Anda di halaman 1dari 15

ASKEP

KRITIKAL PADA LANSIA

KELOMPOK IV

NURMAYAWI DHUMA (2116004)


YUBLINA RAME (2116017)
MARIA FLORIDA (2116031)
STEFANUS NGONGO (2116007)
NOVIYATI (2116040)
ROBIALFON SUBANG (2116029)
BONEFASIUS DAGUR (2116014)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, dan
Karunia-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
Bapak/Ibu Dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas II yang telah memberikan bimbingan
berkaitan dengan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritikal pada Lansia” ini selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II juga dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan
maupun profesi keperawatan.
Pada penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, baik
mengenai isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kepada para
pembaca untuk dapat memberikan masukan-masukan baik kritik maupun saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah yang sempurna pada tugas yang akan datang.

Makassar, 08 oktober 2018


DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
a. Latar Belakang ...............................................................................
b. Rumusan Masalah .........................................................................
c. Tujuan ...........................................................................................
BAB II KONSEP MEDIS .............................................................................
a. Pengertian Kondisi Kritis/kritikal ...............................................
b. Masalah Kondisi Kritis Pada Lansia...........................................
c. Penyebab Kondisi Kritis Pada Lansia ..........................................
BAB III KONSEP KEPERAWATAN .........................................................
a. Pengkajian....................................................................................
b. Diagnosa Keperawatan ................................................................
c. Intervensi .....................................................................................
d. Evaluasi......................................................................................
e. Penyimpangan KDM ..................................................................
BAB IV PENUTUP ........................................................................................
a. Kesimpulan ................................................................................
b. Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua
yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan
(impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability),
dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran
(Bondan, 2009).
Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia
adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian keperawatan adalah proses
sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Proses
keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien)
dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk
diagnose keperawatan.
Secara umum, sakit dipandang sebagai suatui kondisi yang dialami individu yang gagal
mencapai kesehatan optimum. Sakit akut adalah satu kondisi sakit pada individu yang
berhasil ditangani oleh intervensi atau membaik seiring dengan waktu. Sakit kronis adalah
satu kondisi tidak adanya resolusi proses penyakit. Implikasinya adalah individu akan
menderita sakit ini sampai ia meninggal; tidak ada pengobatan. Karena individu seringkali
dapat hidup panjang dan produktif dengan penyakit kronisnya, haruskah mereka disebut
“sakit”? mungkin sebutan yang paling tepat adalah kondisi kesehatan kronis. Banyak individu
diberbagai komunitas hidup dengan kondisi kesehatan kronis.
Jika dilihat sekilas, mengidentifikasi individu dengan kondisi kesehatan kronis adalah
hal yang mudah. Namun, sebenarnya ini adalah tugas yang berat. Bagaimanakah seharusnya.
”kondisi kesehatan kronis” didefinisikan? Elemen apa yang harus ada untuk membedakan
antara kondisi kesehatan akut dan kondisi kesehatan kronis? Dapatkah kondisi kesehatan
terdiri atas kondisi akut dan kronis? Dalam kondisi seperti apa?.
Pendekatan holistik terhadap asuhan keperawatan menolak adanya penggolongan
individual. Pendekatan holistik menekankan pada keterkaitan individual. Apabila ditinjau
secara harfiah, pendekatan ini dapat digunakan untuk menggambarkan individu dengan
kondisi kesehatan kronis. Kesehatan individu seharusnya tidak digolongkan, seperti diabetik,
penderita kanker, skizofrenik, atau individu yang teriunfeksi HIV. Bagaimanapun, perawat
dipaksa oleh pendekatan sistem pelayanan kesehatan untuk cenderung melabel dan
mengategorikan kesehatan individu. Dengan demikian, dalam pembahasan ini, suatu upaya
dilakukan untuk menggambarkan populasi ini dalam konteks yang sangat luas.

