Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN

KEJANG DEMAM ANAK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

Yuni Sudaryanto 1811020354

Mustikawati 1811020328

Siti Uswatun khasanah 1811020343

Meita muliani sasi 1811020372

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN S1
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOKERTO
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan amanah yang dititipkan Tuhan kepada kita, oleh


karena itu kita harus menyayangi mereka dan bisa menjaga anak-anak kita
dengan sebaik-baiknya dalam segala aspek kehidupan, salah satunya adalah
kesehatan mereka. Kita sebagai orang tua yang baik dan bertanggung jawab
pastinya akan sangat khawatir jika salah satu dari anak kita ada yang sakit ,
apalagi anaknya mengalami kejang demam.Wajar kalau setiap orang tua
akan panik melihat anaknya demam sampai kejang.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling
sering dijumpai pada bayi dan anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena
adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 oC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran
pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997;
229).
Dari penelitian oleh beberapa pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2%-
5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai umur 5
tahun. Penelitian di jepang bahkan mendapatkan angka kejadian (inseden)
yang lebih tinggi, mendapatkan angka 9,7% (pada pria 10,5% dan pada
wanita 8,9% dan Tsuboi mendapatkan angka sekitar 7%. (Maeda DKK, 2016)
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% da Amerika Serikat,
Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia lebih tinggi kira-kira 20% kasus
merupakan kejang demam komplek.Akhir-akhir ini kejang demam
diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam sederhana yang
berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam komplek
yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari 1
kali kejang demam dalam 24 jam) (Arif Manajer, 2000)
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan
mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian
hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah,
1985 : 858) .
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat
diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan
bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut
untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan
berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh
secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang
demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi
pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri
yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,
prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi dan memahami tentang kejang demam
pada anak serta bagaimana cara penatalaksanaannya.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tentang :
1) Pengertian kejang demam pada anak
2) Penyebab kejang demam pada anak
3) Manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak
4) Patofisiologis dan Nursing Pathway kejang demam pada anak
5) Pemeriksaan diagnostik kejang demam pada anak
6) Komplikasi penyakit kejang demam pada anak
7) Prognosis kejang demam pada anak
8) Penatalaksanaan kejang demam pada anak
9) Asuhan Keperawatan dengan diagnosa kejang demam
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara
sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik
serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Ngastiyah, 1997:229)..
Kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun
ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6
bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013)
Kejang demam paling sering terjadi pada anak berusia kurangdari 5 tahun,
teori ini menyarankan bahwa kejang ini disebabkan oleh hipertermia yang
muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri, kejang
ini umumnya brlangsung singkat dan mungkin terdapat predisposisi familial
(Lombardo in Price & Wilson, 2005
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi
bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan
neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang
sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan
biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada
anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi
setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2008)
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang
berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.
2.2 PENYEBAB
Menurut Lumbantobing,2001 Faktor yang berperan dalam menyebabkan
kejang demam:
1. Demam itu sendiri
2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap
otak
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak
diketahui atau ensekalopati toksik sepintas.
6. Gabungan semua faktor tersebut di atas.
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan infeksi
diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut (OMA),
bronkhitis, dan lain – lain.

Atau ada juga yang mengklasifikasikan penyebab kejang adalah :


1. Intrakranial
Asfiksia : Ensefolopati hipoksik – iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra
ventrikular
Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom
Smith – Lemli – Opitz.
2. Ekstra kranial
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia,
gangguan elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino,
kernikterus.
3. Idiopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day
2.3 MANIFESTASI KLINIK
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik,
klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang
berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa
detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis.
Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis sementara (Hemiparesis Todd) yang
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama
diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung
lama sering terjadi pada kejang demam yang pertama.

Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih


dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan
frekuensinya dapat kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali
sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali
sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30 menit. 

Gejalanya berupa:
a) Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang
tejradi secara tiba-tiba)
b) Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu
terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)
c) Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik)
d) Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
biasanya berlangsung selama 1-2 menit)
e) Lidah atau pipinya tergigit
f) Gigi atau rahangnya terkatup rapat
g) Inkontinensia (mengompol)
h) Gangguan pernafasan
i) Apneu (henti nafas)
j) Kulitnya kebiruan
Setelah mengalami kejang, biasanya:
a) Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama
1 jam atau lebih
b) Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala
c) Mengantuk
d) Linglung (sementara dan sifatnya ringan)
Disub bagian anak FKUI, RSCM Jakarta, memakai Kriteria Livingstone setalah
dimodifikasi di pakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam
sederhana, yaitu :
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum,Frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
2.3.1 .Klasifikasi Kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan
dan tungkai. Robinson & Roberton (2000) mengklasifikasikan tipe kejang
berdasarkan pada gambaran klinis dan EEG yaitu:

1). Kejang parsial ( fokal, lokal )


a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut
ini :
1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi
tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
1) Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks
2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap –
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang –
ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2). Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a. Kejang absens
1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung
kurang dari 15 detik
3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan
konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
1) Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi secara mendadak.
2) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik
berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan
kaki.
3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam
kelompok
4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum
pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung
kurang dari 1 menit
2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
1) Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

Berdasarkan golongannya kejang demam terdiri atas dua golongan


yaitu:
1. Kejang Demam Sederhana
Kejang demam sederhana, kejang ini harus memenuhi kriteria berikut,
yaitu:
a. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy.
b. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun.
c. Serangan KD yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun.
d. lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit.
e. Kejang tidak bersifat fokal
f. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
g. sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau
abnormalitas perkembangan
h. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat.
Kejang demam sederhana biasanya mempunyai durasi kurang dari 15
menit dan terjadi sebelum usia 5 tahun. Kejang biasanya tipe general tonik
klonik tapi bisa juga kejang partial. Kejang ini biasanya berhubungan
dengan demam tanpa infeksi di system saraf pusat (Di Mario dalam
Rudolp, Kamei & Overby, 2002).
2. Kejang Demam Kompleks
Bila kejang tidak memenuhi kriteria tersebut di atas, maka digolongkan
sebagai kejang demam kompleks.
Kejang demam kompleks dapat didefinisikan jika kejang demam ini
bersifat fokal daripada general, mempunyai durasi lebih dari 15 menit dan
sembuh kembali dalam periode 24 jam atau lebih (Di Mario dalam
Rudolp, Kamei & Overby, 2002).
2.3.2. Diagnosa banding kejang pada anak
Adapun diagnosis banding kejang pada anak adalah gemetar, apnea dan
mioklonus nokturnal benigna.
1. Gemetar
Gemetar merupakan bentuk klinis kejang pada anak tetapi sering
membingungkan terutama bagi yang belum berpengalaman. Keadaan ini
dapat terlihat pada anak normal dalam keadaan lapar seperti hipoglikemia,
hipokapnia dengan hiperiritabilitas neuromuskular, bayi dengan
ensepalopati hipoksik iskemi dan BBLR. Gemetar adalah gerakan tremor
cepat dengan irama dan amplitudo teratur dan sama, kadang-kadang
bentuk gerakannya menyerupai klonik .
2. Apnea
Pada BBLR biasanya pernafasan tidak teratur, diselingi dengan henti
napas 3-6 detik dan sering diikuti hiper sekresi selama 10 – 15 detik.
Berhentinya pernafasan tidak disertai dengan perubahan denyut jantung,
tekanan darah, suhu badan, warna kulit. Bentuk pernafasan ini disebut
pernafasan di batang otak. Serangan apnea selama 10 – 15 detik terdapat
pada hampir semua bagi prematur, kadang-kadang pada bayi cukup bulan.
Serangan apnea tiba-tiba yang disertai kesadaran menurun pada BBLR
perlu di curigai adanya perdarahan intrakranial dengan penekanan batang
otak. Pada keadaan ini USG perlu segera dilakukan. Serangan Apnea yang
termasuk gejala kejang adalah apabila disertai dengan bentuk serangan
kejang yang lain dan tidak disertai bradikardia.
3. Mioklonus Nokturnal Benigna
Gerakan terkejut tiba-tiba anggota gerak dapat terjadi pada semua orang
waktu tidur. Biasanya timbul pada waktu permulaan tidur berupa
pergerakan fleksi pada jari persendian tangan dan siku yang berulang.
Apabila serangan tersebut berlangsung lama dapat dapat disalahartikan
sebagai bentuk kejang klonik fokal atau mioklonik. Mioklonik nokturnal
benigna ini dapat dibedakan dengan kejang dan gemetar karena timbulnya
selalu waktu tidur tidak dapat di stimulasi dan pemeriksaan EEG normal.
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan
Menghadapi anak seorang anak yang menderita demam dengan kejang harus
dipikirkan apakah penyebab dari kejag itu didalam atau diluar susunan saraf
pusat (otak). Kelainan didalam otak biasanya karena infeksi, misalnya
meningitis, ensefalitis, abses otak dan lain-lain. Oleh sebab itu perlu waspada
untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis diotak. Baru setelah
itu difikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam
sederhana atau epilepsy yang diprovokasi demam( Hasan & Alatas, 1985).

2.4.PATOFISIOLOGI
Kejang terjadi akibat lepasnya muatan paroksismal yang berlebihan dari
sebuah focus kejang atau jaringan normal yang teganggu akibat suatu keadaan
patologik. (Price & Wilson, 2005).
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak
yang terpenting adalah glucose, sifat proses itu adalah oxidasi dengan
perantara fungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system
kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh
membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limfoid dan permukaan
luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh
ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+
rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya, karena itu
perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat
perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan
enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan
konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak
misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari
patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang
anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang
dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak, tubuh dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron dalam waktu singkat terjadi difusi di ion K+ maupun
ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan
listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang
yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea,
Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang
akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
Pathway Kejang Demam Pada Anak

Etiologi

Demam

Metabolisme basal meningkat Kebutuhan O2 meningkat sampai


10-15% 20%

Perubahan difusi K+ & Na

Perubahan beda potensial mambran sel neuron

Pelepasan muatan listrik neuron otak

Pelepasan muatan listrik semakin meluas ke seluruh sel maupun


membran sel sekitarnya dgn bantuan neurotransiter

Kejang Resiko Trauma

Singkat (<15 mnt) > 15 mnt

Hipoksemia hiperkapnia Kontraksi otot Asidosis laktat Denyut jantung

Demam Metabolisme otak Kerusakan neuron otak

hypertermia
Thermoregulasi tdk
efektif
hipoglikemi hipertensi evaporesis takikardi Gangg. saraf otonom

