Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

KEJANG DEMAM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh :

Sri Nur Sekar Kasih

A11701627

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG
A. PENGERTIAN
Kejang demam yaitu kejang yang timbul pada waktu demam yang tidak disebabkan
oleh proses di dalam kepala ( otak : seperti meningitis atau radang selaput otak,
ensifilitis atau radang otak ) tetapi diluar kepala misalnya karena adanya infeksi di
saluran pernapasan, telinga atau infeksi di saluran pencernaan. Biasanya dialami anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Bila anak sering kejang, utamanya dibawah 6 bulan
kemungkinan besar mengalami epilepsy ( Airlangga University Press, 2015 )
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (
suhu rektal di atas 380C ) ( Sujono Riyadi, 2016 )
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai lebih dari 380C ) ( Aplikasi Nanda NIC NOC jilid 2, 2015 )
Jadi kejang demam adalah kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu diatas 380C yang
berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri.
B. ETIOLOGI
Tasman ( 2013 ), menjelaskan bahwa penyebab kejang demam hingga saat ini belum
diketahui dengan pasti. Kejang demam tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi
dikarenakan pada suhu yang tidak terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kejang.
Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam diantaranya adalah infeksi yang
mengenai jaringan ekstrakranial seperti otitis media akut, bronkitis dan tonsilitis (
Riyadi, 2013 ). Sedangkan Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI ), mejelaskan bahwa
penyebab terjadinya kejang demam antara lain obat – obatan, ketidak seimbangan
kimiawi seperti hiperkalemia, hipoglikemia, asidosis, demam, patologis otak dan
eklamsi ( ibu yang mengalami hipertensi prenatal ).
Kejang pada neonatus dan anak bukanlah suatu penyakit, namun merupakan suatu
gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejnag atau adanya
kelainan susunan saraf pusat. Penyebab utama kejang adalah kelainan bawaan diotak
sedangkan penyebab sekundernya adalah gangguan metabolik atau penyakit lain
seperti infeksi. Negara berkembang, kejang pada neonatus dan anak sering disebabkan
oleh tetanus neonatus, sepsis, meningitis, ensefalitis, perdarahan otak dan cacat
bawaan. Penyebab kejang pada neonatus, baik primer maupun sekunder umumnya
berkaitan erat dengan kondisi bayi didalam kandungan atau saat proses persalinan
serta masa – masa bayi baru lahir. Menurut penelitian yang dilakukan, penyebab
kejnag demam karena infeksi virus dan bakteri ( Dewi, 2014 )

C. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Amin Huda ( 2015 ) manifestasi klinik dari kejang demam ada 2 yaitu
gejala umum dan gejala yang sesuai dengan klasifikasinya.
Gejala umum
1. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10 –
15 menit, bisa juga lebih
2. Takikardi: pada bayi frekuensi sering diatas 150 – 200 kali per menit
3. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat
menurunnya curah jantung
4. Gejala bendungan sistem vena : hepatomegali dan peningkatan tekanan vena
jugularis

Gejala sesuai klasifikasinya

Kejang Karakteristik

Kejang demam - Dapat bersifat motorik ( gerakan abnormal


sederhana unilateral ), sensorik ( merasakan, membaui,
mendengar sesuatu yang abnormal ), automik (
takikardi, bradikardi, takipneu, kemerahan, rasa
tidak enak di epigastrium ), psikis ( disfagia,
gangguan daya ingat )
- Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit

Kejang demam - Gejala motorik, gejala sensorik, otomatisme (


kompleks mengecacp – ngecapkan bibir, mengunyah,
menarik – narik baju )
- Beberapa kejang demam kompleks mungkin
berkembang menjadi kejang generalisata
- Biasanya berlangung 1 – 3 menit
D. PATOFISIOLOGI
Dalam bukunya yaitu Aplikasi Nanda Nic-Noc ; Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Jilid 1 Amin Huda menjelaskan patofisiologi dari kejang demam
yaitu sebagai berikut :
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan kebutuhan O2 akan meningkat 20%. Kenakan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi ion k+ maupun Na+, melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas
muatan listrik, hal ini bisa meluas ke seluruh sel maupun ke bembran sel sekitarnya
dengan bantuan neuron transmiter dan terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung
lama disertai dengan apnea, meningkatkan kebutuhan o2 dan energi untuk kontraksi
otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea dll,selanjutnya
menyebabkan metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan neuron otak
selama berlangsungnya kejang lama.

E. KLASIFIKASI
menurut American Academy of Pediatrics ( 2011 ), kejang demam dibagi menjadi dua
jenis diantaranya adalah simple febrile atau kejang demam sederhana dan complek
febrile atau kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang general
yang berlangsung singkat ( kurang dari 15 menit ), bentuk kejang umum ( tonik dan
atau klonik ) serta tidak berulang dalam waktu 24 jam dan hanya terjadi satu kali
dalam perode 24 jam dari demam pada anak secara neurologis normal. Kejang demam
sederhana meruapakan 80 % yang sering terjadi di masyarakat dan dapat berhenti
sendiri. Sedangkan kejang demam kompleks memiliki ciri berlangsung lebih dari 15
menit, kejang fokal atau parsial dan disebut juga kejang umum didahului kejang
parsial dan berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam.
Kejang demam menurut proses terjadinya :
1. Intrakranial
- Trauma ( perdarahan ) : perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikular
- Infeksi : bakteri, virus, parasit misalnya meningitis
- Kongenital : disgenesis, kelainan serebri
2. Ekstrakranial
- Gangguan metabolik : hipoglikemia, hipokalsimea, hipomagnesia, gangguan elektrolit
( Na dan K ) misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya
- Toksik : intoksikasi, anestesi lokal, sindroma putus obat
- Kongenital : gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan kekurangan
piridoksin.

F. PATHWAY

Infeksi ekstrakranial : suhu tubuh meingkat

Gangguan keseimbangan membran sel neuron

Difusi Na+ ( ke intrasel ) dan K+ ( keekstrasel )


berlebih

Depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebih

Kejang

Resiko kejang berulang kontraksi otot meningkat

Pengobatan perawatan kondisi, prognosis gerakan tonik / klonik metabolisme +

Lanjut, dan diit

Resiko Pelepasan kalor +


cedera

Kurang informasi kondisi, prognosis/


Hipertermi
Pengobatan dan perawatan

Defisiensi
pengetahuan
G. KOMPLIKASI
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya & tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih lama (>15
menit) yaitu:
1. Kerusakan otak
2. Retardasi mental
3. Biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosislaktat, hipotensi
artrial, suhu tubuh makin meningkat. ( Amin Huda, 2015 )

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Amin Huda ( 2015 ) menyampaikan pemeriksaan penunjang pada pasien dengan
kejang demam antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit, dan
glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukan kelainan yang
berarti
2. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi pada pasien
dengan kejang demam meliputi :
- Bayi kurang dari 12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala
meningitissering tidak jelas
- Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal pungsi kecuali
pasti bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT Scan, dan atau MRI tidak dianjurkan pada anak
tanpa kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukan gambaran
normal. CT Scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk
mencari lesi organik di otak.
I. PENATALAKSANAAN
Amin Huda ( 2015 ) menjelaskan berbagai cara / pengobatan medis untuk menangani
pasien dengan kejang demam, yaitu :
Pengobatan saat terjadi kejang
1. Pemberian diazepam supositoria pada sat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang. Dosis pemberian :
- 5 mg untuk anak kurang dari 3 th atau dosis 7,5 mg untuk anak lebih dari 3 th
- Atau 5 mg untuk BB kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB lebih 10 kg
- 0,5 – 0,7 mg/KgBB?/kali
2. Diazepam intravena juga diberikan dengan dosis sebesar 0,2 – 0,5 mg/KgBB.
Pemberian secara perlahan - lahan dengan kecepatan 0,5 – 1 mg per menit untuk
menghndari depresi pernafasan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan
penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak
masih kejang. Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM karena tidak
diabsorpsi dengan baik
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/KgBB perlahan
– lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentorbital 50 mg Im dan pasang
ventilator bila perlu.

