Anda di halaman 1dari 17

ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan Orang Tua dengan Sikap Pencegahan Pneumonia


pada Balita di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti
Samboja

Nurul Fakhrani1, Siti Mukaromah 2, Kiki Hardiansyah S 3

Latar Belakang : Angka kematian balita di dunia masih tinggi, menurut WHO
tahun 2015 melaporkan hampir 6 juta anak balita meninggal dunia, 16% dari
jumlah tersebut disebabkan oleh pneumonia sebagai pembunuh balita nomor 1 di
dunia. Hal ini dapat dicegah jika orang tua memiliki pengetahuan yang baik dan
sikap positif sehingga dapat melakukan pencegahan pneumonia. Tujuan:
Menganalisis hubungan pengetahuan orang tua dengan sikap pencegahan
pneumonia pada balita. Metode: Jenis penelitian menggunakan deskripsi analitik
dengan pendekatan rancangan penelitian case control. Sampel penelitian
sebanyak 44 responden dengan tekhnik consecutive sampling Analisa data
menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil: pengetahuan orang tua tentang
pencegahan Pneumonia sebagian besar kurang (54.5%), sikap orang tua tentang
pencegahan Pneumonia sebagian besar negatif (56.8%). Ada hubungan
pengetahuan orang tua dengan sikap pencegahan pneumonia pada balita.
Kesimpulan: pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi sikap pencegahan
pneumonia pada balita. Semakin tinggi pengetahuan maka semakin baik pula
sikap pencegahan pneumonianya. Saran: Direkomendasikan bagi perawat untuk
memberikan edukasi kepada orang tua pasien dan memberikan bimbingan cara
pencegahan pneumonia.

Kata Kunci: Pengetahuan Orang Tua, Sikap Pencegahan


1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiyata
Husada Samarinda

ABSTRACT

The Correlation of Parents’ Knowledge with the Prevention of Pneumonia in


Toddlers in Perinatology of Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja

Nurul Fakhrani1, Siti Mukaromah 2, Kiki Hardiansyah S 3

Background: The under-five mortality rate in the world is still high, according to
the WHO in 2015 reported that nearly 6 million children under five were died, 16%
of this number was caused by pneumonia as the number 1 killer of toddlers in the
world. This can be prevented if parents have good knowledge and positive attitude
so they can prevent pneumonia. Aim: to analyze the correlation parents’
knowledge with prevention of pheumonia in toodlers. Method: this study used
descriptive analysisi with case control design. The samples in this study were 44
participants with consecutive sampling and the analysis used Chi Square statistics
analysis. Result: Parents’knowledge about prevention of pneumonia most of was
(54,5%), the attitude of parents about the prevention of pneumonia in negative was
(56,8%). there is a correlation parents’ knowledge with the prevention of
pneumonia for toddlers. Conclusion: the good knowledge will effect the
prevention attitude of pneumonia for toddlers. The higher knowledge they will get
the better they will prevent pneumonia. Suggestion: it recommends for the nurses
to give the education for the parents and give advice about the way of prevent
pneumonia.

Keywords: Parents’ knowledge, prevention attitude

1,2,3
The Nursery Department, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiyata Husada
Samarinda

A. Latar Belakang Masalah menurunkan angka kematian dan


Angka kematian bayi dan anak kesakitan secara global adalah
masih menjadi masalah yang serius mengenalkan Sick Child Initiative (SCI)
secara global terutama di Negara yang atau Integreted Management of
sedang berkembang termasuk di Childhood (IMCI) yaitu langkah-
Indonesia. Data Survei Demografi dan langkah pengambilan keputusan dalam
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun mengelola anak balita sakit. Usaha
2002–2003 didapati angka kematian meningkatkan cakupan penemuan dan
bayi 35 per 1000 dan angka kematian meningkatkan tata laksana pneumonia
balita (AKABA) 46 per 1000 kelahiran pada anak balita, Depkes telah
hidup. Sebagian besar kematian menerapkan Manajemen Kesehatan
tersebut atau hampir 12 juta anak Balita Sakit (MTBS) di Unit Pelayanan
meninggal sebelum usia lima tahun dan Kesehatan Dasar (Nurhayati et al.,
(70%) di antaranya disebabkan karena 2010).
penyakit infeksi, ISPA, diare, malaria, World Health Organization
kekurangan gizi dan campak dengan (WHO) pada tahun 2015 melaporkan
komplikasinya atau gabungan dari hampir 6 juta anak balita meninggal
penyakit itu (Nurhayati, Dasuki, & dunia, 16% dari jumlah tersebut
Wibowo, 2010). disebabkan oleh pneumonia sebagai
Upaya World Health pembunuh balita nomor 1 di dunia.
Organization (WHO) untuk Berdasarkan data Badan PBB untuk
anak-anak United Nations Children’s memeriksakan anak sendiri apabila
Fund (UNICEF), ditahun yang sama terserang batuk, menjauhkan balita dari
terdapat kurang lebih 14 persen dari penderita batuk, memberikan ASI
147.000 anak di bawah usia 5 tahun di eksklusif pada anak, mengatasi faktor
Indonesia meninggal karena lingkungan seperti polusi udara dalam
pneumonia (Prayogi, 2017). ruangan (dengan memberikan kompor
Gejala pneumonia adalah bersih dalam ruangan terjangkau) dan
berupa napas cepat dan napas sesak, mendorong kebersihan yang baik di
karena paru meradang secara rumah juga dapat mengurangi jumlah
mendadak. Diperkirakan sebanyak 2 anak-anak yang jatuh sakit terkena
juta balita meninggal setiap tahunnya di pneumonia. Oleh karena itu,
negara berkembang karena pencegahan pneumonia memerlukan
pneumonia. Angka kejadian partisipasi aktif dari masyarakat atau
pneumonia balita di dunia diperkirakan keluarga terutama ibu rumah tangga,
lebih dari 150 juta kasus setiap karena pneumonia sangat di pengaruhi
tahunnya (Padmonobo, Setiani, & Joko, oleh kebersihan di dalam dan di luar
2012). rumah (Dwi, 2015).
Pencegahan adalah salah satu Soekidjo Notoatmodjo
upaya dan merupakan komponen (2005:54) mengemukakan sikap
strategis pemberantasan pneumonia memiliki tingkat-tingkat berdasarkan
pada anak yang terdiri dari pencegahan intensitas sebagai berikut: (1).
melalui imunisasi dan non-imunisasi. Menerima (receiving), diartikan bahwa
Imunisasi terhadap pathogen yang seseorang atau subjek mau menerima
bertanggung jawab terhadap stimulus yang diberikan (objek); (2).
pneumonia merupakan strategis Menanggapi (responding), diartikan
pencegahan yang spesifik sedangkan memberikan jawaban atau tanggapan
pencegahan non-imunisasi merupakan terhadap pernyataan atau objek yang
pencegahan yang non spesifik dihadapi; (3). Menghargai (valuing),
misalnya mengatasi faktor fisiko (Timor diartikan subjek atau seseorang
et al., 2017). memberikan nilai yang positif terhadap
Upaya untuk mencegah objek atau stimulus, dalam arti
terjadinya penyakit pneumonia meliputi membahasnya dengan orang lain dan
perawatan selama masa kehamilan, bahkan mengajak atau mempengaruhi
perbaikan gizi balita, memberikan atau menganjurkan orang lain
imunisasi lengkap pada anak, merespon; (5) bertanggung jawab
(responsible), merupakan sikap yang mengatakan bahwa anaknya menderita
paling tinggi tingkatannya. Mau pneumonia karena masih terdapat
bertanggung jawab terhadap apa yang anggota keluarga yang merokok
diyakininya. Berani mengambil risiko didalam rumah. Balita yang terpapar
terhadap apa sudah diyakininya (Mami asap rokok secara terus menerus dapat
Wijiastuti, 2011). beresiko terkena pneumonia. Dari
Berdasarkan studi pendahuluan beberapa orang tua yang peneliti
yang telah peneliti lakukan di ruangan wawancarai mengatakan bahwa masih
anak RSUD Aji Batara Agung Dewa belum mengetahui tentang penyakit
Sakti Samboja di dapatkan data adalah pneumonia pada balita, dan belum
50 yang menderita pneumonia. Peran mengetahui tanda dan gejala tentang
ibu sangat berpengaruh dalam penyakit pneumonia begitu pun dengan
menjaga kesehatan seorang anak. tindakan pencegahannya, mulai dari
Perilaku yang positif seperti kegiatan pemberian ASI yang tidak diberikan,
imunisasi dan pengaturan ventilasi imunisasi yang tidak lengkap, dan
dalam rumah membuat keadaan anak kebersihan lingkungan tempat tinggal
sehat dan kuat, sebaliknya perilaku yang masih kurang diperhatikan. Sikap
yang negatif seperti jarang orang tua masih kurang merespon
membersihkan rumah dan lingkungan ketika masih ada orang yang merokok
sekitarnya dapat menyebabkan anak disekitar balitanya. Selain itu sikap
mudah sakit dan terserang penyakit. orang tua yang lainnya yaitu tidak
Perilaku ibu seperti pemberian memberikan imunisasi kepada
makanan, perawatan balita yang tidak balitanya.
atau kurang baik dapat mempengaruhi Berdasarkan penelitian diatas
terjadinya pneumonia (Riza & Shobur, perlu kajian lebih lanjut tentang
2009). hubungan pengetahuan dengan sikap
Hasil wawancara dengan orang tua terhadap pneumonia pada
beberapa orang tua tentang balita di Ruang Anak RSUD Aji Batara
pencegahan penyakit pneumonia, Agung Dewa Sakti Samboja.

Penelitian ini merupakan jenis


METODE PENELITIAN
Jenis Dan Rancangan Penelitian penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain deskriptif analitik dengan rancangan
penelitian yang digunakan case control untuk dipilih menjadi anggota
yaitu peneliti melakukan pengukuran pada sampel (Sugiyoni, 2014).
variabel dependen terlebih dahulu, Pengambilan sampel dengan
sedangkan variabel independen ditelusuri consecutive sampling yaitu
secara retrospektif untuk menentukan ada pemilihan sampel dengan
tidaknya faktor (variabel independen) yang menetapkan subjek yang
berperan (Nursalam, 2017). memenuhi kriteria penelitian
dimasukkan dalam penelitian
A. Populasi dan Sampel Penelitian sampai kurun waktu tertentu,
1. Populasi sehingga jumlah klien yang
Populasi dalam penelitian diperlukan terpenuhi
ini adalah semua orang tua yang (Sastroasmoro & Ismail, 1995: 49).
memiliki balita yang di rawat di
1. Karakteristik Responden
ruang rawat inap anak RSUD Aji
Karakteristik Umur, Pendidikan, Pekerjaan,
Batara Agung Dewa Sakti Samboja Umur Balita dan Jenis Kelamin Balita di
yang berjumlah 50 orang. Ruang Anak RSUD Aji Batara Dewa Sakti
Samboja
Karakteri Katagori Frekue Persent
2. Sampel Penelitian stik nsi ase (%)
20 – 25 6 13.6
Sampel terdiri atas bagian populasi Tahun 10 22.7
terjangkau yang dapat di pergunakan 26 – 30 17 38.6
Tahun 7 15.9
sebagai subjek penelitian melalui sampling Umur
31 – 35 4 9.1
Orang
(Nursalam, 2017). Tahun
Tua
36 – 40
Sampel yang digunakan pada Tahun
penelitian ini adalah orang tua yang 41 – 45
tahun
memiliki balita yang dirawat di Jumlah 44 100
ruang rawat inap anak RSUD Aji SMP 4 9.1
Pendidik
SMA 27 61.4
Batara Agung Dewa Sakti Samboja. an
Perguru 13 29.5
Orang
Jumlah sampel pada penelitian ini an
Tua
Tinggi
adalah 44 sampel.
Jumlah 44 100
3. Tekhnik Pengambilan Sampling Ibu 29 65.9
Rumah 8 18.2
Tekhnik sampling dengan Pekerjaa
Tangga 7 15.9
n Orang
non probability sampling yaitu PNS
Tua
Wiraswa
tekhnik pengambilan sampel
sta
dengan memberikan peluang yang Jumlah 44 100
sama bagi setiap anggota populasi Umur Infant 13 29.5
Balita (0-12 Bl) 20 45.5
Sikap p
pencegahan va O
Pe Total
Pneumonia lu R a. Sikap Orang Tua
nge e
tah
Positi Nega
uan
f tif
n % n % n % Tabel Distribusi Frekuensi Sikap
4.3. Pencegahan Pneumonia
Bai 5 8 1 1 6 10 0. -
k 3 6. 0 00 di Ruang Anak RSUD Aji
. 7 3 Batara Dewa Sakti
3 Samboja
Cu 9 6 5 3 1 10
kup 4 5. 4 0 Sikap Frekuensi Persentase
. 7 Pencegahan (%)
3 Positif 19 43.2
Kur 5 2 1 7 2 10 Negatif 25 56.8
ang 0 9 9. 4 0 Jumlah 44 100
. 2
1. Analisa Bivariat
8
Ju 1 4 2 5 4 10 Tabel 4.4. Hubungan Pengetahuan Orang
mla 9 3 5 8. 4 0 tua dengan sikap pencegahan Pneumonia
h . 8 pada balita di Ruang Rawat Inap Anak
2 RSUD Aji Batara Dewa Sakti Samboja
Toddler 11 25.0
(1-3 Th)
Pra
Sekolah Dari tabel 4.4. diatas dapat dilihat
(3-5 Th)
Jumlah 44 100 bahwa dari 6 responden yang memiliki
Jenis Laki-laki 26 59.1 pengetahuan baik sebagian besar sikap
Kelamin Peremp 18 40.9
Balita uan pencegahan pneumonianya juga positif
Jumlah 44 100 yaitu sebanyak 5 orang (83.3%) dan hanya
2. Analisa Univariat
1 orang (16.7%) sikap tpencegahan
a. Pengetahuan
pneumonianya negatif, dari 14 orang
Berdasarkan hasil kuesioner yang
dengan pengetahuan cukup sebagian
telah diisi, maka dapat dibuat distribusi
besar yaitu 9 orang (64.3%) sikap
frekuensi pengetahuan sebagai berikut:
pencegahan pneumonianya positif dan 5
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi
PengetahuanResponden orang (35.7%) sikap pencegahan
di Ruang Anak RSUD pneumonianya negatif, sedangkan dari 24
Aji Batara Dewa Sakti
Samboja responden yang memiliki pengetahuan
kurang, sebagian besar sikap pencegahan
Pengetahua Frekuensi Persentase pneumonianya negatif yaitu sebanyak 19
n (%)
Baik 6 13.6 orang (79.2%) dan hanya 5 orang (20.8%)
Cukup 14 31.8 sikap pencegahan pneumonianya positif.
Kurang 24 54.5
Jumlah 44 100
Berdasarkan analisis statistik tabel
3 x 2 untuk variabel pengetahuan dengan
sikap pencegahan pneumonia didapat nilai
expect < 5 lebih dari 20% yaitu sebanyak 2
cells (33.3%), sesuai dengan ketentuan
syarat analisis chi square apabila terdapat
nilai expect < 5 lebih dari 20%, maka
dilakukan penggabungan katagori, adapun
hasil penggabungan katagori adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Hubungan Pengetahuan Orang
Tua Dengan Sikap pencegahan
Pneumonia pada balita di Ruang Anak Di
RSUD Aji Batara Dewa Sakti Samboja

Sikap Total
p
Pencegahan
Penge va O
Pneumonia
tahua lu R
Positi Nega
n e
f tif
n % n % n %
Baik 1 7 6 3 2 1 0. 8.
4 0. 0. 0 0 00 86
0 0 0 3 7
Kuran 9 6 5 3 1 1
g 4. 5. 4 0
3 7 0
Jumla 1 4 2 5 4 1
h 9 3. 5 8. 4 0
2 8 0
A. Pembahasan penting untuk terbentuknya tindakan
Setelah melakukan analisa seseorang. Dari pengalaman dan
univariat dan analisa bivariat, maka penelitian ternyata perilaku yang
selanjutnya dilakukan pembahasan didasari oleh pengetahuan akan lebih
sebagai berikut: langgeng daripada perilaku yang
1. Pengetahuan orang tua tidak didasari oleh pengetahuan.
Hasil penelitian yang diperoleh Berdasarkan data penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar menunjukkan bahwa tingkat
responden memiliki pengetahuan pengetahuan responden masih
kurang yaitu sebanyak 24 orang berada tingkat tidak baik karena
(54.5%). Hal ini menjelaskan bahwa orang tua balita yang anaknya
orang tua dari balita yang menderita menderita pneumonia hanya sebatas
pneumonia dan dirawat dirumah sakit tahu saja, mereka tahu tentang
kurang memahami masalah pneumonia, tanda dan gejalanya
pneumonia baik pengertian tetapi responden memiliki
pneumonia, tanda dan gejala, pengetahuan kurang tentang
penularan, dampak dan penularannya, cara pengobatan dan
pencegahannya. pencegahannya. Hanya sebagian
Pengetahuan merupakan responden yang memiliki
hasil dari kata tahu setelah pengetahuan baik tentang
seseorang melakukan pengindraan pneumonia.
terhadap suatu obyek tertentu. Tingkat pengetahuan
Pengindaraan terjadi melalui panca dipengaruhi oleh beberapa faktor
indra manusia, yakni indra seperti pendidikan, hal ini seperti
penglihatan, penciuman, yang dikemukakan oleh Notoatmodjo
pendengaran, raba, dan rasa. (2013), yang mengatakan bahwa
Sebagian besar pengetahuan tingkat pendidikan juga merupakan
manusia diperoleh melalui mata dan salah satu faktor yang
telinga. Pengetahuan merupakan mempengaruhi persepsi seseorang
domain yang sangat penting untuk atau lebih mudah menerima ide-ide
terbentuknya perilaku manusia dan teknologi. Pendidikan meliputi
(Sundari & Tiarani, 2015). peranan penting dalam menentukan
Notoatmodjo (2012) kualitas manusia. Dengan
pengetahuan atau kognitif pendidikan manusia dianggap akan
merupakan domain yang sangat memperoleh pengetahuan dan
implikasinya. Semakin tinggi yang tidak memberikan imunisasi
pendidikan, hidup manusia akan lengkap terhadap anaknya karena
semakin berkualitas karena tidak mengetahui bahwa salah satu
pendidikan yang tinggi akan fungsi imunisasi adalah mencegah
membuahkan pengetahuan yang pneumonia. Kemudian pertanyaan
baik yang menjadikan hidup yang tentang rumah yang jendelanya tidak
berkualitas (Sundari & Tiarani, 2015). pernah dibuka dapat mempermudah
Pengetahuan tentang anak terkena penyakit pneumonia
penyakit pneumonia tidak hanya yang menjawab benar hanya 43%,
dilakukan secara klinis tetapi dapat hal ini dapat dilihat dari kebiasaan
juga dilakukan dengan masyarakatnya yang tidak
memperhatikan lingkungan tempat memperhatikan kebutuhan udara
tinggal dan mengetahui faktor-faktor dengan memberikan ventilasi yang
yang dapat cukup dirumah, kebiasaan
menyebabkan penularan penyakit masyarakat yang tidak membuka
pneumonia kepada balita. Hasil jendela rumah dan membiarkan
penelitian masih ada ibu yang cahaya matahari masuk kedalam
memiliki balita tidak mengetahui rumah. Selanjutnya adalah
penularan penyakit pneumonia dari pertanyaan tentang penyakit
orang sekitar yang sedang batuk. pneumonia bisa menular lewat
Kemudian tempat tinggal yang tidak makanan yang menjawab benar
memenuhi syarat kesehatan dapat sebanyak 50%, pertanyaan ini juga
menyebabkan penyakit pneumonia banyak yang menjawab salah karena
pada balita (Rahim, 2013). pemahaman masyarakat yang hanya
Tingkat pengetahuan mengetahui bahwa penularan hanya
responden mengenai pneumonia lewat udara tetapi tidak mengetahui
masih banyak yang kurang, hal ini bahwa penularan juga bisa lewat
dapat dilihat dari jawaban responden makanan karena mereka hanya
dimana responden paling sedikit mengetahui penularan lewat udara.
menjawab benar yaitu pertanyaan Sementara itu beberapa
tentang pemberian imunisasi lengkap pertanyaan menunjukkan bahwa
dapat mencegah terjadinya penyakit masyarakat banyak mengetahuinya
pneumonia dimana responden yang seperti pertanyaan tentang asap
menjawab benar hanya 33%, hal ini rokok/pembakaran bisa
disebabkan karena banyak orang tua menyebabkan anak balita mudah
terkena pneumonia yang dijawab mudah orang tersebut untuk
benar sebanyak 88%, hal ini karena menerima informasi. Semakin
masyarakat sudah diberikan banyak informasi yang masuk
pemahaman mengenai bahaya asap semakin banyak pula pengetahuan
rokok terhadap balita. Kemudian yang didapat. Pengetahuan sangat
pertanyaan tentang penyebab erat kaitannya dengan pendidikan
penyakit pneumonia adalah bakteri, dimana seseorang dengan
virus & jamur yang menjawab benar pendidikan tinggi akan semakin luas
sebanyak 75%, hal ini dapat pengetahuannya.
dipahami karena masalah penyebab Rendahnya tingkat
pneumonia ini sering diinformasikan pengetahuan orang tua yang memiliki
oleh tenaga kesehatan. Pertanyaan balita yang menderita pneumonia
selanjutnya adalah tentang masuk disebabkan karena kurangnya
angin bisa menyebabkan pneumonia informasi yang diperoleh orang tua
dijawab benar sebanyak 73%, hal ini tentang pneumonia yang dilakukan
karena sudah menjadi pemahaman oleh tenaga kesehatan dan
di masyarakat bahwa jika anak sering kurangnya kemauan orang tua untuk
batuk dikatakan masuk angin dan mencari informasi mengenai
merupakan menjadi penyebab pneumonia sehingga menyebabkan
pneumonia pada balita. informasi yang diperoleh menganai
Berdasarkan hasil penelitian pneumonia masih kurang.
dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap 2. Sikap pencegahan pneumonia
pengetahuan seseorang, hasil Hasil penelitian yang diperoleh
penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa sebagian besar
sebagian besar responden memiliki responden memiliki sikap negatif
tingkat pendidikan SMA, dan masih yaitu sebanyak 25 orang (56.8%). Hal
ada yang berpendidikan SMP, dan ini menjelaskan bahwa orang tua dari
responden yang berpendidikan balita yang menderita pneumonia
sarjana hanya sedikit. Tingkat dan dirawat dirumah sakit memiliki
pendidikan dapat membawa sikap negatif terhadap sakit dan
wawasan atau pengetahuan penyakit, cara pemeliharaan dan
seseorang. Pendidikan cara hidup sehat serta sikap terhadap
mempengaruhi proses belajar. Makin kesehatan lingkungan.
tinggi pendidikan seseorang makin
Sikap adalah juga merespon bertindak (tend to behave), artinya
tertutup seseorang terhadap stimulus sikap merupakan komponen yang
atau objek tertentu, yang sudah mendahului tindakan atau perilaku
melibatkan faktor pendapat dan terbuka.
emosi yang bersangkutan (senang – Berdasarkan data penelitian
tidak senang, setuju – tidak setuju, menunjukkan bahwa sikap orang tua
baik – tidak baik, dan sebagainya). terhadap penyakit pneumonia masih
Newcomb, salah seorang ahli banyak yang buruk terutama sikap
psikologi sosial menyatakan bahwa terhadap sakit dan penyakit, masih
sikap merupakan kesiapan atau banyak orang tua yang menganggap
kesediaan untuk bertindak, dan ringan penyakit pneumonia ini
bukan merupakan pelaksanaan motif sehingga pengobatannya menjadi
tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap terlambat dan menyebabkan
belum merupakan tindakan (reaksi pneumonia menjadi parah dan harus
terbuka) atau aktivitas, akan tetapi dirawat di rumah sakit.
merupakan faktor predisposisi Sikap negatif pada
perilaku (reaksi tertutup) masyarakat dapat dilihat dari
(Notoatmodjo, 2012). jawaban responden terhadap
Sikap seseorang terhadap pertanyaan yang diajukan. Untuk
penyakit akan mempengaruhi pertanyaan tentang anggota
tindakannya karena sikap keluarga yang sedang merokok
merupakan respon tertutup dan disuruh keluar rumah sehingga tidak
belum menjadi perilaku. Notoatmodjo dekat dengan anak sebanyak 21
(2012) menjelaskan sikap terdiri dari orang menjawab tidak setuju, hal ini
3 komponen pokok, yaitu: (1). menunjukkan bahwa kesadaran
Kepercayaan atau keyakinan, ide orang tua terutama anggota keluarga
dan konsep terhadap objek. yang merokok sangat rendah
Bagaimana keyakinan dan pendapat terhadap kesehatan anak.
atau pemikiran seseorang terhadap Pertanyaan selanjutnya adalah
objek; (2). Kehidupan emosional atau tentang Orang tua tidak perlu belajar
evaluasi orang terhadap objek, memberikan obat secara benar