hipotensi Resiko Injury

syok Jalan nafas tidak efektif

Perfusi jaringan tidak efektif


2.5.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan neurologik,
pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dan berurutan seperti berikut :
a. Usahakan lihat sendiri manifestasi kejang yang terjadi,
misal : pada kejang multifokal yang berpindah-pindah atau kejang
tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak.
b. Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut
dengan hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi,
reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya kuadriparesis
flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular.
c. Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase
kepala berlebihan yang disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar
yang tegang dan membenjol menunjukkan adanya peninggian tekanan
intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan sebarakhnoid atau
subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari
luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang
disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.
d. Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau
kelainan kraniofasial yang mungkin disertai gangguan perkembangan
kortex serebri.
e. Pemeriksaan fundus kopi dapat menunjukkan kelainan
perdarahan retina atau subhialoid yang merupakan gejala potogonomik
untuk hematoma subdural. Ditemukannya korioretnitis dapat terjadi
pada toxoplasmosis, infeksi sitomegalovirus dan rubella. Tanda stasis
vaskuler dengan pelebaran vena yang berkelok – kelok di retina
terlihat pada sindom hiperviskositas.
f. Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh
penimbunan cairan subdural atau kelainan bawaan seperti parensefali
atau hidrosefalus.
g. Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari
adanya sianosis dan bising jantung, yang dapat membantu diagnosis
iskemia otak.
2. Pemeriksaan penunjang
1). Pemeriksaan laboratorium
Perlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan gula
dan fungsi lumbal. Hal ini berguna untuk menentukan sikap terhadap
pengobatan hipoglikemia dan meningitis bakterilisasi.
Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu
a. Pemeriksaan darah rutin ; Hb, Hematokrit dan Trombosit. Pemeriksaan
darah rutin secara berkala penting untuk memantau pendarahan
intraventikuler.
b. Pemeriksaan gula darah: hipoglikemia merupakan predisposisi kejang
(N < 200mq/dl)
c. BUN : jika terjadi peningkatan mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi neprotoksik akibat dari pemberian obatnitrogen,
amonia dan analisis gas darah.
d. Elektrolit : Kalium,Natrium, Magnesium
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
K ( N 3,80 – 5,00 meq/dl)
Na ( N 135 – 144 meq/dl)
e. Fungsi lumbal( cairan cerebrospinal) untuk mendeteksi tekanan
abnormal dari CCS seperti perdarahan, peradangan/infeksi penyebab
kejang, pemeriksaan kimia. Bila cairan serebro spinal berdarah,
sebagian cairan harus diputar, dan bila cairan supranatan berwarna
kuning menandakan adanya xantrokromia. Untuk mengatasi terjadinya
trauma pada fungsi lumbal dapat di kerjakan hitung butir darah merah
pada ketiga tabung yang diisi cairan serebro spinal
2).Pemeriksaan EKG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia
3). Skull Ray : untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan
adanya lesi
4).Transiluminasi : suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB
masih terbuka (dibawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus
untuk transiluminasi kepala.
5). Pemeriksaan EEG ,penting untuk menegakkan diagnosa kejang. EEG
juga diperlukan untuk menentukan pragnosis pada bayi cukup bulan. Bayi
yang menunjukkan EEG latar belakang abnormal dan terdapat gelombang
tajam multifokal atau dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik.
Mempunyai prognosis yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya
mempunyai / menunjukkan perkembangan normal. Pemeriksaan EEG
dapat juga digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan. EEG pada
bayi prematur dengan kejang tidak dapat meramalkan prognosi
Bila terdapat indikasi, pemeriksaan lab, dilanjutkan untuk mendapatkan diagnosis
yang pasti yaitu mencakup :
i. Periksaan urin untuk asam amino dan asam organic
ii. Biakan darah dan pemeriksaan liter untuk toxoplasmosis rubella,
citomegalovirus dan virus herpes.
6). Foto rontgen kepala bila ukuran lingkar kepala lebih kecil atau lebih
besar dari aturan baku
7). USG kepala untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikular
8). CT scan kepala: menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitive dari
biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
9). MRI : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memerlihatkan
daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian
CT.
10). PET ( Pemindaian Positron Emission Tomography ) : untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi
lesi, perubahan metabolic atau aliran darah dalam otak.
2.6.KOMPLIKASI

Komplikasi pada kejang demam anak menurut Garna & Nataprawira (2005)
1. Epilepsi
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat yang dicirikan oleh
terjadinya serangan yang bersifat spontan dan berkala. Bangkitan kejangyang
terjadi pada epilepsi kejang akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel
neuron saraf pusat.
2. Kerusakan jaringan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu
kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor M Metyl D Asparate
(MMDA) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke selotak yang merusak
sel neuoran secara irreversible.
3. Retardasi mental
Dapat terjadi karena defisit neurologis pada demam neonates.Penurunan IQ
pada kejang demam yang berlangsung lama dan lebih dai 15 menit dan bersifat
unilateral
4. Aspirasi
Lidah jatuh kebelakang yang mengakibatkan obstruksi jalan napas.
5. Asfiksia
Keadaan dimana bayi saat lahir tidak dapat bernafas secara spontan atau
teratur.

5. Kejang demam berulang


Kejang demam dapat berulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
a. 41% kasus kejang demam mengalami ulangan.

b. Usia kejang demam pertama kurang dari 12 bulan berisiko 2,7 kali lebih
tinggi mengalami kejang ulang.

c. Riwayat keluarga dengan kejang demam berisiko 3,2 kali lebih tinggi untuk
mengalami kejang ulang.
d. Anak dengan kejang demam pada suhu < 39°C berisiko 4,4 kali lebih tinggi
mengalami kejang ulang.

6. Kelumpuhan

Kejang yang disebabkan infeksi (encephalitis, mengoencephalitis, abses


otak), jika infeksi menyebar ke belahan otak lainnya maka bisa menyebabkan
kelumpuhan seluruh anggota gerak.

7. Kematian

Serangan kejang yang berlangsung lama biasanya akan disertai henti nafas.
Adanya kejang dan disertai pertolongan yang tidak tepat dapat berisiko terjadinya
aspirasi. Aspirasi pada jalan nafas dapat menyebabkan kegawatan pernafasan dengan
berujung kematian. Namun kejadian ini sangat kecil sekitar 0,64-0,75%

2.7.PROGNOSIS

Prognosis untuk anak-anak dengan kejang bergantung pada jenis kejang.


Kebanyakan anak-anak dapat baik, bila ditangani dengan penanggulangan yang
tepat dan cepat. Pencapaian intelektual normal,dapat mengikuti sekolah biasa, dan
tidak memiliki keterbatasan. Pengecualian terjadi pada anak-anak yang memiliki
gangguan perkembangan lainnya seperti cerebral palsy dan pada anak-anak
dengan kejang neonatal dan kejang infantil.

Kebanyakan anak akan mengalami kejang demam di kemudian hari,tetapi


perkembangan ke epilepsy dan kejang tanpa demam adalah jarang. Kejang
demam akan kambuh pada 50 °⁄ₒ anak yang mengalami kejang demam kurang dari
1 tahun dan 27 °⁄ₒ pada onset setelah umur 1 tahun. Jika tidak ditangani, 33 °⁄ₒ
pasien mengalami setidaknya 1 kali kekambuhan. Menurut United States National
Collaborative Perinatal Project yang meneliti 1.706 anak dari baru lahir sampai
umur 7 tahun yang mengalami satu atau lebih kejang demam.

