Anda di halaman 1dari 6

Karakteristik Demam Berdarah Dengue pada Anak di Rumah Sakit

Roemani Semarang

Wiwik Durrotun Nisa, Harsoyo Notoatmojo , Afiana Rohmani

Resume

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Negara – Negara tropis


seperti di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit Demam Berdarah (DBD) ini semula hanya di temukan di
kota – kota besar, namun beberapa tahun terakhir terdapat pula di daerah sub
urban dan pedesaan yang mulai padat penduduknya.2 Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Indonesia ditemukan pertama kali di Surabaya pada tahun
1968, empat belas tahun setelah Kejadian Luar Biasa (KLB) di Manila (Filipina),
akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Penyakit DBD
menyebar ke berbagai daerah sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di
Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali
ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam
jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi
KLB setiap tahun dan penyakit DBD bisa menyebabkan kematian. Sampai saat ini
infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia.

Hasil telaah

Demam berdarah adalah suatu penyakit yang akibat gigitan nyam uk aedes
aegypti. Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak
dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang
berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral
maupun selular, antara lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti
komplemen. Demam berdarah bisa menyebabkan kematian. Antibodi terhadap
virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam hari ke-5, meningkat
pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari.

Demam berdarah dapat di cegah dengan cara membasmi nyamuk-nyamuk


yang menyebabkan deman berdarah. Kemudian dengan membersihkan rumah dari
sampah-sampah yang menyababkan nyamuk dan genangan air yang tergenang
disekitaran rumah yang biasanya merupakan tempat nyamuk untuk berkembang
biak. Kegiatan ini biasa kita sebut dengan 3 M yanitu menguras, mengubur dan
menutup.
Artikel Penelitian

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Kejadian Diare


Akut pada Balita di Kelurahan Lubuk Buaya Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Buaya Padang Tahun 2013

Silvia Rane, Yusri Dianne Jurnalis , Djusmaini Ismail

Resume

Berdasarkan data WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap
tahun. Di Indonesia, diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua
terbesar pada balita dan urutan ketiga bagi bayi serta urutan kelima bagi semua
umur. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan
dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama negara berkembang dan
sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak
di dunia. Secara umum diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia dibawah 5
tahun di dunia meninggal setiap tahun, 20% diantaranya meninggal karena infeksi
diare.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya diare diantaranya adalah
pengetahuan orang tua, personal hygiene yang kurang, lingkungan yang tidak
bersih, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. Pengetahuan orang tua
merupakan salah satu penyebab terjadinya diare karena ketidaktahuan orang tua
akan penyebab diare, bagaimana cara penularan diare dan cara pencegahan diare
sehingga angka kejadiaan diare menjadi tinggi.
Tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada balita dinilai melalui 20
pertanyaan di dalam kuesioner mengenai definisi, etiologi, patofisiologi,
medikasi, pencegahan diare serta manajemen gejala termasuk meminimalisasi
faktor penyebab.

Hasil Telaah
Pengetahuan ibu mengenai diare merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya diare akut seperti ketidaktahuan ibu akan penyebab
diare, bagaimana cara penularan diare, dan cara pencegahan diare. Hal ini
menyebabkan angka kejadian diare akut menjadi tinggi. Peran kita sebagai
petugas kesehatan disini sangatlah penting dalam melakukan upaya promotif dan
preventif kepada masyarakat terkait dengan penyuluhan dan sosialisasi mengenai
bagaimana penanganan diare pada anak. Dan untuk melakukan tindakan preventif
dimana dalam hal ini, penggunaan memberikan edukasi kepada orang tua juga
sangat penting untuk mengurangi angka kematian pada anak akibbat diare.
Sebagai seorang tenaga kesehatan, kita harus siap dan siaga dalam memberikan
penyuluhan mengenai kesehatn-kesehatan yang sangat penting bagi masyarakat
terutama pada para orang tua.
Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada
Balita Di Puskesmas Ikur Koto Kota Padang

Rigustia,R1, Zeffira,L 2, Vani,AT3

Resume

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut


bagian bawah yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia dibawah lima tahun terutama di negara yang sedang berkembang.1
Pneumonia pada balita dapat menyebabkan balita yang meninggal sekitar 2.500
anak setiap harinya. Secara statistik, balita yang meninggal di seluruh dunia akibat
pneumonia pada tahun 2015 adalah 16 % dari semua kematian pada balita yaitu
sebanyak 920.136 anak. status gizi balita yang terkena pneumonia paling banyak
adalah dengan status gizi normal, hal itu dikarenakan saat ini penanganan dan
perawatan balita dengan status gizi buruk sudah semakin baik sehingga bisa
mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat status gizi buruk.

Bayi dengan berat lahir rendah pembentukan zat anti kekebalan kurang
sempurna, pertumbuhan dan maturasi organ dan alatalat tubuh belum sempurna
akibatnya bayi dengan berat badan lahir rendah lebih mudah mendapatkan
komplikasi dan infeksi, terutama pneumonia dan penyakit pernapasan lainnya.
hubungan yang tidak bermakna antara bayi berat lahir rendah dengan kejadian
pneumonia.10 Pada saat ini penanganan dan perawatan bayi dengan BBLR sudah
semakin baik sehingga bisa mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat
BBLR.

Hasil telaah

Faktor Anak Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita


adalah sebagai berikut:

a. Status gizi balita yang terkena pneumonia paling banyak adalah dengan status
gizi normal, hal itu dikarenakan saat ini penanganan dan perawatan balita
dengan status gizi buruk sudah semakin baik sehingga bisa mengurangi angka
kesakitan dan kematian akibat status gizi buruk.
b. Umur balita dengan kejadian pneumonia pada balita dikarenakan Bayi dan
balita memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang masih lemah dibanding
orang dewasa, sehingga balita masuk ke dalam kelompok yang rawan
terhadap infeksi seperti influenza dan pneumonia. Hal ini disebabkan oleh
imunitas yang belum sempurna dan saluran pernapasan yang relatif sempit.
c. Jenis Kelamin, Anak laki-laki adalah faktor risiko yang mempengaruhi
kesakitan pneumonia.6 Hal ini disebabkan karena diameter saluran
pernapasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan dengan anak perempuan
atau adanya perbedaan dalam daya tahan tubuh antara anak laki-laki dan
perempuan.
d. Riwayat ASI eksklusif, Kandungan ASI sudah lengkap yaitu terdiri dari
lemak, protein, karbohidrat, mineral, vitamin, dan unsur- unsur anti infektif.
12 Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin dari ibunya
melalui plasenta

Anda mungkin juga menyukai