Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KOMPLEMENTER PADA TN.F DENGAN STROKE ISKEMIK


DI KLINIK ALTERNATIF AKUPUNTUR
JEMBER

Disusun guna memenuhi tugas program pendidikan profesi (Ners)

Disusun Oleh :

WINDY DWI FATMAWATI

NIM : 14901.06.19052

PRODI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY PESANTREN
ZAINUL HASAN GENGGONG – PROBOLINGGO
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan

Komplementer pada Tn.F dengan Stroke Iskemik

Yang Dipersiapkan Dan Disusun Oleh,

WINDY DWI FATMAWATI

NIM : 14901.06.19052

Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing Pada Tanggal

Ketua Prodi Ners, Dosen Pembimbing,

Dodik Hartono, S.Kep.Ns.M.Tr.Kep Alwin Widhiyarto, S.Kep.Ns.M.Kep

2
LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK dan
RUANGAN
Nama : Windy Dwi Fatmawati

NIM : 14901.06.19052 Kasus : STROKE ISKEMIK

Hari/ tanggal Paraf


No Masukan
Akademik
1 Senin, 15 juni 1. Tambahkan Lp terapi P.alwin
2020 komplementer secara
umum (definisi, macam-
macam dll) baru bisa
fokus Lp Akupuntur.

2. Pada SIKI jelaskan


sekalian edukasi
tindakan akupuntur
bukan hanya kalimat
edukasi tindakan yang
akan dilakukan.
2 Senin, 15 juni ACC P.alwin
2020

3
A. KONSEP DASAR TERAPI KOMPLEMENTER
1. PENGERTIAN TERAPI KOMPLEMENTER
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi
merupakan usaha untuk memulihkankesehatan orang yang sedang
sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah
bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (world health organination), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non konvensional yang
bukan berasal dari negara yang bersangkutan, misalnya jamu yang
merupakan produk Indonesia dikategorikan sebagai pengobatan
komplementer di negara singapura. di Indonesia sendiri, jamu
dikategorikan sebagai pengobatan tradisional. pengobatan tradisional
yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari jaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun - temurun pada suatu negara.
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan
medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang konvensional.
sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan
komplementer tradisional dan alternatif atau sering disebut dengan CAM
(Complementary Alternative Medicine) adalah pengobatan non
konvensional yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan, dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan
biomedik. artinya pengobatan komplementer adalah pengobatan
tradisional yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping
terapi konvesional dan medis. sedangkan pengobatan alternatif adalah
jenis pengobatan yang tidak dilakukan oleh paramedic/dokter pada
umumnya, tetapi oleh seorang ahli atau praktisi yang menguasai
keahliannya tersebut melalui pendidikan yang lain/non medis.
Obat-obat komplementer yang dipergunakan adalah obat bersifat
natural yaitu mengambil bahan dari alam. Bahan-bahan yang
dipergunakan dalam pengobatan komplementer sebelumnya harus dikaji
dan diteliti keefektivitasannya dan keamanannya.

4
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari
sistem - sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh
agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit,
karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan
memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik dan lengkap
serta perawatan yang tepat.
2. DASAR HUKUM PELAYANAN TERAPI KOMPLEMENTER
a. Undang-Undang RI No. 34 tahun 5667 tentang Kesehatan
a) Pasal 1 butir 14 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan
atau perawatan dengan Cara dan obat yang mengaCu pada pengalaman
dan keterampilan turun temurun seCara empiris yang dapat
dipertanggung Jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat
b) Pasal 89 Pelayanan kesehatan tradisional
c) Bab III Pasal :59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal
b. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 1076/MENKES/SK/2003 tentang
pengobatan tradisional.
c. Peraturan menteri kesehatan RI,No.1109/ Menkes/IX/2007 tenteng
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan
kesehatan.
d. Keputusan direktur jenderal Bina pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010
tentang pedoman kriteria penetepan metode pengobatan komplementer -
alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan
3. JENIS- JENIS TERAPI KOMPLEMENTER
Jenis-jenis terapi komplementer sesuai permenkes No.
1109/menkes/per/IX/2007, antara lain:
1) Intervensi tubuh dan pikiran ( mind and body interventions ) : meliputi
hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga.
2) System pelayan pengobatan alternatif meliputi : akupuntur, akupresur,
naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurverda.
3) Cara penyembuhan manual meliputi : chiropractice, healing touch, tuina,
shiatsu, osteopati, pijat urut.
4) Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi : jamu, herbal, gurah.
5) Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan meliputi : diet makro
nutrient, mikro nutrient.

5
B. KONSEP AKUPUNTUR
a. DEFINISI AKUPUNTUR
Kata akupuntur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang
berarti jarum dan punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa
Inggris menjadi to puncture, sedangkan kata asal dalam bahasa
Cina adalah cenciu. Kata tersebut kemudian diadaptasikan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi akupuntur atau tusuk jarum. Istilah
akupuntur lebih dikenal dan berkembang luas di dunia Internasional
dari pada kata aslinya cenciu karena orang di luar Cina banyak
mempelajari ilmu akupuntur dari buku-buku yang diterbitkan dalam
bahasa selain Cina, terutama bahasa Inggris (Rischa dan Alicia,
2014)..
Sebagai suatu sistem pengobatan, akupuntur merupakan
pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-
titik tertentu pada tubuh pasien. Maksudnya adalah untuk
mengembalikan sistem keseimbangan tubuh sehingga pasien sehat
kembali (Albani, 2012).
Akupuntur adalah teknik pengobatan yang digunakan dalam
pengobatan tradisional Cina. Jarum-jarum yang sangat tajam
digunakan untuk menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh. Titik-titik
ini terdapat pada jalur-jalur energi yang disebut "meridian".
Pengobatan akupuntur dirancang untuk memperbaiki aliran dan
keseimbangan energi (Albani, 2012).
b. TEORI-TEORI AKUPUNTUR
i. Teori Yin-Yang
Teori Yin-Yang merupakan suatu konsepsi pandangan
hidup Taoisme yang bersifat universal.Teori ini menyatakan
bahwa segala fenomena di alam semesta mempunyai 2 aspek
yang berlawanan dan berpasangan, yaitu Yin dan Yang.Yang
berarti terang dan Yin berarti gelap. Yin-Yang meliputi
fenomena seperti dingin-panas, gelap-terang, lemah-kuat,
dalam-luar, pasif-aktif, lembab-kering, bawah-atas, wanita-
pria, dan lain-lain.Fenomena Yin-Yang tidak bersifat absolut,
melainkan bersifat relatif (Albani, 2012).

6
Dalam keadaan tertentu Yin dapat berubah menjadi
Yang, atau sebaliknya Yang dapat berubah menjadi
Yin.Segala fenomena dapat diurai secara tidak terbatas dalam
aspek Yin dan Yang.Teori Yin-Yang digunakan untuk
menganalisis fenomena yang dapat diamati di alam
semesta.Semua aspek ini mempunyai 2 aspek yang
berpasangan dan berlawanan, yaitu Yin dan Yang.Yin dan
Yang saling tergantung, saling membatasi, saling
mengonsumsi, dan selalu berada dalam keadaan perubahan
dinamis untuk menjamin keseimbangannya. Kedokteran
tradisional Cina menerapkan prinsip Yin-Yang ini untuk
menerangkan fungsi fisiologis dan perubahan patologis, juga
sebagai tuntunan dalam diagnosis dan terapi (Albani, 2012).
ii. Yin-Yang Saling Berlawanan
Berarti segala fenomena di alam semesta mempunyai 2 aspek
yang berlawanan, yaitu Yin dan Yang, yang saling mengatasi
dan mengawasi. Misalnya: panas (Yang) dapat
menghilangkan dingin (Yin), dingin dapat menurunkan
suhu.Pada keadaan normal, fungsi organ tubuh berada dalam
keadaan keseimbangan Yin-Yang, diatur melalui sifat saling
berlawanan Yin dan Yang. Gangguan keseimbangan Yin-
Yang menyebabkan terjadinya sindrom penyakit. Kelemahan
Yang atau kelebihan Yin berarti sindrom dingin, kelebihan
Yang atau kekurangan Yin berarti sindrom panas
(Dharmojono, 2011).
iii. Yin-Yang Saling Tergantung
Berarti tidak ada Yang tanpa Yin.Eksistensi Yang
tergantung dari adanya Yin, sebaliknya tidak ada Yin tanpa
Yang, eksistensi Yin tergantung dari adanya Yang.
Yin-Yang di Alam:
1. YING - YANG
2. Bumi - Langit
3. Wanita - Laki-laki
4. Malam - Siang

7
5. Bulan - Matahari
6. Rendah - Tinggi
7. Berat - Ringan
8. Kecenderungan menurun - Kecenderungan meningkat
9. Gerakan ke bawah - Gerakan ke atas
10. Diam- Bergerak
Yin-Yang di Tubuh Manusia:
1) YIN - YANG
2) Interior - Eksterior
3) Depan - Belakang
4) Bagian bawah - Bagian atas
5) Tulang - Kulit
6) Organ dalam - Organ luar
7) Darah - Qi
8) Inhibisi - Stimulasi
9) Defisiensi – Ekses
Pada tubuh manusia, Yin menunjukkan substensi nutrisi,
Yang menunjukkan aktifitas fungsional dari organ
tubuh.Aktifitas yang digerakkan oleh substansi Yin.
Dengan kata lain, Yin adalah bahan dasar untuk
menjamin aktifitas Yang. Eksistensi substansi nutrisi Yin
membutuhkan aktifitas Yang, seperti aktifitas Yang –
limpa.
(Dharmojono, 2011)
iv. Yin-Yang Saling Mengonsumsi
Berarti aktifitas yang terjadi proses konsumsi Yin, atau, Yin
dikonsumsi untuk menghasilkan Yang. Sebaliknya, Yang
dikonsumsi untuk menghasilkan Yin (Dharmojono, 2011)
v. Yin-Yang Saling Mengubah
Menurut Albani (2012) Hubungan antara Yin dan Yang
tidak bersifat statis dan bersifat dinamis untuk menjamin
keseimbangan Yin-Yang.Pada keadaan tertentu, Yang dapat
berubah menjadi Yin atau Yin dapat berubah menjadi Yang.
Penerapan Teori Yin-Yang dalam kedokteran tradisional Cina:

8
1. Yin-Yang dan Stuktur Organis
Organ tubuh dapat dibagi menjadi 2 aspek yang
berlawanan, yaitu Yin dan Yang.Menurut kedokteran
tradisional Cina, organ tubuh dibagi menjadi organ Zang
dan organ Fu.Organ Zang adalah jantung, paru-paru,
limpa, hati, dan ginjal; yang bersifat Yin.Organ Fu
adalah kandung empedu, lambung, usus kecil, usus
besar, kandung kemih, dan san-jiao; yang bersifat
Yang.Setiap organ Yang dapat dibedakan dalam dapat
dibedakan dalam Yin dan Yang.Organ jantung adalah
Yin dan aktifitas jantung adalah Yang, Organ ginjal
adalah Yin dan Fungsi ginjal adalah Yang.
2. Yin-Yang dan Fungsi Fisiologis
Fungsi fisiologis berdasarkan koordinasi Yin-
Yang organ tubuh. Aktifitas fungsional Yang tergantung
dari adanya bahan nutrisi Yin, sebaliknya aktifitas Yang
adalah tenaga penggerak untuk menghasilkan bahan
nutrisi Yin dengan kata lain, tanpa fungsi Yang dari
organ Zang-Fu, bahan makanan tidak dapat diubah
menjadi bahan nutrisi Yin. keseimbangan Yin-Yang ini
menjamin kesehatan dan kehidupan tubuh manusia.
3. Yin-Yang dan Perubahan Patologis
Menurut kedokteran tradisional Cina, penyakit
terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan antara
Yin yang dalam tubuh.Yang bersifat panas, kering, dan
mengonsumsi Yin.Kelebihan Yang menimbulkan
sindrom panas, kekurangan Yin, dan kering.Sebaliknya,
kelemahan Yang menimbulkan sindrom dingin,
kelebihan Yin, dan lembab.Yin bersifat dingin dan
lembab.Kelebihan Yin dapat menekan Yang dan
menyebabkan sindrom dingin dan lembab.Sebaliknya,
kekurangan Yin tidak dapat mengendalikan Yang dan
terjadi sindrom panas dan kering.
4. Yin-Yang sebagai Tuntunan Diagnosis dan Terapi

9
Penyakit terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan antara Yin dan Yang dalam organ
tubuh.Mengetahui dan menganalisis gangguan
keseimbangan Yin-Yang adalah basis dari pembedaan
sindrom penyakit, sementara memulihkan
keseimbangan Yin-Yang adalah basis terapi kedokteran
tradisional Cina.
c. CARA KERJA AKUPUNTUR
Menurut Dharmojono (2011) Sebelum anda mencoba
akupunktur, anda perlu memahami cara kerja akupunktur.
Berikut ini adalah informasi tentang cara kerja akupuntur.
i. Cara Kerja Akupunktur: Titik Akupunktur dan Meridian
Akupunktur
Prinsip yang mendasari akunpunktur, selain tusuk
jarum, adalah titik-titik dimana energi didalam tubuh
dialirkan, atau hal ini sering dikenal sebagai titik
akupunktur. Selain itu, ada juga istilah meridian
akupunktur. Meridian akupunktur adalah suatu jaringan
yang menggabungkan organ bagian dalam tubuh dengan
permukaan tubuh. Dalam TCM (Traditional Chinese
Medicine), terdapat 365 titik akupunktur yang terdiri dari 12
meridian akupunktur yang diatur oleh 66 titik utama,
sedangkan 66 titik utama ini dikendalikan oleh 8 titik pusat.
Inti dari cara kerja akunpunktur adalah bagaimana anda
dapat menguasai delapan titik pusat akupunktur dan
meridian akupunktur yang dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit.
ii. Cara Kerja Akupunktur: Teori yang Mendasari Akupunktur
Terdapat 2 teori utama yang mendasari akupunktur,
yaitu Teori Yin-Yang dan Teori Wu-Xing. Pandangan dari
Teori Yin-Yang, yaitu segala sesuatu di dunia ini terdiri dari
dua aspek yang berpasangan sekaligus berlawanan yang
dimana perpaduan dua aspek ini diperlukan untuk sebuah
sinergi keharmonisan. Di dalam akupunktur, keseimbangan

10
antara Yin dan Yang dalam tubuh diperlukan untuk
menjaga kesehatan tubuh. Merujuk pada prinsip ini, organ-
organ tubuh juga diibaratkan dengan Yin dan Yang,
misalnya pada organ jantung, Yin adalah jantung itu sendiri
dan aktivitas dimana jantung bekerja disebut Yang.
Sedangkan Teori Wu-Xing adalah teori yang dilandaskan
pada lima elemen di dunia ini, yaitu elemen api, kayu,
logam, air, dan tanah.
Dalam hal ini, penerapan teori elemen dalam
kesehatan adalah menyamakan organ-organ dalam tubuh
dengan kelima elemen tersebut, kemudian
menggolongkannya berdasarkan sifat kelima elemen
tersebut, misalnya jantung tergolong sebagai elemen api
karena bersifat menjulang dan panas. Teori Wu-Xing dalam
akupuntur diperlukan untuk memahami gejala penyakit dan
memilih cara yang tepat untuk menangani penyakit.
iii. Cara Kerja Akupunktur: Lamanya Waktu Untuk Terapi
Akupuntur
Akupunktur adalah pengobatan terapi yang
membutuhkan proses atau waktu untuk menuju
kesembuhan. Pada dasarnya lama waktu untuk terapi
akupunktur bervariasi, tergantung pada parah tidaknya
penyakit yang diderita pasien. Namun, pada umumnya
terapi dilaksanakan selama dua kali dalam seminggu dan
pengobatan dilakukan selama dua belas kali. Jika anda
menginginkan hasil yang optimal anda harus mengikuti
semua jenis terapi yang dianjurkan oleh seorang ahli
akupunktur yang anda percayai. Pengobatan melalui
akupunktur sangat cocok bagi anda yang lebih menyukai
pengobatan alami dalam menyembuhkan penyakit.
Di Indonesia terdapat banyak klinik akupuntur yang
dapat anda coba. Sebelum mencobanya ada baiknya anda
mereview cara kerja akupunktur, pastikan klinik yang anda
datangi menyediakan metode akupunktur yang tepat dan

11
anda ditangani oleh tenaga ahli yang profesional. Jangan
lupakan juga keterjaminan kebersihan klinik tersebut. Anda
dapat memeriksa apakah jarum yang digunakan steril dan
terjamin kebersihanya.
d. MANFAAT AKUPUNTUR
Akupuntur adalah metode pengobatan yang berusia cukup lama.
Pengobatan dengan menusukkan jarum ini begitu berkembang di
China. Efek kesembuhan terhadap penyakit sudah teruji.
Bahkan, banyak penelitian yang secara khusus membahas efek
akupuntur terhadap kesehatan. Dikutip dari Rodale News, berikut
ini beberapa manfaat akupuntur yang telah diuji secara ilmiah
(Dharmojono, 2011):
i. Meringankan sakit punggung. Sebuah studi yang dimuat dalam
Archieve of Internal Medicine pada Mei 2012 menyebutkan,
tekanan tertentu pada titik akupuntur dapat memberikan efek
penyembuhan terhadap sakit punggung hingga 15 persen.
Persentase kesembuhan ini sama ketika akupuntur dilakukan
dengan tusuk jarum. Akupuntur yang diterapkan pada sakit
punggung sama efektifnya dengan pemberian obat farmasi atau
perawatan dengan metode kiropraksi.
ii. Akupuntur dapat mengefektifkan kerja obat-obatan. Sebuah studi
di China yang diterbitkan Journal of Alternative and
Complementary Medicine bulan Agustus 2012 menyebutkan,
pasien yang mengalami depresi berkurang kecemasannya
setelah minum obat fluoxetin (prozac) dosis rendah yang disertai
dengan perawatan akupuntur. Sekaligus, akupuntur dapat
mengurangi efek samping obat tersebut.
iii. Akupuntur menyembuhkan sakit perut yang melilit. Penelitian di
Brasil menemukan, akupuntur dapat meringankan rasa mulas
dan gangguan pencernaan pada wanita hamil.
iv. Akupuntur menghilangkan efek radioterapi. Pada pasien kanker
yang menjalani radioterapi, kerapkali mengalami efek samping
seperti mual, mulut kering, dan sebagainya. Studi yang dimuat
dalam American Cancer Society mengatakan, pemberian

12
akupuntur pada pasien yang menjalani radioterapi dapat
menghilangkan atau setidaknya mengurangi efek samping yang
kemungkinan terjadi. Akupuntur juga dikatakan dapat menjadi
jalan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker.
v. Akupuntur dapat menyembuhkan sakit kepala yang
berkepanjangan. Pada sebuah tinjauan 22 studi yang melibatkan
ahli akupuntur, pengobatan ini dapat menyembuhkan migrain
dansakit kepala karena faktor ketegangan.
vi. Akupuntur bisa dijadikan alternatif untuk mengurangi berat badan.
Hal ini ditunjukkan dalam studi di Korea yang dimuat jurnal
Obesity. Di situ disebutkan, program pengurangan berat badan
yang disertai akupuntur akan meningkatkan keberhasilan
program tersebut.
e. KELEBIHAN AKUPUNTUR
Menurut Dharmojono (2011) Pengobatan akupuntur dapat
menjadi alternatif bagi Anda bila jenis pengobatan tradisional lain
seperti urut dan pijat serta konsumsi obat-obatan alami belum
berhasil. Mungkin akan terasa menakutkan bagi sebagian Anda
yang tidak suka dengan benda tajam seperti jarum untuk
pengobatan, tapi hal ini bisa membawa kebaikan bagi Anda.
Berikut adalah alasan kenapa Anda harus mencoba akupuntur
sebagai pengobatan alternatif:
i. Alami
Pengobatan ini sama sekali tidak menggunakan bahan-bahan
kimia yang dapat merusak tubuh Anda. Meski kebanyakan
orang tidak suka jenis pengobatan yang dilakukan langsung
dengan kontak pada tubuh mereka, tapi akupuntur adalah
jenis pengobatan alternatif yang layak bagi banyak orang.
ii. Membantu sistem kekebalan tubuh
Bila Anda mudah sakit, maka tak ada salahnya untuk
mencoba akupuntur yang dapat membantu meningkatkan
sistem kekebalan pada tubuh.Selain itu, jangan lupa untuk
dibarengi dengan kegiatan olahraga agar metabolism tubuh
menjadi lebih seimbang.

13
iii. Serbaguna.
Akupuntur dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti
mengurangi rasa sakit pada tubuh, menghilangkan
ketergantungan pada obat kimia, menyembuhkan alergi,
kemandulan , bahkan disebutkan juga dapat menjadi alternatif
pengobatan bagi penderita kanker.
iv. Menimbulkan rasa tenang.
Selain dapat menyembuhkan penyakit fisik, tekanan pada
mental juga dapat disembuhkan lewat pengobatan ini.
Akupuntur dapat membuat Anda lebih tenang dimana pada
saat yang sama Anda juga menerima pengobatan pada tubuh
Anda.
v. Minim efek samping
Karena ini adalah pengobatan tradisional nan alami, jadi Anda
tidak perlu takut akan mendapatkan efek samping seperti
ketagihan, sakit perut atau efek samping lainnya yang Anda
dapatkan saat mengkonsumsi obat-obatan kimia.
vi. Mempercepat kesembuhan.
Proses kesembuhan yang dialami karena cedera secara cepat
bisa Anda dapatkan lewat pengobatan ini. Hal ini dipercaya di
dapatkan dari ketenangan yang dirasakan setelah menerima
pengobatan yang kemudian memengaruhi proses
penyembuhan.Mudah dilakukan, karena tidak melihatjenis
kelamin dan usia
vii. Aman, karena tidak ada efek samping yang dapat ditimbulkan
seperti pemakaian obat dalam jangka panjang
viii. Rasional, karena banyak penelitian yang membuktikan
akupuntur termasuk salah satu alternatif pengobatan
ix. Afektif mengurangi keluhan pasien.
x. Murah, apabila dibandingkan dengan metode pengobatan yang
lain.

14
f. KONTRA INDIKASI PENGOBATAN AKUPUNTUR
Menurut Gendo, Dr. Med. (2006) Adapun pasien yang sangat tidak
disarankan melakukan terapi akupuntur adalah:
i. Kedaruratan medik
ii. Gangguan pembekuan darah
iii. Ibu Hamil trimester pertama
iv. Menusuk daerah tumor atau kanker
v. Penderita yang memakai alat pacu jantung
vi. Menusuk kulit yang sedang mengalami radang
g. KEKURANGAN PENGOBATAN AKUPUNTUR
Kemungkinan kerugian yang terjadi pada pengobatan
akupuntur adalah :
i. Iritasi dan infeksi. Iritasi ataupun infeksi mungkin saja terjadi
pada penggunaan terapi akupuntur, apalagi jika proses
sterilisasi jarum yang digunakan kurang memenuhi standart.
Belum lagi kemungkinan penularan virus ataupun bakteri yang
mungkin terjadi antar penderita.
ii. Kerusakan syaraf atau jaringan. Terjadinya kerusakan syaraf
ataupun jaringan tubuh bisa saja disebabkan apabila proses
penancapan jarum akupuntur justru terlalu dalam.
(Dharmojono, 2011)
h. PENYAKIT YANG DIOBATI DENGAN AKUPUNTUR
Pengobatan alternatif dijadikan pilihan untuk mendampingi
pengobatan konvensional sekaligus sebagai jalan keluar logis saat
obat reguler tidak lagi mempan (Rischa dan Alicia, 2014)
Akupunktur bisa dijadikan pilihan untuk menghilangkan
nyeri, menyembuhkan penyakit kronis, untuk cedera akut, serta
pendamping selama pengobatan kanker (Rischa dan Alicia, 2014)
Dari semua hal di atas, akupunktur terutama digunakan
untuk menghilangkan nyeri. Berbagai nyeri dapat diobati melalui
akupunktur seperti sakit kepala berat, migrain, nyeri punggung akut,
nyeri bahu dan leher, nyeri kaki, saraf terjepit, cedera otot, nyeri
setelah operasi, carpal tunnel syndrome, cedera akibat olahraga,

15
nyeri haid, tennis elbow, sakit gigi, sakit perut, dan nyeri rematik
(Rischa dan Alicia, 2014).
Menurut Rischa dan Alicia (2014) Selain untuk
menghilangkan nyeri, akupunktur dapat digunakan untuk penyakit
lain termasuk dibawah ini :
i. Gejala dan masalah menopause, endometriosis, infertilitas, dan
ketegangan pramenstruasi.
ii. Masalah kandung kemih, kesulitan buang air kecil, infeksi saluran
kemih, dan cystitis.
iii. Gangguan pencernaan, yang meliputi mual, mulas, dan diare.
iv. Masalah pernapasan, termasuk asma, bronkhitis, pilek, batuk,
masalah sinus, penyakit selesema, dan tonsilitis.
v. Alergi dan masalah kulit seperti rinitis, hay fever, biang keringat,
ruam dan bisul, eksim, dermatitis, dan psoriasis.
vi. Kondisi yang meliputi mata dan mulut seperti katarak, mata
kering, konjungtivitis, retinitis dan sakit gigi, faringitis, dan mulut
kering (xerostomia).
vii. Masalah jantung seperti sirkulasi darah yang buruk, pemulihan
stroke, dan hipertensi.
viii. Akupunktur juga membantu masalah seperti tersedak, gastritis,
tukak lambung, radang usus, sembelit, kekurangan energi dan
kelelahan kronis, insomnia, gelisah, depresi, serangan panik,
perubahan suasana hati, dan perawatan pasca operasi.
ix. Akupunktur dapat membantu menghilangkan kecanduan
merokok.
Kadang-kadang pengobatan akupunktur dilakukan
bersamaan dengan terapi lain seperti herbal, pijatan, moxibusion,
dan lain-lain.
Umumnya, kebanyakan orang bereaksi positif setelah
menjalani akupunktur. Setelah terapi, tubuh menjadi santai dan
mudah tidur nyenyak. Karena akupunktur merupakan teknik alami,
pasien jarang menderita efek samping. Akupunktur bisa diterapkan
untuk segala usia, mulai dari anak-anak hingga orang lanjut usia

16
i. MERIDIAN AKUPUNTUR
Meridian adalah jalur lalu lintas energi dalam tubuh. Dan
sebagaimana lalu lintas, pada meridian ada jalur/jalan, ada hambatan,
ada persimpangan, ada titik awal, ada titik akhir dan sebagainya. Jika
jalan energi pada meridian lancar, maka akan tercipta keharmonisan
dalam tubuh, dan tubuh kita mampu melawan penyakit, sebaliknya jika
terjadi hambatan pada meridian maka akan muncul gangguan
kesehatan.
Yang membedakan meridian dengan jaringan lain dalam
tubuh adalah jaringan darah dan syaraf dapat terlihat oleh mata,
sedangkan jaringan meridian tidak terlihat walaupun nyata. Dalam ilmu
kedokteran modern, rahasia teori jalur energi meridian ini masih belum
terungkap karena saat ini belum ada alat yang bisa mendeteksinya,
akan tetapi teori ini sudah dibuktikan manfaatnya selama ribuan tahun.
Fenomena teori meridian mungkin sama dengan keberadaan
nyawa pada mahluk hidup. Keberadaan nyawa sangat penting bagi
kehidupan tapi belum ada yang bisa mengungkap rahasia
keberadaannya. Jadi Keberadaan meridian belum dapat dibuktikan
secara fisik menurut ilmu kedokteran, walaupun riset telah
menunjukkan bagaimana transmisi dari informasi dari chi dapat
berhubungan di bagian-bagian internal manusia.
Di dalam jalur meridian mengalir 2 macam arus energi yaitu
energi "Yang" (positif,panas) dan energi "Ying" (negatif,dingin).
Manusia atau bagian tubuh manusia akan sehat apabila arus energi
yang melalui meridian terdapat keseimbangan antara arus energi
"Yang" dan arus energi "Ying". Kalau "Yang" dan "Ying" tidak
seimbang maka manusia akan terganggu kesehatannya atau sakit.
Kelebihan energi "Yang" akan menimbulkan gangguan atau
sakit dengan gejala kelebihan energi misalnya panas, kejang-kejang,
rasa nyeri. Kelebihan energi "Ying" atau kekurangan energi "Yang"
akan menimbulkan gangguan atau sakit yang ditandai dengan gejala
kekurangan energi misalnya dingin, lumpuh, baal/mati
rasa/anaesthesia.

17
Di titik-titik tertentu pada meridian terdapat pusat kontrol yang
mengatur arus energi "Yang" dan "Ying" untuk suatu bagian tubuh atau
organ tertentu. Titik inilah titik yang dikenal sebagai titik akupunktur.
Apabila terdapat kelebihan energi "Yang" di suatu bagian tubuh atau
organ tertentu maka sinshe akan menusuk titik akupunktur untuk
menghambat aliran energi "Yang" sehingga tercapai keseimbangan
antara energi "Yang" dan "Ying". Apabila terdapat kelebihan energi
"Ying" atau dengan kata lain kekurangan energi "Yang" maka sinshe
akan menusuk titik akupunktur lalu memutar-mutar jarum akupunktur
untuk merangsang energi "Yang" sehingga tercapai keseimbangan
antara energi "Yang" dan "Ying". Jadi yang dilakukan pada akupunktur
adalah merangsang atau menghambat energi "Yang".
a. Fungsi Meridian
Fungsi meridian antara lain:
 Penghubung bagian tubuh sebelah atas dan tubuh sebelah bawah
 Penghubung bagian tubuh sebelah kanan dan tubuh sebelah kiri
 Penghubung organ-organ dalam dengan permukaan tubuh
 Penghubung organ-organ dalam dan alat gerak
 Penghubung organ-organ dalam dengan organ-organ dalam lainnya
 Penghubung organ dalam dengan jaringan penunjang tubuh
 Penghubung jaringan penunjang tubuh dengan jaringan penunjang
tubuh lainnya.
Hubungan ini terbentuk menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan yang beraksi bersamaan terhadap rangsangan yang
berperan dalam pertahanan tubuh. Akan tetapi, jika ada penyakit
masuk ke dalam meridian, maka meridian bisa menjadi jalur penyakit
untuk menyebar dalam tubuh, karena itu kita harus merangsang titik-
titik pada meridian untuk mengusir penyakit.
b. Letak
Meridian terletak di dalam tubuh, letaknya bervariatif
tergantung jalurnya. Jalur meridian ada yang melewati sela-sela
tulang, ada yang berada di sela-sela otot, dan karena wujudnya yang
tidak nyata ada juga yang menembus atau menyelimuti organ.
Sebagian organ ada yang muncul dekat dengan permukaan kulit.

18
c. Macam Meridian
Ada 12 meridian utama yang menghubungkan organ tubuh kita
a) Meridian Paru (di jalurnya ada 11 pasang titik akupunktur)
b) Meridian Usus Besar (di jalurnya ada 20 pasang titik
akupunktur)
c) Meridian Lembung (di jalurnya ada 45 pasang titik
akupunktur)
d) Meridian Limpa (di jalurnya ada 21 pasang titik akupunktur)
e) Meridian Jantung (di jalurnya ada 9 pasang titik
akupunktur)
f) Meridian Usus Kecil (di jalurnya ada 19 pasang titik
akupunktur)
g) Meridian Kandung Kemih (di jalurnya ada 67 pasang titik
akupunktur)
h) Meridian Ginjal (di jalurnya ada 27 pasang titik akupunktur)
i) Meridian Selaput Jantung (di jalurnya ada 9 pasang titik
akupunktur)
j) Meridian Tri Pemanas (di jalurnya ada 23 pasang titik
akupunktur)
k) Meridian Empedu (di jalurnya ada 44 pasang titik
akupunktur)
l) Meridian Hati (di jalurnya ada 14 pasang titik akupunktur)
Meridian lainnya antara lain:
m) Meridian Ren (di jalurnya ada 24 titik akupunktur)
n) Meridian Du (di jalurnya ada 28 titik akupunktur)

19
C. KONSEP STROKE ISKEMIK

A. Anatomi Vaskularisasi Otak


Anatomi vaskularisasi otak dapat dibagi menjadi 2 bagian: anterior
(carotid system) dan posterior (Vertebrobasiler). Darah arteri yang ke otak
berasal dari arkus aorta. Di sisi kiri, arteri karotis komunis dan arteri
subklavia berasal langsung dari arkus aorta. Di kanan, arteri trunkus
brakiosefalika (inominata) berasal dari arkus aorta dan bercabang
menjadi arteri subklavia dextra dan arteri karotis komunis dextra. Di kedua
sisi, sirkulasi darah arteri ke otak di sebelah anterior dipasok oleh dua
arteri karotis interna dan di posterior oleh dua arteri vertebralis (Price,
2005).

Gambar 1. Anatomi vaskulrisasi otak


Arteri karotis interna bercabang menjadi arteri serebri anterior dan
arteri serebri media setelah masuk ke kranium melalui kanalis karotikus,
berjalan dalam sinus kavernosus, kedua arteri tersebut memperdarahi
lobus frontalis, parietal, dan sebagian temporal (Price, 2005).
Arteri vertebralis berukuran lebih kecil dan berjalan melalui
foramen transversus vertebra servikalis kemudian masuk ke dalam
kranium melalui foramen magnum, arteri tersebut menyatu untuk
membentuk arteri basilaris (sistem vertebrobasiler) taut pons dan medulla
di batang otak. Arteri basilaris bercabang menjadi arteri serebellum
superior kemudian arteri basilaris berjalan ke otak tengah dan bercabang
menjadi sepasang arteri serebri posterior (Price, 2005).

20
Sirkulasi anterior bertemu dengan sirkulasi posterior membentuk
suatu arteri yang disebut sirkulus willisi. Sirkulus ini dibentuk oleh arteri
serebri anterior, arteri komunikantes anterior, arteri karotis interna, arteri
komunikantes posterior, dan arteri serebri posterior. Untuk menjamin
pemberian darah ke otak, setidaknya ada 3 sistem kolateral antara sistem
karotis dan sistem vertebrobasiler, yaitu (Price, 2005):
a. Sirkulus Willisi yang merupakan anyaman arteri dasar otak
b. Anastomosis arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna di
daerah orbital melalui arteri oftalmika
c. Hubungan antara sistem vertebral dengan arteri karotis interna.

B. Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
(Smeltzer, 2001). Stroke menurut World Health Organization (WHO)
adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesif, cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam
atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik
(Mansjoer A, 2000; Rumantir CU, 2007.).
Stroke non hemoragik atau disebut juga stroke iskemik didefinisikan
sebagai sekumpulan tanda klinik yang berkembang oleh sebab vaskular.
Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada umumnya terjadi akibat
berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau
kematian. Stroke non hemoragik sekitar 85%, yang terjadi akibat obstruksi
atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di
dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal. Trombus
yang terlepas dapat menjadi embolus (Price, 2005).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat
emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat,
baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).

21
Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena
sumbatan pada arteri sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak
berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan otak yang disuplai.

C. Klasifikasi Stroke
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut (Israr, 2008):
1. Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik, yaitu pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang
cairan serebrospinalis di sekitar otak atau kombinasi keduanya.
Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak
melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang
menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan
tekanan intracranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi
jaringan otak dan menekan batang otak (Price, 2005).
1) Perdarahan intra serebral
2) Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)
b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
1) Stroke akibat trombosis serebri
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada
pembuluh darah di otak.Trombotik dapat terjadi pada pembuluh
darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada
pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis
yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat.
Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar
kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan
pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah
ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan
hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
2) Emboli serebri
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau
lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan
pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri
oksigen dan nutrisi ke otak.

22
3) Hipoperfusi sistemik

Gambar 2. Stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik


2. Berdasarkan waktu terjadinya
1) Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, tapi
tidak lebih dari seminggu.
3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke
Gejala neurologik makin lama makin berat.
4) Completed stroke
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler
a. Sistem karotis
1) Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
2) Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia
3) Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis
fugaks
4) Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
b. Sistem vertebrobasiler
1) Motorik: hemiparese alternans, disartria
2) Sensorik: hemihipestesi alternans, parestesia

23
3) Gangguan lain: gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
D. Etiologi
Stroke non-hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari tiga mekanisme
patogenik yaitu trombosis serebri atau emboli serebri dan hipoperfusion
sistemik (Sabiston, 1994; Nurarif, 2013).
1. Trombosis serebri merupakan proses terbentuknya thrombus yang
membuat penggumpalan. Trombosis serebri menunjukkan oklusi
trombotik arteri karotis atau cabangnya, biasanya karena
arterosklerosis yang mendasari. Proses ini sering timbul selama tidur
dan bisa menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit
neurologi bisa timbul progresif dalam beberapa jam atau intermiten
dalam beberapa jam atau hari.
2. Emboli serebri merupakan tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan
darah. Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis
atau cabangnya oleh trombus atau embolisasi materi lain dari sumber
proksimal, seperti bifurkasio arteri karotis atau jantung. Emboli dari
bifurkasio karotis biasanya akibat perdarahan ke dalam plak atau
ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau
pelepasan materi ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri
sering di mulai mendadak, tanpa tanda-tanda disertai nyeri kepala
berdenyut.
3. Hipoperfusion sistemik adalah berkurangnya aliran darah ke seluruh
bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

E. Faktor Risiko
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi pada
stroke non hemoragik, diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di
modifikasi dan yang dapat di modifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (Rismanto; Madiyono,
2003):
1. Usia
Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan
akan meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65
tahun dan hampir 13% berumur di bawah 45 tahun. Menurut Kiking

24
Ritarwan (2002), dari penelitianya terhadap 45 kasus stroke didapatkan
yang mengalami stroke non hemoragik lebih banyak pada tentan umur
45-65 tahun (Madiyono, 2003; Ritarwan, 2003).
2. Jenis kelamin
jumlah kasus terbanyak jenis kelamin laki-laki 58,4% dari
penelitianya terhadap 197 pasien stroke non hemoragik tahun (Madiyono
, 2003; Utami, 2002).
3. Herediter
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya
hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus dan kelainan pembuluh
darah, dan riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih
anggota keluarga pernah mengalami stroke pada usia kurang dari 65
tahun, meningkatkan risiko terkena stroke.
4. Ras atau etnik
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada kulit
putih. Data sementara di Indonesia, suku Padang lebih banyak menderita
dari pada suku Jawa (khususnya Yogyakarta).

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi (Madiyono, 2003):


1. Riwayat stroke
Seseorang yang pernah memiliki riwayat stoke sebelumnya dalam
waktu lima tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak
35% sampai 42%
2. Hipertensi
Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat
sampai enam kali ini sering di sebut the silent killer dan merupakan risiko
utama terjadinya stroke non hemoragik dan stroke hemoragik.
Berdasarkan Klasifikasi menurut JNC 7 yang dimaksud dengan tekanan
darah tinggai apabila tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg, makin
tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena
mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah,
sehingga mempermudah terjadinya penyumbatan atau perdarahan otak
(Madiyono, 2003; Sudoyo, 2006).
3. Penyakit jantung

25
Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot
jantung, paska oprasi jantung juga memperbesar risiko stroke, yang
paling sering menyebabkan stroke adalah fibrilasi atrium, karena
memudahkan terjadinya pengumpulan darah di jantung dan dapat lepas
hingga menyumbat pembuluh darah otak.
4. (DM) Diabetes melitus
Kadar gulakosa dalam darah tinggi dapat mengakibatkan
kerusakan endotel pembuluh darah yang berlangsung secara progresif.
Menurut penelitian Siregar F (2002) di RSUD Haji Adam Malik Medan
dengan desain case control, penderita diabetes melitus mempunyai risiko
terkena stroke 3,39 kali dibandingkan dengan yang tidak menderita
diabetes mellitus (Madiyono, 2003; Sinaga, 2008).
5. TIA
Merupakan serangan-serangan defisit neurologik yang mendadak
dan singkat akibat iskemik otak fokal yang cenderung membaik dengan
kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi tapi biasanya 24 jam.
Satu dari seratus orang dewasa di perkirakan akan mengalami paling
sedikit satu kali TIA seumur hidup mereka, jika diobati dengan benar,
sekitar 1/10 dari para pasien ini akan mengalami stroke dalam 3,5 bulan
setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam
lima tahun setelah serangan pertama (Price, 2005).
6. Hiperkolesterol
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam
lemak bebas. Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang relatif
mempunyai makna klinis penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid
tidak larut dalam plasma sehingga lipid terikat dengan protein sebagai
mekanisme transpor dalam serum, ikatan ini menghasilkan empat kelas
utama lipuprotein yaitu kilomikron, lipoprotein densitas sangat rendah
(VLDL), lipoprotein densitas rendah (LDL), dan lipoprotein densitas tinggi
(HDL). Dari keempat lipo protein LDL yang paling tinggi kadar
kolesterolnya, VLDL paling tinggi kadar trigliseridanya, kadar protein
tertinggi terdapat pada HDL. Hiperlipidemia menyatakan peningkatan
kolesterol dan atau trigliserida serum di atas batas normal, kondisi ini
secara langsung atau tidak langsung meningkatkan risiko stroke, merusak

26
dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit jantung
koroner. Kadar kolesterol total >200mg/dl, LDL >100mg/dl, HDL
<40mg/dl, dan trigliserida >150mg/dl akan membentuk plak di dalam
pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Menurut Dedy Kristofer
(2010), dari penelitianya 43 pasien, di dapatkan hiperkolesterolemia
34,9%, hipertrigliserida 4,7%, HDL yang rendah 53,5%, dan LDL yang
tinggi 69,8% (Price, 2005).
7. Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan
diabetes melitus. Prevalensinya meningkat dengan bertambahnya umur.
Obesitas merupakan predisposisi penyakit jantung koroner dan stroke.
Mengukur adanya obesitas dengan cara mencari body mass index (BMI)
yaitu berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter
dikuadratkan. Normal BMI antara 18,50-24,99 kg/m2, overweight BMI
antara 25-29,99 kg/m2 selebihnya adalah obesitas.
8. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terjadinya stroke hampir dua kali
lipat, dan perokok pasif berisiko terkena stroke 1,2 kali lebih besar. Nikotin
dan karbondioksida yang ada pada rokok menyebabkan kelainan pada
dinding pembuluh darah, di samping itu juga mempengaruhi komposisi
darah sehingga mempermudah terjadinya proses gumpalan darah.
Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUD Haji Adam Malik Medan
kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena stroke sebesar empat
kali (Sinaga, 2008).
F. Patofisiologi dan Web of Caution
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh daralidan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap
area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke
otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal
(trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan jantung).
Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pad-a otak. Trombus
dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area

27
yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi
turbulensi (Muttaqin, 2008).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang
lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang
dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari.
Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh
karena trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema
dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas
pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis,
atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat .
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur
(Muttaqin, 2008).
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan lebih sering menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan
penyakit serebro vaskulai; karena perdarahan yang luas terjadi destruksi
massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum
(Muttaqin, 2008).
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer
otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke
batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga
kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus, dan pons
(Muttaqin, 2008).
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
serebral: Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat
reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih
dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya henti jantung (Muttaqin, 2008).

28
PATHWAY

Resiko perfusi jaringan


serebral tidak efektif

Gangguan
komunikasi
verbal

Defisit Gangguan
perawat mobitas fisik
an diri
G. Manifestasi Klinis
Gejala stroke non-hemoragik yang timbul akibat gangguan
peredaran darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan peredaran darah terjadi,
kesadaran biasanya tidak mengalami penurunan, menurut penelitian Rusdi
Lamsudi pada tahun 1989-1991 stroke non hemoragik tidak terdapat
hubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran, kesadaran seseorang
dapat di nilai dengan menggunakan skala koma Glasgow yaitu (Mansjoer,
2000; Sinaga, 2008):
Tabel 1. Skala koma Glasgow (Mansjoer, 2000).
Buka mata (E) Respon verbal (V) Respon
motorik (M)
1. Tidak ada 1. Tidak ada suara 1. Tidak ada gerakan
respons
2. Respons 2. Mengerang 2. Ekstensi abnormal
dengan rangsangan
nyeri
3. Buka mata 3. Bicara kacau 3. Fleksi abnormal
dengan perintah
4. Buka mata spontan 4. Disorientasi tempat 4. Menghindari nyeri
dan waktu
5. Orientasi baik dan 5. Melokalisir nyeri
sesuai
6. Mengikuti perintah
Penilaian skor GCS :
a. Koma (skor < 8)
b. Stupor (skor 8 -10)
c. Somnolent (skor 11-12)
d. Apatis ( skor 12-13)
e. Compes mentis (GCS = 14-15)
Gangguan yang biasanya terjadi yaitu gangguan mototik (hemiparese),
sensorik (anestesia, hiperestesia, parastesia/geringgingan, gerakan yang
canggung serta simpang siur, gangguan nervus kranial, saraf otonom
(gangguan miksi, defeksi, salvias), fungsi luhur (bahasa, orientasi, memori,

27
emosi) yang merupakan sifat khas manusia, dan gangguan koordinasi
(sidrom serebelar) (Sinaga, 2008; Mardjono, 2010):
1. Disekuilibrium yaitu keseimbangan tubuh yang terganggu yang terlihat
seseorang akan jatuh ke depan, samping atau belakang sewaktu berdiri
2. Diskoordinasi muskular yang diantaranya, asinergia, dismetria dan
seterusnya. Asinergia ialah kesimpangsiuran kontraksi otot-otot dalam
mewujudkan suatu corak gerakan. Dekomposisi gerakan atau gangguan
lokomotorik dimana dalam suatu gerakan urutan kontraksi otot-otot baik
secara volunter atau reflektorik tidak dilaksanakan lagi.
Disdiadokokinesis tidak biasa gerak cepat yang arahnya berlawanan
contohnya pronasi dan supinasi. Dismetria, terganggunya memulai dan
menghentikan gerakan.
3. Tremor (gemetar), bisa diawal gerakan dan bisa juga di akhir gerakan
4. Ataksia berjalan dimana kedua tungkai melangkah secara simpangsiur
dan kedua kaki ditelapakkanya secara acak-acakan. Ataksia seluruh
badan dalam hal ini badan yang tidak bersandar tidak dapat memelihara
sikap yang mantap sehingga bergoyang-goyang.
Tabel 2. Gangguan nervus kranial (Swartz, 2002).
Nervus kranial Fungsi Penemuan klinis
dengan lesi
I: Olfaktorius Penciuman Anosmia (hilangnya
daya penghidu)
II: Optikus Penglihatan Amaurosis
III: Okulomotorius Gerak mata; kontriksi Diplopia (penglihatan
pupil; akomodasi kembar), ptosis;
midriasis; hilangnya
akomodasi
IV: Troklearis Gerak mata Diplopia
V: Trigeminus Sensasi umum wajah, ”mati rasa” pada
kulit kepala, dan gigi; wajah; kelemahan
gerak mengunyah otot rahang
VI: Abdusen Gerak mata Diplopia
VII: Fasialis Pengecapan; sensasi Hilangnya
umum pada platum kemampuan

28
dan telinga luar; mengecap pada dua
sekresi kelenjar pertiga anterior lidah;
lakrimalis, mulut kering;
submandibula dan hilangnya lakrimasi;
sublingual; ekspresi paralisis otot wajah
wajah
VIII: Pendengaran; Tuli;
Vestibulokoklearis keseimbangan tinitus(berdenging
terus menerus);
vertigo; nitagmus
IX: Pengecapan; sensasi Hilangnya daya
Glosofaringeus umum pada faring dan pengecapan pada
telinga; mengangkat sepertiga posterior
palatum; sekresi lidah; anestesi pada
kelenjar parotis farings; mulut kering
sebagian
X: Vagus Pengecapan; sensasi Disfagia (gangguan
umum pada farings, menelan) suara
laring dan telinga; parau; paralisis
menelan; fonasi; palatum
parasimpatis untuk
jantung dan visera
abdomen
XI: Asesorius Fonasi; gerakan Suara parau;
Spinal kepala; leher dan bahu kelemahan otot
kepala, leher dan
bahu
XII: Hipoglosus Gerak lidah Kelemahan dan
pelayuan lidah
Gejala klinis tersering yang terjadi yaitu hemiparese yang dimana
pendeita stroke non hemoragik yang mengalami infrak bagian hemisfer
otak kiri akan mengakibatkan terjadinya kelumpuhan pada sebalah
kanan, dan begitu pula sebaliknya dan sebagian juga terjadi
Hemiparese dupleks, pendeita stroke non hemoragik yang mengalami
hemiparesesi dupleks akan mengakibatkan terjadinya kelemahan pada

29
kedua bagian tubuh sekaligus bahkan dapat sampai mengakibatkan
kelumpuhan.
Penelitian yang dilakukan Sri Andriani Sinaga (2008) terhadap 281
pasien stroke di Rumah Sakit Haji Medan di dapatkan hemiparese
sinistra yaitu 46,3%, diikuti oleh hemiparese dekstra 31,7%, tidak tercatat
sebanyak 14,2% dan hemiparesese dupleks 7,8%. Gambaran klinis
utama yang berkaitan dengan insufisiensi arteri ke otak mungkin
berkaitan dengan pengelompokan gejala dan tanda berikut yang
tercantum dan disebut sindrom neurovaskular (Price, 2008):
1. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior : gejala biasanya unilateral)
a. Dapat terjadi kebutaan satu mata di sisi arteria karotis yang terkena,
akibat insufisiensi arteri retinalis
b. Gejala sensorik dan motorik di ekstremitas kontralateral karena
insufisiensi arteria serebri media
c. Lesi dapat terjadi di daerah antara arteria serebri anterior dan media atau
arteria serebri media. Gejala mula-mula timbul di ekstremitas atas dan
mungkin mengenai wajah. Apabila lesi di hemisfer dominan, maka terjadi
afasia ekspresif karena keterlibatan daerah bicara motorik Broca.
2. Arteri serebri media (tersering)
a. Hemiparese atau monoparese kontralateral (biasanya mengenai lengan)
b. Kadang-kadang hemianopsia (kebutaan) kontralateral
c. Afasia global (apabila hemisfer dominan terkena): gangguan semua
fungsi yang berkaitan dengan bicara dan komunikasi
d. Disfasia
3. Arteri serebri anterior (kebingungan adalah gejala utama)
a. Kelumpuhan kontralateral yang lebih besar di tungkai
b. Defisit sensorik kontralateral
c. Demensia, gerakan menggenggam, reflek patologis
4. Sistem vertebrobasilaris (sirkulasi posterior: manifestasi biasanya bilateral)
a. Kelumpuhan di satu atau empat ekstremitas
b. Meningkatnya reflek tendon
c. Ataksia
d. Tanda Babinski bilateral
e. Gejala-gejala serebelum, seperti tremor intention, vertigo
f. Disfagia

30
g. Disartria
h. Rasa baal di wajah, mulut, atau lidah
i. Sinkop, stupor, koma, pusing, gangguan daya ingat, disorientasi
j. Gangguan penglihatan dan pendengaran
5. Arteri serebri posterior
a. Koma
b. Hemiparese kontralateral
c. Afasia visual atau buta kata (aleksia)
d. Kelumpuhan saraf kranialis ketiga: hemianopsia, koreoatetosis

H. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendeteksi penyebab stroke
ekstrakranial, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang menyerupai
stroke, dan menentukan beratnya defisit neurologi yang dialami,
pemeriksaan neurologik terdiri dari penilaian hal-hal berikut ini (Swartz,
2002):
1. Status mental
a. Tingkat kesadaran
b. Bicara
c. Orientasi
d. Pengetahuan kejadian-kejadian mutakhir
e. Pertimbangan
f. Abstraksi
g. Kosakata
h. Respons emosional
i. Daya ingat
j. Berhitung
k. Pengenalan benda
l. Praksis (integrasi aktivitas motorik).
2. Nervus kranial
a. Nervus olfaktorius diperiksa tajamnya penciuman dengan satu lubang
hidung pasien ditutup, sementara bahan penciuman diletakan pada
lubang hidung kemudian di suruh membedakan bau.

31
b. Nervus optikus yang diperikasa adalah ketajaman penglihatan dan
pemeriksaan oftalmoskopi.
c. Nervus okulomotorius yang diperiksa adalah reflek pupil dan akomodasi.
d. Nervus troklearis dengan cara melihat pergerakan bola mata keatas,
bawah, kiri, kanan, lateral, diagonal.
e. Nervus trigeminus dengan cara melakukan pemeriksaan reflek kornea
dengan menempelkan benang tipis ke kornea yang normalnya pasien
akan menutup mata, Pemeriksaan cabang sensoris pasa bagian pipi,
pemeriksaan cabang motorik pada pipi.
f. Nervus abdusen dengan cara pasien di suruh menggerakan sisi mata ke
samping kiri dan kanan.
g. Nervus fasialis di dapatkan hilangnya kemampuan mengecap pada dua
pertiga anterior lidah, mulut kering, paralisis otot wajah.
h. Nervus vestibulokoklearis yang di periksa adalah pendengaran,
keseimbangan, dan pengetahuan tentang posisi tubuh.
i. Nervus glosofaringeus di periksa daya pengecapan pada sepertiga
posterior lidah anestesi pada farings mulut kering sebagian.
j. Nervus vagus dengan cara memeriksa cara menelan.
k. Nervus asesorius dengan cara memeriksa kekuatan pada muskulus
sternokleudomastoideus, pasien di suruh memutar kepala sesuai tahanan
yang di berikan si pemeriksa.
l. Nervus hipoglosus bisa dengan melihat kekuatan lidah, lidah di julurkan
ke luar jika ada kelainan maka lidah akan membelok ke sisi lesi.
3. Fungsi motorik
a. Masa otot bisa dengan inspeksi.
b. Kekuatan otot, dengan menyuruh pasien bergerak secara aktif melawan
tahanan, bandingkan dengan sisi yang lain. Sekala yang lazim digunakan
yaitu 0: tidak ada kontraksi, 1: hanya ada sedikit kontraksi, 2: gerakan
yang dibatasi oleh gravitasi, 3: gerakan melawan gravitasi, 4: gerakan
melawan gravitasi dengan sedikit tahanan, 5: gerakan melawan gravitasi
dengan tahanan penuh (normal).
c. Tonus otot dengan membandingkan gerakan pasif pada otot itu
bandingkan dengan sisi yang lain, lesi neuron motorik atas terjadi
peningkatan tonus tetapi sebaliknya lesi pada neuron motorik bawah
menyebabkan penurunan tonus otot.

32
4. Reflek
Ada dua jenis reflek yang di periksa yaitu reflek renggang, atau tendo
profunda, dan reflek superfisial. Reflek renggang diantaranya yaitu reflek
biseps, brakioradialis, triseps, patela dan achiles bisa dinilai berdasarkan
sekala 0-4+ yaitu 0: tak ada respon, 1+: berkurang, 2+: normal, 3+:
meningkat, 4+: hiperaktif. Jika reflek hiperaktif merupakan ciri penyakit
traktus ekstrapiramidalis, kelainan elektrolit, hipertiroidisme dan kelainan
metabolik, sedangkan jika reflek berkurangnya reflek merupakan ciri
kelainan sel kornu anterior dan miopati. Reflek superfisial yang abnormal
yaitu reflek babinski, reflek chaddock, reflek openheim. Reflek babinski untuk
menguji radiks saraf pada lumbal lima sampai sacrum dua, dengan
menggores bagian telapak kaki bagian lateral dari tumit ke arah pangkal jari-
jari kaki melengkung ke medial, maka akan terjadi dorsifleksi ibu jari kakai
dengan penyebaran jari-jari lainya. Reflek chaddock akan terjadi dorsofleksi
ketika sisi lateral kaki di gores. Reflek openheim dengan penekanan tulang
kering yang akan menyebabkan dorsofeksi ibu jari kaki.
5. Fungsi sensorik
a. Sentuhan ringan d. Propriosepsis (sensasi
b. Sensasi nyeri posisi)
c. Sensasi getar e. Lokalisasi taktil.

6. Fungsi serebelar
a. Tes jari ke hidung jika terjadi gangguan di serebelum maka akan melewati
sasaran secara terus menerus dan kadang di sertai tremor.
b. Tes tumit kelutut, pasien di suruh menggeserkan tumit suatu ekstremitas
bawah menuruni tulang kering ekstremitas bawah lainya dengan dimulai
dari lutut, dalam keadaan penyakit serebelum tumitnya bergoyang-
goyang dari sisi ke sisi.
c. Gerakan yang berganti-ganti dengan cepat.
d. Tes Romberg dengan cara menyuruh pasien berdiri di depan pemeriksa,
dengan kaki di rapatkan sehingga kedua tumit dan jari-jari kaki saling
bersentuhan tes ini positif jika pasien mulai bergoyang-goyang dan harus
memindahkan kakinya untuk keseimbangan.
e. Gaya berjalan. Hemiplegi cenderung menyeret kakinya. parkinson
cenderung berjalan dengan langkah pendek, diseret, kepala

33
membungkuk dengan punggung membungkuk dan tergesa-gesa. Ataksia
serebelum berjalan dengan langkah kaki berdasar lebar, kedua kakinya
sangat jauh terpisah ketika berjalan. Foot drop dengan gaya berjalan
seperti menampar yang khas. Ataksia sensoris yaitu berjalan dengan
langkah-langkah yang tinggi.
Pemeriksaan Laboratorium dan Teknik Pencitraan
Pemeriksaan laboratorium standar biasanya digunakan untuk
menentukan etiologi yang mencakup urinalisis, darah lengkap, kimia darah,
dan serologi. Pemeriksaan yang sering dilakukan untuk menentukan etiologi
yaitu pemeriksaan kadar gula darah, dan pemeriksaan lipid untuk melihat
faktor risiko dislipidemia :
1. Gula darah
Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun
tidak sekuat hipertensi. Gatler menyatakan bahwa penderita stroke
aterotrombotik di jumpai 30% dengan diabetes mellitus. Diabetes melitus
mampu menebalkan pembuluh darah otak yang besar, menebalnya
pembuluh darah otak akan mempersempit diameter pembuluh darah otak
dan akan mengganggu kelancaran aliran darah otak di samping itu,
diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah) yang lebih berat sehingga berpengaruh
terhadap terjadinya stroke (Sinaga, 2008).

2. Profil lipid
Tabel 4. Kadar Lipid Serum Normal (Kristofer, 2010).
Kolesterol Total (mg/dl)
Optimal < 200
Diinginkan 200 –239
Tinggi ≥240
LDL
Optimal < 100
Mendekati optimal 100 –129
Diinginkan 130 –159
Tinggi 160 –189
Sangat tinggi ≥190

34
HDL
Rendah < 40
Tinggi ≥ 60
Trigliserida
Optimal < 150
Diinginkan 150 –199
Tinggi 200 –449
Sangat tinggi ≥500
LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung
kolesterol. LDL merupakan komponen utama kolesterol serum yang
menyebabkan peningkatan risiko aterosklerosis, HDL berperan
memobilisasi kolesterol dari ateroma yang sudah ada dan
memindahkannya ke hati untuk diekskresikan ke empedu , oleh karena itu
kadar HDL yang tinggi mempunyai efek protektif dan dengan cara inilah
kolesterol dapat di turunkan, namun penurunan kadar HDL merupakan
faktor yang meningkatkan terjadinya aterosklerosis dan stroke.

Pemeriksaan lain yang dapat di lakukan adalah dengan


menggunakan teknik pencitraan diantaranya yaitu (Rubenstein, 2005; Price,
2005):
1. CT scan
Untuk mendeteksi perdarahan intra kranium, tapi kurang peka untuk
mendeteksi stroke non hemoragik ringan, terutama pada tahap paling awal.
CT scan dapat memberi hasil tidak memperlihatkan adanya kerusakan
hingga separuh dari semua kasus stroke non hemoragik.
2. MRI (magnetic resonance imaging)
Lebih sensitif dibandingkan dengan CT scan dalam mendeteksi
stroke non hemoragik rigan, bahkan pada stadium dini, meskipun tidak pada
setiap kasus. Alat ini kurang peka dibandingkan dengan CT scan dalam
mendeteksi perdarahan intrakranium ringan.
3. Ultrasonografi dan MRA (magnetic resonance angiography)
Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan ultrasonografi
(menggunakan gelombang suara untuk menciptakan citra), MRA digunakan
untuk mencari kemungkinan penyempitan arteri atau bekuan di arteri utama,

35
MRA khususnya bermanfaat untuk mengidentifikasi aneurisma intrakranium
dan malformasi pembuluh darah otak.
4. Angiografi otak
Merupakan penyuntikan suatu bahan yang tampak dalam citra sinar-
X ke dalam arteri-arteri otak. Pemotretan dengan sinar-X kemudian dapat
memperlihatkan pembuluh-pembuluh darah di leher dan kepala.

I. Penatalaksanaan
Waktu merupakan hal terpenting dalam penatalaksanaan stroke
non hemoragik yang di perlukan pengobatan sedini mungkin, karena
jeda terapi dari stroke hanya 3-6 jam. Penatalaksanaan yang cepat,
tepat dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil
akhir pengobatan (Mansjoer, 2000).
1. Prinsip penatalaksanaan stroke non hemoragik
a. Memulihkan iskemik akut yang sedang berlangsung (3-6 jam
pertama) menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinan tissue-
plasminogen activator). Ini hanya boleh di berikan dengan waktu
onset <3 jam dan hasil CT scan normal, tetapi obat ini sangat mahal
dan hanya dapat di lakukan di rumah sakit yang fasilitasnya lengkap.
b. Mencegah perburukan neurologis dengan jeda waktu sampai 72 jam
yang diantaranya yaitu :
1) Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark. Terapi
dengan manitol dan hindari cairan hipotonik.
2) Ekstensi teritori infark, terapinya dengan heparin yang dapat
mencegah trombosis yang progresif dan optimalisasi volume
dan tekanan darah yang dapat menyerupai kegagalan perfusi.
3) Konversi hemoragis, msalah ini dapat di lihat dari CT scan, tiga
faktor utama adalah usia lanjut, ukuran infark yang besar, dan
hipertensi akut, ini tak boleh di beri antikoagulan selama 43-72
jam pertama, bila ada hipertensi beri obat antihipertensi.
4) Mencegah stroke berulang dini dalam 30 hari sejak onset gejala
stroke terapi dengan heparin.
2. Protokol penatalaksanaan stroke non hemoragik akut
a. Pertimbangan rt-PA intravena 0,9 mg/kgBB (dosis maksimum 90 mg)
10% di berikan bolus intravena sisanya diberikan per drip dalam wakti

36
1 jam jika onset di pastikan <3 jam dan hasil CT scan tidak
memperlihatkan infrak yang luas.
b. Pemantauan irama jantung untuk pasien dengan aritmia jantung atau
iskemia miokard, bila terdapat fibrilasi atrium respons cepat maka
dapat diberikan digoksin 0,125-0,5 mg intravena atau verapamil 5-10
mg intravena atau amiodaron 200 mg drips dalam 12 jam.
c. Tekanan darah tidak boleh cepat-cepat diturunkan sebab dapat
memperluas infrak dan perburukan neurologis. Pedoman
penatalaksanaan hipertensi bila terdapat salah satu hal berikut :
1) Hipertensi diobati jika terdapat kegawat daruratan hipertensi
neurologis seperti, iskemia miokard akut, edema paru kardiogenik,
hipertensi maligna (retinopati), nefropati hipertensif, diseksi aorta.
2) Hipertensi diobati jika tekanan darah sangat tinggi pada tiga kali
pengukuran selang 15 menit dimana sistolik >220 mmHg, diastolik
>120 mmHg, tekanan arteri rata-rata >140 mmHg.
3) Pasien adalah kandidat trombolisis intravena dengan rt-PA dimana
tekanan darah sistolik >180 mmHg dan diastolik >110 mmHg.
Dengan obat-obat antihipertensi labetalol, ACE, nifedipin.
Nifedifin sublingual harus dipantau ketat setiap 15 menit karena
penurunan darahnya sangat drastis. Pengobatan lain jika tekanan
darah masih sulit di turunkan maka harus diberikan nitroprusid
intravena, 50 mg/250 ml dekstrosa 5% dalam air (200 mg/ml) dengan
kecepatan 3 ml/jam (10 mg/menit) dan dititrasi sampai tekanan darah
yang di inginkan. Alternatif lain dapat diberikan nitrogliserin drip 10-20
mg/menit, bila di jumpai tekanan darah yang rendah pada stroke maka
harus di naikkan dengan dopamin atau debutamin drips.
d. Pertimbangkan observasi di unit rawat intensif pada pasien dengan
tanda klinis atau radiologis adanya infrak yang masif, kesadaran
menurun, gangguan pernafasan atau stroke dalam evolusi.
e. Pertimbangkan konsul ke bedah saraf untuk infrak yang luas.
f. Pertimbangkan sken resonasi magnetik pada pasien dengan stroke
vetebrobasiler atau sirkulasi posterior atau infrak yang tidak nyata
pada CT scan.

37
g. Pertimbangkan pemberian heparin intravena di mulai dosis 800 unit/jam,
20.000 unit dalam 500 ml salin normal dengan kecepatan 20 ml/jam, sampai
masa tromboplastin parsial mendekati 1,5 kontrol pada kondisi :
1) Kemungkinan besar stroke kardioemboli
2) TIA atau infrak karena stenosis arteri karotis
3) Stroke dalam evolusi
4) Diseksi arteri
5) Trombosis sinus dura
Heparin merupakan kontraindikasi relatif pada infrak yang luas.
Pasien stroke non hemoragik dengan infrak miokard baru, fibrilasi atrium,
penyakit katup jantung atau trombus intrakardiak harus diberikan
antikoagulan oral (warfarin) sampai minimal satu tahun.
Perawatan umum untuk mempertahankan kenyamanan dan
jalan nafas yang adekuat sangatlah penting. Pastikan pasien bisa
menelan dengan aman dan jaga pasien agar tetap mendapat hidrasi
dan nutrisi. Menelan harus di nilai (perhatikan saat pasien mencoba
untuk minum, dan jika terdapat kesulitan cairan harus di berikan melalui
selang lambung atau intravena. Beberapa obat telah terbukti bermanfaat
untuk pengobatan penyakit serebrovaskular, obat-obatan ini dapat
dikelompokkan atas tiga kelompok yaitu obat antikoagulansia,
penghambat trombosit dan trombolitika (Rubenstein, 2005):
1. Antikoagulansia adalah zat yang dapat mencegah pembekuan darah dan di
gunakan pada keadaan dimana terdapat kecenderungan darah untuk
membeku. Obat yang termasuk golongan ini yaitu heparin dan kumarin
(Rambe, 2002).
2. Penghambat trombosit adalah obat yang dapat menghambat agregasi
trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang
terutama sering ditemukan pada sistem arteri. Obat yang termasuk golongan
ini adalah aspirin, dipiridamol, tiklopidin, idobufen, epoprostenol, clopidogrel
(Rambe, 2002).
3. Trombolitika juga disebut fimbrinolitika berkhasiat melarutkan trombus
diberikan 3 jam setelah infark otak, jika lebih dari itu dapat menyebabkan
perdarahan otak, obat yang termasuk golongan ini adalah streptokinase,
alteplase, urokinase, dan reteplase (Rambe, 2002).

38
4. Pengobatan juga ditujukan untuk pencegahan dan pengobatan komplikasi
yang muncul sesuai kebutuhan. Sebagian besar pasien stroke perlu
melakukan pengontrolan perkembangn kesehatan di rumah sakit kembali, di
samping melakukan pemulihan dan rehabilitasi sendiri di rumah dengan
bantuan anggota keluarga dan ahli terapi. Penelitian yang dilakukan Sri
Andriani (2008) terhadap 281 pasien stroke di Rumah Sakit Haji Medan di
dapatkan 60% berobat jalan, 23,8% meninggal dan sisanya pulang atas
permintaan sendiri (Rambe, 2002).

39
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Pengkajian
Menurut Muttaqin, (2008) anamnesa pada stroke meliputi identitas
klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongau kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhari perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif,
dan konia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan
klien, seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta,
dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan
obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian
dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji
lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.

40
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
f. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi bebera pa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang
digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya,
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
g. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per
sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain)
yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
1) B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan
frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan
penurunan tingkat kesadaran koma.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mends, pengkajian
inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil
premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas
tambahan.
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200
mmHg).
3) B3 (Brain)

41
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
4) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih
karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter
urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan
oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain.
Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien
stroke mengalami masalah mobilitas fisik.

42
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan istirahat.
7) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling
mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan
adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa
sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam
kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah
mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat
kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
8) Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
9) Status Menta
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya
status mental klien mengalami perubahan.
10) Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan
kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu
nyata.
11) Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang
memengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang
dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior (area
Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami
bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior
dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu
klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan

43
bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan
bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. Apraksia (ketidakmampuan
untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat
ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.

h. Pengkajian Saraf Kranial


Menurut Muttaqin, (2008) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf
kranial I-X11.
1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
2) Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori
primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-
spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area
spasial) sering terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien
mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
3) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada
4) Satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan
konjugat unilateral di sisi yang sakit.
5) Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf
trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah,
penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu
sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
6) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris,
dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
7) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
8) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
9) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
10) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi,
serta indra pengecapan normal.
i. Pengkajian Sistem Motorik
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena UMN

44
bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi ng berlawanan dari otak.
1) Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena
lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu
sisi tubuh adalah tanda yang lain.
2) Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
3) Tonus Otot. Didapatkan meningkat.

Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada stroke non hemoragik,
yaitu:
1. Gangguan Mobilitas Fisik b/d gangguan neuromuskuler
2. Gangguan Komunikasi Verbal b/d penurunan sirkulasi serebral
3. Defisit perawatan diri b/d gangguan neuromuskuler
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hemiparesis/ hemiplegia,
tidak ada mobilisasi fisik, gangguan sirkulasi, gangguan sensasi.
5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan transmisi
sensory, perubahan integrasi sensory.
6. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis (stroke)
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologi, ketidakmampuan mengunyah.
8. Ketidakefektifan Bersihan Jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan
nafas, eksudat di alveoli, disfungsi neuromuskular, sekresi.
9. Risiko jatuh
10. Risiko cedera
11. Resiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral
SLKI
Kriteria hasil SA ST
Pergerakan
ekstremitas
Kekuatan Otot
Rentang gerak (ROM)
Kaku sendi
Kelemahan Fisik

45
SIKI
- Dukungan Mobilisasi
1. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
2. Fasilitasi melakukan pergerakan.
3. Anjurkan melakukan mobilisasi dini.
- Edukasi latihan fisik
4. Identifikasi kesiapa dan kemampuan menerima informasi
5. Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisiologi olahraga.
Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan.

46
DAFTAR PUSTAKA

Albani. 2012. ”Manfaat Akupuntur Sejarah dan Pengertian”. Dalam


http://www.academia.edu/8885871/Manfaat_Akupuntur_Sejarah_dan_pengerti
annya) diakses pada tanggal 01-10-2018.
Dharmojono, drh. 2011. Menghayati Teoridan Praktek Akupunktur dan Moksibasi
Jilid 1. Trubus Agriwidya: Depok
Gendo, Dr. Med. 2006. Teori Dasar Kedokteran Tradisional Cina. Kanisius:
Yogyakarta
Hadikusumo, B. U. 2008. Tusuk Jarum Upaya Penyembuhan Alternatif.
Kanisius:Yogyakarta
Hendrik Agus Winarso. 2009. Pedoman Lengkap Akupunktur dan Moksibasi. Dahara
Prize:Semarang
Nezabudkin, V. 2007. How to research alternatif treatment before using them. Dalam
http//naturalhealthweb.com/articles/Nezabudkin1.html. diakses pada tanggal
01-10-2018.
Rischa, Alicia. 2014. ”Makalah Pengobatan Tradisional Akupuntur”. Dalam
(http://aliciarischa.blogspot.com/2014/06/makalah-pengobatan-tradisional-
akupuntur.html diakses pada tanggal 01-10-2018.
Ackley BJ, Ladwig GB. Nursing Diagnosis Handbook. An Evidance-Based Guide to
Planning Care. Ninth Edition. United States of Amerika: Elsevier, 2011.

Kneafsey R: A systematic review of nursing contributions to mobility rehabilitation:


examining the quality and content of the evidence, J Clin Nurs 16(11c):325-
340, 2007.

Madiyono B & Suherman SK. Pencegahan Stroke & Serangan Jantung Pada Usia
Muda. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2003.

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran edisi


ketiga jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2000.

Mardjono M & Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat, 2010.

Nurarif AH, Hardhi K. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis


dan Nanda Nic Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction, 2013.

Price, Sylvia A, Lorraine MW. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta: EGC, 2005.
STIKES Hafshawaty Pesantren Nama Mahasiswa : Windy Dwi Fatmawati
Zainul Hasan Probolinggo NIM : 14901.06.19052
Ruangan : Klinik Alternatif Akupuntur

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. F
Umur : 77 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Alamat : Gumukmas
No. Register : 301.830.606.20
Tanggal MRS : 06 juni 2020
Diagnosa Medis : Stroke Iskemik
Tanggal Pengkajian : 06 Juni 2020 Jam : 08:00 WIB
Sumber Informasi : Klien dan Keluarga klien
Penanggung : Sendiri

II. KELUHAN UTAMA


Keluarga klien mengatakan bahwa aggota gerak bagian kanan klien tidak bisa digerakkan.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


 Alasan Masuk rumah sakit
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelumnya pada tanggal 4 mei 2020 klien diabawa ke
puskesmas terdekat dikarenakan klien sering merasa pusing karena pasien sebelumnya klien terjatuh
di halaman rumahnya dengan posisi jatuh miring. Klien dirawat di puskesmas ± 4 hari. Kemudian
klien pulang kerumahnya ± 2 hari rumahnya dan klien dibawa kembali ke puskesmas dikarenakan
klien mengalami kelemahan pada anggota gerak bagian kanan dan klien juga tidak bisa berbicara
dengan jelas. Sampai saat ini klien masih mengalami kelemahan pda anggota gerak bagian kanan dan
klien tidak bisa berbicara dengan jelas sehingga keluarga klien berinisiatif mencoba pengobatan
alternatif yaitu akupuntur untuk pertama kalinya pada tanggal 6 juni 2020 jam 07.30 di klinik
alternatif akupuntur Jember. Pada saat pengkajian klien dibawa ke klinik akupuntur dengan
menggunakan mobil dan klien dibawa keruang akupuntur dengan menggunakan brangkar, dan
tindakan dilakukan diatas brangkar klien. Ektremitas kanan klien tidak dapat digerakkan, dan suara
bicara klien tidak jelas sehingga dibantu oleh keluarga saat dilakukan pengkajian.

 Upaya yang telah dilakukan :


Klien sebelumnya telah dibawa berobat ke puskesmas.

 Terapi / operasi yang dilakukan :


Keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelumnya tidak pernah melakukan operasi.

IV. RIWAYAT KESEHATAN / PENYAKIT DAHULU


 Penyakit yang pernah diderita : Keluarga klien mengatakan bahwa klien memiliki riwayat HT ± 10
tahunan dan pernah memiliki penyakit Jantung

1
 Obat-obatan yang biasa dikonsumsi : Keluarga klien mengatakan bahwa klien rutin mengkonsumsi
obat penurun darah yaitu Amlodipin
 Kebiasaan berobat : Keluarga klien mengatakan bahwa jika klien sakit biasanya langsung dibawa
berobat ke puskesmas.
 Alergi : keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki alergi obat atau makanan.
 Kebiasaan merokok / alcohol : keluarga klien mengatakan bahwa klien dulu ± 5 tahun yang lalu
memiliki kebiasaan merokok, tapi sekarang klien sudah berhenti merokok.

V. RIWAYAT KESEHATAN / PENYAKIT KELUARGA


Keluarga klien mengatakan bahwa keluarga klien memiliki riwayat Hipertensi.
 Genogram :

Keterangan :
: laki-laki meninggal

: perempuan meninggal

: laki- laki
: perempuan
: pasien

: Tinggal satu rumah

VI. POLA FUNGSI KESEHATAN


a. Pola Personal Higiene ( Mandi, Sikat gigi, Cuci rambut )
 Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien mandi ± 3 kali/hari , sikat gigi, dan cuci rambut
tiap kali mandi.
 Saat Sakit : keluarga klien mengatakan saat sakit klien diseka ± 2 kali sehari dengan dibantu oleh
keluarga, sikat gigi dan cuci rambut 2 hari sekali.
 Masalah Keperawatan :
-
b. Pola Nutrisi :
 Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan bahawa klien sebelum sakit klien makan tiap harinya ± 3
kali dengan nasi dan lauk pauk, sayur, tahu tempe dan daging dengan porsi makan selalu dihabiskan.
 Saat Sakit : keluarga klien mengatakan bahwa saat sakit klien tidak mengalami penurunan nafsu
makan klien masih makan seperti biasa yaitu sehari 3 kali dengan nasi dan lauk pauk dengan porsi
makan dihabiskan.
 Masalah Keperawatan :
-

c. Pola Cairan :
 Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan bahwa klien setiap harinya minum air putih ±1,5 liter.
 Saat Sakit : keluarga klien mengatakan saat sakitpun klien hanya minum air putih ± 1,5 liter.
2
 Masalah Keperawatan :
-

d. Pola Aktivitas
 Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan bahwa sebelum klien sakit klien bisa beraktivitas sehari-
hari seperti bertani dan melakukan aktivitas sehari-hari klien.
 Saat Sakit : keluarga klien mengatakan bahwa sejak klien sakit dan klien mengalami kelemahan pada
anggota geraknya klien tidak bisa melakukan aktivitas sehari-harinya sendiri melainkan dibantu oleh
keluarga, dan klien hanya sering berbaring di tempat tidurnya.
 Masalah Keperawatan :
Gangguan Mobilitas Fisik

e. Pola Eliminasi
 Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan bahwa klien BAB ±1 kali tiap hari, dengan konsistensi
lembek, dan BAK ± 6 kali sehari. Tanpa ada keluhan saat BAB dan BAK.
 Saat Sakit : keluarga klien mengatakan bahwa saat sakit klien menggunakan Pempers dengan BAB ±
1 kali tiap hari dengan konsistensi lembek dan klien diganti pampersnya ± 4 kali sehari.
 Masalah Keperawatan :
-

f. Pola Tidur dan Istirahat


 Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan bahwa klien tidur ± 8 jam tiap harinya.
 Saat Sakit : keluarga klien mengatakan bahwa saat sakit klien tidak mengalami gangguan pada
tidurnya, masih sama seperti saat pasien sebelum saat yaitu ± 8 jam tiap harinya.
 Masalah Keperawatan :
-

g. Pola Kognitif
 Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan bahwa klien merasa bahwa dirinya merasa sehat.
 Saat Sakit : keluarga klien mengatakan bahwa setelah sakit klien merasa menyesal tidak menjaga
pola hidupnya.
 Masalah Keperawatan :
-

h. Pola Hubungan Psikososial ( Konsep Diri )


 Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan sejak klien mengalami hipertensi klien harus merubah
pola hidupnya dengan berhenti merokok dan minum kopi.
 Saat Sakit : keluarga klien mengatakan bahwa klien ingin sekali bisa cepat pulih dan bisa melakukan
aktivitasnya seperti biasanya.
 Masalah Keperawatan :
-

i. Pola Reproduksi dan Seksual


 Sebelum sakit : tidak terkaji
 Saat Sakit : tidak terkaji

j. Pola Penanggulangan Stress ( Koping )


 Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelum sakit klien sering melakukan
aktivitas diluar rumah, seperti dengan bertani dan berkumpul dengan tetangganya.
 Saat Sakit : keluarga klien mengatakan sejak sakit klien hanya berdiam diri dirumah dengan sesekali
untuk tidak merasa bosan yaitu dengan menonton TV.

k. Pola Persepsi Spiritual


 Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan bahwa sebelum sakit klien melaksanakan sholat lima
waktu.
3
 Saat Sakit : keluarga klien klien mengatakan bahwa saat sakit klien melaksnakan sholat dengan
posisi klien tidur.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Kesehatan Umum
Keadaan Penyakit : berat
akut
Kesadaran : Komposmetis

Suara bicara : aphasia, tidak jelas


Pernafasan : Frekuensi 19x/menit Irama :reguler

Suhu tubuh : 36.6 C


Nadi : Frekuensi 76.x/menit Iramanya : reguler
Kualitas kuat
Tekanan Darah :170/100 mmHg

2. Kepala
Normo chepalik ya
Simetris ya
Penonjolan tidak
Nyeri Kepala tidak
Trauma kepala tidak

3. Muka
Simetris ya
Oedema tidak
Tics tidak
Otot muka paralisis
Otot rahang Kuat

4. Mata
Alis mata Normal
Kelopak mata
- Oedema tidak
- Entropion tidak
- Ectropion tidak
Konjungtiva
- Hiperemi tidak
- Perdarahan tidak

Sklera
- Icterus tidak

5. Telinga
Sekret tidak
Serumen ada
Benda asing tidak
Membran tympani ada

6. Hidung
Deformitas tidak
Septum deviasi ada
Mukosa hiperemi tidak
Bau tidak
Obstruksi tidak
4
Polip tidak

7. Mulut dan faring


Cheiloshizis tidak
Karies gigi ya
Gusi : Ulcus tidak
Perdarahan tidak
Lidah : parese tidak
Papilla normal
Palatum: palatoschizis tidak
Ikterus tidak
Tonsil: membesar tidak

8. Leher
Simetris ya
Kaku kuduk tidak
Kelenjar limfe tidak membesar

9. Thorak
Simetris ya
Bentuk normal

10. Paru
Inspeksi
Bentuk Simetris

Palpasi :
Pergerakan simetris

Fremitus dada sama

Perkusi:
Suara ketok Sonor
Auskultasi :
Suara nafas Vesikuler
- Ronchi tidak ada
- Whezzing tidak ada

11. Jantung
Inspeksi :
Iktus tak tampak

Pulsasi jantung tak tampak

Palpasi
Iktus teraba

Getaran tak ada

Perkusi : pekak
Auskultasi :
Suara 1 Tunggal
Suara 2 Tunggal
Tidak ada suara tambahan.
5
12. Abdomen
Inspeksi:
Bentuk datar
Tampak peristaltic tidak
Tampak pulsasi tidak
Umbilikus masuk kedalam

Palpasi
Turgor Normal
Nyeri -
Defan muskuler tidak
Fluktuasi tidak
Hepar tidak teraba
- Tepi Tumpul
- permukaan rata
- nyeri tekan tidak ada
- konsistensi Kenyal
lien tidak teraba
ginjal tidak teraba

Auskultasi :
Peristaltic usus normal 13x/menit

Perkusi :
Abdomen timpani
Pantulan gelombang cairan
tidak ada

13. Inguinal, genital dan anus


Tidak terkaji

14. Integumen
Tampak pucat tidak
Permukaan kasar tidak
Permukaan kering tidak
Kelainan pigmentasi -

Eflorensensi :
- Lesi tidak
- makula tidak
- papula tidak
- vesikula tidak
- pustula tidak
- bulla tidak
- erosi tidak
- ulkus tidak
- krusta tidak
- sguama tidak
- spider nevi tidak
- tumor tidak
Rambut :
Ukuran tipis
Botak tidak
Kelenturan lentur
Tampak kusam tidak
6
Kuku :
Warna pucat
Bentuk
- clubbing finger tidak
- irregular tidak
- permukaan halus Ya

15. Ektermitas dan Nuerologis

Sendi : lutut bagian kiri mengalami kekakuan.


Tidak ada edema pada ekstremitas
Reflek :

Dextra 1 4 Sinistra
Biccep 1 3
Tricep

Dextra 1 4 Sinistra

Knee 1 3
Achiles

Tulang belakang : Normal


Lain – lain :
Ekstremitas kanan klien mengalami kelemahan.

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan laboratorium
-

2. Pemeriksaan radiology
-
IX. PENATALAKSANAAN
1. Akupuntur pada bagian anggota gerak bagian kanan klien
2. Obat tradisional Midri 3 kali sehari

X. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Hambatan Mobilitas Fisik
2. Gangguan Komunikasi Verbal
3. Resiko perfusi serebral tidak efektif

06 juni 2020

Mahasiswa
Windy Dwi Fatmawati

(………………………..)

7
Analisa Data
Nama klien : Tn.F
No. Reg : 301.830.606.20
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS : Trombus, Emboli Hambatan Mobilitas
- Keluarga klien mengatakan serebral Fisik
bahwa aggota gerak bagian
kanan klien tidak bisa
digerakkan.
- keluarga klien mengatakan
Sumbatan aliran darah
klien tidak bisa melakukan
aktivitas sehari-harinya dan O2 serebral
sendiri melainkan dibantu
oleh keluarga, dan klien
hanya sering berbaring di
tempat tidurnya. Infark jaringan serebral
DO :
- Pada saat pengkajian klien
dibawa ke klinik akupuntur
dengan menggunakan mobil Hemester kiri
dan klien dibawa keruang
akupuntur dengan
menggunakan brangkar, dan
tindakan dilakukan diatas Hemiplagi kanan
brangkar klien.
- Kekuatan otot :
Dekstra Sinistra Kelemahan fisik

1 4
Gangguan Mobilitas fisik
1 3
Analisa Data
Nama klien : Tn.F
No. Reg : 301.830.606.20
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
2 DS : Trombus, Emboli serebral Gangguan
- Keluarga klien mengatakan Komunikasi Verbal
klien tidak bisa berbicara Sumbatan aliran darah dan
dengan jelas. O2 serebral
DO :
- Pada saat pengkajian klien Infark jaringan serebral
menjawab pertanyaan tidak
jelas. Dan dibantu menjawab Hemister kiri
oleh keluarga klien.
Afasia

Gangguan Komunikasi
verbal

3 DS :
Trombus, Emboli serebral Resiko
- Keluarga klien mengatakan
klien memiliki riwayat ketidakefekifan
Hipertensi sejak ± 10 tahun perfusi jaringan
yang lalu. serebral
Sumbatan aliran darah dan
- Keluarga klien mengatakan
O2 serebral
bahwa klien mengalami
kelemahan anggota geraknya
dan tidak bisa berbicara.
DO :
Infark jaringan serebral
- Klien berbicara tidak
jelas dan terjadi
kelemahan pada
anggota gerak klien Resiko perfusi jaringan
terutama pada serebral tidak efektif
ekstremitas kanan
klien.
- TTV:
TD: 170/100mmhg
Nadi : 76x/menit
Suhu : 36.6
RR : 19 x/ menit
Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan
Nama Klien : Tn.F
No. Reg : 301.830.606.20

Tanggal Tanggal Tanda


No Diagnosa Keperawatan
muncul Teratasi Tangan
1 6 juni 2020 Resiko ketidakefekifan perfusi -
jaringan serebral dengan faktor
resiko embolis, kondisi klinis
terkait : stoke.

2 6 juni 2020 Gangguan Mobilitas Fisik b/d -


gangguan neuromuskuler yang
ditandai dengan klien mengalami
sulit bergerakkan ekstremitas,
kekuatan otot menurun, rentang
gerak (ROM) menurun, sendi
kaku, gerakan terbatas, fisik
lemah.

3 6 juni 2020 Gangguan Komunikasi Verbal -


b/d penurunan sirkulasi serebral
yang ditandai dengan tidak
mampu berbicara, pelo, sulit
memahami komunikasi.
Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Klien : Tn.F Tanggal pengkajian : 06 juni 2020
No Reg : 301.830.606.20 Diagnosa medis : Stroke Iskemik
Dx.Keperawatan : Resiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral dengan faktor resiko embolis, kondisi klinis terkait : stoke.

No Tanggal luaran SLKI SIKI


1 06 juni Setelah dilakukan - Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
2020 tindakan Kriteria hasil SA ST 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
keperawatan selama Tekanan darah sistolik 2 3 (Misalnya edema serebral)
30 menit perfusi Tekanan darah diastolik 2 3 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
serebral membaik Refleks saraf 2 3 (Misalnya tekanan darah meningkat)
3. Berikan posisi semi fowler
- Edukasi Prosedur Tindakan
4. Sediakan materi pendidikan kesehatan
5. Jelaskan tujuan dan manfaat tindakan yang
akan dilakukan
6. Jelaskan langah-langkah tindakan yang akan
dilakukan
7. Informasikan durasi tindakan yang dilakukan
- Pemberian Obat
7. Monitori tanda vital
8. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian.
Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Klien : Tn.F Tanggal pengkajian : 06 juni 2020
No Reg : 301.830.606.20 Diagnosa medis : Stroke Iskemik
Dx.Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik b/d gangguan neuromuskuler yang ditandai dengan klien mengalami sulit bergerakkan
ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun, sendi kaku, gerakan terbatas, fisik lemah.

No Tanggal luaran SLKI SIKI


2 06 juni Setelah dilakukan - Dukungan Mobilisasi
2020 tindakan Kriteria hasil SA ST 1. Identifikasi toleransi fisik melakukan
keperawatan selama Pergerakan ekstremitas 1 2 pergerakan
30 menit diharapkan Kekuatan Otot 1 2 2. Fasilitasi melakukan pergerakan.
Mobilitas fisik Rentang gerak (ROM) 1 2 3. Anjurkan melakukan mobilisasi dini.
meningkat Kaku sendi 2 3 - Edukasi latihan fisik
Kelemahan Fisik 2 3 4. Identifikasi kesiapa dan kemampuan
menerima informasi
5. Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisiologi
olahraga.
6. Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan.
Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Klien : Tn.F Tanggal pengkajian : 06 juni 2020
No Reg : 301.830.606.20 Diagnosa medis : Stroke Iskemik
Dx.Keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal b/d penurunan sirkulasi serebral yang ditandai dengan tidak mampu berbicara, pelo, sulit
memahami komunikasi.
No Tanggal luaran SLKI SIKI
3 06 juni Setelah dilakukan - Promosi komunikasi : Defisit Bicara.
2020 tindakan Kriteria hasil SA ST 1. Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume
keperawatan selama Kemampuan bicara 2 3 dan diksi bicara.
30 menit diharapkan pelo 2 3 2. Gunakan metode komunikasi alternatif
komunikasi verbal (misalnya , mata berkedip,isyarat tangan)
meningkat 3. Sesuasikan gaya komunikasi dengan
kebutuhan (misalnya berdiri didepan klien
dengarkan dengan seksama, meminta
bantuan keluarga untuk memahami ucapan
pasien)
4. Ulangi apa yang disampaikan pasien.
- Dukungan kepatuhan program
5. Identifikasi kepatuhan menjalani program
pengobatan
6. Buat komitmen menjalani program pengobatan
dengan baik
7. Libatkan keluarga untuk mendukung program
pengobatan yang dijalani.
8. Informasikan manfaat yang akan didapat jika
teratur menjalani program pengobatan.
Implementasi Keperawatan
Nama Klien : Tn.F Tanggal pengkajian : 06 juni 2020
No Reg : 301.830.606.20 Diagnosa medis : Stroke Iskemik
Dx.Keperawatan : Resiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral dengan faktor resiko embolis, kondisi klinis terkait : stoke.
No Tanggal Jam Implementasi Ttd Perawat
1 6 juni - Manajemen peningkatan tekanan intrakranial Windy
2020 08.00 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan Tekanan Intrakranial pada pasien dengan
menanyakan kepada klien riwayat penyakit klien sebelumnya, dan menyakan mengenai
hasil dari pemeriksaan yang klien lakukan di puskesmas.
R/ keluarga klien mengatakan bahwa klien mengalami stroke pada 4 mei 2020 klien
mengalami kelemahan pada anggota gerak bagian kanan dan berbicara tidak jelas, dan
dari hasil pemeriksaan terjadi sumbatan pembuluh darah diotak klien. sebelumnya klien
juga memiliki riwayat Hipertensi.
08.05 2. Melakukan pengecekan tekanan darah klien, dengan mengukur tekanan darah klien
menggunakan tensi.
R/ tekanan datah klien 170/100 mmHg
08.10 3. Memposisikan klien dengan posisi kepala 30° untuk menghindari peningkatan TIK.
- Edukasi Prosedur Tindakan
08.13 9. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dan klien menganai akupuntur,
meliputi memberi penjelasan mengenai manfaat akupuntur, kelebihan tindakan
akupuntur.
10. Menjelaskan kepada klien dan keluarga klien mengenai tindakan yang akan dilakukan
08.20 yaitu berupa penusukan jarum pada titik-titik tertentu pada tubuh klien yang mengalami
keluhan yaitu pada anggota gerak bagian kanan, yang bermanfaat untuk pengobatan
klien stroke.
08.25 11. Menjelaskan kepada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan, yatu dengan
dilakukannya penusukan beberapa jarum dan nantinya akan disalurkan pada listrik dan
klien akan merasakan aliran listrik sesuai dengan keinginan klien.
08.30 12. Menginformasikan pada klien dan keluarga klien bahwa tindakan akupuntur selama 30
menit.
09.20 - Pemberian Obat
12. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien, meliputi suhu, respiratori ratedan
juga nadi klien.
13. Menjelaskan obat tradisiona yang diberikan kepada klien yaitu Medri (mengkudu seledri)
yang berguna dalam proses penyembuhan stroke dengan meminum sehari 3 x
Implementasi Keperawatan
Nama Klien : Tn.F Tanggal pengkajian : 06 juni 2020
No Reg : 301.830.606.20 Diagnosa medis : Stroke Iskemik
Dx.Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik b/d gangguan neuromuskuler yang ditandai dengan klien mengalami sulit bergerakkan
ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun, sendi kaku, gerakan terbatas, fisik lemah.

No Tanggal Jam Implementasi Ttd Perawat


1 6 juni - Dukungan Mobilisasi Windy
2020 08.40 1. Mengidentifikasikan toleransi fisik pergerakan yang bisa klien lakukan, dengan
menginstruksikan klien untuk menggerakkan anggota geraknya secara bergantian.
R/ Klien bisa menggerakkan tangan dan kaki sebelah kiri dengan kekuatan otot 4/3 dan
tidak bisa menggerakkan anggota geraknya bagian kanan dengan kekuatan otot 1/1.
08.43 2. Membantu klien dalam melakukan latihan pergerakan yaitu dengan melakukan ROM
Pasif pada klien .
08.50 3. Menganjurkan klien dan keluarga klien untuk membantu klien dalam melakukan gerakan
yang telah diberi contoh sebelumnya, dilakukan setiap hari agar proses penyembuhan
bisa lebih cepat.
- Edukasi latihan fisik
08.55 4. Mengidentifikasi kesiapan dari klien dan keluarga klien dalam menerima informasi atau
edukasi yang akan disampaikan, dengan menunggu semua tindakan selesai sehingga
klien dan keluarga klien fokus mendengarkan apa yang disampaikan.
09.00 5. Menjelaskan kepada klien dan keluarga klien mengenai gerakan yang dilakukan secara
rutin tiap hari akan membantu mempercepat proses penyembuhan pada
09.05 6. menjelaskan kepada klien dan keluarga latihan yang bisa dilakukan kepasien berupa
menggerakkan anggota geraknya dan juga bisa dengan latihan dengan menggenggam
bola.
Implementasi Keperawatan
Nama Klien : Tn.F Tanggal pengkajian : 06 juni 2020
No Reg : 301.830.606.20 Diagnosa medis : Stroke Iskemik
Dx.Keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal b/d penurunan sirkulasi serebral yang ditandai dengan tidak mampu berbicara, pelo, sulit
memahami komunikasi.
No Tanggal Jam Implementasi Ttd Perawat
1 6 juni - Promosi komunikasi : Defisit Bicara. Windy
2020 09.07 1. Memonitor atau mengobservasi kecepatan, tekanan, kuantitas, volume dan diksi bicara
saat klien berbicara atau saat menjawab pertanyaan.
09.08 2. Menggunakan alternatif saat berkomunikasi dengan klien sehingga komunikasi bisa
berjalan dengan mudah yaitu dengan meminta klien untuk menganggukkan kepala atau
mengedip matanya ketika jawaban klien iya.
09.10 3. Berbicara atau berkomunikasi dengan klien tepat berada didepan klien sehingga klien
fokus terhadap pembicara
09.12 4. Mengulangi setiap kali apa yang disampaikan kepada klien, sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam berkomunikasi.
- Dukungan kepatuhan program
09.13 5. Mengidentifikasi kepatuhan klien dalam menjalani program pengobatan stroke pada
pasien, dengan menayakan apakah sebelumnya klien berobat teratur dan telah
melaksanakan latihan-latihan sebelumnya.
09.15 6. Membuat komitmen dengan klien dan keluarga klien dalam melakukan pengobatan
dengan teratur agar kondisi klien cepat membaik.
09.17 7. Melibatkan keluarga klien untuk selalu mendukung dalam program pengobatan yang
sedang klien jalani saat ini, dengan menyarankan keluarga klien untuk selalu
berpartisipasi didalamnya.
09.20 8. Memberikan informasi kepada klien dan keluarga klien bahwa dengan menjalani
pengobatan yang terus menurus maka hasilnya untu proses penyembuhan klien juga
akan makin baik.
Evaluasi Keperawatan
Nama Klien : Tn.F Tanggal pengkajian : 06 juni 2020
No Reg : 301.830.606.20 Diagnosa medis : Stroke Iskemik
Dx.Keperawatan : Resiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral dengan faktor resiko embolis, kondisi klinis terkait : stoke.
No Tanggal Evaluasi
1 06.06.2020 S:
- Keluarga klien mengatakan klien memiliki riwayat Hipertensi sejak ± 10 tahun yang lalu.
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien mengalami kelemahan anggota geraknya dan tidak bisa berbicara.
O:
- Klien berbicara tidak jelas dan terjadi kelemahan pada anggota gerak klien terutama pada ekstremitas kanan klien.
- TTV:
TD: 150/100mmhg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 36.6
RR : 19 x/ menit
:
Kriteria hasil SA ST SC
Tekanan darah sistolik 2 3 3
Tekanan darah diastolik 2 3 2
Refleks saraf 2 3 2

A: Masalah Resiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral dengan faktor resiko embolis, kondisi klinis terkait : stoke
teratasi sebagian.

P: lanjutkan intervensi, pasien dijadwalkan terapi akupuntur untuk pertemuan berikutnya.


Evaluasi Keperawatan
Nama Klien : Tn.F Tanggal pengkajian : 06 juni 2020
No Reg : 301.830.606.20 Diagnosa medis : Stroke Iskemik
Dx.Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik b/d gangguan neuromuskuler yang ditandai dengan klien mengalami sulit bergerakkan
ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun, sendi kaku, gerakan terbatas, fisik lemah .
No Tanggal Evaluasi
1 06.06.2020 S:
- Keluarga klien mengatakan bahwa aggota gerak bagian kanan klien tidak bisa digerakkan.
- keluarga klien mengatakan klien tidak bisa melakukan aktivitas sehari-harinya sendiri melainkan dibantu oleh keluarga.
O:
- klien tampak minum dengan dibantu oleh keluarganya.
- Klien tampak hanya berbaring diatas brangkarnya.
- Kekuatan otot :
Dekstra Sinistra
1 4

1 3
:
Kriteria hasil SA ST SC
Pergerakan ekstremitas 1 2 1
Kekuatan Otot 1 2 1
Rentang gerak (ROM) 1 2 1
Kaku sendi 2 3 2
Kelemahan Fisik 2 3 2

A: masalah Gangguan Mobilitas Fisik b/d gangguan neuromuskuler yang ditandai dengan klien mengalami sulit
bergerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun, sendi kaku, gerakan terbatas, fisik
lemah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi, pasien dijadwalkan terapi akupuntur untuk pertemuan berikutnya.


Evaluasi Keperawatan
Nama Klien : Tn.F Tanggal pengkajian : 06 juni 2020
No Reg : 301.830.606.20 Diagnosa medis : Stroke Iskemik
Dx.Keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal b/d penurunan sirkulasi serebral yang ditandai dengan tidak mampu berbicara, pelo, sulit
memahami komunikasi.
No Tanggal Evaluasi
1 06.06.2020 S:
- Keluarga klien mengatakan klien tidak bisa berbicara dengan jelas.
O:
- Pada saat pengkajian klien menjawab pertanyaan tidak jelas. Dan dibantu menjawab oleh keluarga klien.
- Klien tampak sudah menggunakan isyarat dengan menganggukkan kepalanya saat menjawab pertanyaan.
Kriteria hasil SA ST SC
Kemampuan bicara 2 3 2
pelo 2 3 2

A: Masalah Gangguan Komunikasi Verbal b/d penurunan sirkulasi serebral yang ditandai dengan tidak mampu
berbicara, pelo, sulit memahami komunikasi belum terasi.

P: lanjutkan intervensi, pasien dijadwalkan terapi akupuntur untuk pertemuan berikutnya.


DOKUMENTASI

Proses intervensi berupa ROM Pasif pada pasien dengan stroke iskemik

Proses intervensi akupuntur pada


ekstremitas kanan klien yang
mengalami kelemahan

Anda mungkin juga menyukai