artinya bagaimana penilaian kepada anak menderita penyakit
(terkandung didalamnya faktor pneumonia yang menjawab tidak
emosi) orang tersebut terhadap setuju sebanyak 16 orang dan yang
objek; (3). Kecenderungan untuk menjawab sangat tidak setuju
sebanyak 2 orang, hal ini karena gizi yang baik dapat mencegah anak
orang tua sangat tergantung dari pneumonia. Pertanyaan
pengobatan pada anak dengan selanjutnya adalah tentang rumah
tenaga kesehatan dan tidak mandiri harus dibersihkan dari debu setiap
dalam pengobatan anak. Pertanyaan hari untuk mencegah pneumonia
selanjutnya dirumah harus dibuat dimana yang menjawab sangat
lubang asap dapur dimana yang setuju sebanyak 19 orang dan yang
menjawab tidak setuju sebanyak 16 menjawab setuju sebanyak 14 orang,
orang, hal ini karena masyarakat hal ini karena orang tua memahami
bahwa asap dapur tidak bahwa debu dapat menyebabkan
menyebabkan pneumonia pada anak pneumonia.
sehingga tidak perlu ada lubang asap Masih banyaknya orang tua
dapur di rumah. yang memiliki sikap buruk terhadap
Meskipun secara penyakit pneumonia disebabkan
keseluruhan sikap orang tua negatif karena kurangnya pengetahuan
tetapi beberapa pertanyaan dijawab serta pemahaman mengenai
secara positif oleh responden. pneumonia, orang tua menganggap
Pertanyaan mengenai penyakit bahwa balita yang pilek dan batuk itu
pneumonia adalah penyakit menular adalah hal yang biasa terjadi pada
jadi tindakan pencegahan harus balita. Hal ini yang menyebabkan
dilakukan jika ada orang yang orang tua tidak mengetahui
menderita pneumonia responden mengenai tanda dan gejala awal
yang menjawab sangat setuju pneumonia dan orang tua baru
sebanyak 19 orang dan menjawab menganggap serius ketika balita
setuju sebanyak 15 orang, hal ini sudah mengalami sesak napas
karena masyarakat sudah ataupun batuk yang lama.
mengetahui bahwa penyakit
pneumonia dapat menular. 3. Hubungan Pengetahuan Orang
Pertanyaan selanjutnya adalah Tua dengan Sikap Pencegahan
tentang anak harus mendapatkan gizi Pneumonia pada balita di ruangan
yang cukup untuk mencegah anak RSUD Aji Batara Agung
pneumonia dimna 19 orang Dewa Sakti Samboja
menjawab sangat setuju dan 13 Hasil penelitian yang telah
orang menjawab setuju, hal ini dilakukan menunjukkan bahwa ada
karena orang tua memahami bahwa hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan sikap orang tua atau memperlihatkan, menerima,
terhadap pneumonia di ruang rawat mengakui, menyetujui atau
inap anak RSUD Aji Batara Agung melaksanakan norma-norma yang
Dewa Sakti Samboja. Hal ini berlaku dimana individu tersebut
menjelaskan bahwa pengetahuan berada. Sebaliknya bila ia memiliki
yang baik berpengaruh pada sikap sikap yang buruk terhadap suatu
orang tua terhadap penyakit rangsangan atau objek kesehatan,
pneumonia. maka ia akan memiliki sikap yang
Hasil penelitian ini menunjukkan atau memperlihatkan
membuktikan teori yang penolakan atau menjadi rentan untuk
dikemukakan oleh Notoatmodjo tidak menyetujui terhadap norma-
(2012) yang menyatakan bahwa norma yang berlaku dimana individu
perilaku seseorang dipengaruhi tersebut berada. Sikap seseorang
salah satunya oleh pengetahuan. akan mempengaruhi perilakunya
Sama halnya yang dikemukakan teori termasuk tindakan pencegahan
Lawrence Green bahwa perilaku pneumonia (Riza & Shobur, 2009).
sesorang ditentukan salah satunya Penelitian ini selaras dengan
yaitu pengetahuan. Seseorang yang penelitian yang dilakukan oleh
tidak mau mengimunisasikan Riskayati dengan judul penelitian
anaknya dikarenakan orang tersebut Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
tidak atau belum mengatahui Ibu Balita Terhadap Penyakit
manfaat imunisasi bagi anaknya Pneumonia Di Puskesmas
(predisposing factors). Tenggede. Hasil penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang
membuktikan teori yang signifikan antara pengetahuan
dikemukakan oleh Yuwono (2008) dengan sikap orang tua terhadap
yang menyatakan bahwa Setelah penyakit pneumonia (p value =
seseorang mengetahui stimulus dan 0.017).
objek, proses selanjutnya akan Pengetahuan tentang
menilai atau bersikap terhadap penyakit pneumonia tidak hanya
stimulus atau objek kesehatan. dilakukan secara klinis tetapi dapat
Apabila individu memiliki sikap yang juga dilakukan dengan
