Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PASIEN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN ASMA DI RUANG


WIJAYA KUSUMA RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

Disusun Oleh:
VANIA TIARA NESTITI
NIM. 01.2.22.00882

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Kasih,
Anugerah dan Penyertaan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Asuhan
Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia”.
Laporan ini kami susun sebagai penugasan pelaporan asuhan keperawatan. Kami
menyadari dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini tentu tidak dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar jika tanpa bimbingan, dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak yang telah membantu dalam kelancaran penulisan Laporan Asuhan
Keperawatan ini, oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku ketua program studi keperawatan sarjana
2. Tri Sulistyarini, A. Per Pen., M. Kes selaku dosen pembimbing
3. Seluruh rekan-rekan mahasiswa keperawatan program sarjana Tingkat I Semester II
STIKES Rumah Sakit Baptis Kediri, serta berbagai pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu, atas kerja sama dan dukungannya sehingga laporan ini dapat
terselesaikan

Saya menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat diharapkan.

Kediri, 18 juni 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
TINJAUAN TEORI.................................................................................................................
1.1 Konsep Dasar Kebutuhan Oksigenasi.....................................................................
1.1.1 Pengertian...............................................................................................................4
1.1.2 Etiologi....................................................................................................................4
1.1.3 Anatomi Fisiologi.....................................................................................................4
1.1.4 Manifestasi Klinis....................................................................................................9
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................9
1.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen......................................10
BAB II.....................................................................................................................................
TINJAUAN ASUHAN...........................................................................................................
2.1 Tinjauan Asuhan Keperawatan.............................................................................
2.1.1 Pengkajian.............................................................................................................12
2.1.2 Pemeriksaan Fisik..................................................................................................13
2.1.3 Diagnosa Keperawatan (SDKI)...............................................................................15
2.1.4 Intervensi Keperawatan (SLKI)..............................................................................18
2.1.5 Implementasi Keperawatan (SIKI).........................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Dasar Kebutuhan Oksigenasi

1.1.1 Pengertian

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang


digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Hidayat,2009).

Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya , terbentuklah
karbon dioksida, energi dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktifitas sel (Mubarak, 2011).

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel – sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2
ruangan setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto,2009)

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih


tinggi dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam
udara ruangan adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan
transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya
bernafas dan mengurangi stress pada miokardium (Mutaqqin, 2010)

1.1.2 Etiologi

Adapun faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi


menurut SDKI (2016). Gullian barre syndrome , Sklerosis multiple
myasthenia gravis, prosedur diagnostik (mis, Bronkoskopi, transesophageai
echocardiography [TEE]), depresi sistem saraf pusat,cedera kepala,stroke,
kuadriplegia, sindrom aspirasi mekonium, infeksi saluran napas.

1.1.3 Anatomi Fisiologi

Respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan oksigen (O2)


dan O2 yang berada diluar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ
pernapasan. Pada keadaan tertentu tubuh kelebihan karbon dioksida (CO2)
maka tubuh berusaha untuk mengeluarkan kelebihan tersebut dengan
menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan
antara O2 dan CO2 didalam tubuh. Sistem respirasi berperan untuk menukar
udara permukaan dalam paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem
pernapasan dan masuk dalam pernapasan otot. Trakea dapat melakukan
penyaringan , penghangatan dan melembabkan udara yang masuk,
melindungi permukaan organ yang lembut. Hantaran tekanan menghasilkan
udara ke paru melalui saluran pernapasan atas. Tekanan ini berguna untuk
menyaring, mengatur udara dan mengubah permukaan saluran napas bawah.
(Syaifuddin,2012)

1) Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan


a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang
pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat
hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam
lubang hidung
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di
belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama
koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan
ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan
lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring
sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di
bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah
empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari
tulang tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan
makanan menutupi laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring
yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam
diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm
dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea,
ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set
yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah
tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari
pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri
dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang,
cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli
tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat
gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini
terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah
(paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus
(belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus
inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari
pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus
terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan
5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen
yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus
medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini
masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah
rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat
tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak
jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput
dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus
paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga
dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum
(hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.
2) Proses terjadinya pernafasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen
yang ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari
darah secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan melalui traktus
respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui
kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian massuk ke serambi kiri jantung
(atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-
jaringan dan selsel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa
dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah
vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke
bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri
pulmonalis ke
jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari
alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa
metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan
melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada
terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini
terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada orang-orang muda dan
pada perempuan.
Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik,
maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua,
Karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang
disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan
banyak ditemukan pada laki-laki

3) Fisiologi Sistem Pernafasan


Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia
sangat membutukan okigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan
oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang
tidak dapat diperbaiki lagi dan bisa menimbulkan kematian. Kalau
penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan
anoksia serebralis.
a. Pernafasan Paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui
paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut
dan hidung pada waktu bernapas yang oksigen masuk melalui
trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonar. Alveoli memisahkan okigen dari darah, oksigen
menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke
jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.
b. Pernafasan Sel
1) Transpor gas paru-paru dan jaringan
Selisih tekanan parsial antara O2 dan CO2 menekankan
bahwa kunci dari pergerakangas O2 mengalir dari alveoli masuk
ke dalam jaringan melalui darah, sedangkan CO2 mengalir dari
jaringan ke alveoli melalui pembuluh darah. Akan tetapi jumlah
kedua gas yang ditranspor ke jaringan dan dari jaringan secara
keseluruhan tidak cukup bila O2 tidak larut dalam darah dan
bergabung dengan protein
membawa O2 (hemoglobin). Demikian juga CO2 yang larut
masuk ke dalam serangkaian reaksi kimia reversibel (rangkaian
perubahan udara) yang mengubah menjadi senyawa lain.
Adanya haemoglobin menaikkan kapasitas pengangkutan O2
dalam darah sampai 70 kali dan reaksi CO2 menaikkan kadar
CO2 dalam darah mnjadi 17 kali.
2) Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri dari paru-paru
dan sistem kardiovaskuler. Oksigen masuk ke jaringan
bergantung pada jumlahnya yang masuk ke dalam paru-paru,
pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran darah ke
jaringan dan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah.Aliran
darah bergantung pada derajat
konsentrasi dalam jaringan dan curah jantung. Jumlah O2 dalam
darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, hemoglobin, dan
afinitas (daya tarik) haemoglobin

1.1.4 Manifestasi Klinis

Adanya penurunan tekanan inspirasi /eksipirasi menjadi tanda gangguan


oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot nafas tambahan
untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada , nafas pendek, posisi tubuh menunjukkan
posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter
anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi
tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenasi (SDKI, 2016).

Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,


hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis , warna kulit abnormal (pucat, kehitam –hitaman),
hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi,
irama dan kedalaman nafas (SDKI,2016)

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut buku KDM Sunarsih & Addi (2016)


yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu:
1) Pemeriksaan fungsi paru
Dilakukan dengan menggunakan spirometer. Klien bernapas melalui
masker mulut yang dihubungkan dengan spirometer. Pengukuran yang
dilakukan mencakup volume tidak (VT), volume residual (RV), kapasitas
residual fungsional (FRC), kapasitas vital (VC) , kapasitas paru total
(TLC)
2) Kecepatan Aliran ekspirasi puncak (PEFR)
PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal
dan titik ini mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas
menjadi besar.
3) Pemeriksaan gas darah arteri
Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi hidrogen (H+),
tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2), dan
saturasi oksihemoglobin (SaO2), pH. HCO3-.
4) Oksimetri
Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksige kapiler (SaO2),
yaitu persentase hemoglobin yang disaturasi oksigen.
5) Hitung Darah Lengkap
Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap meliputi
hemoglobin, hematokrit, leukosit,eritrosit, dan perbedaan sel darah merah
dan sel darah putih.
6) Pemeriksaan sinar X dada
Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanya
cairan (pneumonia), massa (kanker paru), fraktur (klavikula dan costae),
proses abnormal (TBC).
7) Bronkoskopi
Dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel
sputum dan untuk mengangkat plak lendir atau benda asing yang
menghambat jalan napas
8) CT Scann
Dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran dan lokaasi ,
tetapi tidak dapat mengidentifikasi tipe jaringan.
9) Kultur tenggorok
Menentukan adanya mikroorganisme patogenik, dan sensitivitas terhadap
antibiotik.
10) Spesimen sputum
Diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme yang berkembang dalam
sputum, resistensi, dan sensitivitas terhadap obat.
11) Skin tes
Pemeriksaan kulit untuk menentukan adanya bakteri, jamur, penyakit
paru viral dan tuberkulosis
12) Torasentesis
Merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang pleura dengan jarum
untuk mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik
atau intuk mengangkat spesimen untuk biopsi.

1.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

Menurut (Haswita & Reni 2017), terdapat faktor yang dapat


mempengaruhi kebutuhan oksigen diantaranya:
1. Faktor fisiologis

1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia


2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian atas
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka.
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan,obesitas,muskuloskeletal yang abnormal serta penyakit
kronis seperti TB paru

2. Faktor perkembangan

1) Bayi prematur
2) Bayi dan toodler
3) Anak usia sekolah dan pertengahan
4) Dewasa tua

3. Faktor perilaku

1) Nutrisi
2) Latihan fisik
3) Merokok
4) Penyalahgunaan substansi kecemasan

4. Faktor Lingkungan

1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut
BAB II

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Tinjauan Asuhan Keperawatan

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang


bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan,
2012). Menurut Tucker, pengkajian pada klien dengan dyspepsia adalah
sebagai berikut:
a. Biodata

1) Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku atau bangsa,


agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
2) Identitas penanggungjawab: nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.

b. Data riwayat kesehatan


1) Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bronkial adalah
dispnea (bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk dan mengi
(pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
2) Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi
timbulnya penyakit ini, diantaranya adalah riwayat alergi dan
riwayat penyakit saluran pernapasan bagian bawah (rhinitis,
urtikaris, dan eksim).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat
penyakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak
ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
c. Data Dasar Pengkajian
Asuhan keperawatan berdaskarkan Doengers, Mouehouse, Alice (2010)
di dalam (Huriah, 2018).
1) Aktivitas
Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas,
adanya penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan
bantuan melakukan aktivitas sehari-hari, tidur posisi duduk tinggi.
2) Pernapasan
Dipsnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau
latihan. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang di
tempat tidur, menggunakan otot bantu pernapasan, misalnya:
meninggikan bahu, melebarkan hidung, adanya bunyi pernapasaan
mengi (wheezing), adanya batuk berulang.
3) Sirkulasi
Adanya peningkatan tekanan darah, adanya peningkatan frekuensi
jantung, warna kulit atau membran mukosa normal atau abu-abu
atau sianosis, kemerahan atau berkeringat.
4) Intergritas ego
Ansietas, ketakutan, peka rangsangan, gelisah.
5) Asupan nutrisi
Ketidakmampuan untuk makan karena disters pernapasan,
penurunan berat badan karena anoreksia.
6) Hubungan social
Keterbatasan mobilitas fisik, susah bicara atau bicara terbata-bata,
adanya ketergantungan pada orang lain.
7) Seksualitas
Penurunan libino.

