Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SISITEM NEUROLOGI (KEJANG DEMAM)

DOSEN PEMBIMBING

Ns. NURHAYATI DARWAN, M. Kep

DISUSUN OLEH

KELOMPOK I

1. AFRA NADILAH (021.01.3766)


2. ENDANG (021.01.3786)
3. MISNAH (021.01.3804)
4. PRITIN SINTA DEWI (021.01.3822)
5. NABILA JAKIAH ZAM ZAM (021.01.3839)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt.Yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah “MAKALAH SISTEM NEUROLOGI (KEJANG DEMAM)”. Penulisan makalah
ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Mataram.

Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, atas semua bantuan, bimbingan
dan kemudahan yang telah diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih belum sempurna sehingga kritik, koreksi dan saran dari semua
pihak untuk menyempurnakan makalah kami senjutnya senantiasa akan kami terima dengan
tangan terbuka. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami
maupun kepada pembaca umumnya.

Mataram, 3 Mei 2023

Penyusun
HALAMAN COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II: KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi Kejang Demam


B. Etiologi Kejang Demam
C. Patofisiologi Kejang Demam
D. Nursing Pathway
E. Tanda Dan Gejala Klinis Kejang Demam
F. Klasifikasi Kejang Demam
G. Pemerikasaan Penunjang Kejang Demam
H. Penata Laksanaan Medis
I. Faktor Kejang Demam
J. Asuhan Keperawatan Kejang Demam

BAB III: PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi keluarga, selain sebagai penerus
keturunan, anak pada akhirnya sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidaksatupun
orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih– lebih bila anaknya mengalami
kejang demam seperti ini sangat tidak di inginkan oleh orang tua manapun.Insiden kejang
demam ini dialami oleh 2% - 4% pada anak usia antara 6 bulan hingga 5Tahun (ME. Sumijati
2000 ) dengan durasi kejang selama beberapa menit. Namun begitu,walaupun terjadi hanya
beberapa menit, bagi orang tua rasanya sangat mencemaskan,menakutkan dan terasa
berlangsung sangat lama, jauh lebih lama disbanding yang sebenarnya.

Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling sering dijumpai
pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar didapatkan bahwa sekitar2,2%-5%
anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Penelitian
di jepang bahkan mendapatkan angka kejadian (inseden) yang lebih tinggi, mendapatkan
angka 9,7% (pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9% dan Tsuboi mendapatkanangka sekitar
7%. (Maeda DKK, 2016) Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% da Amerika Serikat,
Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan
kejang demam komplek. Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan
yaitu kejang demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan
kejang demam komplek yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih
dari 1 kalikejang demam dalam 24 jam) (Arif Manajer, 2000)

Kejang demam bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang
telinga, campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 1°C pun bisa
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan
oksigen jaringan sebesar 10-15% dan otak sebesar 20%. Apabila kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi maka anak akan kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa
jika kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat
penanganan agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya dari
kejang pertama. Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti
resiko cidera, resiko terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang
yang mengakibatkan obstruksi pada jalan nafas.

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.


Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat
yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga
perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta
mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
B. Tujuan

1. Tujuan umum:

Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit kejang demam pada anak.

2. Tujuan khusus:

Untuk mengetahui;

a. Definisi penyakit kejang demam pada anak.

b. Etiologi penyakit kejang demam pada anak

c. Manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak.

d. Patofisiologi penyakit kejang demam pada anak.

e. Komplikasi penyakit kejang demam pada anak.

f. Pemeriksaan diagnostik penyakit kejang demam pada anak.

g. Penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.

h. faktor kejang demam

i. Asuhan keperawatan anak kejang demam


BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38"C. Yang
disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun. Kejang
demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai
>38C). kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang
demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan
Hardhi, NANDA NIC-NOC. 2013).

Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan
dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering
dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang
terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi
setelah usia 5 tahun. (Dona L. Wong, 2008)

B. Etiologi Kejang Demam


1. Faktor-faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetika
4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5. Demam
6. Gangguan metabolisme
7. Trauma
8. Neoplasma, toksin
9. Gangguan sirkulasi
10. Penyakit degeneratif susunan saraf.
11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.

