GANGGUAN PERNAFASAN
Keperawatan Gerontik
Disusun oleh
Kelompok 5
ADE TAUSI RIZKI
ALYA AYU KAMILAH
EKA WISNU WANANDI
M. IKHSAN
RANA OKTA VIANI
Kelas 7A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Pernafasan ”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gerontik.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Pengkajian..............................................................................................................
3.2 Analisa Data...........................................................................................................
3.3 Diagnosa.................................................................................................................
3.4 Intervensi................................................................................................................
3.5 Implementasi.........................................................................................................
3.6 Evaluasi .................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
A. Latar Belakang
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomi fisiologi dan dapat timbul
pula penyakit - penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup lansia di
Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi,
tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin
meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Fungsi primer dari sistem pernafasan adalah menghantarkan udara
masuk dan keluar dari paru sehingga oksigen dapat dipertukarkan dengan
karbondiaoksida. Sistem pernafasan atas meliputi hidung, rongga hidung,
sinus-sinus, dan faring. Sistem pernafasan bawah meliputi trakhea, bronkus-
bronkus, dan paru. Rongga thoraks tersusun atas susunan tulang iga yang
membatasi/rib cage (sebagai "dinding") dan diafragma (sebagai "lantai").
Mediastinum membagi dua rongga pleura. Tiap paru terletak di dalam satu
rongga pleura, yang dilapisi dengan membran serosa disebut pleura. Pleura
parietal menutupi permukaan dalam dinding thoraks dan meluas hingga
diafragma dan mediastinum. Pleura viseralis menutupi permukaan luar paru
dan meluas hingga fisura antara lobus. Membran pleura mensekresi cairan
pleura dalam jumlah sedikit, yang menciptakan kelembaban dan mantel licin
untuk lubrikasi saat bernafas. Paru terbagi atas beberapa lobus yang terpisah
dengan jelas. Paru kanan terdiri dari tiga lobus: lobus superior, media dan
inferior. Paru kiri hanya memiliki dua lobus: lobus superior, dan inferior.
Letak dasar setiap paru yaitu diatas permukaan diagfragma.
Menurut ilmu demografi Indonesia dalam masa transisi demografi
yaitu perubahan pola penduduk berusia muda ke usia tua. Infeksi saluran nafas
bagian bawah akut dan tuberkulosis paru menduduki penyakit terbanyak yang
diderita oleh masyarakat. Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan
yang menjadi masalah besar di dunia khususnya Indonesia diantaranya adalah
penyakit pneumonia, TBC, dan asma.
Dampak yang diakibatkan meliputi masa rawat yang lebih panjang, biaya
rawat yang lebih besar serta sering timbulnya komplikasi berat sehingga
menimbulkan penurunan kualitas hidup. Infeksi saluran nafas atas dan
influenza malah sering berlanjut menjadi pneumonia yang gejala dan tanda
pneumonia pada lansia sering tidak khas yang menyebabkan keterlambatan
diagnosis, belum lagi meningkatnya resistensi mikroba terhadap antibiotika.
Adapun peran kita sebagai seorang perawat dalam mencegah ataupun
menangani gangguan yang terjadi pada sistem pernapasan lansia adalah
memberikan pendidikan kesehatan pada lansia untuk mencegah terjadinya
gangguan yang lebih kronis dan memberikan tindakan keperawatan sesuai
wewenang kita sebagai seorang perawat sesuai indikasi yang diderita oleh
lansia (Geffen, 2006).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, kelompok merumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Dengan Gangguan Pernaapasan”.
C. Tujuan
1. Mengetahui perubahan fisiologis pada proses penuaan.
2. Memahami perubahan anatomi dan fisiologis sistem pernapasan pada
lansia.
3. Mengetahui masalah-masalah pada perubahan sistem pernapasan pada
lansia.
4. Mengetahui dan dapat memberikan gambaran gangguan pernapasan pada
lansia.
5. Mengetahui proses asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
sistem pernapasan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang mengalami perubahan struktur dan fungsi
sistem biologis karena usianya yang telah lanjut ( Darmojo dan Martono,
2004). Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia (lansia)
adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Manusia
lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
bilogis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya (Fatimah,
2010). Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh
semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa di hindari
siapapun. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode
terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh
dengan manfaat (Hurlock, 2000).
Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998, Depkes (2001) yang
dimaksud dengan usia lanjut adalah seorang laki – laki atau perempuan
yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih
berkemampuan ( potensial) maupun karena sesuatu hal yang tidak mampu
berperan aktif dalam pembangunan (tidak potensial). Wheeler,
mengungkapkan usia tua tidak hanya dilihat dari perhitungan kronologis
atau berdasarkakan kalender saja, tetapi juga menurut kondisi kesehatan
seseorang ( health age ). Sehingga umur sesungguh nya dari seseorang
merupakan gabungan dari ketiga - tiganya (Nugroho, 2008). Jadi dapat
disimpulkan bahwa lansia adalah suatu periode penutup dalam hidup
seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 60 tahun atau
lebih yang secara fisik masih potensial maupun tidak potensial.
B. Batasan Lansia
1. Menurut WHO (2013) klasifikasi lansia adalah sebagai berikut:
a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 – 54
tahun
b. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55 – 65 tahun
c. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66 – 74 tahun
d. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75 – 90 tahun
e. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90
tahun.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
bronkospasme
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan
jaringan paru.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat, terpajan lingkungan.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelemahan, anoreksia.
5) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan
pencegahan berhubungan dengan kurang terpajan/salah
interpretasi informasi,tidak lengkap informasi yang ada.
6) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi microbacterium
tuberculosis di paru-paru.
3. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan bronkospasme Goal: pasien akan
meningkatkan bersihan jalan napas yang efektif selama
dalam perawatan Obyektif : Dalam jangka waktu 2 jam
pasien dapat batuk efektif, bisa mengeluarkan sputum.
Dalam jangka waktu 1-2 jam pernapasan normal
(20x/menit) Intervensi :
a. Kaji status pernapasan setiap 4 jam.
Rasional: untuk mendeteksi tanda awal bahaya.
b. Atur posisi fowler dan sangga lengan pasien dengan
bantal. Rasional : meningkatkan ekspansi paru.
c. Ajarkan pasien teknik napas dalam dan batuk efektif
setiap 2-4 jam.
Rasional : mengekspansi paru dan megeluarkan
secret.
d. Lakukan fisiotherapi dada (perkusi dan fibrasi),
serta beri posisi postural drainage setiap 4 jam.
Rasional: mengalirkan dan mengeluarkan lender.
e. Siapkan tisu dan kantong kertas untuk pembuangan
sputum.
Rasional : mencegah penyebaran infeksi.
f. Observasi warna sputum, jumlah dan baunya.
Rasional:mendeteksi Infeksi dan ketidakefektifan
terapi
2) Diagnosa ke 2: Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan kerusakan 18 jaringan paru. Goal: Pasien akan
mempertahankan pertukaran gas yang adekuat selama
dalam perawatan. Intervensi :
a. Kaji dispnea, tak normal/atau menurunya bunyi
napas, peningkatan upaya pernapasan, terbatasnya
ekspansi dinding dada, dan kelemahan.
Rasional: TB paru menyebabkan fibrosis luas
lapang paru. Efek pernapasan dapat ringan sampai
dispnea berat samapi distres pernapasan.
b. Kaji perubahan pada tingkat kesadaran. Catat
sianosis atau perubahan pada warna kulit termasuk
membran mukosa dan kuku.
Rasional: akumulasi gangguan jalan napas dapat
menggangu oksigenasi organ vital dan jaringan.
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan tirah baring,
batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri
sesuai keperluan.
Rasional: menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan
selama periode penurunan pernapasan dapat
menurukan beratnya gejala.
d. Berikan oksigen tambahan yang sesuai.
Rasional: untuk memperbaiki hipoksemia yang
dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi.
3) Diagnosa ke 3: Resiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat, terpajan lingkungan. Goal
: Pasien akan mencegah terjadi risiko penyebaran infeksi
bagi orang lain Intervensi :
a. Kaji patologi penyakit (aktif/tidak aktif) dan
potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara
saat batuk, bersin, meludah.
Rasional: membantu pasien menerima atau
mematuhi program pengobatan untuk mencegah
pengaktifan berulang.
b. Pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan
kesadaran kemungkinan transmisi membnatu
pasien/orang terdekat untuk mengambil langkah
mencegah infeksi ke orang lain. Batasi pengujung,
atau orang lain yang berisiko seperti anak-anak,
anggota rumah.