Penting untuk berbicara dengan dokter anak Anda tentang apa yang
diharapkan bersama anak Anda
 Banyak anak dapat “mengatasi” kejang ketika otak matang. Jika beberapa
tahun berlalu tanpa kejang, dokter sering menghentikan pengobatan anak-
anak dan melihat apakah anak tersebut telah melampaui masa kejangnya.
 Kejang pada umumnya tidak berbahaya kecuali jika terjadi cedera atau
status epileptikus terjadi. Anak-anak yang mengalami status epileptikus
berisiko rendah meninggal akibat kejang yang berkepanjangan.
 Anak-anak dengan kejang demam dapat reda, biasanya di atas usia 6
tahun, tapi mereka masih akan sering mengalami kejang berulang-ulang
saat mereka mengalami demam. Beberapa anak dengan kejang demam
dapat melanjut mengalami epilepsi, namun kebanyakan dokter percaya
bahwa epilepsi bukan disebabkan oleh kejang demamnya.

2.8. PENATALAKSANAAN

Menurut, Judha & Rahil (2011), menyatakan bahwa dalam


penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu :
Pemberantasan kejang secepat mungkin, apabila seorang anak datang dalam
keadaan kejang,maka :

1. Segera diberikan diazepam dan pengobatan penunjang

2. Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah semua pakaian ketat dibuka,
posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isilambung, usahakan
agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhanoksigen, pengisapan lendir
harus dilakukan secara teratur dan diberikanoksigen.

3. Pengobatan rumat

Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis per haripertama,


kedua diteruskan 4-5 mg/kg BBdibagi 2 dosis pada hariberikutnya.

4. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas danotitis


media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit
tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif
seperti fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium,natrium dan faal hati. Bila
perlu rontgen foto tengkorak, ensefalografi.

Menurut Riyadi, Sujono & Sukarmin (2009), menyatakan bahwa


penatalaksanaan yang dilakukan saat pasien dirumah sakit antara lain:

1. Saat timbul kejang maka penderita diberikan diazepam intravena secara


perlahan dengan panduan dosis untuk berat badan yang kurang dari 10kg dosisnya
0,5-0,75 mg/kg BB, diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Dosis rata-rata yang diberikan
adalah 0,3 mg/kg BB/ kali pemberian denganmaksimal dosis pemberian 5 mg
pada anak kurang dari 5 tahun danmaksimal 10 mg pada anak yang berumur lebih
dari 5 tahun. Pemberian tidak boleh melebihi 50 mg persuntikan. Setelah
pemberian pertama diberikan masih timbul kejang 15 menit kemudian dapat
diberikaninjeksi diazepam secara intravena dengan dosis yang sama. Apabila
masih kejang maka ditunggu 15 menit lagi kemudian diberikan injeksi diazepam
ketiga dengan dosis yang sama secara intramuskuler.

2. Pembebasan jalan napas dengan cara kepala dalam posisi hiperekstensi miring,
pakaian dilonggarkan, dan pengisapan lendir. Bila tidak membaik dapat dilakukan
intubasi endotrakeal atau trakeostomi.

3. Pemberian oksigen, untuk membantu kecukupan perfusi jaringan.

4. Pemberian cairan intravena untuk mencukupi kebutuhan dan memudahkan


dalam pemberian terapi intravena. Dalam pemberian cairan intravena pemantauan
intake dan output cairan selama 24 jam perlu dilakukan, karena pada penderita
yang beresiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial kelebihan cairan dapat
memperberat penurunan kesadaran pasien. Selain itu pada pasien dengan
peningkatan intraklanial juga pemberian cairan yang mengandung natrium perlu
dihindari.

5. Pemberian kompres hangat untuk membantu suhu tubuh dengan metode


konduksi yaitu perpindahan panas dari derajat tinggi (suhu tubuh) ke benda yang
mempunyai derajat yang lebih rendah (kain kompres). Kompres diletakkan pada
jaringan penghantar panas yang banyak seperti kelenjar limfe di ketiak, leher,
lipatan paha, serta area pembuluh darah yang besar seperti di leher. Tindakan ini
dapat dikombinasikan dengan pemberian antipiretik seperti prometazon 4-6 mg/kg
BB/hari (terbagi dalam 3 kali pemberian).
6. Apabila terjadi peningkatan tekanan intrakranial maka perlu diberikan obat-
obatan untuk mengurang edema otak seperti dektametason 0,5-1 ampul setiap 6
jam sampai keadaan membaik. Posisi kepala hiperekstensi tetapi lebih tinggi dari
anggota tubuh yang lain dengan cara menaikan tempat tidur bagian kepala lebih
tinggi kurang kebih 15° (posisi tubuh pada garis lurus)
7. Untuk pengobatan rumatan setelah pasien terbebas dari kejang pasca pemberian
diazepam, maka perlu diberikan obat fenobarbital dengandosis awal 30 mg pada
neonatus, 50 mg pada anak usia 1 bulan-1tahun, 75 mg pada anak usia 1 tahun
keatas dengan tehnik pemberian intramuskuler. Setelah itu diberikan obat rumatan
fenobarbital dengan dosis pertama 8-10 mg/kg BB /hari (terbagi dalam 2 kali
pemberian) hari berikutnya 4-5 mg/kg BB/hari yang terbagi dalam 2 kali
pemberian
8. PengobatanBpenyebab.
Karena yang menjadi penyebab timbulnya kejang adalah kenaikan suhu tubuh
akibat infeksi seperti di telinga,saluran pernapasan, tonsil maka pemeriksaan
seperti angka leukosit,foto rongent, pemeriksaan penunjang lain untuk mengetahui
jenis mikroorganisme yang menjadi penyebab infeksi sangat perlu dilakukan.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memilih jenis antibiotic yang cocok diberikan
pada pasien anak dengan kejang demam.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