positif terhadap suatu stimulus atau memperhatikan lingkungan tempat
objek kesehatan maka ia akan tinggal. Dan mengetahui faktor-faktor
mempunyai sikap yang menunjukkan yang dapat menyebabkan penularan
penyakit pneumonia kepada balita. Pencegahan adalah salah
Hasil penelitian masih ada ibu yang satu upaya dan merupakan
memiliki balita tidak mengetahui komponen strategis pemberantasan
penularan penyakit pneumonia dari pneumonia pada anak yang terdiri
orang sekitar yang sedang batuk. dari pencegahan melalui imunisasi
Kemudian tempat tinggal yang tidak dan non-imunisasi. Imunisasi
memenuhi syarat kesehatan dapat terhadap pathogen yang
menyebabkan penyakit pneumonia bertanggung jawab terhadap
pada balita (Rahim, 2013). pneumonia merupakan strategis
Untuk mengurangi terjadinya pencegahan yang spesifik
penyakit pneumonia maka sedangkan pencegahan non-
pencegahan perlu dilakukan. imunisasi merupakan pencegahan
Pencegahan pneumonia selain yang non spesifik misalnya
dengan menghindarkan atau mengatasi faktor fisiko (Timor et al.,
mengurangi faktor risiko dapat 2017).
dilakukan dengan beberapa Berdasarkan hasil penelitian
pendekatan, yaitu dengan dapat dilihat bahwa responden yang
pendekatan pendidikan kesehatan di memiliki pengetahuan baik sebagian
komunitas, perbaikan gizi, pelatihan besar memiliki sikap positif yaitu
petugas kesehatan dalam hal sebesar 70% dan sebaliknya
memanfaatkan pedoman diagnosis responden yang memiliki
dan pengobatan pneumonia, pengetahuan kurang sebagian besar
penggunaan antibiotik yang benar sikap terhadap pneumonianya juga
dan efektif, dan waktu untuk merujuk negatif yaitu sebesar 79.2%. Hal ini
yang tepat dan segera bagi kasus menjelaskan bahwa ada
yang pneumonia berat. Peningkatan kecenderungan orang tua yang
gizi termasuk pemberian ASI memiliki pengetahuan kurang akan
eksklusif dan asupan zinc, memiliki sikap negatif terhadap
peningkatan cakupan imunisasi, dan pneumonia karena kurangnya
pengurangan polusi udara didalam pengetahuan tentang pencegahan
ruangan dapat pula mengurangi pneumonia.
faktor risiko. Selain itu mencuci Sikap ibu yang negatif
tangan juga dapat mengurangi tentang pneumonia disebabkan
kejadian pneumonia. karena kurangnya pemahaman
mengenai pneumonia dan adanya
anggapan bahwa pneumonia DAFTAR PUSTAKA
merupakan penyakit yang biasa
terjadi pada balita. Orang tua Alfaqinisa, R. (2015). Hubungan
kadang-kadang meremehkan tanda Antara Tingkat Pengetahuan,
Sikap, Dan Perilaku Orang Tua
dan gejala awal pneumonia. Sikap Tentang Pneumonia Dengan
inilah yang menyebabkan orang tua Tingkat Kekambuhan
Pneumonia Pada Balita Di
tidak melakukan antisipasi terhadap Wilayah Kerja Puskesmas
penyebab atau penularan Ngesrep Kota Semarang Tahun
2015. Jurusan Ilmu Kesehatan
pneumonia, orang tua tidak Masyarakat Fakultas Ilmu
melakuan pencegahan seperti Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang, oktober.
menjaga kebersihan lingkungan, Retrieved from
membawa balita berobat ketika ada https://lib.unnes.ac.id/22943/
gejala pneumonia ataupun Anwar, A., & Dharmayanti, I. (2014).
menghindarkan balita dari faktor Artikel Penelitian 359.
Pneumonia Among Children
resiko seperti ventilasi di rumah, asap Under Five Years of Age in
rokok dan kebersihan lingkungan. Indonesia, 8(8), 359–365.
https://doi.org/10.1016/S0090-
A. Kesimpulan 4295(00)00847-5
1. Pengetahuan orang tua tentang Dwi Hartanti. (2015). Hubungan
pencegahan Pneumonia pada pengetahuan ibu balita dengan
perilaku pencegahan penyakit
balita di ruang rawat inap anak pneumonia di ruang rawat inap
RSUD Aji Batara Agung Dewa anak rsud dr. Moewardi.
Hubungan pengetahuan ibu
Sakti Samboja sebagian besar balita dengan perilaku
kurang. pencegahan penyakit
pneumonia di ruang rawat inap
2. Sikap pencegahan Pneumonia anak rsud dr. Moewardi.
pada balita di ruang rawat inap
Efni, Y., Machmud, R., & Pertiwi,
anak RSUD Aji Batara Agung D.(2016). Faktor Risiko yang
Dewa Sakti Samboja sebagian Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita di
besar negatif. Kelurahan Air Tawar Barat
3. Ada hubungan pengetahuan Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 5(2), 365–370.
orang tua dengan sikap Retrieved from
pencegahan pneumonia pada http://jurnal.fk.unand.ac.id

balita di ruang rawat inap anak Ghrahani D.M,R., Sudarwati, S.,


RSUD Aji Batara Agung Dewa Kartasasmita, C. B., Suardi, A.
U., & Wulandari, D. A. (2014).
Sakti Samboja. Kematian Akibat Pneumonia
Berat pada Anak Balita. Majalah
Kedokteran Bandung, 45(1),
50–55. 43-6-1064
https://doi.org/10.15395/mkb.v4
5n1.140 Rasyid, Z. (2013). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian
Hartati, S. (2011). JAKARTA Pneumonia Anak Balita di
JAKARTA. Analisis Faktor RSUD Bangkinang Kabupaten
Risiko Yang Berhubungan Kampar Factors Associated
Dengan Kejadian Pneumonia With Occurenceof Childhood
Pada Anak Balita Di RSUD Pneumonia In Bangkinang
Pasar Rebo Jakarta, 22–24. Hospital Kampar Regency.
Jurnal Kesehatan Komunitas,
Mami Wijiastuti. (2011). Efektifitas 2(5), 136–140.
Penyuluhan Denagn Metode
Diskusi Kelompok Dalam Ridha. (2014). Definisi Peneumonia.
Peningkatan Pengetahuan Askep Pneumonia, (2000).
Sikap Dan Perilaku Ibu Tentang
Riza, M., & Shobur, S. (2009).
Pencegahan Pneumonia Pada
Hubungan Pengetahuan, Sikap
Balita. Efektifitas Penyuluhan
Dan Tindakan Ibu Dengan
Denagn Metode Diskusi
Kejadian Pneumonia Pada
Kelompok Dalam Peningkatan
Balita Di Irna Anak Rsmh
Pengetahuan Sikap Dan
Palembang Tahun 2008. Jurnal
Perilaku Ibu Tentang
Pembangunan Manusia, 8(2).
Pencegahan Pneumonia Pada
Balita. Scot et al, 2008. (2016). Hubungan
Status Gizi dengan Derajat
Nurhayati, Dasuki, D., & Wibowo, T.
Pneumonia pada Balita di
(2010). Evaluasi Pelayanan
RS.Dr.M. Djamil Padang. Jurnal
Manajemen Terpadu Balita
Kesehatan Andalas, 5(1), 250–
Sakit Terhadap. Berita
255.
Kedokteran Masyarakat, 26(4),
211–217. Sundari, S., & Tiarani, F. (2015).
Tingkat Pengetahuan Ibu
Padmonobo, H.,
Tentang Pneumonia Pada Balita
Setiani,O.,&Joko,T.(2012).
Usia 1-5 Tahun. Skripsi
Hubungan Faktor-Faktor
Akademi Kebidanan Ummi
Lingkungan Fisik Rumah
Khasanah.
dengan Kejadian Pneumonia
pada Balita di Wilayah Kerja Timor, T. K., Doli, J., Donsu, T.,
Puskesmas Jati barang Susana, S., Keperawatan, J.,
Kabupaten Brebes. Jurnal Kemenkes, P., … Bumi, T.
Kesehatan Lingkungan (2017). Gambaran Sikap
Indonesia, 11(2), 194–198. Keluarga Tentang Pencegah
https://doi.org/10.14710/jkli.11.2 Penyakit Pneumonia Pada
.194 - 198 Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Piyungan Bantul,
Rahim, R. (2013). Hubungan
10(3),51–59.Retrievedfrom
Pengetahuan Dan Sikap Ibu
https://www.mendeley.com/cata
Balita Dengan Perilaku
logue/gambaran-sikap-
Pencegahan Penyakit
keluarga-tentang-pencegah-
Pneumonia Di Wilayah Kerja
penyakit-pneumonia-pada-
Puskesmas Putri Ayu. Artikel
balita-di-wilayah-kerja-
Ilmiah.
puskesmas-p/
https://doi.org/10.1360/zd-2013-

Anda mungkin juga menyukai