Setelah kejang berhenti

Bila kejang berhneti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan
pengobatan intermiten yang diberikan pada anak demam untuk mnecegah terjadinya
kejang demam. Obat yang diberikan brupa :

1. Antipiretik
- Paracetamol atau asetaminofen 10 – 15 mg/KgBB/kali diberikan 4 kali atau tiap 6
jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping berupa hiperhidrosis
- Ibuprofen 10 mg/KgBB/kali diberikan 3 kali
2. Antikonvulsan
- Berikan diazepam oral dosis 0,3 – 0,5 mg/KgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnyakejang, atau
- Diazepam rektal dosis 0,5 mg/KgBB/hari sebanyak 3 kali perhari

Bila kejang berulang

Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan dosis asam
valproat 15 – 40 mg/KgBB/hari dibagi 2 – 3 dosis, sedangan fenobarbitol 3 – 5
mg/KgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

Indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan adalah :

- Kejang lama lebih dari 15 menit


- Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang
mislanya hemiperase, cerebral palsy, hidrocefalus
- Kejang fokal
- Bila ada keluarga sekandung yang megalami epilepsy
Di samping itu, terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
- Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan

J. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
NOC : tanda – tanda vital ( 0802 )
No Ind Indikator A T

080201 Suhu tubuh 1 4

080204 Pernapasan 2 4

080209 Tekanan nadi 2 4

NIC : perawatan demam ( 3740 )


- Pantau suhu dan tanda – tanda vital lainnya
- Monitor warna kulit dan suhu
- Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak dirasakan
- Berikan obat atau cairan IV ( misalnya : antipiretik, agen antibakteri, dan agen anti
mengigil )
- Mandikan ( pasien ) dengan spons hangat dengan hati – hati ( yaitu berikan untuk
pasien dengan suhu yang sangat tinggi, tidak memberikannya selama fase dingin, dan
hindari agar pasien tidak menggigil )
- Pantau komplikasi – komplikasi yang berhubungan dengan demam serta tanda dan
gejala kondisi penyebab demam ( misalnya kejang, penurunan tingkat kesadaran,
status elektrolit abnormal, ketidakseimbangan asam – basa, aritmia jantung, dan
perubahan abnormalitas sel )

2. Diagnosa : Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan


NOC : pengajaran proses penyakit ( 5602 )
No Ind Indikator A T

180305 Efek fisiologi penyakit 2 5

180306 Tanda dan gejala penyakit 2 5

180307 Proses perjalanan penyakit 2 5

NIC : pengajaran proses penyakit


- Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik
- Jelaskan patofisiologi dan fisiologi dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan
fisiologi sesuai kebutuhan
- Review pengetahuan pasien mengenai kondisinya
- Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai kebutuhan
- Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan
- Jelaskan alasan balik manajemen/terapi/penanganan yang direkomendasikan
- Edukasi keluarga mengenai tindakan untuk mengkontrol / meminimalkan gejala
sesuai kebutuhan
3. Diagnosa : Risiko cedera berhubungan dengan kejang
NOC : deteksi resiko ( 1908 )
No Ind Indikator A T

190801 Mengenali tanda dan gejala yang mengindikaisi 2 4


resiko
190802 Mengidentifikasi kemungkinan resiko kesehatan 2 4

190804 Melakukan pemeriksaan mandiri sesuai waktu 2 4


yang dianjurkan
NIC : pencegahan kejang ( 2690 )
- Sediakan tempat tidur yang rendah dengan tepat
- Monitor pengelolaan obat
- Monitor kepatuhan dalam mengkonsumsi pengobatan anti-epileptik
- Monitor tingkat pengobatan antipiletik dengan tepat
- Intruksikan pasien mengenai potensial dari faktor risiko
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. G DENGAN MASALAH SISTEM
PERSYARAFAN : KEJANG DEMAM DI RUANG ANAK
RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

