Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN GEJALA DAN KELUHAN

FISIK PASIEN PALIATIF

NS. ULFA
Manajemen keluhan dan gejala baik yang
berhubungan dengan proses penyakit maupun efek
dari pengobatan dapat mempengaruhi kualitas hidup
pasien terutama pada pasien kanker

(Alexander, Goldberg & Korc-Gordzicki,2016)


Dalam dunia Kedokteran dan keperawatan, sympton
merupakan keluhan atau gejala yang secara umum
sering dilaporkan secara subjektif, sedangkan sign
merupakan tanda dan secara umum dinilai secara
obejktif

(Nunn, 2014)
Perawat sebagai profesional kesehatan yang meluangkan
waktu nya lebih banyak terhadap pasien dibandingkan
dengan petugas kesehatan lainnya, maka kondisi tersebut
menjadikan perawat memiliki posisi yang ideal untuk
melakukan pengkajian pada pasien dan berkontribusi
terhadap pembuatan dan penetapan keputusan terkait
pengobatan yang sesuai dan aman bagi pasien, dengan
menggunakan berbagai skill yang dimiliki .
A. Manajemen Nyeri

Prinsip pertama dalam manajemen nyeri adalah


mengklasifikasikan nyeri pasien, apakah nyeri pasien
tipe neuropatik atau nosiseptif
( Smith, 2015)
Pada tahun 1984 organisasi kesehatan dunia WHO
memperkenalkan tanggaanalgesic sederhana yang selanjutnya
dikenal dengan “Tangga Analgetik WHO”

Freedom from cancer pain


Morphine, Dihydromophone,
Oxycodone, Fentanyl STRONG Opioid
±non opioid + adjuvan

Codein, Hydrocodone,
Oxycodone WEAK Opioid
±non opioid + adjuvan
Aspirin
Acetaminophen + Non opioid
NSAID ± adjuvan

Pain
 Tangga Pertama

Pada langkah awal dalam tangga analgesic dianjurkan


untuk menggunakan analgesic golongan non opoid
seperti Acetaminopen atau golongan NSAID.

Pada tangga pertama ini, terapi adjuvant dapat


ditambahkan untuk meningkatkan efikasi obat analgesic.
Obat-obatan adjuvant yang dapat digunakan
adalah Trisiklik Anti Depresant, dengan
memperhatikan beberapa hal, yaitu :

1. Mengidentifikasi Syndrome nyeri

2. Intensitas nyeri dengan skala 0 – 3

3. Cocok untuk mengatasi syndrome nyeri


somatic dan nyeri neuropatik
 Tangga Kedua
Jika nyeri masih dilaporkan oleh pasien, walaupun telah
mendapatkan pengobatan pada tahap awal, maka
penggunaan obat opioid golongan lemah seperti codein
dapat digunakan.

Hal yang perlu diperhatikan adalah :


1. Syndrome nyeri telah diidentifikasi
2. Nyeri skala 4 – 6
 Tangga Ketiga
Jika nyeri masih dirasakan oleh pasien sekalipun telah
diberikan obat obat analgesic pada tahap kedua, maka
pemberian opioid golongan kerasseperti “Morphine” dapat
mulai diberikan.
Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ketiga :
1. Sindrom nyeri telah diidentifikasi
2. Nyeri skala 7 – 10
3. Respon yang diberikan rata-rata baik dengan tingkat
persentasi sekitar 80 – 90 %.
B. MANAJEMEN NON NYERI

1. Dipsnea
Dispnea merupakan gejala yang lazim ditemukan
pada pasien kanker terutama masa minggu terakhir
kehidupannya, gejala tersebut juga sebagai salah satu
penyebab distress pada pasien

( Klein, Lang, Bukki, Sittl & Osgathe, 2011)


