Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Angka kematian bayi dan anak masih menjadi masalah yang serius
secara global terutama di Negara yang sedang berkembang termasuk di
Indonesia. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002–2003 didapati angka kematian bayi 35 per 1000 dan angka kematian balita
(AKABA) 46 per 1000 kelahiran hidup. Sebagian besar kematian tersebut atau
hampir 12 juta anak meninggal sebelum usia lima tahun dan (70%) di antaranya
disebabkan karena penyakit infeksi, ISPA, diare, malaria, kekurangan gizi dan
campak dengan komplikasinya atau gabungan dari penyakit itu (Nurhayati,
Dasuki, & Wibowo, 2010).
Upaya World Health Organization (WHO) untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan secara global adalah mengenalkan Sick Child Initiative
(SCI) atau Integreted Management of Childhood (IMCI) yaitu langkah-langkah
pengambilan keputusan dalam mengelola anak balita sakit. Usaha
meningkatkan cakupan penemuan dan meningkatkan tata laksana pneumonia
pada anak balita, Depkes telah menerapkan Manajemen Kesehatan Balita Sakit
(MTBS) di Unit Pelayanan Kesehatan Dasar (Nurhayati et al., 2010).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 melaporkan
hampir 6 juta anak balita meninggal dunia, 16% dari jumlah tersebut disebabkan
oleh pneumonia sebagai pembunuh balita nomor 1 di dunia. Berdasarkan data
Badan PBB untuk anak-anak (UNICEF), ditahun yang sama terdapat kurang
lebih 14 persen dari 147.000 anak di bawah usia 5 tahun di Indonesia meninggal
karena pneumonia (Prayogi, 2017).
Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak
dibandingkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.
Persentasenya yaitu 19% dari semua penyebab kematian balita, kemudian
disusul diare 17%, sehingga World Health Organization (WHO) menyebutnya
sebagai pneuomonia is the leading killer of children worldwide. Setiap tahun di

1
2

dunia diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia dari 9
juta total kematian balita. Diantara lima kematian balita, satu disebabkan oleh
pneumonia, namun tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini sehingga
pneumonia disebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau the forgotten
killer of children (Efni, Machmud, & Pertiwi, 2016). Gejala pneumonia adalah
berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak.
Diperkirakan sebanyak 2 juta balita meninggal setiap tahunnya di negara
berkembang karena pneumonia. Angka kejadian pneumonia balita di dunia
diperkirakan lebih dari 150 juta kasus setiap tahunnya (Padmonobo, Setiani, &
Joko, 2012).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-
paru (alveoli). Usia anak-anak, pneumonia merupakan salah satu penyebab
kematian terbesar terutama di negara berkembang termasuk Indonesia.
Mortalitas anak karena pneumonia di negara berkembang mencapai 4 juta
kematian per tahun. Angka kematian sedangkan insidensi pneumonia pada
balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21%. Adapun angka kesakitan
diperkirakan mencapai 250 hingga per 1000 anak balita setiap tahunnya.
Faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia anak balita
antara lain: karakteristik ibu (pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang
pneumonia, pekerjaan ibu), faktor pada anak balita (pemberian ASI eksklusif,
status imunisasi anak balita, status gizi anak balita, BBLR dan jenis kelamin
anak balita), faktor lingkungan (kepadatan hunian, pencemaran udara dalam
rumah, jarak ke fasilitas kesehatan (Rasyid, 2013).
Kondisi lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dan perilaku penggunaan bahan bakar dapat meningkatkan risiko terjadinya
berbagai penyakit seperti TB, katarak, dan pneumonia. Rumah yang padat
penghuni, pencemaran udara dalam ruang akibat penggunaan bahan bakar padat
(kayu bakar/arang), dan perilaku merokok dari orang tua merupakan faktor
lingkungan yang dapat meningkatkan kerentanan balita terhadap pneumonia
(Anwar & Dharmayanti, 2014).
Ada beberapa cara pencegahan penyakit pneumonia. Untuk mencegah
penyakit pneumonia perlu pastisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga

2
3

terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh


kebersihan di dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk
menghindari penyakit pneumonia (Husada, 2015).
Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia meliputi
perawatan selama masa kehamilan, perbaikan gizi balita, memberikan imunisasi
lengkap pada anak, memeriksakan anak sendiri apabila terserang batuk,
menjauhkan balita dari penderita batuk, memberikan ASI eksklusif pada anak,
mengatasi faktor lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan (dengan
memberikan kompor bersih dalam ruangan terjangkau) dan mendorong
kebersihan yang baik di rumah juga dapat mengurangi jumlah anak-anak yang
jatuh sakit terkena pneumonia (Husada, 2015).
Data di ruangan Bengkirai RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti
Samboja pada 3 bulan terakhir adalah di ruangan anakn ada 24 yang menderita
pneumonia, di ruangan Ulin 6 orang anak, di VIP orang anak, di poli anak ada
44 anak yang menderita pneumonia.
GAMBARAN SECARA UMUM
B. Rumusan Masalah
Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru dimana asinus terisi
dengan cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke
dalam dinding-dinding alveoli dan rongga interstisium yang ditandai dengan
batuk disertai nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak usia balita (Ridha,
2014).
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap orang tua dengan
tindakan pencegahan Pneumonia pada balita di RSUD Aji Batara Agung
Dewa Sakti Samboja Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi pengetahuan orang tua tentang tindakan
pencegahan Pneumonia pada balita di RSUD Aji Batara Agung
Dewa Sakti Samboja.

3
4

2. Untuk mengidentifikasi sikap orang tua tentang pencegahan


Pneumonia pada balita di RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti
Samboja.
3. Untuk mengidentifikasi tindakan orang tua terkait pencegahan
Pneumonia pada balita di RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti
Samboja.
4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan orang tua dengan dengan
tindakan pencegahan pneumonia pada balita di RSUD Aji Batara
Agung Dewa Sakti Samboja.
5. Unruk mengetahui hubungan sikap orang tua dengan tindakan
pencegahan pneumonia pada balita di RSUD Aji Batara Agung Dewa
Sakti Samboja.
6. Untuk menganalisa hubungan pengetahuan dan sikap orang tua
dengan tindakan pencegahan pneumonia pada balita di RSUD Aji
Batara Agung Dewa Sakti Samboja.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi intansi


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam
upaya meningkatkan manajemen pengelolaan orang tua tentang
tindakan pencegahan pneumonia di RSUD Aji Batara Agung Dewa
Sakti Samboja.

2. Manfaat bagi responden


Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan
pemahaman bagi masyarakat khususnya ibu balita mengenai faktor
risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita,
sehingga ibu balita dapat melakukan pencegahan-pencegahan agar
balitanya tidak terkena pneumonia.

4
5

3. Manfaat Bagi peneliti


Menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan khususnya
masalah penyakit pneumonia.

E. Penelitian Terkait
1. Menurut Erwan Trisnanto dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran
pengetahuan ibu tentang pneumonia pada balita di wilayah kerja UPTD
Kesehatan Kecamatan Sanawetan Kota Blitar, hasilnya adalah
pengetahuan ibu tentang pneumonia pada balita dari 30 ibu yang
memiliki pengetahuan baik sebesar 53% (16 ibu), cukup sebesar 40%
(12 ibu), dan kurang sebesar 6,7% (2 ibu). Hasil tersebut didukung oleh
ibu mendapat informasi dari petugas pemberi pelayanan kesehatan, ibu
yang tidak bekerja, status gizi anak, lama anak konsumsi ASI dan status
imunisasi anak.

2. Muchlis Riza, Sherli Shobur, dalam penelitiannya Hubungan


pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dengan kejadian pneumonia pada
balita di IRNA anak RSMH Palembang tahun 2008, hasilnya ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu
dengan kejadian pneumonia pada balita.

3. Dinar Septi Pratiwi, Moch. Yunus, Rara Warih Gayatri, pada


penelitiannya Hubungan antara faktor perilaku orang tua dengan
kejadian pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Kota
Malang, hasilnya adalah terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan
merokok orang tua, kebiasaan mencuci tangan setelah batuk/bersin,
kebiasaan membuka jendela kamar tidur dan kebiasaan membuka
jendela ruang tamu dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Perbedaan dengan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah lokasi


penelitiannya, waktu penelitian, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian, dan

5
6

saya akan melakukan peneitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap orang
tua dengan tindakan pencegahan pneumonia pada balita di RSUD Aji Batara Agung
Dewa Sakit Samboja.

Anda mungkin juga menyukai