3.1. PENGKAJIAN
Data yang diperoleh dari pengkajian klien dengan kejang demam meliputi:
1. Data subyektif
a. Biodata / identitas
Biodata anak yang mencakup nama,jenis kelamin.Biodata orangtua perlu
ditanyakan untuk mengetahui status social anak meliputi: nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,penghasilan,alamat.

b. Riwayat penyakit
Menurut Suharso (2000) antara lain sebagai berikut:
1). Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan:
a). Jenis,lama,dan frekuensi kejang
b). Demam yang menyertai,dengan mengetahui ada tidaknya demam yang
menyertai kejang,maka diketahui apakah infeksi memegang peranan dalam
terjadinya bangkitan kejang.
c). Jarak antara timbulnya kejang dengan demam
d). Lama serangan
e). Pola serangan, apakah bersifat umum,fokal,tonik,klonik
f). Frekuensi serangan,apakah penderita mengalami kejang sebelumnya umur
berapa kejang terjadi untuk pertama kali,dan berapa frekuensi kejang pertahun.
Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda
dan bangkitan kejang sering timbul.
g). Keadaan sebelum,selama dan sesudah serangan.
h). Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu
yang dapat menimbulkan kejang misalnya,lapar,mual,muntah,sakit kepala dan
lain-lain
i). Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya
j). Sesudah kejang perlu ditanyakan pakah penderita segera
sadar,tertidur,kesadran menurun,ada paralise,menangis.

2). Riwayat penyakit sekarang yang menyertai


Apakah muntah,diare,trauma kepala,gagap bicara (khususnya pada penderita
epilepsi), gagal jantung, kelainan jantung,DHF,ISPA,dan lain-lain.

3). Riwayat penyakit dahulu


Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah
penderita pernah mengalami kejang sebelumnya,umur berapa saat kejang terjadi
untuk pertama kali.Apakah ada riwayat trauma kepala,radang selaput
otak,danlain-lain.

c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Keadaan ibu sewaktu hamil per trimester,apakah ibu pernah mengalami
infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma,perdarahan pervagina
sewaktu hamil,penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat
persalinan ditanyakan apakah sukar,spontan atau dengan tindakan,perdarahan
antepartum,asfiksia dan lain lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi
panas,diare muntah,tidak mau menetek dan kejang-kejang.

d. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi.

e. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi:
1). Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) :berhubungan dengan
kemampuan mandiri,bersosialisasi,dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2). Gerakan motorik halus:berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu,melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan koordinasi yang cermat
mis lnya menggambar,memegang suatu benda.
3). Gerakan motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dansikap tubuh
4). Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara,mengikuti perintah
dan berbicaa spontan

f. Riwayat Kesehatan Keluarga


1). Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (± 25 % penderita kejang
demam mempunyai faktor turunan).
2). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainya.
3). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA,diare atau
penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.

g.Riwayat Sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji
siapakah yang mengasuh anak.Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan
teman sebayanya.

h.Pola kesehatan dan fungsi kesehatan


Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi:
1). Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
a). Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan pengetahuan tentang
kesehatan,pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis.
b). Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita,pelayanan kesehatan
yang diberikan,tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit,penggunaan
obat-obatan pertolongan pertama.

2). Pola nutrisi


a). Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak,ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak.
b). Makanan apa saja yang di sukai dan yang tidak disukai anak
c). Bagaimana selera makan anak sebelum dan setelah sakit
d). Berapa kali minum,jenis dan jumlahnya perhari?
3). Pola eliminasi
a). BAK:ditanyakan frekuensinya,jumlahnya,secara mikroskopis, ditanyakan
bagaimana warna,bau,dan apakah terdapat darah?serta ditanyakan apakah disertai
nyeri pada saat kencing
b). BAB:Ditanyakan kapan waktu BAB,teratur atau tidak? Bagaimana
konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir?
4). Pola aktivitas dan latihan
a). Apakah anak senang main sendiri atau dengan teman sebayanya
b). Berkumpul dengan keluarga berapa jam
c). Aktivitas apa yang disukai anak
5). Pola tidur / istirahat
a). Berapa jam sehari tidur?
b). Berangkat tidur jam berapa?
c). Bangun tidur jam berapa?
d). Kebiasaan sebelum tidur
e). Bagaimana dengan tidur siang?

2.Data Obyektif
a.Pemeriksaan fisik
1). Kepala
a). Adakah tanda-tanda mikro atau mikrossepali
b). Adakah dispersi bentuk kepala
c). Adakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial yaitu ubun-ubun besar
cembung,bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum
2). Rambut
Dimulai warna,kelebatan, distribusi serat karakteristik rambut lain. Pasien
dengan malnutrisi energy protein mempunyai rambut yang jarang,kemerahan
seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada
pasien
3). Muka/Wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah: sisi yang paresis tertinggal bila
anak menangis atau tertawa,sehingga wajah tertarik ke sisi.
4). Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil,untuk periksa pupil dan ketajaman
peglihatan. Apakah keadaan sklera,konjungtiva?
5). Telinga
Periksa fungsi telinga,kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri didaerah belakang telinga,keluar cairan dari
telinga,berkurangnya pendengaran
6). Hidung
a). Apakah adanya pernapasan cuping hidung
b). Polip yang menyumbat jalan napas
c). Apakah keluar sekret,bagaimana konsistensinya,jumlahnya?
7). Mulut
a). Adakah sianosis
b). Bagaiman keadaan lidah
c). Adakah stomatitis
d). Berapa jumlah gigi yang tumbuh
e). Apakah ada karies gigi
8). Tenggorokan
a). Adakah peradangan tanda-tanda peradangan tosil
b). Adakah pembesaran vena jugularis
9). Leher
a). Adakah tanda-tanda kaku kuduk,pembesaran kelenjar tiroid
b). Adakah pembesaran vena jugularis
10). Thorax
a). Pada inspeksi:amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi intercostal.
b). Auskultasi: adakah suara napas tambahan
c). Jantung: bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya? adakah
bunyi tambahan? adakah bradicardi dan takikardi?
11). Abdomen
a). Adakah distensi abdomen serta kekuatan otot pada abdomen?bagaimana
turgor kulit dan peristaltik usus?
b). Adakah pembesaran lien dan hepar?
12). Kulit
a). Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?
b). Adakah terdapat edema hemangioma?
c). Bagaimana keadaan turgor kulit?
13). Ekstremitas
a). Apakah terdapat oedema,atau paralise terutama setelah terjadi kejang?
b). Bagaimana suhunya pada daerah akral?
14). Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema,sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda
infeks