C. Patofisiologi Kejang Demam

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO-dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (CI). Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na' rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yung
terdapat pada permukaan sel Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh:

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular

b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari

sekitarnya

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme


basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15% Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan "neurotransmitter" dan terjadi
kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme aerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
D. Nursing Pathway

Inveksi bakteri Rangsangan mekanik dan biokimia.

Virus parasit gangguan keseimbangan cairan &elektrolit

Reaksi inflamasi Perubahan konsentrasi ion

Proses demam resiko Infeksi diruangan ekstraseluler

Hipertermia ketidak seimbangan kelainan neurologis

Resiko kejang berulang potensial membrane perminal/pernatal

ATP ASE

Kejang mioklonik diinfus Na + dan K+

kejang resiko cidera

Inkordinasi kontraksi otot

Mulut dan lidah

kurang dari lebih dara 15 menit

Resiko ketidak seimbangan 15 menit

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tidak menimbulkan ke otak

gajala sisa

resiko kerusakan sel

Neuron otak

Ketidak efektifan bersihan jalan nafas


E. Tanda dan gejala klinis Klinis Kejang Demam

Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lavingstone), yaitu:

1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
a. Kejang berlangsung singkat,< 15 menit
b. Kejang umum tonik dan atau klonik
c. Umumnya berhenti sendiri
d. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala
klinis sebagai berikut:
a Kejang lama 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

F. Klasifikasi Kejang Demam


A. Kejang demam sederhana
1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi
2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedra otak oleh penyakit apapun
3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun
4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit 5) Kejang tidak bersifat tonik klonik
5) Kejang tidak bersifat krolik
6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau abnormalitas

Perkembangan

8) Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat

9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha, 2014)

B. Kejang demam kompleks

Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial


simpleks Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik; mengecap-ecapkan
bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan, dan
gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan
Linda A.Sowden, 2002).

G. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam


1. Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG
abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau
kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi
dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium
rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.

2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal

Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis,


terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil
seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada
bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang
dari 18 bulan.

3. Darah
a Glukosa Darah: Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N<200 mq/dl)
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro
toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit: K. Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium (N3,80-5,00 meq/dl)
Natrium (N 135-144 meq/dl)
4. Cairan Cerebo Spinal: Mendeteksi tekanan abnormal dan CCS tanda infeksi,
pendarahan penyebab kejang.
5. Skull Ray:Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di
bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

H. Penaktalaksanaan Medis
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang
diberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal: 0,3-0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan). Bila kejang belum
berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika: parasetamol/ salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM/Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama,
walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada
kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis
atau bila kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara: profilaksis intermitten / saat demam dan
profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis
intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 0,5
mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Pertahankan tekanan darah

2. Pencegahan

a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri

diazepam dan antipiretik pada penykit-penyakit yang disertai demam.

b. pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikasi

Dapat digunakan:

Penotarbital: 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis

Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis

Diazepam : (indikasi khusus)

I. Faktor Resiko Kejang Demam

Faktor risiko yang bisa mencetuskan kejang demam antara lain:

1. Faktor Demam
Anak dengan lama demam kurang dari dua jam untuk terjadinya
bangkitan kejang demam 2.4 kali lebih besar dibandingkan anak yang mengalami
demam lebih dari dua jam. Anak dengan demam lebih besar dari 39°C memiliki
risiko 10 kali lebih besar untuk menderita bangkitan kejang demam disbanding
dengan anak yang demam kurang 39°C.
2. Faktor Usia
Anak dengan kejang demam usia kurang dari dua tahun mempunyai risiko
bangkitan kejang demam 3,4 kali lebih besar disbanding yang lebih dari dua
tahun. (Fuadi,2010).
3. Faktor Riwayat Kejang dalam Keluarga Keluarga dengan riwayat pernah
menderita kejang demam sebagai faktor risiko untuk terjadi kejang demam
pertama adalah kedua orang tua ataupun saudara kandung (first degree relative).
a) Bila kedua orangnya tidak mempunyai riwayat pernah menderita kejang
demam maka risiko terjadi kejang demam hanya 9%
b) Apabila salah satu orang tua penderita dengan riwayat pernah menderita kejang
demam mempunyau risiko untuk terjadi bangkitan kejang
c) Apabila kedua orang tua penderita tersebut mempunyai riwayat pemah
menderita kejang demam maka risiko untuk terjadi bangkitan kejang demam
meningkat menjadi 59%-64%. Demam diwariskan lebih banyak oleh ibu
dibandingkan ayaj, 27% berbanding 7% (Fuadi,2010)
4. Faktor Perinatal dan Pascanatal
 Kehamilan pada umur lebih 35 tahun
 Barat lahir sangat rendah atau amat sangat rendah memudahkan timbulnya
bangkitan kejang demam (Fuadi. 2010).
5. Faktor Vaksinasi/Imunisasi
Risiko kejang demam dapat meningkat setelah beberapa imunitas pada anak,
seperti imunisasi difteri, tetanus dan persuasi (DPT) atau ,aeslase-mumps-rubella
(MMR). (Mayo Clinic, 2012).
ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

KEJANG DEMAM DI RUANG ANGGREK RS SLAMET RIYADI SURAKARTA

Nama pengkaji : Sugihartini

Tanggal dan jam Pengkajian : 12 Januari 2018, jam 10.00 wib

Tanggal Masuk : 12 Januari 2018 jam 16.00 wib

Tempat Praktik : Ruang Anggrek RS Slamet Riyadi Surakarta

1. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS DATA

 Nama : An. W

 Tempat/tanggal lahir : Surakarta, 07 November 2006

 Usia : 11 tahun

 Pendidikan : SD

 Alamat : Mutihan RT: 04/11 Laweyan Surakarta

 Agama : Islam

 Nama Ayah : Tn. P

 Nama Ibu : Ny. D

 Pekerjaan Ayah : Swasta

 Pekerjaan Ibu : IRT

 Alamat : Mutihan RT: 04/11 Laweyan Surakarta

 Agama : Islam

 Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia

 Pendidikan Ayah : SMA


B. KELUHAN UTAMA

Pasien datang dengan keluhan panas

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Keluarga mengatakan An.W mengeluhkan


pusing, badan lemes, panas, batuk pilek dahak sulit dikeluarkan sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit, 10 menit sebelum dibawa ke RS anak kejang sekali, kemudian
keluarga membawa anaknya ke IGD RS Slamet Riyadi pasien muntah satu kali dan
kejang satu kali. Pemeriksaan TTV hasil T : 100/70 mmHg, Suhu: 39,8º C, RR : 33
x/mnt, Nadi : 100 x/mnt, Ku sedang

D. RIWAYAT MASA LAMPAU

1. Penyakit waktu kecil : keluarga pasien mengatakan anak biasanya hanya sakit
pusing, panas, batuk, pilek di periksakan ke Puskesmas minum obat lalu sembuh,
pernah mengalami kejang sekali sejak umur 3 Tahun.

2. Pernah dirawat di RS : keluarga pasien mengatakan 8 tahun yang lalu mondok di


RS karena sakit kejang demam.

3. Obat-obatan yang digunakan : keluarga mengatakan anak bila sakit berobat ke


Puskesmas lalu mendapatkan obat. Keluarga tidak mengetahui jenis obat.

4. Anak tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat.

5. Tindakan (operasi) : anak belum pernah di operasi

6. Alergi : anak tidak mempunyai riwayat alergi obat maupun makanan

7. Kecelakaan : anak belum pernah mengalami kecelakaan maupun cedera.

8. Imunisasi : ibu pasien mengatakan anak sudah memperoleh imunisasi dasar yang
lengkap
E. GENOGRAM

F. RIWAYAT SOSIAL

 Yang mengasuh Keluarga mengatakan anak di asuh sendiri oleh orang tuanya.

