Di Susun Oleh:
PROBOLINGGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN KASUS ANSIETAS DI DESA CONDONG GADING
KABUPATEN PROBOLINGGO
MAHASISWA
M. Sholeh Hasan A
A. Definisi
Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok mengalami
perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam
berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2007).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini tidak memiliki
obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional
terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan.
(Stuart, 2007).
Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan
sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi
permasalahan (Asmadi, 2008).
Menurut Asmadi, 2008 ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai asal
ansietas, teori tersebut antara lain:
1. Teori psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut dan fungsi ansietas
adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan
trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan
orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun
masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas.
Namun bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang
dan tidak cemas. Dengan demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antara
manusia.
3. Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi. Ketidakmampuan
atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan
keputusasaan. Keputusasaan yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas.
B. Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Ansietas terjadi ketika seseorang kesulitan menghadapi situasi, masalah dan
tujuan hidup, setiap individu menghadapi stress dengan cara yang berbeda.
Seseorang dapat tumbuh dalam situasi yang menimbulkan distress berat pada orang
lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
a. Faktor Predisposisi
1. Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya,
sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator antara tuntunan dari id
dan super ego
2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang di inginkan.
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa di temui dalam suatu keluarga.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus
untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting
dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas.(Gabriel,
2010).
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang
mengancam integritas fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya
hamil).
b. Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan internal
a. Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah
dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya .
(Eko Prabowo, 2014)
C. Klasifikasi
Tingkatan Ansietas
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan
waspada. Orang yang mengalami ansietas ringan akan terdorong untuk
menghasilkan kreativitas. Respons respons fisiologis orang yang mengalami
ansietas ringan adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan
darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada
lambung. Respons kognitif orang yang mengalami ansietas ringan adalah
lapang persepsi yang melebar, dapat menerima rangsangan yang kompleks,
konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan masalah secara efektif.
Adapun respons perilaku dan emosi dari orang yang mengalami ansietas
adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang
kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun dan
memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal-
hal lain. Respons fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang
adalah sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik mulut kering,
anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah. Respon kognitif orang yang
mengalami ansietas sedang adalah lapang persepsi yang menyempit,
rangsangan luar sulit diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian.
Adapun respons perilaku dan emosi adalah gerakan yang tersentak-sentak,
meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman .
c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal lain. Individu
sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk
memusatkan perhatian pada area lain. Respons-respons fisiologis ansietas
berat adalah napas pendek, nadi dan tekanan darah darah naik, banyak
berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami
ketegangan. Respon kognitif pada orang yang mengalami ansietas berat
adalah lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan
masalah. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak
aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit dan
sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan
sulit melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan pengarahan. Respons-
respons fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit dada,
pucat, hipotensi dan koordinasi motorik yang sangat rendah. Sementara
respons-respons kognitif penderita panik adalah lapang persepsi yang sangat
pendek sekali dan tidak mampu berpikir logis. Adapun respons perilaku dan
emosinya terlihat agitasi, mengamuk dan marah-marah, ketakutan dan
berteriak-teriak, blocking, kehilangan kontrol diri dan memiliki persepsi yang
kacau (Herry Zan Pieter, 2011)
D. Manifestasi
F. Pathway
Isolasi sosial
Stressor
Rentang respon ansietas
Respom adaptif respon maladaptif
Kay de Vriesb,Maureen Coombsa. 2015 . Managing social awkwardness when caring for
morbidly obese patients in intensive care: A focused ethnography.
prabowo, E. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta : Nuha Medika .
Nabila Ratu Fauziah, Yohanis Franz La Kahija. 2017. Sebuah Studi Kualitatif
Fenomenologis dengan Interpretative Phenomenological Analysis. Semarang
Indonesia : Jurnal Empati
Desi Purwanti, Helwiyah Ropi. 2013. Gambaran respons berduka pada anak remaja
dengan orang tua bercerai. Sumedang : jurnal keperawatan jiwa
Katja Linde, Julia Treml. 2017. Grief interventions for people bereaved by suicide: A
systematic review. https://doi.org/10.1371/ journal.pone.0179496 : PLOS