Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian
Terapi okupasi adalah penyembuhan atau pengobatan, sedangkan okupasi adalah
pekerjaan, aktivitas, kesibukan, jabatan.
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada
pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan
bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang
lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Okupasi terapi adalah profesi kesehatan yang menangani pasien/klien dengan gangguan
fisik dan atau mental baik yang bersifat sementara atau menetap dengan menggunakan aktifitas
terapeutik yang disesuaikan untuk membantu mempertahankan atau meningkatkan komponen
kinerja okupasional (sensomotorik, persepsi, kognitif, social dan spiritual) dan area kinerja
okupasional (aktifitas sehari-hari/Acivity Dailly Living/ADL, produktifitas/productivity, dan
pemanfaatan waktu luang/Leisure Activity) sehingga pasien/klien mampu meningkatkan
kemandirian fungsional, meningkatkan derajat kesehatan dan partisipasi di masyarakat sesuai
perannya. (SkMenkes RI No 571/MENKES/SK/VI/2008, 2008).
a. Pengertian terapi okupasi secara umum
Terapi okupasi adalah suatu upaya penyembuhan atau pengobatan terhadap suatu
gangguan dengan cara pemberian tugas, kesibukan atau pekerjaan tertentu agar anak dapat
mengembangkan diri dan mengembangkan diri dan mengembangkan potensinya semaksimal
mungkin.
b. Pengertian terapi okupasi dari segi medis
Terapi okupasi adalah suatu pertolongan yang bertujuan untuk memperbaiki otot-otot
dengan cara menggerakkan otot-otot sendi.
c. Pengertian melalui aspek Edukatif
Terapi okupasi merupakan suatu bidang kegiatan yang bersifat pengemabangan dari
bidang studi keterampilan, prakarya dan pekerjaan tangan.

B. Karakteristik Aktivitas Terapi Okupasi


Aktivitas dalam okupasi terapi adalah segala macam aktivitas yang dapat menyibukkan
seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan berkembang, sekaligus
sebagai sumber kepuasan emosional maupun fisik. Oleh karena itu setiap aktivitas yang
digunakan dalam okupasi terapi harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas. Jadi bukan hanya
sekedar menyibukkan lansia.
2. Mempunyai arti tertentu bagi lansia, artinya dikenal oleh atau ada kegunaannya terhadap
upaya penyembuhan penyakitnya.
3. Lansia harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa kegunaannya terhadap
upaya penyembuhan penyakitnya.
4. Harus dapat melibatkan lansia secara aktif walaupun minimal

C. Tujuan terapi okupasi


Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan
membuat atau mengasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya membuat bunga
dari bahan yang mudah di dapat (pelepah pisang, sedotan, botol bekas dll).
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009), adalah:
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental.
1. Menciptakan kondisi tertentu sehingga lansia dapat mengembangkan kemampuannya
untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
2. Membantu melepasksan dorongan emosi secara wajar.
3. Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya
4. Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnose dan terapi
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak, sendi, otot dan
koordinasi gerakan.
c. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, buang air besar dan
sebagainya.
d. Membantu lansia menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah dan memberi saran
penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
e. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki.
f. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba lansia untuk mengetahui kemampuan
mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan bersosialisasi, bakat, minat dan potensi dan lain-
lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya ke pekerjaan yang tepat dalam latihan kerja.
g. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah lansia kembali di lingkungan
masyarakat.
h. Membantu penderita untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama masa
rawat dengan berguna.
D. Jenis Terapi Okupasi
Menurut Creek (2002) okupasi terapi bergerak pada tiga area, atau yang biasa disebut
dengan occupational performance yaitu, activity of daily living (perawatan diri), productivity
(kerja), dan leisure (pemanfaatan waktu luang) bagaimanapun setiap individu yang hidup
memerlukan ketiga komponen tersebut. Individu-individu tersebut perlu melakukan perawatan
diri seperti aktivitas makan, mandi, berpaikaian, berhias, dan sebagainya tanpa memerlukan
bantuan dari orang lain.
Individu juga perlu bekerja untuk bisa mempertahankan hidup dan mendapat kepuasan
atau makna dalam hidupnya. Selain itu penting juga dalam kegiatan refresing, penyaluran hobi,
dan pemanfaatan waktu luang untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat disela-sela
kepenatan bekerja. Semua itu terangkum dalam terapi okupasi yang bertujuan mengembalikan
fungsi individu agar menemukan kembali makna atau arti hidup.
Jenis terapi okupasi menurut Rogers & Holm (2004) dan Creek (2002) yaitu :
1. Aktivitas sehari-hari (Activity of Daily Living).
Aktivitas yang dituju untuk merawat diri yang juga disebut Basic Activites of Daily Living
atau Personal Activities of Daily Living terdiri dari : kebutuhan dasar fisik (makan, cara
makan, kemampuan berpindah, merawat benda pribadi, tidur, buang air besar, mandi dan
menjaga kebersihan pribadi) dan fungsi kelangsungan hidup (memasak, berpakaian,
berbelanja, dan menjaga lingkungan hidup seseorang agar tetap sehat).
2. Pekerjaan
Kerja adalah kegiatan produktif, baik dibayar atau tidak dibayar. Perkerjaan dimana
seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya biasanya menjadi bagian penting dari
identitas pribadi dan peran sosial, memberinya posisi dalam masyarakat, dan rasa nilai
sendiri sebagai anggota yang ikut berperan. Pekerjaan yang berbeda diberi nilai-nilai sosial
yang berbeda pada masyarakat.
Termasuk aktivitas yang diperlukan untuk dilibatkan pada pekerjaan yang menguntungkan
atau menghasilkan atau aktivitas sukarela seperti minat pekerjaan, mencari pekerjaan dan
kemahiran, tampilan pekerjaan, persiapan pengunduran dan penyesuaian, partisipasi
sukarela, relawan sukarela. Pekerjaan secara individu memiliki banyak fungsi yaitu
pekerjaan memberikan orang peran utama dalam masyarakat dan posisi sosial, pekerjaan
sebagai sarana dari mata pencaharian, memberikan struktur untuk pembagian waktu untuk
kegiatan lain yang dapat direncanakan, dapat memberikan rasa tujuan hidup dan nilai hidup,
dapat menjadi bagian penting dari identitas pribadi seseorang dan sumber harga diri, dapat
menjadi forum untuk bertemu orang-orang dan membangun hubungan, dan dapat menjadi
suatu kepentingan dan sumber kepuasan.
3. Waktu luang
Aktivitas mengisi waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan pada waktu luang yang
bermotivasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta mengalihkan perhatian lansia.
Aktivitas tidak wajib yang pada hakekatnya kebebasan beraktivitas.
Adapun jenis aktivitas waktu luang seperti menjelajah waktu luang (mengidentifikasi minat,
keterampilan, kesempatan, dan aktivitas waktu luang yang sesuai) dan partisipasi waktu
luang (merencanakan dan berpartisipasi dalam aktivitas waktu luang yang sesuai , mengatur
keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang lainnya, dan memperoleh, memakai, dan
mengatur peralatan dan barang yang sesuai).
E. Aktivitas Terapi Okupasi
Mengungkapkan aktivitas yang digunakan dalam terapi okupasi, sangat dipengaruhi oleh
konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh kemampuan
si terapi sendiri (oengetahuan, keterampilan, minat dan kreativitasnya). (Muhaj, 2009).
a. Jenis
Jenis kegiatan yang dapat dilakukan meliputi: latihan gerak badan, olahraga, permainan
tangan, kesehatan, kebersihan, kerapian pribadi, pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan
sehari-hari, seperti dengan mengajarkan merapikan tempat tidur, menyapu dan mengepel),
praktik prevokasional, dan seni (tari, lukis, drama, dan lain-lain), rekreasi (tamasya, nonton
bioskop atau drama), disukusi dengan topic tertentu (berita surat kabar, majalah, televise,
radio atau keadaan lingkungan) (Muhaj, 2009).
b. Aktivitas
Aktivitas adalah segala macam aktivitas yang dapat menyibukkan seseorang secara
produktif yaitu sebagai sumber kepuasaan emosional maupun fisik.
Salah satu kegiatan yang dilakukan lanjut usia pada waktu senggang antara lain:
Membuat kerajinan tangan
1. Alat dan bahan yang digunakan
a. Sedotan
b. Gunting
c. Kunci
d. Kertas krep
e. Benang
2. Cara pembuatan batang dari sedotan dan bunga dari kertas krep adalah
a. Gunting pinggiran sedotan secara setengah lingkaran selang seling kiri dan kanan
b. Serut sedotan yang sudah digunting tersebut dengan kunci, begitu seterusnya
sampai slesai
c. Gunting kertas krep dengan panjang dan warna sesuai keinganan
d. Tempelkan 2 keras krep yang berbeda warna
e. Bentuk kertas krep dari ujung ke ujung sehingga membentuk bunga
F. Indikasi Terapi Okupasi
Riyad dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa indikasi dari terapi okupasi sebagai berikut:
a. Lansia dengan kelainan tingkah laku, seperti lansia harga diri rendah yang disertai denan
kesulitan berkomunikasi.
b. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi terhadap rangsang tidak
wajar
c. Lansia yang mengalami kemunduran
d. Lansia dengan cacat tubuh disertai gangguan kepribadian
e. Lansia yang mudah mengekspresikan perasaan melalui aktivitas
f. Lansia yang mudah belajar sesuatu dengan praktik langsung daripada membayangkan

G. Tahapan Terapi Okupasi


Menurut Tirta & Putra (2008) dan UNtari (2006). Adapun tahapan terapi okupasi, antara lain :
1. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi sangat menentukan bagi tahap-tahap berikutnya. Pada tahap awal dibentuk
hubungan kerjasama antara terapis dan pasien/lansia, yang kemudian akan dilanjutkan
selama tahap terapi okupasi. Tahap ini juga disebut tahapan kognitif yang memfokuskan
kemampuan pekerjaan yang berorientasi pada keterampilan kognitif. Tahap evaluasi dibagi
menjadi 2 langkah yaitu :
a. Langkah pertama adalah profil pekerjaan (occupational profile) dimana terapis
mengumpulkan informasi mengenai riwayat dan pengalaman pekerjaan pasien, pola
hidup sehari-hari, minat, dan kebutuhannya. Dengan pendekatan “client-centered’,
informasi tersebut dikumpulkan untuk dapat memahami apa yang penting dan sangat
bermakna bagi pasien saat ini, apa yang ingin dan perlu dilakukannya, serta
mengidentifkasi pengalaman dan minat sebelumnya yang mungkin akan memahami
persoalan dan masalah yang ada saat ini.
b. Langkah kedua adalah anlisa tampilan pekerjaan (analysis of occupational
performance). Tampilan pekerjaan yang dimaksud adalah kemampuan untuk
melaksanakan aktivitas dalam kehidupan keseharian, yang meliputi aktivitas dasar hidu
sehari–hari, pendidikan, bekerja, bermain, mengisi, waktu luang, dan partisipasi social.
Hal yang juga diperhatikan pada tahap awal atau kognitif ini adalah membangkitkan ide
saat waktu luang pasien/lansia, mempelajari berapa banyaj kemungkinan atay waktu
dihabiskan, membandingkan beberapa kegiatan yang menyenangkan disbanding
bekerja, mengatur waktu untuk hal yang menyenangkan (kebutuhan, pilihan, hambatan,
dan minat), dan mengatur waktu diri sendiri. Keterampilan, memproses keterampilan,
menyalurkan keterampilan, dan ketegasan pasien.
2. Tahap Intervensi
Tahap ontervensi yang terbagi dalam 3 langkah, yaitu rencana intervensi, implementasi
intervensi, dan peninjauan (review) intervensi. Rencana intervensi adlah sebua rencana
yang dibangun berdasa pada hasil tahap evaluasi dan menggambarkan pendekatan terapi
okupasi serta jenis intervensi yang terpilih, guna mencapai target hasil akhir yang
ditentukan oleh pasien.
Rencana intervensi ini dibangun secara bersama-sama dengan pasien (termasuk pada
beberapa kasusu bisa bersama keluarga atau orang lain yang berpengaruh), dan berdasarkan
tujuan serta prioritas pasien. Rencana intervensi yang telah terususun kemudian
dilaksanakan sebagai implementasi intervensi yang mana diartikan sebagai tahap
keterampilan dalam mempengaruhi perubahan tampilan pekerjaan pasien, membmbing
pekerjaan atau aktivitas untuk mendukung partisipasi. Langkah ini adalah tahap bersama
antara pasien, ahli, dan asisten terapi okupasi.
Implementasi intervensi terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual maupun
berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi, dan lain-lain.
Metode individual bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan sekaligus
untuk berinteraksi dengan cukup baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan
mengganggu kelancaran suatu kelompok, dan pasien yang sedang menjalani latihan kerja
dengan tujuan agar terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif. Sedangkan metode
kelompok dilakukan untuk pasien lama tas dasar seleksi dengan masalah atau hampir
bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi beberapa pasien
sekaligus.
Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok maka terapis
harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan
kegiatan tersebut. Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan
dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih
mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan
dengan jenis aktivitas yang akan dilakukan dan kemampuan terapis mengawasi.
Sedangkan peninjauan intervensi diartikan sebagai suatu tahap berkelanjutan untuk
mengevaluasi dan meninjau kembali rencana intervensi sebelumnya, efektivitas
pelaksanaannya, sejauh mana perkembangan yang telah diacapai untuk menunjukkan target
hasil akhir. Bilamana dibutuhkan, pada langkah ini dapat dilakukan perubahan terhadap
rencana intervensi.
3. Tahap Hasil Akhir
Tahap akhir pada terapi okupasi adalah hasil akhir (outcome). Hasil akhir disini
diartikan sebagai dimensi penting dari kesehatan yang berhubungan dengan intervensi,
termasuk kemampuan untuk berfungsi, persepsi kesehatan, dan kepuasan dengan penuh
perhatian. Pada tahap ini ditentukan apakah sudah berhasil mencapai target hasil akhir yang
diinginkan atau tidak. Jadi hasil akhir dalam bentuk tampilan okupasi, kepuasaan pasien,
kompetensi aturan, adaptasi, pencegahan, dan kualitas hidup.
H. Analisa Aktivitas Terapi Okupasi
Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa dari kegiatan terapi okupasi,
meliputi : jenis kegiatan yang dilakukan seperti latihan gerak badan atau pekerjaan sehari-hari,
maksud dan tujuan dari kegiatan dilakukan dan manfaatnya bagi klien, sarana atau alat atau
aktivitas dilakukan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan, persiapan terhadap
sarana pendukung dank lien maupun perawat, pelaksanaan dari kegiatan yang telah
direncanakan, kontra indikasi dan disukai klien atau tidak disukai yang disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki oleh lansia.

Anda mungkin juga menyukai