b. Pemeriksaan penunjang
1). Pemeriksaan laboratorium
2). EEG
3). CT Scan kepala
4). MRI
5). Dan lain-lain sesuai kebutuhan seperti yang sudah dijelaskan di BAB II :
tinjauan teori

3.2. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang akan muncul


a.Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b.Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
sirkulasi otak
c.Resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensasi
d.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
e.Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipoksemia
f.Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
g.Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan neurologis atau
kejang
h.Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan gangguan kejang

3.3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO NANDA NOC NIC


1. Hipertermia Termoregulasi Perawatan demam
Batasan Kriteria hasil : 1.Pantau suhu dan tanda-
karakteristik 1).Merasa merinding tanda vital lainya
a.Apnea saat dingin 2.Monitor warna kulit dan
b.Bayi tidak dapat 2).Berkeringat saat suhu
mempertahankan panas. 3.Monitor asupan dan
menyusu 3).Tingkat pernapasan keluaran, sadari perubahan
c.Gelisah 4).Melaporkan kehilangan cairan yang tak
d.Hipotensi kenyamanan suhu di rasakan
e.Kulit kemerahan 5).Perubahan warna 4.Beri obat atau cairan IV
f.Kulit terasa hangat kulit 5.Tutup pasien dengan
g.Latergi 6).Sakit kepala selimut atau pakaian ringan
h.Kejang 6.Dorong konsumsi cairan
i.Koma 7.Fasilitasi istirahat,
j.Stupor terapkan pembatasan
k.Takikardia aktivitas jika di perlukan
l.Takipnea 8.Berikan oksigen yang
m.Vasodilatasi sesuai
9.Tingkatkan sirkulasi
Faktor yang udara
berhubungan 10.Mandikan pasien
a.Peningkatan laju dengan spon hangat dengan
metabolisme hati-hati.
b.Penyakit
c.Sepsis Pengaturan suhu
1.monitor suhu paling tidak
setiap 2 jam sesuai
kebutuhan
2.monitor dan laporkan
adanya tanda gejala
hipotermia dan hipertermia
3.tingkatka intake cairan
dan nutrisi adekuat
4.berikan pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan.

Manajemen pengobatan
1.Tentukan obat apa yang
di perlukan, dan kelola
menurut resep dan/atau
protocol
2.Monitor efektivitas cara
pemberian obat yang sesuai.

Manajemen kejang
1.Pertahankan jalan nafas
2.Balikkan badan pasien ke
satu sisi
3.Longgarkan pakaian
4.Tetap disisi pasien selama
kejang
5.Catat lama kejang
6.Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsy dengan
benar.

2. Ketidakefektifan a.Status sirkulasi Terapi oksigen


perfusi jaringan 1)Tekanan darah sistol 1.Periksa mulut, hidung,
serebral 2)Tekanan darah dan sekret trakea
Faktor resiko diastole 2.Pertahankan jalan napas
a.Gangguan 3)Tekanan nadi yang paten
serebrovaskuler 4)PaO2 (tekanan 3.Atur peralatan oksigenasi
b.penyakit parsial oksigen dalam 4.Monitor aliran oksigen
neurologis darah arteri) 5.Pertahankan posisi pasien
5)PaCO2 (tekanan 6.Observasi tanda-tanda
parial karbondioksida hipoventilasi
dalam darah arteri 7.Monitor adanya
6)Saturasi oksigen kecemasan pasien terhadap
7)Urine output oksigenasi.
8)Capillary refill.
Manajemen edema
b.Status neurologi serebral
1)Kesadaran 1.Monitor adanya
2)Fungsi sensorik dan kebingungan, perubahan
motorik kranial pikiran, keluhan pusing,
3)Tekanan intrakranial pingsan
4)Ukuran pupil 2.Monitor tanda-tanda vital
5)Pola istirahat-tidur 3.Monitor karakteristik
6)Orientasi kognitif cairan serebrospinal :
7)Aktivitas kejang warna,
8)Sakit kepala kejernihan,konsistensi
4.Monitor status
pernapasan: frekuensi,
irama, kedalaman
pernapasan, PaO2,PaCO2,
pH, Bicarbonat
5.Catat perubahan pasien
dalam berespon terhadap
stimulus
6.Berikan anti kejang sesuai
kebutuhan
7.Batasi cairan
8.Dorong keluarga/orang
yang penting untuk bicara
pada pasien
9.Posisikan tinggi
kepala 30° atau lebih.

Monitoring peningkatan
intracranial
1.Monitor tekanan perfusi
serebral
2.Monitor jumlah, nilai dan
karakteristik pengeluaran
cairan serebrispinal (CSF)
3.Monitor intake dan output
4.Monitor suhu dan jumlah
leukosit
5.Periksa pasien terkait ada
tidaknya gejala kaku kuduk
6.Berikan antibiotik
7.Letakkan kepala dan leher
pasien dalam posisi netral,
hindari fleksi pinggang
yang berlebihan
8.Sesuaikan kepala tempat
tidur untuk
mengoptimalkan perfusi
serebral
9.Berikan agen
farmakologis untuk
mempertahankan TIK
dalam jangkauan tertentu.

Monitor tanda-tanda vital


1.Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan status
pernapasan dengan cepat
2.Monitor kualitas dari nadi
3.Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
4.Monitor pola pernapasan
abnormal (misalnya,
cheyne-stokes, kussmaul,
biot,apneustic,ataksia
dan bernapas berlebihan)
5.Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
6.Monitor adanya cushling
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
7.Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
3. Ketidakefektifan a.Status pernapasan : Terapi oksigen
pola napas ventilasi 1.Bersihkan mulut, hidung
Batasan Kriteria hasil dan sekret trakea dengan
karakteristik 1)Frekuensi tepat
2.Pertahankan kepatenan
a.Bradipnea pernapasan
jalan nafas
b.Dispnea 2)Irama pernapasan 3.Berikan oksigen
c.Penggunaan otot 3)Kedalaman tambahan seperti yang
bantu penapasan pernapasan diperintahkan
d.Penurunan 4)Penggunaan otot 4.Monitor aliran oksigen
kapasitas vital bantu nafas 5.Periksa perangkat
e.Penurunan 5)Suara nafas pemberian oksigen secara
berkala untuk memastikan
tekanan ekspirasi tambahan
bahwa kosentrasi yang telah
f.Penurunan tekanan 6)Retraksi dinding di tentukan sedang di
inpsirasi dada berikan
g.Pernapasan bibir 7)Dispnea saat 6.Pastikan penggantian
h.Pernapasan istirahat masker oksigen/kanul nasal
cuping hidung 8)Atelektasis. setiap kali perangkat diganti
i.Pola nafas 7.Pantau adanya tanda-
tanda keracunan oksigen
abnormal b.Status
dan kejadian atelektasis.
j.Takipnea. pernapasan :
kepatenan jalan Monitor neurologi
Faktor yang nafas 1.Pantau ukuran pupil,
berhubungan Kriteria Hasil : bentuk kesimetrisan dan
a.Cedera medula 1)frekuensi reaktivitas
spinalis pernapasan 2.Monitor tingkat
kesadaran
b.Gangguan 2)pernapasan cuping 3.Monitor GCS
neurologis hidung 4.Monitor status
c.Nyeri 3)mendesah pernapasan.

Monitor tanda-tanda vital


1.Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2.Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3.Monitor kualitas nadi
4.Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
5.Monitor suara paru
6.Monitor pola pernapasan
abnormal
7.Monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit.
8.Identifikasi dari penyebab
perubahan vital sign.

4. Gangguan Therapi oksigen


pertukaran gas a.Cardiopulmonaly 1)Monitor kemampuan
berhubungan status (Status pasien dalam mentoleransi
dengan kardiopulmonal) kebutuhan oksigen saat
ketidakseimbanga Kriteria hasil : makan
n ventilasi 1)Tekanan darah 2)Observasi cara masuknya
sistolik oksigen yang menyebabkan
2)Tekanan darah hipoventilalsi
diastolik 3)Monitor perubahan warna
3)Nadi perifer kulit pasien
4)Saturasi oksigen 4)Monitor posisi pasien
5)Indeks kardio untuk membantu masuknya
6)Sianosis oksigen
7)Edema perifer 5)Monitor keefektifan
8)Kedalaman terapi oksigen
pernafasan 6)Memonitor penggunaan
oksigen saat pasien
b.Status pernafasan beraktivitas
1)Menilai pernafasan
2)Irama pernafasan Manajemen sensasi
3)Kedalaman perifer
pernafasan 1)Memonitor perbedaan
4)Volume tidal terhadap rasa
5)Saturasi oksigen tajam,tumpul,panas atau
6)sianosis dingin
7)Clubbing of finger 2)Monitor adanya mati
8)Gasping (terengah- rasa,rasa geli.
engah) 3)Diskusikan tentang
adanya kehilangan sensasi
c.Vital sign atau perubahan sensasi
1)Rentang nadi radial 4)Minta keluarga untuk
2)Rentang pernafasan memantau perubahan warna
3)Tekanan darah kulit setap hari
sistolik
4)Tekanan darah
diastol
5)Tekanan nadi
6)Kedalaman saat
inspirasi

5. Ketidakefektifan Therapi oksigen


perfusi jaringan a.Cardiopulmonaly 1)Monitor pasien dalam
perifer b.d. status (Status mentoleransi kebutuhan
hypoksemia kardiopulmonal) oksigen saat makan
Kriteria hasil : 2)Observasi cara masuknya
1)Tekanan darah oksigen yang menyebabkan
sistolik hipoventilalsi
2)Tekanan darah 3)Monitor perubahan
diastolic warna kulit pasien
3)Nadi perifer 4)Monitor posisi pasien
4)Saturasi oksigen untuk membantu masuknya
5)Indeks kardio oksigen
6)Sianosis 5)Monitor keefektifan
7)Edema perifer terapi oksigen
8)Kedalaman 6)Memonitor penggunaan
pernafasan oksigen saat pasien
beraktivitas
b.Status pernafasan
1)Menilai pernafasan Manajemen sensasi
2)Irama pernafasan perifer
3)Kedalaman 1)Memonitor perbedaan
4)Volume tidal terhadap rasa
5)Saturasi oksigen tajam,tumpul,panas atau
6)sianosis dingin
7)Clubbing of finger 2)Monitor adanya mati
8)Gasping (terengah- rasa,rasa geli.
engah) 3)Diskusikan tentang
adanya kehilangan sensasi
c.Vital sign atau perubahan sensasi
1)Rentang nadi radial 4)Minta keluarga untuk
2)Rentang pernafasan memantau perubahan warna
3)Tekanan darah kulit setap hari
sistolik
4)Tekanan darah
diastol
5)Tekanan nadi
6)Kedalaman saat
inspirasi
Resiko Stimulasi Tumbuh
6. Kembang
keterlambatan Pertumbuhan
1.kaji tingkat tumbuh
perkembangan
Kriteria hasil: kembang anak
1)Persentil berat badan 2.ajarkan untuk intervensi
faktor resiko : dengan terapi rekreasi dan
untuk usia Stimulasi
1)Gangguan kejang 2)Percentil berat untuk aktivitas
2)Nutrisi tidak tinggi 3.berikan aktivitas yang
adekuat 3)Tingkat berat badan sesuai, menarik, dan dapat
4) Massa tubuh dilakukan oleh anak
4.Rencanakan bersama
a)Penggunaan anak aktivitas dan sasaran
disiplin yang sesuai yang memberikan
usia kesempatan untuk
b)Merangsang keberhasilan
perkembangan 5.Berikan pend.kes
kognitif stimulasi tumbuh kembang
c)Merangsang anak pada keluarga
pembangunan
Manajemen nutrisi
1.Kaji adanya alergi
Status nutrisi : intake
makanan
nutrisi 2.Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
3.nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
4.Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
5.Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
6.Berikan substansi gula
7.Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
8.Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
9.Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10.Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi

11.Kaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

Manajemen lingkungan
Resiko cidera
7. 1.Sediakan lingkungan
Faktor resiko Kontrol resiko
yang aman untuk pasien
1)Eksternal Kriteria hasil :
2.Identifikasi kebutuhan
a)Gangguan fungsi 1)Klien terbebas dari
keamanan pasien sesuai
kognitif cidera
dengan kondisi fisik
b)Agens 2)Klien mampu
3.Dan fungsi kognitif
nosokomial menjelaskan cara atau
pasien dan riwayat penyakir
2)Internal metode untuk
dahulu pasien
a)Hipoksia jaringan mencegah cidera
4.Memasang side rail
b)Gangguan sensasi 3)Klien mampu
tempat tidur
(akibat dari cedera menjelaskan faktor
5.Menyediakan tempat tidur
medula spinalis, dll) resiko dari lingkungan
yang aman dan bersih
c)Malnutrisi 4)Menggunakan
6.Membatasi pengunjunng
fasilitas kesehatan
7.Memberikan penerangan
yang ada
yang cukup
5)Mampu mengenali
8.Berikan penjelasan pada
perubahan status
pasien dan keluarga atau
kesehatan.
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
b.Kejadian jatuh
dan penyebab penyakit.
1)Jatuh dari tempat
tidur
Manajemen kejang
2)Jatuh saat di
1.Pertahankan jalan nafas
pindahkan
2.Balikkan badan pasien ke
satu sisi
3.Longgarkan pakaian
4.Tetap disisi pasien selama
kejang
5.Catat lama kejang
6.Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi dengan
benar.

Pencegahan jatuh
8. Resiko aspirasi 1.Identifikasi perilaku dan
Faktor resiko : a.Respiratori status : faktor yang mempengaruhi
a.Penurunan ventilation resiko jatuh
motilitas b.Aspiration Control 2.Sediakan pengawasan
b.Pengosongan c.Swallowing status ketat dan /atau alat
lambung yang pengikatan
lambat
c.Penurunan reflek Aspiration precaution
muntah 1).Monitor tk
d.Penurunan reflek kesadaran,reflek batuk dan
batuk kemampuan menelan
e.Peningkatan 2).Monitor status paru
residu lambung pelihara jalan nafas
f.Gangguan 3).Lakukan suction jika
menelan diperlukan
g.Peningkatan 4).Cek nasogastrik sebelum
tekanan intragatrik makan
5)Hindari makan kalau
residu mash banyak
6).Potong makanan kecil-
kecil
7).Haluskan obat sebelum
pemberian
8).Posisi tegak 90 derajat
atau sejauh mungkin
Sumber : Nanda Internasional (2015-2017) & NIC-NOC (2016)

3.4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang
diberikan kepada klien. Pencatatan mencakup tindakan keperawatan yang
diberikan baik secara mandiri maupun kolaboratif, serta pemenuhan kriteria hasil
terhadap tindakan yang diberikan kepada klien (Hutahean,2010
3.5. EVALUASI
Keefektifan tindakan keperawatan dan pencapaian yang teridentifikasi terus
dievaluasi sebagai penilaian status klien. Evaluasi harus terjadi di setiap langkah
proses keperawatan ( Herdman & Shigemi Kamitsuru,2015)
Berdasarkan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus
kejang demam anak, maka diharapkan hasil evaluasi keperawannya adalah :
a. Hipertermia teratasi
b. Perfusi jaringan serebral kembali efektif
c. Cidera tidak terjadi
d. Gangguan pertukaran gas teratasi
e. Perfusi jaringan perifer kembali efektif.
f. Aspirasi tidak terjadi
g. Pola napas kembali efektif
h. Keterlambatan perkembangan tidak terjadi atau bisa diminimalisir
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L,. & Sowden L. A. (2002). Buku saku keperawatan pediatik. Jakarta:
EGC.
DiMario, F. J. (2002). The nervous system In: Rudolp, A.M., Kemei, R.K., &
Overby, K.J. (Eds). Fundamental of paediatrics. New York: Mc Graw-
Hill Companies.
Hassan, R. & Alatas, H. (Eds).(1985). Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jakarta:
FKUI.
Lombardo, M.C.(2005). Gangguan kejang. In: Price, S.A., & Wilson, L.M. (Eds).
Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. (ed 6th). Alih bahasa :
Bram, U.Pendit. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. (2005).Perawatan anak sakit, EGC, Jakarta.

Robinson, M.J., & Roberton, D.M. (Eds). (2000). Practical paediatrics. (ed 4th).
London: Churchill Livingston.

Suriadi & Yuliani, Y. (2001). Buku pegangan praktek klinik asuhan keperawatan
pada anak. Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.

Wong, D. L. (1996). Wong and Whaley’s clinical manual of pediatric nursing. St.
Louis: Mosby.
Nanda Internasional (2015-2017) & NIC-NOC (2016)
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC, Edisi Revisi Jilid 2
NANDA-I Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018 – 2020 Edisi 11,
Penerbit Buku Kedokteran ,EGC
Zempsky W.T. Pediatrics, Febril Zeisures,
www.omedicine.com/omerg/topic376.htm, Last updated : October
14,2004. Access : April 27,2005.
Kejang Pada Anak, www.pediatrik.com/knal.php

Anda mungkin juga menyukai