B. Rumusan Masalah
Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kondisi kritis/kritikal?
2. Apa saja masalah kondisi kritis pada lansia?
3. Apa saja penyebab kondisi kritis pada lansia?
4. Bagaimana asuhan keperawatan kritikal pada lansia?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk :
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kondisi kritis/kritikal
b. Mengetahui apa saja masalah kondisi kritis pada lansia
c. Mengetahui apa saja penyebab kondisi kritis pada lansia
d. Mengetahui apa saja asuhan keperawatan kritikal pada lansia
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Keperawatan Komunitas 2
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Pengertian Kondisi Kritis/Kritikal


Kritis : suatu kondisi yang mana pasien dalam keadaan gawat tetapi masih ada
kemungkinan untuk mempertahankan kehidupan. Kondisi kritis Progresif: Kondisi kesehatan
menjadi lebih buruk atau menjadi lebih parah seiring perjalanan waktu. Periodenya mungkin
meliputi seluruh rentang kehidupan atau dalam waktu yang lama. Selama kondisi kesehatan
kronis, mungkin terdapat periode diam yang diikuti oleh periode ekserbarsi/bertambah
parahnya penyakit atau memburuk secara perlahan. Contoh kondisi kesehatan kronis
progresif adalah beberapa jenis kanker yang tumbuh perlahan pada penderitanya dan tidak
dapat disembuhkan serta menyebabkan kematian yang tidak terelakkan. Penyakit paru
obstruktif menahun/kronis ditandai dengan penurunan kapasitas paru yang progresif secara
perlahan. Periode gagal jantung kronis meliputi periode diam dan kontrol terhadap pola
serangan akut gagal jantung. Diabetes melitus, terutama tipe DM bergantung-insulin, menjadi
progresif sehingga lebih sulit ditanggulangi.
Ireversibel: kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Kondisi kesehatan kronis dapat
menyebabkan kematian. Muncul kerusakan yang tidak dapat dikoreksi. Contohnya adalah
kanker pankreas, yang menghancurkan kemampuan klien untuk memproduksi enzim digesti,
yang menyebabkan defisit nutrisi. Terdapat beberapa tipe penyakit ginjal yang pada akhirnya
menyebabkan penyakit gagal ginjal total dan dan dapat merusak sistem utama lainnya seperti
sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular. Penyakit Paru Obstruktif Kronis dapat
menyebabkan penurunan fungsi paru, yang tidak dapat kembali normal/ireversibel.
Skizofrenia dan penyakit hipolar tidak dapat disembuhkan, tetapi keduanya dapat dikontrol;
bagaimanapun, individu yang pernah menderita penyakit ini dalam waktu yang lama dapat
mengalami gangguan penilaian, keterampilan sosial, dan aktivitas hidup sehari-hari.
Kompleks: kondisi kronis dapat memengaruhi berbagai sistem. Pengaruh dari kondisi
kesehatan kronis dapat menjangkau area yang lebih luas dibandingkan pada saat permulaan
proses. Penderita asma tidak hanya mengalami manifestasi fisik, tetapi mereka sering kali
membatasi aktivitas dalam cara-cara tertentu yang dapat menyebabkan isolasi, sehingga dapat
memengaruhi kesehatan mental dan rekreasional mereka. Depresi adalah sekuel yang sering
ditimbulkan oleh kondisi kesehatan kronis (Davidson & Meltzer-Brody, 1999). Terapi
terhadap kondisi kronis mungkin menimbulkan efek samping, seperti nyeri dan defisit nutrisi
yang menjadi bagian dari kondisinya. Diabetes melitus dapat menyebabkan neuropati;
retinopati menyebabkan kebutaan; masalah sirkulasi menyebabkan amputasi, umumnya
terjadi pada kaki dan tungkai. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan
gagal ginjal.

B. Masalah Kondisi Kritis Pada Lansia


Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia :
1. Mudah jatuh
a. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Ruben, 1996).
b. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik: gangguan gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-dizziness;
faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda,
penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan sebagainya.

