LAPORAN PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Teori
1.1.1. Definisi
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi.
Suhu badan ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 2010).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu mencapai >38 derajat Celcius). Kejang demam dapat terjadi
karena proses intrakranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-
4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi,
NANDA NIC-NOC, 2013).
Menurut Marvin A. Fishman (2007), kejang demam terjadi pada 2-4%
anak usia di bawah 6tahun. Kriteria diagnostik mencakup: kejang pertama yang
dialami oleh anak berkaitan dengan suhu yang lebih tinggi dari pada 38°C; anak
berusia kurang dari 6tahun; tidak ada tanda infeksi atau peradangan susunan
saraf pusat; anak tidak menderita gangguan metabolik sistemik akut. Kejang
demam bersifat dependen-usia, biasanya terjadi pada anak berusia antara 9 dan
20 bulan; kejang jarang dimulai sebelum usia 6 bulan.
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi
bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan
neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar
4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya
sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak
yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5
tahun. (Dona L.Wong, 2008)
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan
suhu tubuh suhu rektal di atas 38°C. (Riyadi dan Sujono, 2009)
1.1.2. Etiologi
Menurut Randle John (1999) kejang demam dapat disebabkan oleh:
a) Demam tinggi. Demam dapat disebabkan oleh karena tonsilitis,
faringitis, otitis media, gastroentritis, bronkitis, bronchopneumonia,
morbili, varisela,demam berdarah, dan lain-lain.
b) Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman dan otak) terhadap
otak.
c) Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.
d) Perubahan cairan dan elektrolit.
1
Faktor predispisisi kejang deman, antara lain:
1. Riwayat keluarga dengan kejang biasanya positif, mencapai 60%
kasus. Diturunkan secara dominan, tapi gejala yang muncul tidak
lengkap.
2. Angka kejadian adanya latar belakang kelainan masa pre-natal dan
perinatal tinggi
3. Angka kejadian adanya kelainan neurologis minor sebelumnya juga
tinggi, tapi kelainan neurologis berat biasanya jarang terjadi.
Penyebab kejang demam belum dapat dipastikan. Pada sebagian besar anak,
tingginya suhu tubuh, bukan kecepatan kenaikan suhu tubuh, menjadi faktor
pencetus serangan kejang demam. Biasanya suhu demam lebih dari 38°C dan
terjadi saat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan
suhu yang lama. (Dona L.Wong, 2008). Penyebab kejang mencakup faktor-
faktor perinatal, malformasi otak kogenital, faktor genetik, penyakit infeksi
(ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan metabolisme, trauma,
neuplasma toksin, sirkulasi, dan penyakit degeneratif sususnan syaraf. Kejang
disebut ideopatik bila tidak dapat ditemukan penyebabnya. Kondisi yang
dapat menyebabkan kejang demam antara lain; infeksi yang mengenai
jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis, media akut, bronkitis. (Riyadi
dan sujono, 2009).
1.1.3. Klasifikasi-klasifikasi
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan
dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu; kejang parsial
sederhana dan kejang parsial kompleks.
a) Kejang parsial sederhana, lama kejang 15 menit
Kesadaran tidak terganggu dapat mencakup satu atau dua hal sebagai
berikut;
1. Tanda-tanda motoris; kedutan pada wajah, tangan atau salah satu sisi
tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama
2. Tanda atau gejala otonomik; muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
3. Gejala sematosensoris atau sensoris khusus; mendengar musik, merasa
seakan jatuh dari udara, parestesia
4. Gejala psikik; dejavu, rasa takut, visi panoramik.
2
b) Kejang parsial kompleks, lama kejang > 15 menit
Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan
otomatik; mengecap0ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel
yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat
tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan Linda
A.Sowden, 2011)
3
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih
terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk
transiluminasi kepala.
4
b) Pencegahan
1. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri
diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai d
emam.
2. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikat
3. Dapat digunakan :
Fero barbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
Klonazepam : (indikasi khusus)
1.1.6. Patways
Agen infeksi dehidrasi
Sitokin pirogen
demam
Aksi antipiretik
hipertermi
Resiko deficit
Kelemahan anoreksia rewel
volume cairan
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
5
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan
menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien
tersebut.
Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa
dan sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data
akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang
meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data
didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain,
Catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode pengumpulan
data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data
yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru
maupun yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku,
masalah dan surat kabar).
a) Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
1. Data Subjektif
1. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.Biodata orang
tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak
meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, alamat
2. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang
ditanyakan :
Apakah betul ada kejang ?
Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan
menirukan gerakan kejang si anak
Apakah disertai demam ?
Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang,
maka diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam
terjadinya bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan
demam.
6
3. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya
pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF,
ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan
apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur
berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ? Apakah ada
riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-
lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 %
penderita kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainnya ?
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA,
diare atau penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan
terjadinya kejang demam.
6. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu
dikaji siapakah yanh mengasuh anak ? Bagaimana hubungan
dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?
7. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Anamnesa
8. Aktivitas atau Istirahat
9. Keletihan, kelemahan umum
10. Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
11. Sirkulasi
12. Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
13. Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan
nadi dan pernafasan
14. Intergritas Ego
15. Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan
dan atau penanganan
16. Eliminasi
17. Inkontinensia epirodik
7
18. Makanan atau cairan
Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang
19. Neurosensori
Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pingsan, pusing
riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
b) Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan
darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan
didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali
normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
c) Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala?
Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar
cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?.
2. Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien
dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan
seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada
pasien
3. Muka atau Wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila
anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah
tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus
cranial ?
4. Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
5. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari
telinga, berkurangnya pendengaran.
6. Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ?
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
8
7. Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah?
Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi
8. Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring,
cairan eksudat ?
9. Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah
pembesaran vena jugulans?
10. Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale ? Pada
auskultasi, adakah suara napas tambahan
11. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi
tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
12. Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana
turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah
pembesaran lien dan hepar ?
13. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah
terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
14. Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?
Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
9
SDKI DIAGNOSA I
3. Pucat subkutan
10
SDKI DIAGNOSA II
Hipertermia D.0130
Definisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
Gejala dan Tanda Mayor Penyebab
Subjektif 1. Dehidrasi
- Tidak tersedia 2. Terpapar lingkungan panas
Obyektif 3. Proses penyakit
1. Suhu tubuh diatas nilai 4. Ketidaksesuaian pakaian
normal dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
Gejala dan Tanda Minor 6. Respon trauma
Objektif
1. Kulit merah Kondisi Klinis Terkait
3. Takikardi 2. Hipertiroid
4. Takipnea 3. Stroke
11
SLKI DIAGNOSA I
Definisi : Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
Ekspetasi : Membaik
Kriteria Hasil
Menggigil 1 2 3 4 5
Kulit merah 1 2 3 4 5
Kejang 1 2 3 4 5
Akrosianosis 1 2 3 4 5
Konsumsi oksigen 1 2 3 4 5
Piloereksi 1 2 3 4 5
Vasokonstriksi 1 2 3 4 5
perifer
Kutis memorata 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
Takikardi 1 2 3 4 5
Takipnea 1 2 3 4 5
Bradikardi 1 2 3 4 5
Dasar kuku 1 2 3 4 5
sianolik
Hipoksia 1 2 3 4 5
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
12
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Kadar glukosa 1 2 3 4 5
darah
Pengisian kapiler 1 2 3 4 5
Ventilasi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
SLKI DIAGNOSA II
Ekspetasi : Membaik
Kriteria Hasil
Porsi makanan 1 2 3 4 5
yang dihabiskan
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
penguyah
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
menelan
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi 1 2 3 4 5
keinginan untuk
meningkatkan
nutrisi
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang pilihan
13
makanan yang
sehat
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang pilihan
minuman yang
sehat
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang standart
asupan nutrisi yang
tepat
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
makanan yang
aman
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
minuman yang
aman
Sikap terhadap 1 2 3 4 5
makanan/minuman
sesuai dengan
tujuan kesehatan
Perasaan cepat 1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare 1 2 3 4 5
14
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Berat badan 1 2 3 4 5
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Membrane mukosa 1 2 3 4 5
15
SIKI DIAGNOSA I
16
SIKI DIAGNOSA II
17
, dan Praktik, ed 7.alih bahasa, pamilih Eko Karyuni.Jakarta:EGC.
Bulechek. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi 6. Yogyakarta :
Mocomedia
18
19