spiralis

7-28 hari (rerata 14 hari)


Lemah yang hebat, sakit kepala, sakit kepala, demam, batuk, mual, muntah, sembelit, sakit
perut, mengigil, bintik merah dikulit, tinja berdarah.
Salmonella typhi

10-13 hari

Demam, sakit kepala, nyeri otot, kemerahan.


Toxoplasma gondii
10-50 hari (rerata

25-30)
Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu makan, mual, sakit perut, kuning (ikterus).
Mungkin virus

Bervariasi, bergantung pada tipe penyakit


Demam, mengigil, sakit kepala atau sendi, lemah-lesu, bengkak dikelenjar getah bening,
dan gejala yang khas untuk penyakit lain.
Bacillus anthracis, brucella melitensis, B. abortus, B. suis, coxiella bernetti, francisella
tularensis, listeria
monocytogenes, M. tuberculosis, mycobacterium sp, pasteurella multocida,
streptobacillus moniliformis, campylobacter jejuni, leptospira SSP.

4. Mengatasi Efek dan Gejala Keracunan

Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal)
atau sistemik setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran
darah atau keduanya. a. Lokal
Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka pada
selaput lendir atau jaringan yang terkena. Beberapa racun lain secara lokal
mempunyai efek pada sistem saraf pusat dan organ tubuh lain, seperti
jantung, hati, paru, dan ginjal tanpa sifat korosif dan iritan.

b. Sistemik

Setelah memberikan efek secara lkal, biasanya racun diabsorpsi dan


masuk ke dalam sistem peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-
organ tubuh yang penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan
gejala keracunan antara lain; bentuk dan cara masuk, usia, makanan,
kebiasaan, kondisi kesehatan, idiosinkrasi, dan jumlah racun. Efek dan
gejala yang ditimbulkan akibat keracunan terjadi antara lain pada sistem
pernapasan, pencernaan, kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika,
serta sistem saraf pusat (SSP).
Tatacara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:

a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)

1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah
atau norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan
cara:
a) Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan
reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup
ipekak.
b) Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat
korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun
dan penderita kejang.
c) Bilas lambung:

• Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.

• Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium


bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
• Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.

• Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.

• Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun


atau gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata

1) Pakaian yang terkena racun dilepas

2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka / bicnat encer).
3) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.

c. Racun melalui inhalasi

1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.


2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang
terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth
d. Racun melalui suntikan

1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri


bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit 2)
Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan

e. Mengeluarkan racun yang telah diserap Dilakukan dengan cara:


1) Diuretic: lasix, manitol

2) Dialisa

3) Transfusi exchange

5. Patofisiologi

Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik, sebagai akibat


penyerapan toksin yang dikeluarkan oleh clostridium botulinum. Toksin
botulinum mempunyai efek farmakologis yang sangat spesifik yaitu menghambat
hantaran pada serabut saraf kolinergik. Pada penyelidikan diperlihatkan bahwa
sejumlah kecil toksin mengganggu hantaran saraf di dekat percabangan akhir dan
di ujung serabut saraf dan menghambat dan menginaktivasikan enzim
asetilkolinesterase. Enzim secara normal menghancurkan asetilkolin yang
dilepaskan oleh susunan saraf pusat, ganglion autonom, ujung – ujung saraf
simpatis dan ujung – ujung saraf motorik. Hambatan asetilkolinesterase
menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat –tempat
tersebut.
Pada susunan saraf pusat, perangsangan permulaan akan segera di ikuti
dengan depresi sel-sel yang menyebabkan kekejangan (konvulsi).yang kemudian
di ikuti dengan gangguan / penurunan kesadaran.rangsangan permulaan dan di
ikuti dengan hambatan pada ganglion autonom menyebabkan gangguan /
disfungsi yang bervariasi dan multiple alat-alat tubuh yang dipersyarafi oleh
system syaraf autonom. Penumpukan asetilkolin pada ujung syaraf simpatis
menyebabkan konstriksi pupil, penglihatan kabur, stimulasi otot-otot intestinal,
kontriksi otot-otot bronchial dengan gejala-gejala gangguan pernapasan:
penekakan aktifitas cardiac pace maker.

6. Penatalaksanaan Kedaruratan Keracunan

Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-


inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung,
untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk
menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi
racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain:
a. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan
tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada
keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
c. Tangani syok yang tepat.

d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.

e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk


menurunkan efek toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem
saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak
adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat
yang ditelan, yaitu:
1) Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
2) Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau
resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.

i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.


j. Menurunkan peningkatan suhu.

k. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.

l. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.

m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.

n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.

o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda


dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.

7. Penatalaksanaan Kegawatan Keracunan

a. Tindakan ABCD

1) Airway (jalan napas)

Bebaskan jalan napas dari sumbatan, apabila perlu pasang pipa


endotrakeal.
2) Breathing (pernapasan)

Jaga agar pasien dapat bernapas dengan baik.apabila perlu berikan


bantuan pernapasan .
3) Circulation (peredaran darah )

Tekanan darah dan nadi dipertahankan dalam batas normal

4) Dekontamination(pembersihan)

Guna mengurangi absorpsi bahan racun dilakukan pembersihan racun,


tergantung cara masuk bahan racun.
b. Bahan racun yang tertelan atau melalui saluran cerna dapat dilakukan
pengosongan lambung dan usus dengan :
1) Emesis
Dapat dilakukan secara mekanik dengan merangsang daerah orofaring
bagian belakang.dengan obat-obatan dapat diberikan larutan ipekak
1020 cc dalam 1gelas air hangat, dan dapat di ulang setelah 30 menit.
2) Kumbah lambung
Kumbah lambung bertujuan mencuci sebersih mungkin bahan racun
dari lambung, namun kurang bermanfaat apabila dilakukan 4 jam
setelah bahan tertelan, karena bahan telah melewati lambung dan telah
diabsorbsi oleh usus.
3) Kataris (urus-urus)

Dilakukan apabila bahan racun diperkirakan telah mencapai usus,


yang berguna membersihkan usus halus sampai kolon, dengan
memakai 30 g magnesium sulfat.
4) Eliminasi

Eliminasi adalah melakukan pembersihan racun dimana diperkirakan


racun telah beredar dalam darah,dengan cara diuresis paksa,
hemodialisis, hemoperfusi.
5) Diuresis paksa

Terutama berguna pada keracunan yang dapat dikeluarkan melalui


ginjal.tidak boleh dikerjakan pada keadaan syok, dekompensasi
jantung, gagal ginjal, edema paru dan kercunan akibat bahan yang
tidak dapat di ekresi melalui ginjal.
6) Dialisis

Dapat dilekukan hemodialisis maupun dialisis peritoneal.

c. Pemberian antidot

Antidot (bahan penawar) berguna untuk melawan efek racun yang


telah masuk dalam organ target.tidak smua racun mempnyai antidote yang
spesifik.
d. Tindakan suportif

Guna mempertahankan fungsi vital, perlu perawatan menyeluruh,


termasuk perawatan temperature koreksi keseimbangan asam basa atau
elektrolit, pengobatan infeksi dll.

8. Pemeriksaan Penunjang

• Laboratorium toksikologi
• Uji darah, urin, isi lambung, atau muntah.

• Foto sinar X abdomen

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas


dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status
jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran: riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan,
berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

2. Diagnosa

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan


produksi sputum
b. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada
hipotalamus
c. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
3. Intervensi

N
Diagnosa Tujuan Dan Rasional
o Perencanaan
Kriteria Hasil
1 Bersihan jalan Tujuan : jalan Irama pernapasan pada takipnea, tampak kesulitan
. nafas tidak nafas efektif 1. Monitor irama 1. bernapas
efektif berhub Kriteria hasil : pernapasan, kedalaman
ungan - Pernafasa dan kesultan bernapas Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan
dengan n reguler, 2. dapat ditemukan dalam adanya proses inflamasi akut
peningkatan dalam dan 2. Monitor respirasi atau
produksi kecepatan status O2 Posisi semi fowler dapat memkasimalkan pengemban
3.
sputum nafas gan paru (ekspansi dada)
teratur.
- Pengemba Suction membantu mengeluarkan sekret yang
4.
ngan dada menumpuk di jalan napas
3. Posisikan pasien (semi
kiri dan
fow ler) untuk
kanan 5. Batuk efektif mambantu mengeluarkan sekret yang
memaksimalkan ventilasi
simetris. menumpuk di jalan napas
- Batuk
efektif, 4. Lakukan suction
refleks
menelan 5. Keluarkan sekret dengan
baik. batuk efektif
- Tanda dan
gejala.

- Observasit 6. Ronkhi (bronkitis), bunyi nafas redup dengan


ruksi ekspirasi mengi (emfisema)
pernafasa n
tidak ada 7.
6. Auskultasi suara napas, Air hangat membantu merangsang dilatasi jalan
- : stridor (- catat adanya suara napas napas
), sesak tambahan (menurunkan spasme bronkus)
8.
nafas (-),
wheezing Pemberian O2 membantu menstabilkan pola napas
7. Anjurkan untuk minum 9.
(-)
air hangat
Suara Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung
nafas : menuju bronchus yang mengalami spasme sehingga
-
vesikuler lebih cepat berdilatasi
kanan dan
8. Berikan O2 dengan
kiri
mengg unakan nasal
Sputum
kanul
jernih,
jumlah 9. Kolaborasikan pemberian
normal, obat bronkodilator
tidak
berbau dan
tidak
berwarna.
Tandatanda
sekresi
tertahan

tidak ada :
demam (-
),
takhikardi
(-),
takhipneu
(-)
2.
Hipertermia berhubungan dengan efek
langsung endotoksin pada hipotalamus

Tujuan : Suhu dalam batas normal


Kriteria Hasil :
- Suhu
dalam Rentan
(36-37 o
C)
- Kulit
tidak teraba
panas

1. Monitor suhu

2. Pantau suhu dan tandatanda vital lainnya


3. Monitor perubahan warna
kulit

4. Berikan kompres hangat saat suhu meningkat

5. Dorong klien mengkonsumsi cairan

1. Demam dapat terjadi karena infeksi

2. Mengetahui keadaan umum pasien

3. Adanya perubaha pigmentasi kulit menunjukan gejala kekurangan cairan

4. Memberikan kebutuhan cairan dan nutrisi yang meningkat dan membantu menurunkan suhu melalui cairan

5. Untuk menurunkan suhu tubuh klien


6. Mencukupi kebutuhan cairan dan membantu menurunkan suhu melalui cairan

6. Anjurkan pasien menggungakan pakaian


yang tipis

7. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas


(anjurkan klien untuk untuk beristirahat)

8. Kolaborasikan pemberian obat antipiretik dan cairan


IV

7. Memberikan kenyamanan dan mempercepat proses penyerapan keringat


8. Istirahat dapat memulihkan kondisi pasien

3.
BAB IV

KESIMPULAN

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera
dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi
toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang
mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan
kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi,
untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital,
menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan
untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
DAFTAR PUSTAKA

Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.

Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol:

3. Jakarta: EGC.

Widodo, Djoko.2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai