KEJANG DEMAM
Disusun oleh :
A11701627
GOMBONG
A. PENGERTIAN
Kejang demam yaitu kejang yang timbul pada waktu demam yang tidak disebabkan
oleh proses di dalam kepala ( otak : seperti meningitis atau radang selaput otak,
ensifilitis atau radang otak ) tetapi diluar kepala misalnya karena adanya infeksi di
saluran pernapasan, telinga atau infeksi di saluran pencernaan. Biasanya dialami anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Bila anak sering kejang, utamanya dibawah 6 bulan
kemungkinan besar mengalami epilepsy ( Airlangga University Press, 2015 )
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (
suhu rektal di atas 380C ) ( Sujono Riyadi, 2016 )
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai lebih dari 380C ) ( Aplikasi Nanda NIC NOC jilid 2, 2015 )
Jadi kejang demam adalah kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu diatas 380C yang
berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri.
B. ETIOLOGI
Tasman ( 2013 ), menjelaskan bahwa penyebab kejang demam hingga saat ini belum
diketahui dengan pasti. Kejang demam tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi
dikarenakan pada suhu yang tidak terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kejang.
Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam diantaranya adalah infeksi yang
mengenai jaringan ekstrakranial seperti otitis media akut, bronkitis dan tonsilitis (
Riyadi, 2013 ). Sedangkan Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI ), mejelaskan bahwa
penyebab terjadinya kejang demam antara lain obat – obatan, ketidak seimbangan
kimiawi seperti hiperkalemia, hipoglikemia, asidosis, demam, patologis otak dan
eklamsi ( ibu yang mengalami hipertensi prenatal ).
Kejang pada neonatus dan anak bukanlah suatu penyakit, namun merupakan suatu
gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejnag atau adanya
kelainan susunan saraf pusat. Penyebab utama kejang adalah kelainan bawaan diotak
sedangkan penyebab sekundernya adalah gangguan metabolik atau penyakit lain
seperti infeksi. Negara berkembang, kejang pada neonatus dan anak sering disebabkan
oleh tetanus neonatus, sepsis, meningitis, ensefalitis, perdarahan otak dan cacat
bawaan. Penyebab kejang pada neonatus, baik primer maupun sekunder umumnya
berkaitan erat dengan kondisi bayi didalam kandungan atau saat proses persalinan
serta masa – masa bayi baru lahir. Menurut penelitian yang dilakukan, penyebab
kejnag demam karena infeksi virus dan bakteri ( Dewi, 2014 )
C. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Amin Huda ( 2015 ) manifestasi klinik dari kejang demam ada 2 yaitu
gejala umum dan gejala yang sesuai dengan klasifikasinya.
Gejala umum
1. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10 –
15 menit, bisa juga lebih
2. Takikardi: pada bayi frekuensi sering diatas 150 – 200 kali per menit
3. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat
menurunnya curah jantung
4. Gejala bendungan sistem vena : hepatomegali dan peningkatan tekanan vena
jugularis
Kejang Karakteristik
E. KLASIFIKASI
menurut American Academy of Pediatrics ( 2011 ), kejang demam dibagi menjadi dua
jenis diantaranya adalah simple febrile atau kejang demam sederhana dan complek
febrile atau kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang general
yang berlangsung singkat ( kurang dari 15 menit ), bentuk kejang umum ( tonik dan
atau klonik ) serta tidak berulang dalam waktu 24 jam dan hanya terjadi satu kali
dalam perode 24 jam dari demam pada anak secara neurologis normal. Kejang demam
sederhana meruapakan 80 % yang sering terjadi di masyarakat dan dapat berhenti
sendiri. Sedangkan kejang demam kompleks memiliki ciri berlangsung lebih dari 15
menit, kejang fokal atau parsial dan disebut juga kejang umum didahului kejang
parsial dan berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam.
Kejang demam menurut proses terjadinya :
1. Intrakranial
- Trauma ( perdarahan ) : perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikular
- Infeksi : bakteri, virus, parasit misalnya meningitis
- Kongenital : disgenesis, kelainan serebri
2. Ekstrakranial
- Gangguan metabolik : hipoglikemia, hipokalsimea, hipomagnesia, gangguan elektrolit
( Na dan K ) misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya
- Toksik : intoksikasi, anestesi lokal, sindroma putus obat
- Kongenital : gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan kekurangan
piridoksin.
F. PATHWAY
Kejang
Defisiensi
pengetahuan
G. KOMPLIKASI
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya & tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih lama (>15
menit) yaitu:
1. Kerusakan otak
2. Retardasi mental
3. Biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosislaktat, hipotensi
artrial, suhu tubuh makin meningkat. ( Amin Huda, 2015 )
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Amin Huda ( 2015 ) menyampaikan pemeriksaan penunjang pada pasien dengan
kejang demam antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit, dan
glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukan kelainan yang
berarti
2. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi pada pasien
dengan kejang demam meliputi :
- Bayi kurang dari 12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala
meningitissering tidak jelas
- Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal pungsi kecuali
pasti bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT Scan, dan atau MRI tidak dianjurkan pada anak
tanpa kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukan gambaran
normal. CT Scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk
mencari lesi organik di otak.
I. PENATALAKSANAAN
Amin Huda ( 2015 ) menjelaskan berbagai cara / pengobatan medis untuk menangani
pasien dengan kejang demam, yaitu :
Pengobatan saat terjadi kejang
1. Pemberian diazepam supositoria pada sat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian :
- 5 mg untuk anak kurang dari 3 th atau dosis 7,5 mg untuk anak lebih dari 3 th
- Atau 5 mg untuk BB kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB lebih 10 kg
- 0,5 – 0,7 mg/KgBB?/kali
2. Diazepam intravena juga diberikan dengan dosis sebesar 0,2 – 0,5 mg/KgBB.
Pemberian secara perlahan - lahan dengan kecepatan 0,5 – 1 mg per menit untuk
menghndari depresi pernafasan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan
penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak
masih kejang. Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM karena tidak
diabsorpsi dengan baik
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/KgBB perlahan
– lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentorbital 50 mg Im dan pasang
ventilator bila perlu.
Bila kejang berhneti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan
pengobatan intermiten yang diberikan pada anak demam untuk mnecegah terjadinya
kejang demam. Obat yang diberikan brupa :
1. Antipiretik
- Paracetamol atau asetaminofen 10 – 15 mg/KgBB/kali diberikan 4 kali atau tiap 6
jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping berupa hiperhidrosis
- Ibuprofen 10 mg/KgBB/kali diberikan 3 kali
2. Antikonvulsan
- Berikan diazepam oral dosis 0,3 – 0,5 mg/KgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnyakejang, atau
- Diazepam rektal dosis 0,5 mg/KgBB/hari sebanyak 3 kali perhari
Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan dosis asam
valproat 15 – 40 mg/KgBB/hari dibagi 2 – 3 dosis, sedangan fenobarbitol 3 – 5
mg/KgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
080204 Pernapasan 2 4
KASUS
An. G laki – laki usia 2 tahun dirawat di ruang anak dengan keluhan demam sejak 7 hari yang
lalu dirumah hanya di kompres dengan air hangat di bagian dahi, agak turun tapi langsung
panas lagi. Semalam klien kejang seluruh tubuh 3 kali, kejang sekitar 5 menit. Di iGD klien
kejang sekali sekitar 5 menit. Pasien rewel dan sering menangis ketika ditinggal ibunya
keluar. Hasil pemeriksaan nadi 100 kali per menit, suhu 400C, pernafasan 30 kali per menit,
kesadaran somnolen. Badan pasien teraba panas sehingga ibu klien tampak cemas dan
mengatakan khawatir dengan kondisianaknya, dia mengatakan menyesal mengapa tidak
langsung dibawa ke RS. Klien pernah dirawat di rumah sakit pada usia 8 bulan karena kejang
demam.
A. Identitas
1. Identitas klien
Nama : An. G
Tanggal Lahir : 2 November 2017
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB : 13,8 kg
TB : 84 cm
Alamat : Kebumen
Agama : Islam
Pendidikan :-
Status Bangsa : Suku jawa
Tanggal Masuk RS : 2 Desember 2019
No RM : 00-17-xx-xx
Diagnosa Medik : Kejang demam
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Demam
2. Riwayat penyakit sekarang
An G usia 2 tahun datang ke IGD PKU Muhammadiyah Gombong dengan keluhan
demam. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam sejak 7 hari lalu. Semalam
pasien kejang 3 kali selama ± 5 menit setiap kejang. Saat dilakukan pengkajian di IGD
pasien mengalami kejang 1 kali selama ± 5 menit. Pasien rewel dan sering menangis
ketika ditinggal ibunya keluar. Dari hasil pemeriksaan S: 400C , N: 100x/menit, RR:
30x/menit. Tubuh pasien teraba panas sehingga ibu pasien tampak cemas dan
mengatakan khawatir dengan kondisianaknya, dia mengatakan menyesal mengapa tidak
langsung dibawa ke RS.
3. Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan An. G sebelumnya sudah pernah dirawat dirumah sakit karena
mengalami kejang demam.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang pernah mengalami kejang.
Keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti asma, DM, hipertensi
maupun penyakit menular seperti HIV/AIDS , TBC, Hepatitis dll.
5. Riwayat kehamilan
a. Gravida : Gravida ke-1
b. Paritas : Merupakan anak ke-1
c. Kesehatan selama hamil : Ibu pasien mengatakan saat hamil ibu pasien mengalami
mual muntah tetapi hanya pada trimester I dan biasanya hanya pada pagi hari.
d. Obat-Obatan : Selama hamil ibu pasien mengatakan hanya mengkonsumsi obat-
obatan yang diberikan oleh dokter dan tidak pernah mengkonsumsi jamu tradisional
6. Riwayat Persalinan
a. Durasi persalinan : Lama melahirkan ± 2 jam dengan lama persalinan 24 Jam dan
langsung menangis.
b. Tipe melahirkan : Spontan pervagina
c. Tempat melahirkan : RS PKU Muhammadiyah Gombong
d. Obat-obatan : -
7. Riwayat kelahiran
a. BB : 2800 gr
b. PB : 50 cm
c. Kondisi Kesehatan : baik
d. Score APGAR :9
e. Anomali Kongenital :-
f. Tanggal keluar dari perawatan :-
8. Riwayat imunisasi
a. Hepatitis : 0,1, 3 bulan (0,5 cc)
b. BCG : 2 bulan (0,5 cc)
c. Polio : 2, 4, 6 bulan (@2 tetes)
d. DPT : 2, 4, 6 bulan (@0,5cc)
e. Campak : 9 bulan (0,5 cc)&rgi imunisasi
9. Riwayat tukem (Tumbuh Kembang)
a. BB : 13,8 kg (normalnya 9 – 14,8 kg)
b. PB : 84 cm (normalnya 81,7 – 93,9 cm)
c. KPSP (2 tahun ) :
10. Riwayat alergi : Tidak ada
11. Kebutuhan cairan
Sesuai BB anak, maka kebutuhan cairan pada an.Kyaitu :
Kebutuhan cairan klien = 1000 cc + ( BB – 10 Kg x 50 ) ml
1000 cc + ( 13,8 – 10 x 50 ) ml
1000 cc + 190 ml
1190 ml
12. Genogram
Ket : perempuan
Laki – laki
Pasien
5. Kepala
a. Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut bersih tampak jarang
b. Palpasi : kepala teraba lembab, rambut mudah rontok
6. Mata
a. Inspeksi : konjungtiva anemis, sklera anikterik, refleks pupil dan penglihatan normal
b. Palpasi : Kelopak mata teraba lunak.
7. Hidung
a. Inspeksi : Septum normal, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak terlihat pernafasan
cuping hidun
8. Mulut
a. Inspeksi : Membran mukosa bibir tampak pucat, tidak ada kandidiasis pada lidah
maupun rongga mulut
9. Telinga
a. Inspeksi : telinga sejajar, bersih, tidak tampak serumen
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan sekitar telinga dan mastoid
10. Leher
a. Inspeksi : tidak ada lesi di leher
b. Palpasi : Tidak ada bendungan vena juguralis, tidak ada pembesaran arteri carotis,
tidak ada nyeri tekan
11. Thorax
a. Inspeksi : Bentuk dada simetris,
b. Palpasi : Puting di IC 4
1) Paru-paru
a) Inspeksi : RR : 100x/menit, tidak terdapat tarikan dinding dada ke dalam, dada
simetris
b) Palpasi : vocal fremitus seimbang sinistra-dextra, pengembangan paru simetris
c) Perkusi : Sonor
d) Auskultasi : Tidak ada suara ronkhi
2) Jantung
a) Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
b) Palpasi : tidak terdapat pembesaran jantung
c) Pekusi : pekak
d) Auskultasi : S1 dan S2 bunyi reguler, tidak ada suara tambahan
12. Abdomen
a) Inspeksi : bentuk cembung, tidak ascites, tidak ada benjolan
b) Auskultasi : bising usus 25 x/menit
c) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, cubitan perut sedikit lambat
d) Perkusi : Timpani diseluruh region abdomen
13. Genetalia
Inspeksi : Tidak tampak ada kelainan, tidak terpasang DC
14. Ekstremitas dan kulit
a. Inspeksi : Kulit tampak kemerahan, gerakan tangan dan kaki tampak lemah
b. Palpasi :
Kekuatan otot
4 4
4 4
F. Pemriksaan Penunjang
1. Riwayat keluarga :
2. Hb : 11.3 g/dL
3. Eritrosit : 4.7
4. HT : 35%
5. CT- Scan :-
G. Terapi
Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian
ANALISA DATA
DO :
DO :
Prioritas Diagnosa
3 = sedang - Untuk
- Fasilitasi
menangani
4 = ringan istirahat,
ketika
terapkan
5 = tidak ada demam
pembatasa
kejang
n aktivitas
terjadi lagi
- Anjurkan
keluarga
untuk
melakuka
n kompres
air hangat
rendah dari
No Ind Indikator A T
dengan tempat
190801 Mengenali 2 4 tepat tidur
tanda gejala
yang - Monitor - Untuk
mengindikasik pengelolaa mengontr
an resiko n obat ol
pengobat
190802 Mengidentifika 2 4
- Monitor an
si
kepatuhan - Untuk
kemungkinan
dalam mencega
resiko
mengkons h
kesehatan
umsi epilepsy
190804 Melakukan 2 4
pengobata
pemeriksaan
n anti-
secara mandiri
epileptik
sesuai waktu - Monitor
yang tingkat
dianjurkan pengobata - Untuk
n mencega
antipiletik h
Ket : dengan terjadiny
Hari /
No DX Implementasi Respon Paraf
tanggal
Senin, 2
Desember
1.
2019
- Mengukur suhu tubuh - DS : -
10.15
pasien secara berkala DO : suhu 40°C,
inj paracetamol
masuk
- memberikan informasi - DS : -
11.50 kepada keluarga DO : keluarga
mengenai tampak
perkembangan pasien mengerti
- mendiskusikan pilihan
terapi penanganan - DS : keluarga
mengatakan
ingin yang
terbaik
DO : pemberian
obat dan teknik
kompres hangat
13.00 DO : obat
masuk
- Memonitor tingkat - DS : -
pengobatan antipiletik Do : obat masuk
13.10
dengan tepat sesuai jadwal
- mengintruksikan - DS : keluarga
keluarga mengenai tidak tau ciri
potensial dari terjadi akan terjadi
kejang kejang
DO :
memberikan
informasi
kepada keluarga
Selasa, 3 1
Desember
2019
- Mengukur suhu tubuh - DS : -
10.15
pasien secara berkala DO : suhu 40°C,
inj paracetamol
masuk
10.30
- Memonitor perubahan - DS : keluarga
warna kulit pada pasien pasien
mengatakan
anaknya masih
teraba panas
DO :warna kulit
kemerahan
10.45
- Memberikan obat atau
cairan IV - DS :-
DO : infus
IUVD KN 3B
10.50
- memfasilitasi istirahat, masuk
terapkan pembatasan
aktivitas - DS : keluarga
megatakan
11.00 pasien rewel
11.40 DO : obat
masuk
- Memonitor tingkat - DS : -
pengobatan antipiletik Do : obat masuk
dengan tepat sesuai jadwal