Rasional: mencegah penyebaran infeksi, serta
orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi
obat untuk mencegah penyakit yang lebih lanjut dan
mencegah penyebaran infeksi ke orang lain.
c. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara contoh
masker. Rasional: membantu rasa terisolasi pada
pasien dan membung stigma sosial berhubungan
dengan penyakit menular. Anjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan seimbang.
d. Berikan makan sedikit tapi sering.
Rasional: adanya malnutrisi sebelumnya
menyebabkan mudah terkena resiko infeksi dan
mengganggu penyembuhan.
e. Berikan agen infeksi sesuai indikasi. Contoh obat
utama Isoniazid.
Rasional: untuk mencegah penyebaran infeksi
lanjutan.
4) Diagnosa ke 4: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kelemahan, anoreksia. Goal :
Pasien akan mempertahankan keseimbangan nutrisi sesuai
kebutuhan tubuh selama dalam perawatan. Intervensi :
a. Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan,
integritas mukosa oral. Kaji kemampuan menelan,
riwayat mual muntah.
Rasional: untuk mendefinisikan derajat/luasnya
masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
b. Pastikan pola diet pasien yang disukai atau tidak
disukai. Rasional: membantu untuk
mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus.
c. Pertimbangan keinginan individu dapat
memperbaiki masukan diet. Awasi
masukan/pengeluaran dan berat badan secara
periodik.
Rasional: Berguna untuk mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan cairan. Berikan perawatan
mulut sebelum dan sesudah tindakan mengatur
pernapasan.
d. Perawatan mulut sebelum pasien makan, misalnya
anjurkan pasien kumur-kumur.
Rasional : menurunkan rasa tidak enak karena sisa
sputum atau obat yang merangsang mual muntah.
e. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.
Rasional: memaksimalkan masukan nutrisi tanpa
kelemahan yang tak perlu.
f. Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi
diet. Rasional: memberikan bantuan dalam
perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk
kebutuhan metabolik dan diet.
5) Diangnosa ke 5: Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi microbacterium tuberculosis di paru-paru. Goal :
Pasien akan mempertahankan suhu tubuh normal selama
perawatan.Intervensi :
a. Lakukan kompres hangat pada area ketiak atau
lipatan paha.
Rasional : untuk melepaskan panas melalui
konveksi.
b. Anjurkan pasien mengenakan pakaian tipis.
Rasional : agar panas dapat dilepaskan melalui
evaporasi.
c. Anjurkan pasien minum sebanyak mungkin air jika
tidak dikontraindikasikan.
Rasional : agar mengganti cairan yang hilang karena
panas.
d. Pantau suhu tubuh setiap 30 menit – 1 jam, nadi
frekuensi napas, dan tekanan darah.
Rasional : agar dapat meyakinkan perbandingan
data yang akurat.
6) Diagnosa ke 6: Kurang pengetahuan mengenai kondisi,
aturan tindakan, dan pencegahan berhubungan dengan
kurang terpajan/salah interpretasi informasi, tidak lengkap
informasi yang ada. Goal: Keluarga pasien akan
meningkatkan pengetahuan tentang resiko penyebaran
infeksi. Intervensi :
a. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentan
penyakit TBC.
Rasional : membantu menurunkan penularan
infeksi. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan
kepada perawat seperti nyeri dada, demam,
kesulitan bernapas.
b. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, dan
pengobatan yang lama.
Rasional: meningkatkan kerja sama dalam program
pengobatan dan mencegah penghentian obat oleh
pasien.
c. Anjurkan pasien atau orang terdekat untuk
menyatakan rasa takut yang dialami berhubungan
dengan penyakit yang dialami.
Rasional : memperbaiki kesalahan konsepsi atau
peningkatan ansietas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang laki-laki berusia 67 tahun tinggal bersama keluarga.Klien mengeluh nafas
agak sesak, batuk berdahak, lemah dan banyak mengeluarkan keringat.Hasil
pengkajian klien mengatakan batuk lebih dari 3 minggu, selama dirumah klien
pernah batuk bercampur darah, mual dan tidak nafsu makan.Hasil pemeriksaan
frekuensi nafas 26 kali permenit, frekuensI nadi 88 kali permenit, tekanan darah
130/80 mmHg
3.1 Pengkajian
a) Identitas Pasien
Nama Klien : Tn. D
Jenis Kelamin : Laki- laki
Usia : 67 Tahun
Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : S1 Pendidikan
Bahasa yang Digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Jl.melati No 50 Rt 3 Rw 1, bandung, Jawa
Barat
Sumber biaya : BPJS
Sumber Informasi : Klien, Keluarga, dan status rekam medis
b) Riwayat Kesehatan
1) Demam hilang timbul
2) Batuk purulent ( bersputum)
3) Sesak nafas
4) Malaise
5) Diketahui pasien tinggal bersama anggota keluarga yang
pernah terinfeksi TB paru
d) Faktor pendukung
1) Riwayat lingkungan : pasien tinggal bersama anak dan
istrinya di lingkungan padat penduduk
2) Pola hidup : pasien merupakan seorang perokok berat,
nutrisi kurang terpenuhi
3) Tingkat pengetahuan : pasien dan keluarga mengerti
tentang penyakit yang di derita pasien
e) Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Antropometri
Berat badan : 41 Kg (Saat ini)
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 16
2) Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit, Irama : Teratur
Frekuensi nafas : 26x/menit
Suhu tubuh : 37⁰C
3) Keadaan umum : ( - ) Ringan ( √ ) Sedang ( - ) Berat
4) Kesadaran : Composmentis
b. Penglihatan : Posisi mata (simetris), turun nya kelopak mata,
pergerakan bola mata (normal), Konjungtiva Anemis , sklera tidak
ikhterik ,tidak ada katarak, penglihatan mengalami penurunan.
c. Pendengaran : telingan tampak bersih, tidak ada bengkak, fungsi
pendengaran (kurang), tidak menggunakan alat bantu
d. Sistem Pernafasan
Inspeksi : penggunaan otot bantu nafas, kadang terlihat
retraksi interkosta dan tarikan dinding dada
Palpasi : fremitus paru melemah
Perkusi dada : terdengar bunyi pekak
Auskultasi dada : Jalan nafas bersih ada sumbatan, Suara
nafas ronchi
e. Sistem Kardiovaskuler
Nadi 88 x/meni, Irama Teratur, Tidak Denyut nadi lemah,
Tekanan darah : 130/80 mmHg mmHg
Tidak ada edema
Irama jantung teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung,
Tidak ada nyeri
f. Sistem Persyarafan
Tingkat kesadaran : Composmentis
Glasgow Come Scale (GCS) : 15 (E:4, V:5, M:6)
g. Sistem Pencernaan : Sebagian gigi sudah terlihat tanggal, mukosa
sedikit kering, penurunan sensasi lidah, Bising usus meningkat,
tidak ada nyeri, feses keras, abdomen lembek
h. Sisitem Perkemihan : BAK lebih dari 3x/hari, tidak ada rasa nyeri
i. Sistem Integumen : Turgor jelek, hilang lemak subkutan, kulit
tipis, tidak ada lesi/luka, kuku tebal dan keras, mengeluarkan
keringat, akral dingin, tampak pucat.
j. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada nyeri pada ektremitas, tidak ada
fraktur, perlambatan reflek tendon.
2. Data Fokus
a. Data Subjektif
a) Klien mengeluh nafas agak sesak,
b) Klien mengeluh batuk berdahak,
c) Klien mengeluh lemah
d) Klien mengeluh banyak mengeluarkan keringat
e) klien mengatakan batuk lebih dari 3 minggu,
a. klien mengatakan selama dirumah klien pernah batuk
bercampur darah, mual dan tidak nafsu makan
b. Data Objektif
1) Klien hanya menghabiskan ¼ porsi makannya
2) Bising usus meningkat
3) Tampak lemas
4) Tampak sesak
5) Turgor kulit jelek
6) Konjungtiva anemis
7) Tampak sputum pekat
8) TTV :
TD; 130/80 mmHg
Suhu 37oC
Nadi 88x/mnt
Frekuensi nafas 26 x/mnt
9). Antopometri :
IMT = 16 (BB: 41 kg, TB: 160 cm)
10). Pemeriksaan Lab :
Darah :
1) Hb 11,2 gr%. (normal: 13,0-18,0)
2) Leu 11.000/ul (normal: 4,0-10,0 10^3/ul)
3) Ht: 34,0% (normal: 40,0-54,0% )
4) Eritrosit: 4,77 10^6/uL (normal: 4,50- 6,20
10^6/uL),
Kultur sputum : Miobacterium TB positif
Tes tuberkulin : mantoux test positif ( 10-15 mm
dalam 48-72 jam )
Poto torak : terdapat infiltrasi lesi pada area paru
paru atas
3.2 Analisa Data
DO :
-Klien tampak gelisah
-Klien tampak pucat
-Terdapat sputum pekat
-Batuk tidak efektif
-Sistem pernafasan :
Auskultasi : Terdapat ronchi
-TTV :
TD : 130/80 mmHg
RR : 26x/menit
N : 88x/menit
S : 37
3.5 Implementasi
No Diagnosa Implementasi
1 Bersihan jalan nafas tidak 1) Mengidentifikasi kemampuan batuk
efektif b.d Hiperseksi jalan 2) Memonitor input dan output cairan
nafas
3) Memonitor pola nafas, suara nafas.
4) Memonitor sputum ( jumlah, warna,
aroma)
5) Memonitor tanda gejala infeksi
saluran nafas
6) Mengatur posisi semi fowler atau
fowler
7) Melakukan fisioterapi dada, jika
perlu
8) Melakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik jika perlu
9) Memberikan oksigen jika perlu
10) Menjelaskan prosedur batuk
efektif kepada klien dengan bantuan
keluarga
11) Menganjurkan kepada keluarga
untuk memberikan minum 2000 ml/
hari
12) Mengkolaborasikan pemberian
bronkodilator, mukolitik, atau
ekspektorak jika perlu
2. Gangguan pertukaran gas b.d 1) Memonitor frekuensi, irama,
Perubahan membran alveolus- kedalaman, upaya nafas
kapiler
2) Memonitor pola nafas
3) Memonitor adanya produksi
sputum
4) Memonitor AGD
5) Memonitor hasil x ray toraks
6) Memonitor saturasi oksigen
7) Memposisikan semi fowler
8) Pertahankan kepatenan jalan
nafas
9) Memberikan oksigen jika perlu
10) Mengajarkan pasien dan
keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
11) Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan tirah baring,
batasi aktivitas dan bantu
aktivitas perawatan diri sesuai
keperluan.
12) Mengkolaborasikan dosis
pemberian oksigen, ekspektorak
2. - S:
- klien mengatakan sudah
tidak sesak
- keluarga klien mengatakan
mengerti cara penggunaan
oksigen dirumah
O:
- pola nafas terlihat normal
- klien tampak tidak sesak
- keluarga tampak mengerti
cara menggunakan oksigen
- RR: 20x/mnt
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
3. - S:
- Klien mengatakan nafsu
makan sudah mulai
meningkat
- Klien mengatakan mual
muntah sudah hilang
- Keluarga mengatakan
sudah mengerti tentang
makanan yang perlu
dikonsumsi dan pola
makan pada lansia
O:
- Klien tampak
menghabiskan makanannya
- Klien tidak tampak mual
muntah
- Hb : 13 g/dl
- Konjungtiva unanemis
- Bising usus 12-16x/mnt
- Adanya Peningkatan berat
badan
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang
yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari siapapun.
Perubahan – perubahan yang terjadi pada usia lanjut seperti penurunan kondisi
fisik. Perubahan anatomi fisiologi system pernafasan pada lansia yaitu
perubahan anatomic pada respirasi, perubahan fisiologik pada pernafasan,
faktor-faktor yang memperburuk fungsi paru dan penyakit pernafasan pada
usia lanjut.
B. Saran
Bagi mahasiswa diharapkan agar dapat memahami tentang Gangguan
Pernafasan Pada Lansia serta asuhan keperawatan yang tepat pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo B, Martono H. 2006. Buku Ajar Geriatri Edisi ke-3. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universita Indonesia.
Hasan, H., & Maranatha, R. A. (2017). Perubahan fungsi paru pada usia
tua. Jurnal Respirasi, 3(2), 52-57.
Kafolapada, N. Y. (2018). Asuhan Keperawatan Ny. D. M Dengan Tuberculosis
Paru Di Ruangan Tulip RSUD. Prof. Dr. WZ Johannes Kupang (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemeknkes Kupang).
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi keperawatan indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Rahmaniar, D. S. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Tn. J dan Ny. D Dengan
Tuberkulosis Paru DO di Ruang Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2017.
Soeparman & Sarwono W. 1998. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universita Indonesia.