(NAPZA)
Oleh:
Tingkat 3C
JURUSAN KEPERAWATAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
(NAPZA)” dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Harapan kami semoga
makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang di
miliki kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata penulis banyak berterimakasih kepada dosen, maupun
mahasiswa dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Disekitar kita saat ini, banyak sekali zat-zat adiktif yang negatif dan
sangat berbahaya bagi tubuh. Dikenal dengan sebutan narkotika dan obat-
obatan terlarang. Dulu, narkoba hanya dipakai secara terbatas oleh beberapa
komunitas manusia di berbagai negara. Tapi kini, narkoba telah menyebar
dalam spektrum yang kian meluas. Para era modern dan kapitalisme
mutakhir, narkoba telah menjadi problem bagi umat manusia diberbagai
belahan bumi. Narkoba yang bisa mengobrak-abrik nalar yang cerah,
merusak jiwa dan raga, tak pelak bisa mengancam hari depan umat manusia.
Padahal 2.000 tahun yang lalu catatan-catatan mengenai penggunaan
cocaine di daerah Andes – penggunaan terkait adat, untuk survival/bertahan
hidup (sampai sekarang) menahan lapar dan rasa haus, rasa capek, bantu
bernafas, sedangkan Opium digunakan sebagai sedative (penawar rasa
sakit) dan aphrodisiac (perangsang). Dahulu pada banyak negara obat-
obatan ini digunakan untuk tujuan pengobatan , namun seiring berjalannya
waktu , penyalahgunaan napza dimulai oleh para dokter, yang meresepkan
bahan bahan napza baru untuk berbagai pengobatan padahal tahu mengenai
efek-efek sampingnya. Kemudian ketergantungan menjadi parah sesudah
ditemukannya morphine (1804) – diresepkan sebagai anaesthetic,
digunakan luas pada waktu perang di abad ke-19 hingga sekarang dan
penyalahgunaan napza diberbagai negra yang sulit untuk dikendalikan
hingga saat ini
1
2
Oleh karena itu, kita semua harus mewaspadai bahaya dan pengaruhnya
terhadap bahaya pertahanan generasi muda. Sektor kesehatan yang
memegang peranan penting dalam upaya penangguhan dukungan NAPZA.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa itu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
(NAPZA).
1.2.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui Definisi NAPZA.
2. Untuk mengetahui Etiologi NAPZA .
3. Untuk mengetahui Jenis atau Golongan NAPZA.
4. Untuk mengetahui Penatalaksanaan NAPZA.
5. Untuk mengetahui Dampak dari NAPZA.
6. Untuk mengerahui Asuhan Keperawatan NAPZA.
7. Untuk mengetahui Contoh Kasus Nyata tentang NAPZA.
8. Untuk mengetahui Solusi dari contoh kasus nyata.
9. Untuk mengetahui Hukum tentang NAPZA.
10. Untuk mengetahui Hukum untuk pemakai NAPZA.
11. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala NAPZA.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
NAPZA (Narkotika,Psikotropika, dan Zat Adiktif) adalah bahan/zat/obat
yang berasal dari tanaman atau bukan makanan baik sintetis maupun semi
sintesis dan jika masuk kedalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh
terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis (pikiran, perasaan, dan perilaku), dan fungsi sosialnya
karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) tehadap NAPZA.
3
4
c. Lingkungan Pergaulan
1. Berteman dengan pengguna narkoba.
2. Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar narkoba.
d. Lingkungan Masyarakat/Sosial
1. Lemahnya penegakan hukum.
2. Situasi politik, sosial, dan ekonomi yang kurang mendukung
3. Faktor NAPZA
a. Mudahnya NAPZA didapat di mana-mana dengan harga terjangkau.
b. Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk
dicoba.
c. Khasiat farmakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan
nyeri, menidurkan, membuat euforia/fly/stone/high/teler, dan lain-
lain.
Faktor-faktor tersebut di atas memang tidak selalu membuat seseorang kelak
menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor di
atas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA.
Penyalahguna NAPZA harus dipelajari kasus demi kasus. Faktor individu,
faktor lingkungan keluarga, dan teman sebaya/pergaulan tidak selalu sama
besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA.
Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga
yang harmonis dan cukup komunikatif menjadi penyalahguna NAPZA.
3. Zat Adiktif
Zat adiktif tidak termasuk narkotika maupun psikotropika, dimana
zat ini merupakan bentuk inhalasi dan penggunaanya dapat menimbulkan
ketergantungan. Zat adiktif ini mudah kita temukan di kehidupan sehari-
hari, misalnya Nikotin pada rokok, Etanol pada minuman beralkohol, dan
pelarut yang mudah menguap pada thiner, lem, dan lain-lain.Semua yang
termasuk dalam zat adiktif, pada kadar tertentu dapat memberikan efek
kencanduan pada penggunanya. Misalnya pada minuman
beralkhol. Minuman yang mengandung alkohol dapat dibagi menjadi 3
golongan, diantaranya:
a. Golongan A, mengandung alcohol dengan kadar etanol 1%-5%,
contohnya Green Sand dan Beer.
b. Golongan B, mengandung alcohol dengan kadar etanol 5%-20%,
contohnya Anggur Kolesom.
c. Golongan C, mengandung alcohol dengan kadar etanol 20%-55%,
contohnya Arak, Vodka, Wiski. Golongan ini dapat menyebabkan
kecanduan.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari
NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan:
a. Golongan Depresan (Downer), Adalah jenis NAPZA yang berfungsi
mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya
menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan
diri. Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein), sedative
(penenang), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas).
b. Golongan Stimulan (Upper), Adalah jenis NAPZA yang merangsang
fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat
pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh:
Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain
c. Golongan Halusinogen, Adalah jenis NAPZA yang dapat
menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran
11
1. Sstimulan
Pengguna zat ini menginginkan efek euphoria, meningkatnya energy
dan daya tahan tubuh, berbicara lancar, meningkatkan kesiagaan
mental, merasa bahagia dan bertenaga, lepasnya hambatan social,
adanya perasaan pintar, kemampuan dan kuasa yang tak realistis,
meningkatnya sensasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan,
meningkatnya gairah seksual. Banyak dari pengguna pun suka
ramah terhadap orang lain.
EfekEfek yang didapat dari memakai ekstasi, ialah perasaan
kehangatan emosional yang meningkat, meningkatnya empati
terhadap diri dan orang lain, penyimpangan persepsi waktu,
meningkatya sensasi, dan penyimpangan halusinasi visual.
PenggunaanPenggunaan zat golongan stimulant ini dapat membuat
pupil mata membesar, meningkatnya suhu badan, denyut jantung
dan tekanan darah, sakit kepala, kesulitan tidur, mudah cemas,
gelisah, mudah tersinggung, sakit perut dan mual, selera makan
berkurang dan kehilangan berat badan, meningkatnya agresi dan
kekerasan, menurunnya respon seksual (terjadi pada dosis tinggi)
dan halusinasi atau paranoid.
PenggunaPengguna zat ini memang bisa dikenali dari berat tubuh
yang menurun, tapi ada beberapa kasus, pengguna stimulan tidak
mengalami efek penurunan badan. Pengguna zat stimulant bisa tidak
tidur selama 24 jam, bahkan lebih, tapi setelah itu wajah dan tubuh
mereka akan terlihat kelelahan dan tidak berdaya.
Pengunaan zat stimulant sangat bisa menimbulkan kecanduan
(adiksi), setelah mengalami kelelahan, mereka akan mencari lagi zat
tersebut dengan alasan untuk memunculkan daya tahan tubuh
20
2. Depresan
Pengguna Depresan memakainya karena menginginkan efek;
relaksasi, menurun anxietas (kecemasan), menurunnya hambatan,
rasa sejahtera dan euphoria sedang. Efek samping dari penggunan
zat ini; konsentrasi buruk, kelemahan otot, koordinasi kurang, bicara
cadel, pening, reflex lambat, suka mual dan muntah, gangguan
penilaian, kebingungan mental, hiang ingatan dan emosi tumpul.
Melihat efek samping dari Depresan, pengguna dapat dikenali
dengan cara bicara yang cadel, gagap, terbata-bata, atau malas diajak
bicara. Lebih suka tidur. Mata sering merem, meski tidak dalam
keadaan tidur atau di tempat tidur. Berjalan sempoyongan. Malas
melakukan aktivitas, namun ada juga penggunaan dari jenis tersebut
(Benzodiazepine), justru membuat pengguna tetap beraktivitas,
bahkan ada yang menjadi lebih pintar setelah menggunakannya
(misalnya zat Lexotan).
3. Opioid
Mual dan muntah, kebingungan, pernafasan lambat,, sembelit,
penglihatan ganda atau kabur, pupil mengecil, pusing, pingsan, rasa
mengambang, otot kaku, ruam, gatal dan bintik merah pada kulit,
wajah memerah, mulut kering, lemah, agitasi, nafsu makan
berkurang dan hilang daya ingat atau melemah. suka gelisah, tidak
mau makan, muntah, kram, nyeri otot atau pegal-pegal, berkeringat,
21
4. Halusinogen
Rasa mual; sering muntah; berkeringat; rasa dingin dan menggigil;
“Bad trip” – halusinasi menakutkan, kebingungan, paranoia,
disorentasi, depresi, panic ; pupil melebar; sulit fokus, konsentrasi
dan berpikir; denyut jantung meningkat; hilang selera; sulit tidur;
mulut kering; tremor/gemetaran.
PemakaianPemakaian zat ini bisa mengakitbatkan keadaan psikosis
mirip Skizofrenia paranoid terhadap individu/pengguna yang rentan.
Bisa dikenali saat pengguna memakai zat ini, ciri-cirinya adalah
suka senyum-senyum sendiri, mudah tertawa, punya dunia sendiri,
tampak bahagia, tetapi ada juga yang mengalami sebaliknya (Bad
Trip), seperti bersedih, merasa banyak bersalah dan tidak berarti,
terus memikirkan dirinya sendiri, emosional, memunculkan
ketakutan atau paranoia yang tanpa disadari.
11. Data Psikososial
a. Konsep diri
1) Gambaran diri : Klien mungkin merasa tubuhnya baik-baik
saja
2) Identitas : Klien mungkin kurang puas terhadap dirinya sendiri
3) Peran : Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara
4) Ideal diri : Klien menginginkan keluarga yang harmonis,
memberinya support dan diperhatikan.
5) Harga diri : Kurangnya penghargaan keluarga terhadap
perannya dalam keluarga dan merasa tidak dihargai juga oleh
oranglain.
b. Hubungan sosial
22
B. Masalah Keperawatan
apan, polisi menemukan barang bukti berupa ganja seberat 6,01 gram. M
enurut polisi, saat ditangkap itu, Jefri Nichol diketahui telah membuka p
aket ganja yang dimilikinya. Penangkapan aktor muda itu berawal saat p
olisi mengintai Jefri yang membeli papir atau kertas penggulung tembak
au di sebuah kawasan Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kala itu,
Jefri sempat diinterogasi polisi terkait alasan membeli papir tersebut. Na
mun, Jefri menjawabnya secara terbata-bata sehingga menimbulkan kec
urigaan. Kemudian polisi memutuskan untuk melakukan penggeledahan
di apartemen Jefri di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Pemain film Dear
Nathan itu mengaku nekat mengonsumsi ganja untuk membantunya istir
ahat, ia juga mengeluhkan bahwa dirinya merasa tegang karena sedang
mempersiapkan film. Tetapi, ia mengakui bahwa tindakannya adalah tin
dakan yang salah meskipun untuk membantunya istirahat.
1. Promotif
Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau
program pembinaan. Pada program ini yang menjadi sasaran
pembinaanya adalah para anggota masyarakat yang belum memakai
atau bahkan belum mengenal narkoba sama sekali. Prinsip yang dijalani
oleh program ini adalah dengan meningkatkan peranan dan kegitanan
masyarakat agar kelompok ini menjadi lebih sejahtera secara nyata
sehingga mereka sama sekali tidak akan pernah berpikir untuk
memperoleh kebahagiaan dengan cara menggunakan narkoba. Bentuk
program yang ditawrkan antara lain pelatihan, dialog interaktif dan
lainnya pada kelompok belajar, kelompok olah raga, seni budaya, atau
28
2. Preventif
Pada program ini sudah menjadi tugas bagi para aparat terkait
seperti polisi, Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM), Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan
dan sebagainya. Tujuannya adalah agar narkoba dan bahan
pembuatnya tidak beredar sembarangan didalam masyarakat
namun melihat keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas,
program ini masih belum dapat berjalan optimal.
3. Kuratif
4. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan
raga yang ditujukan kepada penderita narkoba yang telah lama
menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakai dan bisa
bebas dari penyakit yang ikut menggerogotinya karena bekas pemakaian
narkoba. Kerusakan fisik, kerusakan mental dan penyakit bawaan
macam HIV/AIDS biasanya ikut menghampiri para pemakai narkoba.
Itulah sebabnya mengapa pengobatan narkoba tanpa program
rehabilitasi tidaklah bermanfaat. Setelah sembuh masih banyak masalah
yang harus dihadapi oleh bekas pemakai tersebut, yang terburuk adalah
para penderita akan merasa putus asa setelah dirinya tahu telah terjangit
penyakit macam HIV/AIDS dan lebih memilih untuk mengakhiri
dirinya sendiri. Cara yang paling banyak dilakukan dalam upaya bunuh
diri ini adalah dengan cara menyuntikkan dosis obat dalam jumlah
berlebihan yang mengakibatkan pemakai mengalami Over Dosis (OD).
Cara lain yang biasa digunakan untuk bunuh diri dalah dengan
melompat dari ketinggian, membenturkan kepala ke tembok atau
sengaja melempar dirinya untuk ditbrakkan pada kendaraaan yang
sedang lewat. Banyak upaya pemulihan namun keberhasilannya sendiri
sangat bergantung pada sikap profesionalisme lembaga yang menangani
program rehabilitasi ini, kesadaran dan kesungguhan penderita untuk
sembuh serta dukungan kerja sama antara penderita, keluarga dan
lembaga.Masalah yang paling sering timbul dan sulit sekali untuk
dihilangkan adalah mencegah datangnya kembali kambuh (relaps)
setelah penderita menjalani pengobatan. Relaps ini disebabkan oleh
keinginan kuat akibat salah satu sifat narkoba yang bernama
habitual.Cara yang paling efektif untuk menangani hal ini adalah dengan
melakukan rehabilitasi secara mental dan fisik.Untuk
pemakaipsikotropika biaanya tingkat keberhasilan setlah pengobatan
terbilang sering berhasil, bahkan ada yang bisa sembuh 100 persen.
32
5. Represif
mubazir. Oleh karena itu peranan semua sektor terkait termasuk para
orangtua, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok remaja dan
LSM di masyarakat, dalam pencegahan narkoba sangat penting.
1. Peran remaja
a. Pelatihan keterampilan.
2. Peran orangtua
c. Kegiatan Kemasyarakatan
e. Sistem Rujukan
g. Organisasi
Adapun Pasal 111, 112, 113, 114 jo 132 adalah pasal sanksi pidana
yang dapat diterapkan/dikenakan bagi pihak yang memiliki narkotika
untuk mengedarkan, menjual atau pihak yang menjadi kurir
(perantara). Sedangkan Pasal 127 adalah pasal yang dapat
diterapkan/dikenakan bagi pihak yang memiliki narkotika sebagai
penyalahguna atau pecandu
38
Adapun sanksi penjara pada Pasal 111, 112, 113, 114 adalah minimal
4 tahun dan maksimal hukuman mati. Sedangkan sanksi pada Pasal
127 adalah rehabilitasi atau maksimal penjara 4 tahun. Terdapat
hukuman penjara yang cukup berbeda/signifikan antara pasal
tersebut.
Bekas suntikan atau jeratan di lengan atau kaki (bisa disembunyikan dengan
memaksa memakai lengan panjang, bahkan di hari yang sangat panas
Luka bakar atau gosong pada jari atau bibir (dari bakaran rokok ganja atau
menghisap substansi lainnya)
Hiperaktif
Terlihat sangat takut, paranoid, atau gugup
Luar biasa gembira
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
NAPZA adalah suatu zat atau obat yang bersal dari tanaman yang
dapat mempengaruhi tubuh terutama otak sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis maupun fungsi sosial. Penyebab dari penyalahgunaan
NAPZA itu sendiri terjadi karena faktor individu (seperti rasa
keingintahuan, depresi, maupun hanya sekedar untuk bersenang-senang)
dan juga faktor lingkungan (seperti pola asuh orang tua yang kurang tepat
dan pergaulan bebas dengan pengguna NAPZA).
Menurut UU RI No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika, jenis NAPZA
terbagi menjadi narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Ketiga jenis
NAPZA tersebut memiliki berbagai macam golongan yang sama-sama
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menyebabkan
ketergantungan atau kecanduan bagi yang pernah mencobanya.
Karena maraknya penyalahgunaan NAPZA, khususnya pada
kelompok usia 15-24 tahun, sektor kesehatan memiliki peranan penting
dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Penanggulangan tersebut
dapat dilakukan melalui upaya promotif dan preventif dengan cara
penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan (Knowledge),
merubah sikap (Attitude), mendorong motivasi serta memberikan support.
Selain itu, dapat pula dilakukan upaya terapi dan rehabilitasi bagi seseorang
yang telah menggunakan NAPZA dengan tujuan untuk abstinensia atau
menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA.
43
44
3.3 Saran
Diera globalisasi ini, kita perlu meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan diri serta koping yang baik agar tidak terjerumus dalam jeratan
NAPZA. Maka dari itu, kita sebagai tenaga kesehatan memiliki peranan
yang penting untuk memberantasnya. Dan diharapkan BNN (Badan
Narkotika Nasional) dapat terus berupaya untuk menangkap semua pelaku
yang terjerat narkotika.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Data dan Informasi (2014). Pengguna narkoba dapat dicegah dan dapat
direhabilitasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Pusat Data dan Informasi. (2017). Anti narkoba sedunia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI
Setiawan, Parta (2019). Pengertian dan 3 Jenis NAPZA menurut para ahli.
Tersedia: https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-dan-3-jenis-napza-
menurut-para-ahli/. Diakses pada tanggal 26 Juli 2019.
Sumiati, dkk. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta: Trans Info
Media.
45
46
Puspita, Sinatrya Tyas. (2019). Fakta Kasus Jefri Nichol, Penangkapan hingg
a Alasan Konsumsi Narkoba. https://www.tribunnews.com/seleb/2019/
07/26/fakta-kasus-jefri-nichol-kronologi-penangkapan-hingga-alasan-k
onsumsi-narkoba?page=3. Diakses pada 29 Juli 2019