KASUS
An. G laki – laki usia 2 tahun dirawat di ruang anak dengan keluhan demam sejak 7 hari yang
lalu dirumah hanya di kompres dengan air hangat di bagian dahi, agak turun tapi langsung
panas lagi. Semalam klien kejang seluruh tubuh 3 kali, kejang sekitar 5 menit. Di iGD klien
kejang sekali sekitar 5 menit. Pasien rewel dan sering menangis ketika ditinggal ibunya
keluar. Hasil pemeriksaan nadi 100 kali per menit, suhu 400C, pernafasan 30 kali per menit,
kesadaran somnolen. Badan pasien teraba panas sehingga ibu klien tampak cemas dan
mengatakan khawatir dengan kondisianaknya, dia mengatakan menyesal mengapa tidak
langsung dibawa ke RS. Klien pernah dirawat di rumah sakit pada usia 8 bulan karena kejang
demam.

Tanggal Pengkajian : 2 Desember 2019


Nama Pengkaj i : Perawat Sekar
Ruang : Ruang Anak
Waktu Pengkajian : 10:00 WIB

A. Identitas
1. Identitas klien
Nama : An. G
Tanggal Lahir : 2 November 2017
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB : 13,8 kg
TB : 84 cm
Alamat : Kebumen
Agama : Islam
Pendidikan :-
Status Bangsa : Suku jawa
Tanggal Masuk RS : 2 Desember 2019
No RM : 00-17-xx-xx
Diagnosa Medik : Kejang demam

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. A
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Ibu

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Demam
2. Riwayat penyakit sekarang
An G usia 2 tahun datang ke IGD PKU Muhammadiyah Gombong dengan keluhan
demam. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam sejak 7 hari lalu. Semalam
pasien kejang 3 kali selama ± 5 menit setiap kejang. Saat dilakukan pengkajian di IGD
pasien mengalami kejang 1 kali selama ± 5 menit. Pasien rewel dan sering menangis
ketika ditinggal ibunya keluar. Dari hasil pemeriksaan S: 400C , N: 100x/menit, RR:
30x/menit. Tubuh pasien teraba panas sehingga ibu pasien tampak cemas dan
mengatakan khawatir dengan kondisianaknya, dia mengatakan menyesal mengapa tidak
langsung dibawa ke RS.
3. Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan An. G sebelumnya sudah pernah dirawat dirumah sakit karena
mengalami kejang demam.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang pernah mengalami kejang.
Keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti asma, DM, hipertensi
maupun penyakit menular seperti HIV/AIDS , TBC, Hepatitis dll.
5. Riwayat kehamilan
a. Gravida : Gravida ke-1
b. Paritas : Merupakan anak ke-1
c. Kesehatan selama hamil : Ibu pasien mengatakan saat hamil ibu pasien mengalami
mual muntah tetapi hanya pada trimester I dan biasanya hanya pada pagi hari.
d. Obat-Obatan : Selama hamil ibu pasien mengatakan hanya mengkonsumsi obat-
obatan yang diberikan oleh dokter dan tidak pernah mengkonsumsi jamu tradisional

6. Riwayat Persalinan
a. Durasi persalinan : Lama melahirkan ± 2 jam dengan lama persalinan 24 Jam dan
langsung menangis.
b. Tipe melahirkan : Spontan pervagina
c. Tempat melahirkan : RS PKU Muhammadiyah Gombong
d. Obat-obatan : -

7. Riwayat kelahiran
a. BB : 2800 gr
b. PB : 50 cm
c. Kondisi Kesehatan : baik
d. Score APGAR :9
e. Anomali Kongenital :-
f. Tanggal keluar dari perawatan :-
8. Riwayat imunisasi
a. Hepatitis : 0,1, 3 bulan (0,5 cc)
b. BCG : 2 bulan (0,5 cc)
c. Polio : 2, 4, 6 bulan (@2 tetes)
d. DPT : 2, 4, 6 bulan (@0,5cc)
e. Campak : 9 bulan (0,5 cc)&rgi imunisasi
9. Riwayat tukem (Tumbuh Kembang)
a. BB : 13,8 kg (normalnya 9 – 14,8 kg)
b. PB : 84 cm (normalnya 81,7 – 93,9 cm)
c. KPSP (2 tahun ) :
10. Riwayat alergi : Tidak ada
11. Kebutuhan cairan
Sesuai BB anak, maka kebutuhan cairan pada an.Kyaitu :
Kebutuhan cairan klien = 1000 cc + ( BB – 10 Kg x 50 ) ml
1000 cc + ( 13,8 – 10 x 50 ) ml
1000 cc + 190 ml

1190 ml

12. Genogram

Ket : perempuan

Laki – laki

Pasien

-------------- tinggal serumah

C. Pola Fungsional Menurut Gordon


1. Pola persepsi kesehatan
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan belum mengerti tentang kejang demam
namun belum tahu secara pasti seperti pengertian, penyebab, proses penyakit, dan
penanganannya.
b. Saat sakit : ibu pasien mengatakan belum tahu cara merawat anaknya yang
menderita kejang demam , takut salah dalam merawat anaknya.
2. Pola nutrisi/metabolik
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan anak makan 3x sehari, tekstur sama dengan
makanan keluarga kadang juga diselingi biscuit dan buah. Pasien minum air putih 5
gelas sehari (gelas kecil). Pasien menelan dengan baik. Pasien sangat suka biscuit.
BB terakhir 13,8 kg .
b. Saat sakit : Ibu pasien mengatakan pasien sulit makan hanya masuk sekitar 3x suap
dalam sehari namun porsi berkurang.
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi
padat, warna kekuningan. BAK 5-6 x sehari urin jernih
b. Saat sakit : Ibu pasien mengatakan pasien BAB 1x kali sehari dengan warna
kecoklatan. BAK tidak tahu karena memakai pempers.
4. Pola aktivitas/latihan
a. Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan pasien dapat beraktivitas, selincah anak
seumurannya, bermain dengan saudara.
b. Saat sakit : pasien dibantu oleh ibunya dalam melakukan aktivitasnya, seperti
mandi, makan, ganti baju ibu pasien mengatakan An. K rewel dan selalu
mennagis ketika tim medis masuk kekamarnya
5. Pola kognitif perseptual
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien sering bertanya sesuatu yang ia belum
ketahui
b. Saat sakit : pasien banyak diam, tidak terlalu suka bertanya seperti biasanya
6. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien tidur 8-10 jam sehari dengan nyenyak
b. Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien tidur selama 5-6 jam sering terbangun,
sulit memulai tidur, rewel, dan sering menangis.
7. Pola konsep diri- persepsi diri
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien biasa berinteraksi dengan orang
lain,pasien aktif beraktifitas seperti biasa. Ibu pasien mengatakan pasien saat sehat
sangat ceria, dan fisiknya sekuat anak seumurannya .
b. Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien jadi tidak aktif, tubuhnya lemas,. Ibu
pasien merasa khawatir dengan keadaan anaknya .
8. Pola peran dan hubungan
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien mudah kenal dengan orang baru
,suka meniru kegiatan dirumah.
b. Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien tidak mau dengan orang lain selain
ibunya.
9. Pola reprokdusi atau seksual
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan alat reprokdusi luar tampak normal dan
dapat ereksi seperti anak umumnya.
b. Saat sakit : ibu pasien mengatakan alat reprokdusi luar tampak normal dan dapat
ereksi seperti anak umumnya.
10. Pola pertahanan diri ( koping)
a. Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan anak jarang menangis, jika tidak dituruti
biasanya akan ngambek dengan menghentak-hentakan kaki, kadang sambil
menangis jika menangis mudah didiamkan atau ditenangkan.
b. Saat sakit : Ibu pasien mengatakan pasien menangis pelan, rewel
11. Pola keyakinan dan nilai
a. Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan pasien suka diajari doa, suka mengajak ke
pengajian.
b. Saat sakit : Ibu pasien mengatakan pasien sedang berikhtiar dan yakin bahwa
kesembuhan dari Allah SWT.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Lemas
2. Kesadaran : Somnolen
3. TTV :
TD : - Mmhg
N : 100x/menit
S : 400C
RR : 30x/mnit
4. Antopometri
a. TB : 84 Cm
b. BB : 13,8 Kg
c. Lingkar kepala : 44,2 Cm
d. Lingkar dada : 60 Cm
e. Lingkar lengan : 16,1 Cm