2. Mudah lelah, disebabkan oleh :


a. Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi
b. Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll
c. Pengaruh obat: sedasi, hipnotik

C. Penyebab Kondisi Kritis pada Lansia


Beberapa penyebab kondisi kritis pada lansia :
1. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial).
2. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
 Tempat kejadian
 kecelakaan lalu lintas
 kecelakaan di lingkungan rumah tangga
 kecelakaan di lingkungan pekerjaan
 kecelakaan di sekolah
 kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat rekreasi, perbelanjaan,
di arena olah raga dan lain-lain.
a. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing. tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
b. Waktu kejadian
 Waktu perjalanan (traveling/trasport time)
 Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Kaji tingkat kesadaran pasien.
2. Kaji tanda-tanda perubahan fisik pasien : tonus otot, penurunan sirkulasi,
perubahan Tanda-tanda vital ( TTV), gangguan sensoris dan perubahan tingkat
kesadaran.
3. Kaji kondisi nutrisi pasien : penampilan umum, berat badan, kekuatan dan
ketebalan otot, nilai Hb dan kondisi konjungtiva.
4. Kaji status cairan pasien : volume output cairan ( urine, muntah, diare, keringat ),
kondisi membrane mukosa dan turgor kulit.
5. Kaji rasa aman dan nyaman pasien : rasa nyeri, personal hygiene
6. kaji perubahan psikologis pasien: menurunnya proses intelektual, seperti
menurunnya kemampuan untuk mengingat informasi, tidak dapat berfikir jernih,
dan sulit mengambil keputusan; meningkatnya sensitivitas ( mudah tersinggung,
mudah marah, mudah sedih, dst. ), menurunnya kemampuan untuk melaksanakan
aktivitas dan tugas dalam mengadaptasi masalah, serta reaksi berkabung.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam
memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.
2. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular.
3. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular.
4. Risiko kerusakan integritas kulit b.d kemampuan regenerasi sel atau jaringan
menurun.

C. Intervensi
N Tujuan dan kriteria Intervensi
Diagnosa Rasional
o hasil NOC NIC
1. Ketidakseimbanga Setelah dilakukan  Kaji riwayat  mengidentifikas
n nutrisi : kurang intervensi nutrisi i nutrisi yang
dari kebutuhan keperawatan selama termasuk diberikan dan
tubuh b.d tidak 3x24 jam, diharapkan makanan juga untuk
mampu dalam asupan nutrisi pasien yang disukai. intervensi
memasukkan, tidak bermasalah,  Observasi dan selanjutnya.
mencerna, asupan makanan dan catat masukan  mengawasi
mengabsorbsi cairan tidak makanan masukan kalori.
makanan karena bermasalah berat klien  agar pasien
faktor biologi. badan ideal sesuai  Ajarkan dan mengetahui
dengan tinggi badan, kuatkan bagaimana
dan tidak ada tanda- konsep nutrisi konsep nutrisi
tanda malnutrisi. yang baik yang baik.
pada pasien.  agar nutrisi
 Dorong pasien dapat
pasien untuk terpenuhi.
memonitor  Berikan makan
diri sendiri sedikit tapi
terhadap sering.
asupan  Meningkatkan
makanan dan pemasukan
kenaikan atau kalori secara
pemeliharaan total.
berat badan.  supaya
 Diskusikan mencapai dan
dengan ahli atau
gizi untuk mempertahanka
menentukan n berat badan
asupan kalori sesuai target.
setiap hari.  agar pasien
 Berikan senang dan
pujian atas bersemangat
peningkatan untuk berusaha
berat badan meningkatkan
dan tingkah berat badannya.
laku yang
mendukung
peningkatan .
berat badan.

