Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM PERTOLONGAN PERTAMA

KEJANG DAN PINGSAN

Oleh :
Nama : Amalia Rahma Fauzia
Kelas : K3-1B
NRP : 0519040034
Kelompok : 1 (Perempuan)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Negara Indonesia merupakan negara dengan kepadatan penduduk nomor


empat di dunia dengan populasi sekitar 260.000.000 jiwa tidak menutup
kemungkinan masih bisa bertambah. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar
otomatis lahan tempat tinggal semakin sedikit adanya. Sehingga, banyak orang
yang memilih tinggal dimanapun asalkan ia memiliki rumah. Baik di pinggir rel
kereta api, dibantaran sungai, bahkan di lingkungan kumuh pun tetap mereka
tinggali. Karena hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa penyakit dapat
berkembang dengan cepat dan mudah. Namun, selain faktor ekstern, penyakit
juga dapat timbul dari faktor intern seperti kejang.

Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan
sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas otak yang
abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan.
Terjadinya kejang dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti demam yang
tinggi atau dapat dikenal dengan istilah kejang demam. (Hidayat, 2006)

Dari penelitian oleh berbagai pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5%


anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun
(Hauser, WA dalam Lumbatobing 1995). Insidensi kejang demam diberbagai
Negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa barat mencapai 2-4% sedangkan
di negara-negara berkembang jumlah penderita lebih tinggi lagi. (Lian M, 2004).
Sedangkan di Indonesia mencapai 2 – 4% di tahun 2005 – 2006.

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan


pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat
diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah. Namun,apabila demamnya
sudah mencapai tingkat tertinggi dapat mengakibatkan sinkop atau pingsan.

Sinkop adalah kehilangan kesadaran sementara akibat hipoperfusi serebral


global transien dikarakteristikkan dengan onset cepat, durasi yang pendek, dan
pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran dikarenakan penurunan aliran darah ke
sistem aktivasi retikular yang berlokasi pada batang otak dan tidak membutuhkan
terapi listrik atau kimia untuk kembali normal.

Untuk itu diberikan materi perkuliahan pertolongan pertama pada anak


yang mengalami kejang dan pingsan di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Prioritasnya adalah mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien
dari trauma,mempertahankan jalan napas, memberikan informasi tentang proses
penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya.

1.2.Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengertian dari kejang demam dan pingsan?
1.2.2 Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya kejang demam pada
anak-anak?
1.2.3 Apa saja faktor yang menyebabkan pingsan pada seseorang?
1.2.4 Bagimana cara melakukan pertolongan pertama terhadap anak yang
mengalami kejang demam?
1.2.5 Bagaimana cara melakukan pertolongan pertama terhadap seseorang
yang mengalami pingsan?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui serta memahami pengertian dari kejang demam dan


pingsan.
1.3.2 Mengetahui apa saja faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kejang demam pada anak-anak.
1.3.3 Mengetahui apa saja faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
pingsan pada seseorang.
1.3.4 Mampu melakukan pertolongan pertama terhadap anak yang
mengalami kejang demam.
1.3.5 Mampu melakukan pertolongan pertama terhadap seseorang yang
mengalami pingsan.
BAB II

DASAR TEORI

2.1.Definisi

Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan
sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas otak yang abnormal serta adanya
pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan.(Hidayat,2006)

Demam merupakan keadaaan yang sering di temui sehari-hari dalam


kehidupan , umumnya terjadi pada orang yang tubuhnya masih rentan terhadap
penyakit.Demam di tandai dengan meningkatnya suhu di atas ambang
normal.Peningkatan suhu tubuh dapat di golongkan menjadi dua, yaitu
peningkatan suhu yang tergolong normal atau bersifat fisologis dan peningkatan
suhu yang abnormal atau bersifat patologis. (Marwan,2017)

Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang


terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada
anak. ( Ngastiyah, 1997 dalam Purwanti,Arina , 2008 )

Pada kejang demam tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan


lain di otak. Kenaikan suhu tubuh pada korban kejang demam lebih dari 38oC
rektal atau lebih 37,8oC aksila. Kasus ini terbanyak terjadi pada waktu anak
berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun. Berkisar 2%-5% anak di bawah 5
tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. Lebih dari 90% kasus kejang
demam terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun. Namun paling banyak
bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia 6 bulan sampai
dengan 22 bulan, insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18
bulan. (Fuadi,Tjipta, Noor ,2010).

Kejang demam ada yang sederhana, kompleks dan bahkan menyebabkan


epilepsi.Kejang demam sederhana adalah kejang general tanpa gerakan fokal yang
berlangsung kurang dari 15 menit dan hanya sekali selama periode 24 jam.
Sedangkan kejang demam kompleks adalah kejang dengan onset fokal,durasi
berkepanjangan, atau yang terjadi lebih dari sekali. Biasanya 3-12 persen anak
yang mengalami kejang demam kompleks pada remaja akan berkembang menjadi
epilepsi. (Nurindah, Masdar, Sumarno 2014)

Sinkop merupakan suatu keadaan hilangnya kesadaran dan kekuatan tubuh


seorang individu yang terjadi secara mendadak, serta disertai dengan pemulihan
kondisi individu tersebut.( Febrina,Rima, Abdiana,2017)

2.2.Penyebab

Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kejang demam ( Lumban


Tobing,2005 dalam Irdawati,2009) yaitu

1. Demam itu sendiri, yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu
timbul pada suhu yang tinggi.

2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme.

3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.

4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.

5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui
atau enselofati toksik sepintas.

(Menurut Spesialis anak, Prof. Darto Saharso SpA (K),2009 dalam


Irdawati,2009) Kejang demam terjadi pada anak-anak karena infeksi otak, trauma
kepala, kekurangan cairan karena diare atau muntaber, epilepsi atau ayan serta
febris konvulsi.

Kejang demam dipicu oleh proses infeksi ekstrakranium.Infeksi ini


menyebabkan naiknya suhu tubuh yang berlebihan (hiperpireksia) sehingga
timbul kejang. Penelitian Nelson dan Ellenberg serta Lewis menunjukkan
pencetus kejang demam terbanyak adalah infeksi saluran napas atas (38%), diikuti
dengan otitis media (23%), pneumonia (15%),gastroenteritis (7%), roseola
infantum (5%), dan penyakit non-infeksi (12%). Imunisasi juga dapat menjadi
penyebab kejang demam namun insidennya sangat kecil (Nindela,
Dewi,Ansori,2014)

Apabila demam tersebut berkelanjutan dapat menyebabkan pingsan atau


kehilangan kesadaran diri. Selain itu, penyebab utama sinkop adalah masalah
kardiovaskular. Hal ini dihubungkan dengan mortalitas yang tinggi pada pasien
dengan riwayat penyakit jantung,iskemia miokard transien. Kehilangan kesadaran
atau pingsan juga dikarenakan penurunan aliran darah ke sistem aktivasi retikular
yang berlokasi pada batang otak dan tidak membutuhkan terapi listrik atau kimia
untuk kembali normal. Faktor lain yaitu terletak pada Metabolisme otak.
Metabolisme ini berbeda dengan organ-organ lain, sangat bergantung pada
perfusi. Konsekuensinya, pembatasan pada aliran darah serebral selama sekitar 10
detik(Haykal,2018).

2.3.Cara Mengatasi

Penanggulangan kejang demam terdapat 3 faktor yang perlu dikerjakan (


menurut Ngastiyah,1997 dalam Purwanti,Arina,2008) yaitu:

1.Memberantas kejang secepat mungkin

Bila pasien datang dalam keadaan status convulsifus, obat pilihan utama
adalah diazepam.

2. Pengobatan penunjang

Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan


penunjang yaitu :

a. Posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi isi lambung

b. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen; bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi

c. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur


d. Diberikan oksigen

e. Semua pakaian ketat dibuka

f. Awasi secara ketat kesadaran

g. Kompres hangat

3.Mencari dan mengobati penyebab

Untuk menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi diotak diperlukan


pungsi lumbal. Pada pasien yang kejang lama pemeriksaan lebih inntensif seperti
pungsi lumbal, darah rutin, gula darah, faal hati, elektrolit, Bila perlu rontgen
kepala, EEG, ensefalografi.

Anak yang mengalami panas tinggi dan berisiko terjadi kejang demam,
sebaiknya dilakukan (Greene,etall,2005 dalam Purwanti,Arina,2008) =

a. Buka pakaian samapai hanya tinggal celana dalamnya saja. Pastikan ia


memperoleh banyak udara segar tanpa menjadi kedinginan

b. Singkirkan benda-benda disekelilingnya agar ia terlindung dari cedera. Basuh


tubuhnya dengan air hangat dimulai dari kepala dan turun kea rah
tubuhnya.Jangan biarkan tubuhnya menjadi terlalu dingin

c. Setelah tubuh mendingin, kejangnya akan berhenti, letakkan recovery position /


gulingkan tubuhnya hingga ia berbaring miring dan jaga agar kepalanya tetap
menengadah kebelakang. Selimuti tubuhnya dengan selimut atau seprei tipis dan
tenangkan dirinya. Jika suhu tubuhnya naik lagi, basuhlah kembali.

Penanggulangan pingsan atau sinkop yaitu :

-Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan

-Longgarkan pakaian

-Usahakan penderita menghirup udara segar


-Periksa cedera lainnya

-Beri selimut,agar badannya hangat

-Bila pulih,usahakan istirahatkan beberapa menit

-Bila tidak cepat pulih,maka :

*periksa nadi dan napas

*posisikan stabil

Waspada pingsan (gejala dan tandanya):

-Perasaan limbung

-pandangan berkunang-kunang dan telinga berdering

-lemas,keluar keringat dingin

-denyut nadi lambat.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.ALAT

1) Selimut

2) Termometer tubuh

3) Tandu

3.2.BAHAN

1) Air

3.3.CARA KERJA

A. Penilaian Keadaan

Pada tahap ini penolong harus melakukan pengaman lokasi kejadian. Sebagai
panduan jawablah pertanyaan dibawah ini :

1. Bagaimana Kondisi saat ini ?

2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi ?

3. Bagaimana cara mengatasinya ?


B. Penilaian Dini

Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang
mengancam nyawa penderita dengan tepat , cepat , dan sederhana. Langkah -
langkah penilaian dini :

B.1 Kesan Umum

Kasus Trauma Kasus Medis

Alasan :

B.2 Memeriksa Respon

Tahap ini adalah cara sederhana untuk mengetahui berat/ringannya


gangguan pada otak penderita

A = Awas N = Nyeri

B = Suara T=Tidak
respon

Alasan :

Kesimpulan sementara :
B.3 Memeriksa peredaran darah (Circulation), jalan nafas ( Airway ) , pernafasan
(Breathing)

CIRCULATION

Tahap ini penolong menilai apakah jantung dapat bekerja dengan baik atau
tidak , serta untuk melihat ada tidaknya perdarahan yang harus segera ditangani.

Cara menilai circulation / peredaran darah adalah :

a) Penderita Respon baik

Periksa nadi radial (pergelangan tangan), brakial (bagian dalam lengan) dan
karotis (leher) untuk melihat ada/tidaknya kerja jantung.

Nadi penderita : ada tidak

b) Penderita Tidak Respon

Periksa nadi seperti pada penderita respon baik. Jika tidak ada nadi maka lakukan
RJP/CPR

Nadi penderita : ada tidak

Kesimpulan :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
..........

AIRWAY

a) Penderita dengan respon baik

Suara tambahan : ada tidak


b) Penderita tidak respon

Cara :

1. Tekan dahi penderita

2. Angkat dagu penderita ( kecuali kalo dicurigai cedera tulang


belakang dan tulang leher )

BREATHING

Cara melihat ada / tidaknya nafas :

 Dilihat naik turunnya dada penderita

 Didengar ada/tidaknya hembusan & tarikan nafas

 Dirasakan ada/tidaknya hembusan nafas

Nafas penderita : ada tidak

Jika penderita tidak ada nafas maka perlu Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR)

C. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan seluruh anggota badan penderita


yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut s/d ujung kaki. Pemeriksaan
fisik ini dilakukan dengan penglihatan (inspeksi) , perabaan (palpasi) , dan
pendengaran (auskultasi). Pada penderita trauma harus dicari :

1. Perubahan bentuk (P)

2. Luka Terbuka (L)

3. Nyeri Tekan (N)

4. Bengkak (B)
C.1 Kepala

P L L N N B B

GambaranUmum
:......................................................................................................................

....................................................................................................................................
.................

 Hidung dan Telinga

P L L N N B B

GambaranUmum
:......................................................................................................................

....................................................................................................................................
..................

 Mulut

P L L N N B B

GambaranUmum
:......................................................................................................................

....................................................................................................................................
.................
 Mata

P L L N N B B

GambaranUmum
:......................................................................................................................

....................................................................................................................................
..................

C.2 LEHER

P L L N N B B

GambaranUmum
:......................................................................................................................

....................................................................................................................................
..................

C.3 DADA

P L L N N B B

GambaranUmum
:......................................................................................................................

....................................................................................................................................
..................
C.4 PERUT

P L L N N B B

GambaranUmum
:......................................................................................................................

....................................................................................................................................
.................

C.5 PUNGGUNG

P L L N N B B

GambaranUmum
:......................................................................................................................

....................................................................................................................................
..................

C.6 PANGGUL

P L L N N B B

GambaranUmum
:......................................................................................................................

....................................................................................................................................
.................
C.7 EKSREMITAS ATAS DAN BAWAH

 Tangan

P L N B

GambaranUmum
:......................................................................................................................

....................................................................................................................................
..............

 Kaki

P L L N N B B

GambaranUmum
:......................................................................................................................

C. 8 PENGUKURAN TANDA VITAL

 Denyut nadi :.............................................. kali/menit

 Frekuensi nafas :.............................................. kali/menit

 Suhu badan : ..................... 0C

 Tekanan Darah

Sistolik : ..........................................mmHg

Diastolik : ..........................................mmHg
Cara mengukur tekanan darah:

1. Mengencangkan klep pada tensimeter

2. Melilitkan manset sampai menutupi setengah lengan atas arteri


brakialis

3. Memompa dengan cepat sampai arteri tidak teraba, kemuadian


tambakan 30 mmHg

4. Mengurangi tekanan manset dengan cara membuka klep secara


perlahan-lahan dan jangan terlalu cepat

5. Saat mendengar denyutan pertama membaca angkanya . Itu


merupakan angka sistolik.

6. Saat mendengar denyutan pertama membaca angkanya. Itu


merupakan angka sistolik

7. Terus kurangi tekanan manset sampai tidak terdengar denyutan. Ini


merupakan nilai diastolik.

8. Mencatat nilai sistolik dan nilai diastolik dalam mmHg.

9. Paling efektif penderita diukur dalam keadaan telentang. Apabila


tidak memungkinkan, mencatat posisi penderita pada saat diukur.

Kesalahan pengukuran dapat terjadi karena:

a. Bising

b. Bagian telinga stetoskop tidak terpasang dengan baik

c. Manset tidak terpasang dengan baik

d. Nilai sistolik belum pada nilai maksimal

e. Ukuran manset tidak sesuai


f. Bagian balon terlalu besar atau terlalu kecil

g. Pengurangan tekanan manset terlalu cepat

D. RIWAYAT PENDERITA

Selain penilaian seperti yang disebutkan di atas, tetap harus dilakukan


wawancara terhadap penderita jika memungkinkan. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab atau pencetus suatu kejadian, mekanisme kejadian, atau
perjalanan suatu penyakit. Wawancara ini dapat dilakukan dengan penderita,
keluarga atau saksi mata. Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam wawancara adalah:

1. Keluhan utama (gejala dan tanda)

Gejala adalah hal-hal yang hanya dirasakan oleh penderita. Tanda adalah hal-hal
yang dapat diamati oleh orang lain, baik dilihat, didengar maupun diraba. Saat
tanya jawab hindari jawaban “ya” dan “tidak”. Jadi gunakan pertanyaan terbuka.

2. Obat-obatan yang diminum

Tanyakan apakah pada saat ini penderita sedang menjalani suatu pengobatan.
Mungkin gangguan yang dialami adalah akibat lupa minum atau menelan obat
tertentu. Ini sering menjadi petunjuk dalam menghadapi kasus medis.

3. Makanan/minuman terakhir

Pertanyaan ini bermanfaat bila menemui kasus keracunan, terutama keracunan


racun melalui saluran cerna.

4. Penyakit yang diderita

Riwayat penyakit yang pernah diderita mungkin berhubungan dengan keadaan


yang dialami penderita pada saat ini.
5. Alergi yang dialami

Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada penderita ini adalah suatu bentuk
alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Umumnya penderita atau keluarga sudah
mengetahuinya.

6. Kejadian

Pertanyaan ini dapat membantu menentukan apakah suatu kasus yang kita hadapi
murni trauma atau medis atau gabungan dari keduanya.

E. PEMERIKSAAN BERKALA

Penilai dari penatalaksanaan yang sudah selesai tidak berarti bahwa tugas
seseorang penolong sudah selesai. Pemeriksaan harus diteruskan secara berkala
dengan mengulang memeriksa dari awal atau mencari hal yang terlewati.

F. PELAPORAN

Setelah selesai menangani penderita, maka perlu dilaporkan secara singkat dan
jelas kepada penolong selanjutnya. Dalam laporan sebaiknya dicantumkan :

1. Umur dan jenis kelamin penderita

2. Keluhan utama

3. Tingkat respon

4. Keadaan jalan nafas

5. Pernafasan

6. Sirkulasi

7. Pemeriksaan fisik yang penting

8. Wawancara yang penting

9. Penatalaksanaan
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Dewi Nurindah, M. M. (2014). Hubungan antara Kadar Tumor Necrosis Factor-Alpha
(TNF-α) Plasma dengan Kejang Demam. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28,
No. 2, Agustus 2014, 116-119.

Fuadi, T. B. (2010). Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada. Sari Pediatri, Vol. 12,
No. 3, Oktober 2010, 143-149.

HAYKAL, d. T. (2018). SINKOP. sumatera utara.

Irdawati. (2009). KEJANG DEMAM DAN PENATALAKSANAANNYA. Berita Ilmu


Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol 2 No.3, September 2009: 143-146, 143-146.

Maliya, O. S. (2008). KEGAWATDARURATAN KEJANG DEMAM PADA ANAK. Berita Ilmu


Keperawatan Vol 1. No. 2, Juni 2008 , 97-100, 97-100.

Marwan, R. (2017). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENANGANAN PERTAMA


KEJADIAN KEJANG DEMAM PADA ANAK USIA 6 BULAN – 5 TAHUN. journal Vol. 1
No. 1 (April, 2017), 32-40.

Rini Nindela, M. R. (2014). Karakteristik Penderita Kejang Demam di Instalasi Rawat Inap
Bagian Anak. JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 1, NO. 1,
OKTOBER 2014:41-45, 41-45.

Vita Febrina1, R. S. (2017). Hubungan Pengetahuan Siswa Palang Merah Remaja dengan.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(2), 436-439.

Anda mungkin juga menyukai