Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KEJANG DAN ASPIRASI PADA ANAK

KELOMPOK 8
VALEN TAHULENDING (19142010007)
GRACELIA MAKAGANSA (19142010016)
ASTRI WOKAS (19142010020)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis
mengucapkan begitu banyak terimakasih atas uluran tangan dan bantuan berasal dari pihak
yang berkontribusi bersama dengan mengimbuhkan sumbangan baik anggapan maupun
materi yang telah mereka kontribusikan.

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah dari dosen pengampuh. Dalam
proses pendalaman materi ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan
saran.

Dan penulis berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu
bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki bentuk maupun
tingkatkan isian makalah sehingga menjadi makalah yang dapat memberi wawasan yang luas
dan lebih baik lagi.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman, penulis percaya tetap banyak


kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat berhadap adanya saran dan
kritik yang membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, November 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi

2.2 Etiologi

2.3 Patofisiologi

2.4 Pathflow

2.5 Manifestasi Klinis

2.6 Komplikasi

2.7 Penatalaksanaan

BAB III

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejang demam merupakan kejang yang cukup sering dijumpai pada anak – anak yang
berusia di bawah 5 tahun, gejala – gejala yang timbul dapat bermacam – macam tergantung di
bagian otak mana yang terpengaruh, tetapi kejang demam yang terjadi pada anak adalah
kejang umum .

Insidensi kejang demam di berbagai negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa
barat mencapai 2 – 4 % sedangkan di negara – negara asia jumlah penderitanya lebih tinggi
lagi. Sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami kejang kompleks yang harus
ditangani lebih teliti.

Faktor resiko utama yang umum menimpa anak balita usia 3 bulan sampai 5 tahun ini
adalah demam tinggi. Bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang
telinga, campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 1 0C pun
bisa mengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan
oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi maka anak akan kejang.

Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika kejang tersebut
berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat penanganan agar tidak
terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya dari kejang pertama. Timbulnya
kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti resiko cidera, resiko terjadinya
aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang yang mengakibatkan obstruksi
pada jalan nafas.

Benda asing eksogen contohnya seperti biji-bijian, tulang, jarum, paku, peniti,
kelereng, manik, pluit, batu, dll (Yunizaf, 2012). Sementara itu, benda asing endogen berupa
sekret kental, bekuan darah, krusta membran difteri, cairan amnion, dan mekonium (Klarisa
& Elvie, 2014). Benda-benda asing yang sering ditemukan biasanya makanan, mainan, dan
peralatan rumah tangga yang berukuran kecil. Pada orang dewasa berupa bahan atau
makanan yang tidak dapat dicerna, seperti biji buah-buahan, gigi palsu, tulang ikan, atau
potongan daging yang melekat pada tulang, sedangkan pada anak-anak yang paling sering
adalah uang logam (Kornia dkk., 2013).

Benda asing yang tersangkut di saluran cerna dapat terjadi pada semua umur terutama
anak-anak karena anak-anak sering memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya bahkan
sering bermain atau menangis pada waktu makan sehingga benda asing dapat tersangkut di
laring, trakea, atau bronkus. Tempat tersangkutnya benda asing tergantung pada ukuran dan
bentuk benda asing tersebut. Benda asing yang kecil dapat masuk melewati laring ke trakea
atau bronkus. Aspirasi benda asing lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa (Kornia dkk., 2013). Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing adalah masalah
utama pada anak usia 6 bulan sampai usia 6 tahun dan kejadian ini dapat terjadi pada tiap
lokasi di esofagus, baik ditempat penyempitan fisiologis maupun patologis serta dapat pula
menyebabkan komplikasi fatal karena perforasi (Yunizaf, 2012). Sebanyak 80% kasus
terjadi pada anak–anak berusia kurang dari 4 tahun (Klarisa & Elvie, 2014).

Secara statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya adalah


hipofaring 5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi
benda asing terjadi pada anak usia kurang dari 15 tahun, dan sekitar 75% aspirasi benda asing
terjadi pada anak usia 1-3 tahun.

Kejadian benda asing di Amerika Serikat lebih dari 100.000 kasus pertahunnya dan
1500 pasiennya meninggal. Pada anak-anak hanya sekitar 40% dari kasus benda asing
esofagus yang asimtomatik (Rybojad et al., 2012). Pada tahun 2000 American Association of
Poison Control Centers (AAPCC) mendokumentasikan bahwa kejadian benda asing
>116.000 kasus, 75% terjadi pada anak-anak usia 5 tahun atau lebih muda. Sedangkan 98%
kejadian benda asing pada anak-anak yang disengaja merupakan benda yang umum
ditemukan di lingkungan rumah seperti koin, mainan, perhiasan, magnet, dan baterai
(Kramer et al., 2015).

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa itu kejang?


b. Apa itu aspirasi?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berguna bagi penulis dalam
memberikan pelayanan keperawatan terhadap pasien kejang demam dengan pendekatan
Asuhan keperawatan.

b. Tujuan Khusus

1) Memenuhi tugas mata kuliah

2) Menjelaskan cara penatalaksanaan kejang dan aspirasi yang

tepat pada anak

1.4 Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari 3 bab yang di susun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :

 Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan.
 Bab II : Pembahasan yang terdiri dari definisi, etiologi, patofisiologi, patoflow,
manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan.
 Bab III : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kejang demam / Step adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium ( = di luar
rongga tengkorak). Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi ( demam ).
Demamnya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang paling utama adalah
infeksi. Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi terjadinya kejang
demam. (Price S.A 2000).

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai
4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang
demam.

Kejadian kejang demam diperkirakan 2- 4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan


Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam
yang kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kehidupan (17-23 bulan).
Kejang demam sedikit lebih sering terjadi pada anak laki- laki (Manjoer, dkk, 2000).

Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kejang demam menurut Lumban Tobing
(2005) :

 Demam itu sendiri, yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak
selalu timbul pada suhu yang tinggi.
 Efek produk toksik daripada mikroorganisme
 Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
 Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui
atau enselofati toksik sepintas.

Spesialis anak, Prof. Darto Saharso Sp.A.(K) mengatakan. Kejang bisa terjadi pada
bayi yang baru lahir dan pada anak-anak. Pada bayi yang baru lahir, kejang bisa terjadi
karena cedera saat persalinan, kekurangan oksigen, dan bayi kuning. Sedang pada anak-anak,
kejang bisa terjadi karena infeksi otak, trauma kepala, kekurangan cairan karena diare atau
muntaber, epilepsi atau ayan serta febris konvulsi atau kejang demam.

Beliau juga menjelaskan dampak kejang bisa mengakibatkan cacat fisik, cacat
mental, gangguan perilaku, gangguan belajar, epilepsi, bahkan meninggal. Beberapa
penyakit yang bisa timbul akibat kejang adalah cerebral palsy atau lumpuh otak,
development delay (lambat pertumbuhan) yang meliputi motoric delay (lambat motorik atau
gerak), speech delay (lamban bicara) dan cognitive delay (lamban kognitif), terjadi
kelumpuhan, epilepsi, kelainan perilaku hingga keterlambatan mental.

Anda mungkin juga menyukai