Pengelolaan dispneu secara non farmakologis
dikelompokkan kedalam 3 intervensi, yaitu :
a. Intervensi non farmakologis dengan metode Breathing
 Terapi Kipas Angin Portable
Kipas angin sangat baik digunakan untuk
pasien yang berada diruangan kecil, karena
pasien mempunyai kesempatan untuk dapat
merasakan sensasi aliran dan gerakan udara
pada area wajah dan hidung sehingga pasien
merasakan hal tersebut dapat membantunya
dalam bernafas.
 Terapi Oksigen
Secara klinis , sekitar 31 % pasien dyspneu yang
berhubungan dengan kanker dapat diatasi dengan
terapi oksigen
( O’Rourke, 2007)
Hal yang menarik dari O’Rourke, menyatakan
implementasi terapi oksigen pada pasien dispneu
terlihat seperti efek Placebo
 Pengaturan Posisi dan Teknik Pernafasan
Postural drainase dapat membantu meningkatkan
fungsi pernafasan dan fungsi paru-paru serta
mengurangi kejadian infeksi.

Postural drainase juga kadang disertai tindakan


seperti massage yang disertai perkusi (taping),
Massage yang disertai getaran ( shaking), batuk
efektif dan suctioning.
b. Intervensi Non Farmakologis Dengan metode Functioning

 Arm Exercise

Arm exercise sering dikelompokkan sebagai bagian dari


rehabilitas paru mengingat bahwa arm exercise merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kekuatan otot dada yang dapat meningkatkan kemampuan
ekspansi dada dan dapat membantu mengurangi dispneu
2. Anoreksia Dan Kaheksia
Anoreksia atau kehilangan nafsu makan merupakan
gejala yang lazim terjadi pada pasien terutama pada
kasus penyakit tahap lanjut.
Penyebab terjadi nya anoreksia seperti :
a. Rasa yang tidak nyaman di mulut
b. Mual dan Muntah
c. Konsipasi
d. Masalah pencernaan
 Kaheksia merupakan salah satu masalah
kesehatan yang sering ditemukan pada kelompok
pasien yang menderita penyakot kronis, seperti
gagal jantung, penyakit ginjal, penyakit paru dan
kanker
( Rosser & Walsh, 2014 )
3. Mual dan Muntah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penanganan mual dan muntah pada pelayanan
perawatan paliatif :
a. Pahami dengan baik mekanisme kejadian mual dan
muntah. Mual yang diakibatkan oleh intervensi
kemoterapi membutuhkan obat yang bersifat untuk
memblokir serotinin, sedangkan mual yang
disebakan oleh konstipasi lebih membutuhkan obat
untuk memblokir jenis dopamine
b. Muntah yang disebabkan oleh obstruksi usus

terkadang juga disertai degan keluhan mual.

Penggunaan obat anti mual pada kasus obstruksi

usus tidak dianjurkan.


4. Konstipasi

Konstipasi merupakan keluhan yang sering ditemukan

dalam perawatan paliatif pada berbagai kelompo usia,

namun kejadiannya yang cukup tinggi pada kelompok

lansia ( Smith, 2005)


Penanganan Konstipasi :

1. Beikan banyak cairan

2. Diet serat yang lebih banyak

3. Magnesium sitrat dapat dikonsumsi sekitar 30 cc

perjam hingga pasien merasakan adanya

peningkatan gerakan peristaltic usus


5. Asites
Asites meupakan kumpulan cairan pada rongga
peritoneum yang bersifat abnormal. Asites ditemukan
pada pasien gagal jantung, gagal hati dan gagal ginjal
dengan persentase 90% Kasus, dan 10 % pada
pasien kanker.
Penanganan
1. Diuretik
Spirinolakton / Furosemide yang sering
digunakan pada kasus asites.
2. Parasintesis, yaitu drainase cairan asites dengan
menggunakan jarum yang tujuannya untuk
mengurangi jumlah cairan asites untuk jangka waktu
singkat.
3. Pemasangan selang peritoneum ke sistem vena
yang bertuuan untuk mengalirkan cairan asites dari
rongga peritoneum kedalam vena kava superior
JAZAKUMULLAH
KHAIRAN
TUGAS PEKAN DEPAN

1. MASING MASING KELOMPOK MEMPUNYAI


ACUAN BACA
2. AJUKAN PERTANYAAN YANG KALIAN TIDAK
MENGERTI
3. DISKUSIKAN DENGAN KELOMPOK LAIN

Anda mungkin juga menyukai