2. Inkontinensia urin Setelah dilakukan Monitor eliminasi  untuk


fungsional b.d intervensi urin. mengetahui
keterbatasan keperawatan selama  Bantu klien jumlah urin
neuromuskular. 3×24 jam diharapkan mengembangkan yang keluar.
pasien mampu: sensasi keinginan  dengan
 Kontinensia Urin. BAK. membantu
 Merespon dengan
 Modifikasi baju klien,
cepat keinginan
buang air kecil dan lingkungan diharapkan
(BAK).
untuk klien akan
 Mampu mencapai
toilet dan memudahkan mampu
mengeluarkan urin
klien ke toilet. memprediksi
secara tepat waktu.
 Mampu  Instruksikan pengeluaran
memprediksi pasien untuk urinnya.
pengeluaran urin mengonsumsi air  membantu
minum sebanyak klien untuk
1500 cc/hari. mencapai
 toilet dan
mengeluarka
n urin tepat
waktu.
 minum air
yang cukup
dapat
mengganti
cairan yang
hilang.
3. Kelemahan Setelah dilakukan  Dorong untuk  diharapkan
mobilitas fisik b.d intervensi bergerak secara otot klien
kerusakan keperawatan selama bebas namun tidak kaku
musculoskeletal 2x24 jam diharapkan masih dalam karena
dan pasien dapat: batas yang aman. kurang
neuromuscular.  Memposisikan  Gunakan alat bergerak.
penampilan tubuh. bantu untuk  meskipun
 Ambulasi berjalan. bergerak, jika dengan
 Menggerakan otot. tidak kuat untuk menggunakan
 Mengkolaborasika berdiri (mudah alat bantu,
n gerakan. goyah/tidak klien masih
kokoh). bisa
 Konsultasi menggerakka
kepada pemberi n otot-
terapi fisik ototnya agar
mengenai rencana tidak kaku.
gerakan yang  membantu
sesuai dengan dalam
kebutuhan. ambulasi dan
memposisika
n penampilan
tubuhnya.

4.1. Risiko kerusakan Setelah dilakukan  Monitor area 


integritas kulit b.d intervensi kulit yang terlihat
kemampuan keperawatan selama kemerahan dan
regenerasi sel atau 2x24 jam diharapkan adanya
jaringan menurun. tidak terjadi kerusakan kerusakan.
integritas kulit.  Monitor kulit
yang sering
mendapat tekanan
dan gesekan.
 Monitor warna
kulit.
 Monitor suhu
kulit.
 Periksa pakaian,
jika pakaian
terlihat terlalu
ketat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi kritis Progresif: Kondisi kesehatan menjadi lebih buruk atau menjadi lebih
parah seiring perjalanan waktu. Periodenya mungkin meliputi seluruh rentang kehidupan atau
dalam waktu yang lama.
Ireversibel: kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Kondisi kesehatan kronis dapat
menyebabkan kematian. Muncul kerusakan yang tidak dapat dikoreksi.
Kompleks: kondisi kronis dapat memengaruhi berbagai sistem. Pengaruh dari kondisi
kesehatan kronis dapat menjangkau area yang lebih luas dibandingkan pada saat permulaan
proses.
Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia yaitu Mudah lelah dan
mudah jatuh.

B. Saran
Kelompok lanjut usia memiliki masalah kesehatan, baik dari segi fisik maupun dari
segi mental. Kerja Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diharapakan bisa
berlangsung secara komprehansif dan holictik untuk proses penatalaksanaan klien dengan
lanjut usia. Sehingga lansia dapat menjalani proses menua dengan kualitas hidup seoptimal
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall (1997) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, alih bahasa: Yasmin Asih,
edisi 6, Jakarta: EG
2. Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, edisi 3,
Jakarta: EGC, Hal : 162-163
3. Long Barbara C. (1996) Perawatan medical Bedah Suatu pendekatan Proses keperawatan,
alih bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung, Bandung.
4. Nugroho Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC
5. Nursalam, dkk. 2003. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
6. Steanley,mickey. Patresia, G.B. 2006. Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta:EGC
7. Taufan Nugroho. 2001. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha medika
8. Wahyudi Nugroho (2000), Keperawatan Gerontik edisi 2, EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai