Anda di halaman 1dari 22

Setiap orang yang terbaring dalam proses menuju

kematian akan mengamati segala hal yang dapat


membantunya menghadapi proses kematian hingga
kematian itu menjadi hal yang pasti.

Jika proses kematian berlangsung lama dengan kondisi


yang sulit, maka orang orang yang melihatnya akan
meninggalkan kesan bahwa kematian merupakan hal
yang menakutkan atau bahkan takut terhadap kematian
yang suatu saat terjadi padanya.
Sering pasien yang menjelang akhir hayat nya menarik diri
dari pergaulan sosial dan lebih fokus terhadap sesuatu
sekaligus melakukan instrospeksi diri, menggunakan sisa
waktu nya untuk refleksi mengenai hidupnya dan
menciptakan perasaan damai .

Disaat pasien terlihat kematiannya sudah dekat, maka hal


penting yng dapat dilakukan adalah menyampaikan kepada
pihak keluarga apa yang menjadi harapannya terhadap
pasien selama pasien menghadapi waktu waktu terakhirnya
Kematian dan proses menjelang kematian menjadi
bagian dari akhir kehidupan manusia, hal ini telah di
terima dan dipahami bahwa kematian sebagai bagian
dari akhir kehidupan alamiah yang mana secara fisik
mudah untuk di kenal dan diprediksi.
Berdasarkan hal tersebut maka proses kematian dapat

dilihat dari 2 Aspek yaitu :

1. Kematian sel

2. Kematian somatic
Kematian sebagai bagian dari kejadian hidup menjadi hal
yang semakin jelas setelah beberapa ilmuwan seperti
John Kerr, Andrew Wyllie, dan Alastair Currie memulai
penelitiannya mengenai sel tumor pada Tahun 1972. Dari
penelitian tersebut mereka lalu memperkenalkan sebuah
konsep baru yang dikenal dengan istilah APOPTOSIS
atau kematian sel yang terprogram.
Bentuk lain dari proses kematian sel yaitu yang
diakibatkan oleh pengaruh bahan bahan yang berbahaya
, hal ini bisa disebut sebagai pengaruh dari stressor
lingkungan, yang mana bahan berbahaya tersebut dapat
merusak sel.

Jika bahan bahan berbahaya tersebut dalam kondisi


yang banyak dan berlangsung dalam waktu yang lama,
maka sel sel yang terpapar tidak akan lagi menjalankan
fungsi normal nya dan proses kematian sel akan
berlangsung yang di kenal dengan NEKROSIS.
NEKROSIS sel merupakan kematian sel yang terjadi

melalui serangkaian proses yang sifatnya merusak yang

mana dimulai pada tingkat sub sel, hal ini secara klinis

dikenal sebagai bagian dari kejadian penyakit akut, kronis

maupun terminal
Kematian somatic merupakan rangkaian kejadian yang
mana semua proses kehidupan pada seseorang berakhir
dan hal tersebut erat kaitannya dengan defenisi dasar
mengenai kematian, yaitu berakhirnya pernapasan dan
sirkulsi pada seseorang.
Istilah kematian somatic dengan kematian klinis secara
terminilogi kadang membingungkan para klinisi , namun
kematian klinis kadang digunakan untuk menjelaskan
mengenai kematian somatic yang mana semua proses
kehidupan berakhir.
Akan tetapi kematian klinis juga dapat dimaknai sebagai
suatu kondisi dimana pasien yang mengalami kematian otak
yang mana fungsi pernafasan dan sirkulasi berlangsung atas
bantuan alat alat pendukung hidup.
Adapun perubahan perubahan yang
terjadi pada beberapa sistem organ tubuh
selama proses kematian berlangsung ,
Yakni :
1. Perubahan Sistem Kardiovasculer
2. Perubahan Sistem Respirasi
3. Perubahan Sistem Saraf
4.Perubahan Sistem Pencernaan
5. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
6. Tanda – Tanda Fisik Lainnya
Selama masa impending death maupun imminent death,
maka akan terjadi perubahan fungsi sistem
kardiovasculer yang cukup signifikan.

Otot otot akan mengalami kelemahan untuk memompa


darah keseluruh tubuh, kekuatan nadi akan melemah dan
tempratur kulit akan menjadi dingin saat disentuh,
terutama pada bagian tungkai kaki bagian bawah, tungkai
tangan bagian bawah dan hidung.
Akibat otot otot jantung semakin melemah maka tekanan
darahpun semakin turun dan frekuensi nadi akan menjadi
lebih cepat dengan irama yang tidak teratur ( distritmia).

Sebagai akibat dari penurunan sirkulasi darah pada kulit


maka kulit akan menjadi pucat dan terkadang nampak
berwarna kekuningan. Sianosis mungkin akan semakin
memburuk terutama pada bagian kaki, tangan, bibir dan
kematian semakin dekat.
Kejadian patofisiologis pada sistem respirasi akan
mengakibatkan kerusakan ataupun gangguan pernafasan
yang selanjutnya mengakibatkan penurunan kardiac output
dan kelemahan secara umum pada otot dada terutama pada
otot yang berperan pada proses pernafasan.
Disaat proses kematian berlanjut, otot otot
pernafasanyang mengalami kelemahan makin lemah,
sehingga tidak memungkinkan untuk mendukung proses
batuk yang efektif, kondisi ini membuat sekret semakin
sulit dikeluarkan. Sekret sekret tersebut berakumulasi
pada area dimana petukaran gas terjadi, sehingga hal
tersebut membat kondisi oksigenasi tidak dapat
berlangsung maksimal, maka akibat dari kondisi tersebut
maka pasien akan mengalami dispnea.
Suplai darah yang teroksigenasi yang menuju ke otak berkurang
sehingga akan mengakibatkan gangguan fungsi otak seperti
berfikir dan juga fungsi saraf volunter dan autonom.
Selain itu juga kemampuan omunikasi juga mengalami penurunan
termasuk kemampuan komunikasi verbal dan non verbal.
Kejadian tersebut biasa diikuti oleh periode konfusi dan bahkan
halusinasi dan delusi.
Selain itu juga terjadi penurunan sensitivitas dari
beberapa alat indera seperti pengecapan, penciuman
dan penglihatan. Berkurang nya ketajaman penglihatan
bisa jadi akibat penurunan aliran darah ke retina
Disaat fungsi otak terus mengalami penurunan, sebagai
akibat dari penurunan sup;ai darah yang teroksigenasi,
maka hal ini akan mengakibatkan kondisi pasien yang
semakin terkantuk dan tidak akan mampu lagi berespon
dengan baik terhadap berbagai stimulus.
Pada tahap awal, perubahan yang terjadi berupa
kehilangan nafsu makan atau kurang nafsu makan (
Anoreksia). Anoreksia biasanya diawali dengan
ktidaktertarikan pasien terhadap makanan yang padat,
namun sering nafsu makan semakin memburuk hingga
mengalami kehilangan nafsu makan, maka pasien juga
menghindari makanan lunak temasuk air.
Akibat intake yang tidak adekuat maka pasien akan
mengalami kehilangan berat badan, penurunan sistesis
protein pada tingkat sel, dan injuri nutrisi terhadap
seluruh sel tubuh khususnya pada sel sel rangka juga
kurangnya peristaltic usus yag dapat menjadi pemicu
terjadinya konstipasi.

Selain itu dehidrasi juga dapat menyebabkan penurunan


output urin secara bertahap dan juga mempengaruhi
fungsi ginjal.
Sebagaimana telah diketahui bahwa kondisi dimana
organ organ vital yang telah mengalami penurunan dan
kegagalan fungsinya maka pada sistem muskuloskletal
akan terjadi kehilangan kekuatan otot secara umum dan
hampir seluruh bagian tubuh.

Kehilangan kekuatan otot rangka merupakan tanda fisik


yang paling awal ditemukan pada kematian somatic.
Disaat kematian somatic menjadi imminent death maka tanda
tanda fisik yang nampak semakin muda diidentifikasi sebagai
bagian dari proses kematian.
Dehidrasi yang dialami oleh pasien akibat adanya gangguan
pada sistem gastrointistinal akan menyebabkan turgor kulit
dan wajah nampak semakin tajam ( wajah, dagu, hidung)
kondisi ini disebabkan oleh hilangnya cairan dar tempat
tempat tersebut.
Daun telinga akan menjadi datar dan sejajar dengan
kepala, mata semakin tenggelam akibat dehidrasi,
kelopak mata hanya terbuka setengah.
Selain itu kondisi tersebut juga disertai dengan apnea
dan henti jantung yang merupakan tanda sebagai akhir
dari proses kehidupan manusia, dan secara fisik tanda
tersebut di identifikasi sebagai kondisi yang di sebut
kematian.

Anda mungkin juga menyukai