 Hubungan dengan anggota keluarga Hubungan dengan keluarga baik pasien


berperan sebagai anak pertama dan memiliki 2 adik kandung.

 Hubungan dengan teman sebaya Keluarga mengatakan anak mampu bersosialisasi


dengan baik dengan teman sebayanya.

 Pembawaan secara umum Keluarga mengatakan anaknya periang, berperilaku baik,


anaknya penurut dan tidak pernah berbuat kenakalan.

 Lingkungan rumah Keluarga mengatakan lingkungan rumah bersih, ventilasi rumah


cukup baik tetangga lingkungan belum ada yang menderita penyakit yang sama.

G. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

Diagnosa Medis : Kejang Demam

Tindakan operasi : Tidak ada

Obat – obatan :

No Tanggal Jenis Obat/Fluid Dosis Cara Pemberian Indikasi&Dx


Medis
1 12-1-2018 Inf D ½ NS Inj 12 tpm 1/3 Iv Rehidrasi
cefotaxim Inj gr/8 jam 5 Iv Antibiotik
Diazepam Inj mg k/p 150 Iv Antikonvulsi
Noralges mg k/p Iv Analgetik
Parasetamol 500mg/8 j Oral Antipiretik
Diazepam puyer 1mg/8jam 6 Oral Antikonvulsi
Ambroxol Dexa mg/8 jam oral Pengencer
Tremenza 1/4 tab/8 oral dahak Batuk
Salbutamol jam 1/4 oral Batuk Batuk
tab/8 jam oral
0,8 mg

Tindakan Keperawatan :

1. Memberikan kompres hangat


2. Hasil laborat ;
Hari/Tgl Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
12-1-2018 Leukosit 13,7 4.0 – 10.0 x 10^9/l
Eritrosit 4,59 3.50 – 5.50 x 10^12/l
Hemoglobin 9,0 12.00 – 16.00 gr/dl
Hematokrit 28,3 37.00 – 54.00 %
Trombosit 354 150 – 450 X 10^9/l
Data tambahan: Tidak ada

H. PENGKAJIAN

1. Persepsi kesehatan dan pola management kesehatan Keluarga mengatakan anak


waktu kecil mendapat imunisasi lengkap, bila anak sakit batuk pilek selalu
memeriksakan ke puskesmas atau dokter praktek swasta, keluarga/ ayah tidak
merokok, keluarga mengatakan tidak mempunyai stok obat dirumah.

2. Nutrisi – pola metabolisme

 Makanan yang disukai/tidak disukai

a. Selera makan Keluarga mengatakan sebelum sakit anak makan dengan


lahap. Selama sakit, anak nafsu makan menurun, mual , muntah 1 kali, porsi
makan habis 1/ 4 porsi.

b. Frekuensi : sebelum dan selama sakit anak makan 3 kali sehari

c. Porsi makan : Sebelum sakit anak makan habis 1 porsi, selama sakit habis 1/
4 porsi

 Alat makan yang digunakan : piring dan sendok

3. Pola eliminasi

 BAK Sebelum sakit : 7 kali sehari warna jernih


Selama sakit : 8 kali sehari warna jernih
 BAB Sebelum sakit : 1 kali sehari konsistensi lembek
Selama sakit : 1 kali sehari konsistensi lembek

4. Aktifitas – pola latihan Aktifitas anak sebelum sakit mandiri, selama sakit aktifitas
terbatas di tempat tidur kebutuhan makan, mandi, berpakaian dan toilit dibantu
keluarga.

5. Pola Istirahat - Tidur

 Pola tidur sebelum sakit

a. Kebiasaan sebelum tidur: Keluarga mengatakan anak tidak mempunyai


kebiasaan saat mau tidur.

b. Tidur siang : 1 – 2 jam

 Pola tidur selama sakit Tidur 6 jam sehari karna badannya terasa panas

6. Pola kognitif – persepsi Pola kognitif dan persepsi anak baik tidak ada masalah.

7. Persepsi diri – Pola Konsep Diri Keluarga mengatakan anaknya mempunyai


konsep diri yang bagus, percaya diri , suka bergaul dan banyak teman baik disekolah
maupun dirumah.

8. Pola Peran – Hubungan Keluarga mengatakan selama ini tidak ada permasalah
keluarga yang serius, keluarga mengatakan ketika ada masalah anak dilibatkan dalam
pengambilan keputusan.

9. Seksualitas Keluarga mengatakan anak berjenis kelamin perempuan dan anak


belum mengalami menstrusasi.

10. Koping – Pola Toleransi Stress Pasien dan keluarga mengatakan ketika anak
sedang mendapat masalah selalu bercerita dengan kedua orang tuannya. 11. Nilai –
Pola Keyakinan Keluarga mengatakan anaknya rajin mengerjakan sholat 5 waktu

I. PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : kesadaran composmentis

 TTV :

TD : 100/70 mmHg,

S : 39,2º C,

RR : 28 x/mnt,

N : 92 x/mnt.

 TB/BB :TB: 125 cm , BB: 35 kg.


 Lingkar kepala (< 2 tahun) : tidak di kaji

 Mata : simetris kanan dan kiri, mata tidak cekung

 Hidung : simetris tidak ada polip,ada sedikit ingus, bernafas spontan

 Mulut : mukosa bibir kering, tidak sariawan, lidah tampak merah muda.

 Telinga : telinga bersih, ,tidak terdapat serumen

 Tengkuk : tidak ada kaku kuduk

 Dada : simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi dinding dada, irama regular, tidak
menggunakan alat bantu nafas, terdengar suara ronchi/ penumpukan sekret.

 Jantung : simetris, ictus kordis tidak tampak, capillary refill kembali < 2 detik,
auskultasi irama jantung regular.

 Paru-paru : tarikan dinding dada kanan dan kiri sama, fremitus vocal kanan dan kiri
sama, suara perkusi sonor, suara auskultasi terdapat ronchi.

 Perut : tidak terdapat luka bekas operasi, auskultasi: bising usus 12 x/mnt,

perkusi : bunyi timpani.

 Punggung : Tidak di kaji

 Genetalia dan anus : Tidak terkaji

 Ekstremitas :Simetris, akral hangat, tidak ada sianosis, pergerakan aktif, ROM aktif,
tonus otot baik.

 Kulit: Turgor kulit baik, warna sawo matang, tidak ada lesi

J. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
 Adaptasi sosial : Anak bersosialisasi dengan baik dan bermain dengan teman
sebaya di sekitar rumah dan di sekolah.
 Bahasa : Anak mampu berkomunikasi dan menyampaikan keinginan dengan baik
 Motorik halus : Anak mampu melakukan menggambar dengan baik.
 Motorik kasar : Anak bisa beraktivitas dengan normal.
K. DATA FOKUS
Tanggal Pengkajian : 12 Januari 2018
Jam : 16.00 wib
Nama Pasien : An.W
Diagnosa Medis : Kejang Demam
Data Subjektif :
- Keluarga mengatakan badan anaknya panas sudah 4 hari, pusing, badan
lemes, batuk pilek dahak sulit dikeluarkan, mual dan muntah 1 kali.
- Keluarga mengatakan nafsu makan anak menurun, makan habis ¼ porsi.
- Keluarga mengatakan anaknya kejang 2 kali (dirumah 1 kali, di IGD RS 1
kali).
- Keluarga mengatakan belum mengetahui kondisi pasien, penyakit dan
penanganan kejang demam
Data Obyektif :
- Badan pasien teraba panas - Mukosa bibir kering, lidah tampak merah muda
- Suara nafas ronchi - Keluarga tampak cemas dengan kondisi pasien
- TTV : TD : 100/70 mmHg, S: 39,2º C, RR : 28 x/mnt, N : 92 x/mnt.
- TB: 125 cm, BB: 35 kg.

Data Penunjang :

Tanggal Diit Laboratorium Foto Lain Lain


12-1-2018 Bubur Eritrosit : 4.59 x 10^12/l Tidak Ada -
Hemoglobin : 9.0 gr/dl
Hematokrit : 28,3 %
Trombosit : 354 x 10^9/l

Terapi obat dan IV fluit

No Tanggal Jenis Obat /IV Dosis Cara Indikasi &


Fluit Pemberian DX Medis
1 12-1-2018 Inf D ½ NS Inj 12 tpm iv Rehidrasi
cefotaxim Inj 1/3 gr/8 jam iv Antibiotik
Diazepam Inj 5 mg k/p iv Antikonvulsi
Noralges 150 mg k/p iv Analgetik
Parasetamol 500mg/8 j oral Antipiretik
Diazepam pyr 1mg/8jam oral Antikonvulsi
Ambroxol Dexa 6 mg/8 jam oral Pengencer
Tremenza 1/4 tab/8 jam oral dahak Batuk
Salbutamol 1/4 tab/8 jam oral Batuk Batuk
0,8 mg oral

2 13-1-2018 Inf D ½ NS Inj 12 tpm iv Rehidrasi


cefotaxim Inj 1/3 gr/8 jam iv Antibiotik
Noralges 150 mg k/p iv Analgetik
Parasetamol 500mg/8 j oral Antipiretik
Ambroxol Dexa 6 mg/8 jam oral Pengencer
Tremenza 1/4 tab/8 jam oral dahak Batuk
Salbutamol 1/4 tab/8 jam oral Batuk Batuk
0,8 mg oral
3 14-1-2018 Inf D ½ NS Inj 12 tpm Iv Rehidrasi
cefotaxim 1/3 gr/8 jam iv Antibiotik
Ambroxol Dexa 6 mg/8 jam oral Pengencer
Tremenza 1/4 tab/8 jam oral dahak Batuk
Salbutamol 1/4 tab/8 jam oral Batuk Batuk
0,8 mg oral

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi


sputum

3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake makanan tidak adekuat (tidak nafsu makan)

ANALISA DATA

Hari/Tanggal DATA ETIOLOGI MASALAH


Jum’at DS : Proses Penyakit Hipetermia
12-1-2018 - Keluarga
mengatakan anaknya
panas, pusing badan Desebabkan
terasa lemes oleh:
- Keluarga Inveksi bakteri,
mengatakan belum virus, parasit
mengetahui tentang
penyakit anaknya Reaksi inflamasi
dan cara penanganan
demam dirumah. Proses demam

DO : Hipertermia
-Badan pasien teraba
panas
-Mukosa bibir
kering, lidah tampak
merah muda
-Keluarga tampak
cemas dengan
kondisi pasien.
-S: 39,20C
-N: 92 x/mnt
-RR: 27 x/mnt
-TD: 100/70 mmHg
-HB: 9.0 gr/dl
Jum’at DS : Peningkatan Ketidakefektifa
12-1-2018 - Keluarga Produksi Sputum n bersihan Jalan
mengatakan anaknya Nafas
batuk pilek dahak
sulit dikeluarkan. Disebabkan
oleh:
DO : Rangsangan
- Pasien tampak mekanik dan
batuk – Suara nafas biokimia,
terdengar ronchi gangguan
keseimbangan
cairan &
elektrolit

Perubahan
konsentrasi ion
diruang
ekstraseluler

Ketidak
seimbangan
potensi
membranen
ATP ASE

Kejang

Leih dari 15
menit

Ke otak

Resiko
kerusakan sel
Neuron otak

Jum’at DS : Intake makanan tidak Resiko


12-1-2018 -Keluarga adekuat (tidak nafsu ketidakseimban
mengatakan nafsu makan) gan nutrisi
makan anaknya kurang dari
menurun kebutuhan tubuh

DO : Disebabkan
- Makan habis ¼ oleh:
porsi Resiko kejang
- Mukosa bibir berulang
kering
- Lidah tampak Kejang
merah muda HB: 9.0 mimioklonik
gr/dl Inkoordinasi
kontraksi otot
mulut dan lidah

RENCANA KEPERAWATAN

No Tanggal/Jam Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Jum’at Setelah dilakukan asuhan -Monitor vital sign
12-1-2018 keperawatan selama 3 X 24
16:00 WIB jam suhu tubuh kembali -Lakukan kompres
normal, dengan kriteria hasil: hangat

- Suhu tubuh dalam rentang -Tingkatkan sirkulasi


normal (36-370C) udara
- Tidak tampak perubahan
warna kulit -Berikan baju yang
- Pusing hilang/ berkurang menyerap keringat
- Mukosa bibir lembab
- Lemes hilang -Kolaborasi dengan
- Hasil laboratorium normal pemberian antipiretik
- TTV dalam batas normal
- Keluarga mengerti tentang -Berikan penyuluhan
penyakit anaknya dan kesehatan tentang
penanganan demam dan penanganan demam dan
kejang dirumah. kejang dirumah.
2 Sabtu Setelah dilakukan asuhan -Monitor pola batuk
13-1-2018 keperawatan selama 3 X 24 pasien.
16:00 WIB Jam jalan nafas bisa efektif -Ajarkan cara batuk
kembali, dengan kriteria efektif -Monitor
hasil: kemampuan batuk efektif
pasien.
- Dahak bisa dikeluarkan -Berikan tindakan
fisioterapi dada pada
- Suara ronchi hilang pasein.
-Berikan bantuan terapi
- Batuk pilek berkurang nafas jika diperlukan
(nebulizer)
3 Mingu Setelah dilakukan asuhan -Libatkan keluarga untuk
14-1-2018 keperawatan selama 3 X 24 memberikan makan pada
16:00 WIB Jam masalah pasien sedikit-sedikit tapi
ketidakseimbangan nutrisi sering.
tidak adekuat dapat teratasi, -Berikaninformasi
dengan kriteri hasil: pentingnya nutrisi bagi
kesembuhan pasien
- Nafsu makan pasien -Kolaborasi dengan ahli
meningkat. gizi untuk menentukan
- Tidak ada tanda-tanda jumlah kalori dan nutrisi
malnutrisi. yang dibutuhkan pasien.
- Tidak terjadi penurunan BB -Monitor jumlah nutrisi
yang berarti dan kandungan kalori.
-Kolaborasi dengan
pemberian obat
antiemetik.
-Monitor BB pasien.
-Monitor kalori dan
intake pasien.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kejang demam adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang terjadi karena
peningkatan suhu tubuh (suhu rectal > 38° C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah
lima tahun.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada saat
seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam
biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian
kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas
akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan
segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang
dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.

Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan pemeriksaan
sedini mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan dapat diketahui secara dini
sehingga kejang demam dapat dicegah sedini mungkin

Saran

Diharapkan penulis maupun pembaca makalah ini dapat menambah pengetahuan luas
masya rakat indonesi, tetang anak kejang demam supaya dapat ditangani segera.
DAFTAR PUSTAKA

Arif. Mansjoer, dkk, (2000). Kapita Selekta kedokteran. Edist 3. Medica Aesculpalus,
FKUI Jakarta

Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC, Jakarta
Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta

Carpenito, L...2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, EGC,


Jakarta

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa,
editor: Monica Ester, Edisi 3. EGC: Jakarta.

Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1. Jakarta:

Salemba medika

Judith M. Wilkinson, (2016) Diagnosis keperawatan NANDA NIC-NO, Edisi


:10.EGC Jakarta

Maeda, Dkk. Lp kejang demam. 12 mai 2018.


https://www.scribd.com/doc/240209755/LP Kejang-Demam

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(2007). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika

Syaifudin (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Editor: Monica


Ester. Edisi: 3. Jakarta: ECG

Hidayat. Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi 1. Jakarta:
Salemba medika.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(2007). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika

Syaifudin (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Editor: Monica


Ester. Edisi: 3. Jakarta: ECG

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth, alth bahasa, Agung Waluyo, editor, Monica Ester, Edisi 8. EGC: Jakarta.

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan,


Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai