Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN KASUS ANSIETAS DI DESA CONDONG GADING


KABUPATEN PROBOLINGGO

Di Susun Oleh:

M. Sholeh Hasan Al Adami


14901.07.20023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes HAFSHAWATY PESANTREAN HAFSHAWATY ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN KASUS ANSIETAS DI DESA CONDONG GADING
KABUPATEN PROBOLINGGO

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

MAHASISWA

M. Sholeh Hasan A

KOORDINATOR PRAKTIK PEMBIMBING AKADEMIK

Ka PRODI PROFESI NERS


LEMBAR KONSULTASI

NAMA : M. Sholeh Hasan Al Adami


NIM : 14901.07.20023
Tanggal Pembimbing Evaluasi Tanda
Tangan
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS ANSIETAS ATAU KECEMASAN

A. Definisi
Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok mengalami
perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam
berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2007).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini tidak memiliki
obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional
terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan.
(Stuart, 2007).
Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan
sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi
permasalahan (Asmadi, 2008).
Menurut Asmadi, 2008 ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai asal
ansietas, teori tersebut antara lain:
1. Teori psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut dan fungsi ansietas
adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan
trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan
orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun
masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas.
Namun bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang
dan tidak cemas. Dengan demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antara
manusia.
3. Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi. Ketidakmampuan
atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan
keputusasaan. Keputusasaan yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas.

B. Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Ansietas terjadi ketika seseorang kesulitan menghadapi situasi, masalah dan
tujuan hidup, setiap individu menghadapi stress dengan cara yang berbeda.
Seseorang dapat tumbuh dalam situasi yang menimbulkan distress berat pada orang
lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
a. Faktor Predisposisi
1. Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya,
sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator antara tuntunan dari id
dan super ego
2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang di inginkan.
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa di temui dalam suatu keluarga.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus
untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting
dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas.(Gabriel,
2010).
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang
mengancam integritas fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya
hamil).
b. Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan internal
a. Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah
dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya .
(Eko Prabowo, 2014)
C. Klasifikasi
Tingkatan Ansietas
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan
waspada. Orang yang mengalami ansietas ringan akan terdorong untuk
menghasilkan kreativitas. Respons respons fisiologis orang yang mengalami
ansietas ringan adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan
darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada
lambung. Respons kognitif orang yang mengalami ansietas ringan adalah
lapang persepsi yang melebar, dapat menerima rangsangan yang kompleks,
konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan masalah secara efektif.
Adapun respons perilaku dan emosi dari orang yang mengalami ansietas
adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang
kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun dan
memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal-
hal lain. Respons fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang
adalah sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik mulut kering,
anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah. Respon kognitif orang yang
mengalami ansietas sedang adalah lapang persepsi yang menyempit,
rangsangan luar sulit diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian.
Adapun respons perilaku dan emosi adalah gerakan yang tersentak-sentak,
meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman .
c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal lain. Individu
sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk
memusatkan perhatian pada area lain. Respons-respons fisiologis ansietas
berat adalah napas pendek, nadi dan tekanan darah darah naik, banyak
berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami
ketegangan. Respon kognitif pada orang yang mengalami ansietas berat
adalah lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan
masalah. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak
aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit dan
sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan
sulit melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan pengarahan. Respons-
respons fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit dada,
pucat, hipotensi dan koordinasi motorik yang sangat rendah. Sementara
respons-respons kognitif penderita panik adalah lapang persepsi yang sangat
pendek sekali dan tidak mampu berpikir logis. Adapun respons perilaku dan
emosinya terlihat agitasi, mengamuk dan marah-marah, ketakutan dan
berteriak-teriak, blocking, kehilangan kontrol diri dan memiliki persepsi yang
kacau (Herry Zan Pieter, 2011)
D. Manifestasi

Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas


sedang, ansietas berat, dan ansietas panik.
1. Ansietas Ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
 Respon Ansietas Ringan
a) Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung,
muka berkerut dan bibir bergetar.
b) Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara
efektif.
c) Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang
meninggi.
2. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun, individu
lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dn mengesampingkan hal lain.
 Respon Ansietas Sedang
1) Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, gelisah
2) Kognitif
a) Lapang persepsi menyempit
b) Rangsang luar tidak mampu diterima
c) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
d) Perilaku dan Emosi
e) Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
f) Bicara banyak & lebih cepat
g) Susah tidur
h) Perasaan tidak aman
3. Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak
mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.
 Respon Ansietas Berat:
a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan
kabur, ketegangan.
b. Kognitif
1) Lapang persepsi sangat sempit
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Perilaku dan Emosi
1) Perasaan ancaman tinggi
2) Verbalisasi cepat
3) Blocking
4. Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan
tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/ tuntunan
 Respon Ansietas Panik:
a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi,
koordinasi motorik rendah.
b. Kognitif
1) Lapang pandang persepsi sangat sempit
2) Tidak dapat berpikir logis
c. Perilaku dan Emosi
1) Agitasi mengamuk dan marah
2) Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
3) Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
4) Persepsi kacau (Ah.yusuf,2006)
E. Patofisiologi
Rentang respom ansietas

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan
aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri.
Serabut saraf simpatis “mengaktifkan” tanda-tanda vital pada setiap tanda bahaya
untuk mempersiapkan pertahanan tubuh. Kelenjar adrenal melepas adrenalin(epinefr
in), yang menyebabkan tubuh mengambil lebih banyak oksigen, medilatasi pupil, dan
meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung sambil membuat
konstriksi pembuluh darah perifer dan memirau darah dari sistem gastrointestinal
dan reproduksi serta meningkatkan glikogenolisis menjadi glukosa bebas guna
menyokong jantung, otot, dan sistem saraf pusat. Ketika bahaya telah berakhir,
serabut saraf parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh  ke
kondisi normal sampai tanda ancaman berikutnya mengaktifkan kembali respons
simpatis (Videbeck, 2008).
Ansietas menyebabkan respons kognitif, psikomotor, dan fisiologis yang tidak
nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, peningkatan aktivitas motorik,
agitasi, dan peningkatan tandatanda vital. Untuk mengurangi perasaan tidakn
yaman, individu mencoba mengurangi tingkat ketidaknyaman tersebut dengan
melakukan perilaku adaptif yang baru mekanisme pertahanan. Perilaku adaptif
dapat menjadi hal yang positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar,
misalnya menggunakan teknik imajinasi untuk memfokuskan kembali perhatian pada
pemandangan yang indah, relaksasi tubuh secara berurutan darikepala sampai jari
kaki, dan pernafasan yang lambat dan teratur untuk mengurangiketegangan otot dan
tanda-tanda vital. Respons negatif terhadap ansietas dapat menimbulkan perilaku
maladaptif, seperti sakit kepala akibat ketegangan, sindromnyeri, dan respons terkait
stress yang menimbulkan efisiensi imun (Videbeck,2008).

F. Pathway
Isolasi sosial

Gangguam konsep diri

Koping individu tidak efektif

Ansietas gangguan pola tidur

Stressor
Rentang respon ansietas
Respom adaptif respon maladaptif

Ansipasi ringan sedang berat panik


G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan


suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya
seperti pada uraian berikut :
Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
1. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti
diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan
alprazolam.
2. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan. Jurnal…
3. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
4. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial. (Endang,2004)
Asuhan keperawatan teori
1. Pengkajian
Pasien tampak Cemas, khawatir, merasakan firasat buruk, takut akan
pikirannya sendiri, mudah tersinggung.Merasa tegang, tidak tenang, gelisah,
mudah terkejut.Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak
orang.Gangguan pola tidur, melamun, mimpi-mimpi yang
menegangkan.Gangguan konsentrasi dan daya ingat, Mengalami penurunan
kemampuan untuk memecahkan masalah, Perilaku cenderung menyalahkan
orang lain. PasienMengatakan perasaan tidak berdaya dan gugup,
Mengatakan tidak sabar dan mudah marah, Mengatakan sering merasa
pusing dan gelisah, Mengatakan kehilangan percaya diri. Keluhan-keluhan
somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging
(tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya. ( Hawari, 2018 ). Dapat
melakukan teknik terapi distraksi atau pengalihan situasi dan relaksasi atau
nafas dalam
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami kecemasan bingung,
khawatir adalah ansietas
3. Intervensi
SP 1

a. Tujuan Khusus untuk pasien SP 1


a) Pasien dapat mengenal ansietas ( tanda, gejala, penyebab dan
akibat ).
b) Pasien dapat mengetahui teknik pengalihan situasi
c) Pasien dapat melakukan teknik pengalihan situasi atau distraksi
b. Tujuan Khusus untuk keluarga SP1
a) Keluarga dapat mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
pasien
b) Keluarga dapat membantu keluarga mengenai ansietas pasien ( tanda,
gejala, penyebab dan akibat ).
c) Keluarga dapat mengajarkan teknik pengalihan situasi atau distraksi.
d) Keluarga dapat melatih melakukan teknik pengalihan situasi atau
distraksi
1. Tindakan keperawatan :
a. Tindakan keperawatan untuk pasien SP 1
a) Membantu pasien mengenal ansietas ( tanda, gejala, penyebab dan
akibat ).
b) Mengajarkan teknik pengalihan situasi
c) Latihan melakukan teknik pengalihan situasi atau distraksi
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga SP 1
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
b) Membantu keluarga mengenai ansietas pasien ( tanda, gejala,
penyebab dan akibat ).
c) Mengajarkan teknik pengalihan situasi atau distraksi.
d) Latihan melakukan teknik pengalihan situasi atau distraksi
Sp ll

a. Tujuan Khusus untuk pasien SP 2


a) Pasien mampu mengenal ansietas
b) Pasien mampu melakukan distraksi
c) Pasien mengetahui relaksasi nafas dalam
d) Pasien dapat melakukan relaksasi nafas dalam
b. Tujuan Khusus untuk keluarga SP2
a) Keluarga mampu mengenal ansietas
b) Keluarga mampu melakukan distraksi
c) Keluarga mampu mengetahui relaksasi nafas dalam
d) Keluarga dapat melakukan latihan relaksasi nafas dalam
2. Tindakan keperawatan :
a. Tindakan keperawatan untuk pasien SP 2
a) Evaluasi kemampuan pasien mengenal ansietas
b) Evaluasi kemampuan distraksi
c) Mengajarkan relaksasi nafas dalam
d) Latihan relaksasi nafas dalam
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga SP 1
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengenal ansietas
b) Evaluasi kemampuan keluarga dalam distraksi
c) Mengajarkan relaksasi nafas dalam
d) Latihan relaksasi nafas dalam
Sp lll
a. Tujuan Khusus untuk pasien SP 3
a) Pasien mampu mengenal masalah
b) Pasien mampu melakukan distraksi dan relaksasi nafas dalam
c) Pasien mampu melatih untuk relaksasi otot
d) Pasien mampu melakukan latihan relaksasi otot
 Atur posisi senyaman mungkin, santai
 Konsentrasi terhadap gerakan otot seluruh tubuh
 Latihan otot wajah
 Latihan otot leher
 Latihan otot punggung
 Latihan otot perut
 Latihan otot panggul
 Latihan otot tangan dan kaki
b. Tujuan Khusus untuk keluarga SP3
a) Keluarga mampu mengenal masalah
b) Keluarga mampu melakukan distraksi dan relaksasi
c) Keluarga mampu melatih relaksasi otot
d) Keluarga mampu latihan relaksasi otot
1. Tindakan keperawatan :
a. Tindakan keperawatan untuk pasien SP 3
a) Evaluasi kemampuan pasien mengenal masalah
b) Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi nafas dalam
c) Melatih pasien untuk relaksasi otot
d) Latihan relaksasi otot
 Atur posisi senyaman mungkin, santai
 Konsentrasi terhadap gerakan otot seluruh tubuh
 Latihan otot wajah
 Latihan otot leher
 Latihan otot punggung
 Latihan otot perut
 Latihan otot panggul
 Latihan otot tangan dan kaki
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga SP 3
a) Evaluasi kemampuan keluarga mengenal masalah
b) Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi
c) Melatih keluarga untuk relaksasi otot
d) Latihan relaksasi otot
Sp lV
a. Tujuan Khusus untuk pasien SP 4
a) Pasien mamapu mengenal ansietas
b) Pasien mampu melakukan distraksi, relaksasi nafas dalam dan relaksasi
otot
c) Pasien mampu melatih hipnotik lima jari
d) Pasien mampu latihan hipnotik lima jari
e) Pasien mampuh latihan sampai membudaya

b. Tujuan Khusus untuk keluarga SP 4


a) Keluarga mampu mengenal ansietas
b) Keluarga mampu melakuakan distraksi, relaksasi nafas dalam dan
relaksasi otot
c) Keluarga mampu melatih hipnotik lima jari
d) Keluarga mampu latihan hipnotik 5 jari
e) Keluarga mampu latihan sampai membudaya
1. Tindakan keperawatan :
a. Tindakan keperawatan untuk pasien SP 4
a) Evaluasi kemampuan mengenal ansietas
b) Evaluasi Kemampuan distraksi, relaksasi nafas dalam dan relaksasi
otot
c) Melatih hipnotik lima jari
d) Latihan hipnotik lima jari
e) Latih sampai membudaya
f) Nilai kemampuan mengatasi ansietas
g) Nilai apakah ansietas teratasi
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga SP 4
a) Evaluasi kemampuan mengenai ansietas
b) Evaluasi kemampuan distraksi, relaksasi nafas dalam dan relaksasi
otot
c) Melatih hipnotik lima jari
d) Latihan hipnotik 5 jari
e) Latih sampai membudaya
f) Nilai kemampuan mengatasi ansietas
g) Nilai apakah ansietas teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Kay de Vriesb,Maureen Coombsa. 2015 . Managing social awkwardness when caring for
morbidly obese patients in intensive care: A focused ethnography.
prabowo, E. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta : Nuha Medika .
Nabila Ratu Fauziah, Yohanis Franz La Kahija. 2017. Sebuah Studi Kualitatif
Fenomenologis dengan Interpretative Phenomenological Analysis. Semarang
Indonesia : Jurnal Empati
Desi Purwanti, Helwiyah Ropi. 2013. Gambaran respons berduka pada anak remaja
dengan orang tua bercerai. Sumedang : jurnal keperawatan jiwa
Katja Linde, Julia Treml. 2017. Grief interventions for people bereaved by suicide: A
systematic review. https://doi.org/10.1371/ journal.pone.0179496 : PLOS

Anda mungkin juga menyukai