5. Kepala
a. Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut bersih tampak jarang
b. Palpasi : kepala teraba lembab, rambut mudah rontok
6. Mata
a. Inspeksi : konjungtiva anemis, sklera anikterik, refleks pupil dan penglihatan normal
b. Palpasi : Kelopak mata teraba lunak.
7. Hidung
a. Inspeksi : Septum normal, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak terlihat pernafasan
cuping hidun
8. Mulut
a. Inspeksi : Membran mukosa bibir tampak pucat, tidak ada kandidiasis pada lidah
maupun rongga mulut
9. Telinga
a. Inspeksi : telinga sejajar, bersih, tidak tampak serumen
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan sekitar telinga dan mastoid
10. Leher
a. Inspeksi : tidak ada lesi di leher
b. Palpasi : Tidak ada bendungan vena juguralis, tidak ada pembesaran arteri carotis,
tidak ada nyeri tekan
11. Thorax
a. Inspeksi : Bentuk dada simetris,
b. Palpasi : Puting di IC 4
1) Paru-paru
a) Inspeksi : RR : 100x/menit, tidak terdapat tarikan dinding dada ke dalam, dada
simetris
b) Palpasi : vocal fremitus seimbang sinistra-dextra, pengembangan paru simetris
c) Perkusi : Sonor
d) Auskultasi : Tidak ada suara ronkhi
2) Jantung
a) Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
b) Palpasi : tidak terdapat pembesaran jantung
c) Pekusi : pekak
d) Auskultasi : S1 dan S2 bunyi reguler, tidak ada suara tambahan
12. Abdomen
a) Inspeksi : bentuk cembung, tidak ascites, tidak ada benjolan
b) Auskultasi : bising usus 25 x/menit
c) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, cubitan perut sedikit lambat
d) Perkusi : Timpani diseluruh region abdomen
13. Genetalia
Inspeksi : Tidak tampak ada kelainan, tidak terpasang DC
14. Ekstremitas dan kulit
a. Inspeksi : Kulit tampak kemerahan, gerakan tangan dan kaki tampak lemah
b. Palpasi :
Kekuatan otot
4 4

4 4

F. Pemriksaan Penunjang
1. Riwayat keluarga :
2. Hb : 11.3 g/dL
3. Eritrosit : 4.7
4. HT : 35%
5. CT- Scan :-

G. Terapi
Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian

Injeksi paracetamol 110 mg IV 10.00, 22.00, 04.00


Diazepam 5,5 mg IV Bila kejang
Multivitamin 1 cth Oral
IUVD KN 3B 20 tpm (makro) IV

ANALISA DATA

No Data Fokus Problem Etiologi

1. DS : Hipertermi Proses penyakit

- Keluarga pasien mengatakan


pasien demam sejak 7 hari
lalu
- Keluarga pasien mengatakan
sudah mengkompres dengan
air hangat didahi

DO :

- Pasien tampak lemah


- Badan anak teraba hangat
- Suhu : 400C

2. DS : Defisiensi Kurang pengetahuan


pengetahuan
- Keluarga pasien mengatakan
tidak tau cara menangi
kejang
- Keluarga pasien mengatakan
menyesal tidak langsung
membawa anaknya ke dokter
- Keluarga pasien mengatakan
khawatir dengan kondisi
anaknya

DO :

- Keluarga pasien tampak


cemas
- Keluarga pasien tampak
gelisah

3. DS : Resiko cedera Kejang

- Keluarga pasien mengatakan


anaknya kejang selama 3 kali
selama kurang lebih 5 menit
- Keluarga pasien mengatakan
pasien sering rewel dan
menangis
DO :

- Pasien sering menangis


- Pasien sering rewel ketika
ditinggal ibunya

Prioritas Diagnosa

1. Hipertermi b.d proses penyakit


2. Defisiensi pengetahuan b.d kurang pengetahuan
3. Resiko cedera b.d kejang
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Hari / NOC NIC Rasional


Dx tanggal

1. Senin, 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan


November keperawatan selama 2x24 jam, demam (
- Untuk
2019 diharapkan masalah keperawatan 3740 )
memantau
hipertermi dapat diatasi dengan - Pantau
10.00 ttv
kriteria hasil : tanda – tanda vital ( suhu dan
- Untuk
0802 ) tanda –
memonitor
tanda vital
No ind Indikator A T warna kulit
dan suhu
080201 Suhu tubuh 2 4 - Monitor
- Untuk
080204 pernapasan 2 4 warna
menurunka
kulit dan
080209 Tekanan 2 4 n suhu
suhu
nadi tubuh
pasien
- Agar
- Beri obat
Ket : pasien
atau cairan
dapat
1= berat IV
istirahat
2 = cukup berat nyenyak

3 = sedang - Untuk
- Fasilitasi
menangani
4 = ringan istirahat,
ketika
terapkan
5 = tidak ada demam
pembatasa
kejang
n aktivitas
terjadi lagi

- Anjurkan
keluarga
untuk
melakuka
n kompres
air hangat

2. Senin, 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Pengajara


November keperawatan selama 1x24 jam, n proses
2019 diharapkan masalah keperawatan penyakit (
defisiensi pengetahuan dapat diatasi 5603 )
dengan kriteria hasil : pengetahuan - Jelaskan - Agar
: proses penyakit (1803 ) patofisiolo keluarga
gi dan mengerti
No Ind Indikator A T
bagaimana mengenai
180305 Efek 2 5 hubungan patofisiol
fisiologi dengan ogi dan
penyakit anatomi hubunga
180306 Tanda dan 2 5 sesuai n dengan
gejala kebutuhan anatomi
penyakit - Agar
- Jelakan keluarga
180307 Proses 2 5
tanda dan tau tanda
perjalanan
gejala dan
penyakit
yang gejala
umum dari penyakit
penyakit
Ket :
- Agar
1 = tidak ada pengetahuan - Jelaskan keluarga
2 = pengetahuan terbatas mengenai tau
proses mengenai
3 = pengetahuan sedang
penyakit penyakit
4 = pengetahuan banyak

5 = pengetahuan sangat banyak - Agar


- Berikan keluarga
informasi tau dan
kepada mengerti
keluarga kondisi
mengenai pasien
perkemba
ngan - Untuk
pasien menentu
- Diskusika kan
n pilihan terapi
terapi pasien
penangana
n

3. Senin, 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Pencegaha


Desember keperawatan selama 2x24 jam, n kejang (
2019 diharapkan masalah keperawatan 2690 )
resiko cedera dapat diatasi dengan - Sediakan - Untuk

kriteria hasil : deteksi resiko ( 1908 tempat mencega

) tidur yang h jatuh

rendah dari
No Ind Indikator A T
dengan tempat
190801 Mengenali 2 4 tepat tidur
tanda gejala
yang - Monitor - Untuk
mengindikasik pengelolaa mengontr
an resiko n obat ol
pengobat
190802 Mengidentifika 2 4
- Monitor an
si
kepatuhan - Untuk
kemungkinan
dalam mencega
resiko
mengkons h
kesehatan
umsi epilepsy
190804 Melakukan 2 4
pengobata
pemeriksaan
n anti-
secara mandiri
epileptik
sesuai waktu - Monitor
yang tingkat
dianjurkan pengobata - Untuk
n mencega
antipiletik h
Ket : dengan terjadiny

1 = tidak pernah menunjukan tepat a


epilepsy
2 = jarang menunjukan
- Intruksika
3 = kadang – kadang n pasien
menunjukan mengenai
potensial
4 = sering menunjukan
dari faktor - Untuk
5 = secara konsisten menunjukan risiko mengajar
kan
potensi
resiko
mengenai
penyakit
IMPLEMENTASI

Hari /
No DX Implementasi Respon Paraf
tanggal

Senin, 2
Desember
1.
2019
- Mengukur suhu tubuh - DS : -
10.15
pasien secara berkala DO : suhu 40°C,
inj paracetamol
masuk

10.30 - Memonitor perubahan - DS : keluarga


warna kulit pada pasien pasien
mengatakan
anaknya masih
teraba panas
DO :warna kulit
kemerahan
10.45
- Memberikan obat atau
cairan IV - DS :-
DO : infus
IUVD KN 3B
10.50 masuk
- memfasilitasi istirahat,
terapkan pembatasan
aktivitas - DS : keluarga
megatakan
11.00 pasien rewel

- melakukan dan DO : pasien

mengajarkan keluarga tampak bisa

untuk melakukan tidur


kompres air hangat - DS : -
DO : suhu 380C

11.10 2 - menjelaskan - DS : keluarga


patofisiologi kejang mengatakan
demam dan bagaimana tidak paham
hubungan dengan DO : setelah
anatomi dijelaskan
keluarga
mengerti
11.20
- DS : keluarga
- menjelakan tanda dan mengatakan
gejala yang umum dari hanya tau
kejang demam demam saja
DO : keluarga
tau tanda gejala
11.30 demam
- DS : -
- menjelaskan mengenai Do : keluarga
11.40 proses kejang demam tampak
mengerti

- memberikan informasi - DS : -
11.50 kepada keluarga DO : keluarga
mengenai tampak
perkembangan pasien mengerti
- mendiskusikan pilihan
terapi penanganan - DS : keluarga
mengatakan
ingin yang
terbaik
DO : pemberian
obat dan teknik
kompres hangat

12.30 3 - menyediakan tempat - DS : -


tidur yang rendah DO : bed pasien
dengan tepat diturunkan

12.40 - Memonitor pengelolaan - DS : keluarga


obat mengatakan
takut kejang lagi
DO : obat
multivitamin
masuk
12.50

- Memonitor kepatuhan - DS : keluarga


dalam mengkonsumsi mengatakan
pengobatan anti- pasien minum
epileptik obat terus

13.00 DO : obat
masuk

- Memonitor tingkat - DS : -
pengobatan antipiletik Do : obat masuk
13.10
dengan tepat sesuai jadwal

- mengintruksikan - DS : keluarga
keluarga mengenai tidak tau ciri
potensial dari terjadi akan terjadi
kejang kejang
DO :
memberikan
informasi
kepada keluarga

Selasa, 3 1
Desember
2019
- Mengukur suhu tubuh - DS : -
10.15
pasien secara berkala DO : suhu 40°C,
inj paracetamol
masuk

10.30
- Memonitor perubahan - DS : keluarga
warna kulit pada pasien pasien
mengatakan
anaknya masih
teraba panas
DO :warna kulit
kemerahan
10.45
- Memberikan obat atau
cairan IV - DS :-
DO : infus
IUVD KN 3B
10.50
- memfasilitasi istirahat, masuk

terapkan pembatasan
aktivitas - DS : keluarga
megatakan
11.00 pasien rewel

melakukan dan DO : pasien

mengajarkan keluarga tampak bisa

untuk melakukan tidur

kompres air hangat - DS : -


DO : suhu 36,8
0
C
11.15 3 - menyediakan tempat - DS : -
tidur yang rendah DO : bed pasien
dengan tepat diturunkan

11.20 - Memonitor pengelolaan - DS : keluarga


obat mengatakan
takut kejang lagi
DO : obat
multivitamin
masuk
11.30

- Memonitor kepatuhan - DS : keluarga


dalam mengkonsumsi mengatakan
pengobatan anti- pasien minum
epileptik obat terus

11.40 DO : obat
masuk

- Memonitor tingkat - DS : -
pengobatan antipiletik Do : obat masuk
dengan tepat sesuai jadwal

Anda mungkin juga menyukai