2.1.2 Pemeriksaan Fisik

1) Mata
- Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)
- Konjungtiva pucat (anemia)
- Konjungtiva sianosis (hipoksemia)
2) Hidung
- Pernapasan dengan cuping hidung
- Membran mukosa sianosis (penurunan oksigen)
- Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru
kronik)
3) Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi)
- Sianosis secara umum (hipoksemia)
- Penurunan turgor (dehidrasi)
4) Jari dan kuku
- Sianosis perifer (kurangngnya suplai O2 ke perifer)
- Clubbing finger ( hipoksemia kronik)
5) Dada dan Thoraks
a) Inspeksi
Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan kesimetrisan
ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi pada dada bisa dikerjakan pada
saat bergerak atau pada saat diam. Amati juga pergerakan pernapasan
klien. Sedangkan untuk mengamati adanya kelainan tulang punggung
baik kifosis, skoliosis, maupun lordosis, akan lebih mudah dilakukan
pada saat bergerak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
frekuensi (eupnea, bradipnea, dan takipnea), sifat (pernapasan dada,
diafragma, stoke, kussmaul, dan lain-lain).
b) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada,
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan
mengetahui taktil fermitus. Kaji abnormalitas saat inspeksi seperti:
masa, lesi, dan bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika
klien mengeluh nyeri. Taktil fremitus (getaran pada dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara). Pada pasien asma bronkial ditemukan
hasil taktil fremitus bisa meningkat, menurun atau tetap.
c) Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengkaji resonasi pulmoner, organ yang ada
disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Biasanya pada
pasien asma bronkial ditemukan adanya suara resonan meningkat atau
melemah(Andarmoyo, 2012).
d) Auskultasi
Auskultasi menggunakan diafragma stetoskop dan menekannya diatas
dinding dada. Suara napas tambahan yang sering terdengar pada
auskultasi antara lain:
1) Stridor, merupakan suara yang terdengar kontinyu, bernada
tinggi dan terjadi saat respirasi maupun ekspirasi. Bunyi ini dapat
ditemukan pada laring atau trakea karena adanya penyempitan
pada saluran pernapasan tersebut.
2) Ronchi, merupakan suara napas tambahan yang bersifat
kontinyu, bernada rendah yang terdengar pada saluran
pernapasan besar seperti trakea bagian bawah dan bronkus utama
yang dapat terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi.
3) Wheezing, merupakan saura bernada tinggi dan bersifat musikal
karena adanya penyempitan saluran pernapasan kecil pada
bronkiolus berupa sekresi berlebihan, konstriksi otot polos,
edema mukosa, atau benda asing.
4) Rales, merupakan bunyi yang diskontinyu (terputus-putus) yang
ditimbulkan karena cairan di dalam napas dan kolaps saluran
udara bagian distal dan alveoli.
5) Pleura friction rub, merupakan bunyi gesekan antara permukaan
pleura perietalis dan visceralis yang terjadi karena kedua
permukaan pleura yang kasar, biasanya karena eksudat fibrin.
Bunyi ini terdengar saat bernapas dalam (Puspasari, 2019).

Pada pasien asma bronkial didapatkan bunyi napas melemah dan


lebih wheezing pada ekspirasi (Andarmoyo, 2012).

2.1.3 Diagnosa Keperawatan (SDKI)

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons


klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
unuk mengidentifiksi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).
Dalam asuhan keperawatan asma bronkial, hal yang dilakukan untuk
menentukan diagnosa adalah data yang diperoleh dari tahap pengkajian dan
dianalisis, membuat pohon masalah lalu menetapkan diagnose keperawatan
(Syahputri, 2019). Diagnosa yang mungkin muncul pada klien yang menderita
asma menurut Nurarif dan Hardi (2016):
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya benda
asing dijalan napas dengan batasan karakteristik yaitu : dispnea, batuk
tidak efektif, sputum berlebih, wheezing atau ronki kering, sulit bicara,
ortopnea, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas
berubah, pola napas berubah (SDKI,2017).
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan yang ditandai dengan dispena, penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan cuping hidung.
SDKI

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


Kategori: Fisiologis D.0001
Subkategori: Respirasi
Definisi
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab
fisiologis
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hyperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis (misalnya anastesi)
Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan atau
ronkhi kering
5. Mekonium di jalan napas
(pada neonatus)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Dispnea 1. Gelisah
2. Sulit bicara 2. Sianosis
3. Ortopnea 3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
Kondisi Klinis Terkait
1. Gullian barre sindrom
2. Sklerosis multipel
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostic (missal bronkoskopi, transesophageai dan
echocardiographi)
5. Depresi sistem saraf pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi meconium
10. Infeksi saluran napas

Pola nafas tidak efektif D.0005


Definisi :Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab :
1. Depresi pusat pernapasan
2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
3. Deformitas dinding dada.
4. Deformitas tulang dada.
5. Gangguan neuromuskular.
6 Gangguan neurologis (mis elektroensefalogram [EEG] positif, cedera kepala
ganguan kejang).
7. maturitas neurologis.
8. Penurunan energi.
9. Obesitas.
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
11. Sindrom hipoventilasi.
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf CS ke atas).
13. Cedera pada medula spinalis.
14. Efek agen farmakologis.
15. Kecemasan.
Gejalan dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi kussmaul
cheyne-stokes).
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif : 1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping hidung.
3. Diameter thoraks anterior—posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah

Kondisi klinis terkait :


1. Depresi sistem saraf pusat
2. Cedera kepala
3. Trauma toraks
4. Gullian barre syndrom
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alcohol

2.1.4 Intervensi Keperawatan (SLKI)

Intervensi keperawatan menurut Dalami (2009) adalah rencana dimana


perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk
mengatasi masalahnya perencanaan disusun berdasarkan diagnose
keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya benda
asing di jalan napas.
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan yang ditandai dengan dispena.

SLKI

Bersihan Jalan Nafas L.01001


Definisi
Kemampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
menurun meningkat
Batuk efektif 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Sedang menurun
meningkat menurun
Produksi
1 2 3 4 5
sputum
Mengi 1 2 3 4 5
wheezing 1 2 3 4 5
Meconium
(pada 1 2 3 4 5
neonates)
Dispnea 1 2 3 4 5
Ortopnea 1 2 3 4 5
Sulit bicara 1 2 3 4 5
Sianosis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Cukup
Cukup
Memburuk memburu Sedang Membaik
membaik
k
Frekuensi
1 2 3 4 5
nafas
Pola nafas 1 2 3 4 5

Pola Nafas(L.01004)

Definisi: inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat

Ekspektasi: membaik

Kriteria hasil

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk


memburuk membaik at

Ventilasi 1 2 3 4 5
semenit

Kapasitas 1 2 3 4 5
vital

Diameter 1 2 3 4 5
thoraks
anterior-
posterior

Tekanan 1 2 3 4 5
ekspirasi

Tekanan 1 2 3 4 5
inspirasi

Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun


memburuk membaik

Dispnea 1 2 3 4 5

Penggunaan 1 2 3 4 5
otot bantu
napas

Pemanjangan 1 2 3 4 5
fase ekspirasi

Ortopnea 1 2 3 4 5

Pernapasan 1 2 3 4 5
pursed-tip

Pernapasan 1 2 3 4 5
cuping
hidung

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik


memburuk membaik

Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas

Kedalaman 1 2 3 4 5
nafas

Ekskursi 1 2 3 4 5
dada

2.1.5 Implementasi Keperawatan (SIKI)


Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih
sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan yang telah
dilaksanakan beserta respons pasien didokumentasikan (Prabowo, 2014).

SIKI

Manajemen Jalan Nafas I.01011


Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas
Tindakan
Observasi
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling. Mengi, wheezing, ronkhi
kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin lift (law-
thrust jika curiga trauma sevikal)
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisdioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigonasi sebelum penghispan endotrakeal
- Keluarakan sumbatan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

2.1.6 Evaluasi Keperawatan


Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi
dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta umum
yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP, sebagai berikut
a. S: Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien
langsung.
b. O: Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien
pada saat tindakan dilakukan.
c. A: Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru
atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada .
d. P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada
respon pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan
lanjut oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A & Perry, A.G (2010). Buku Ajar: Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai